I Don't Want To Fall

Jaehyun x Taeyong

NCT © SM Entertaiment

.


Jaehyun selalu ada bersama Taeyong, menjadi satu dari sekian member yang paling dekat dengannya. Hal itu bahkan menjadi suatu kebiasaan hingga mereka tak bisa saling menahan diri meski di depan publik. Semua orang bisa melihat kedekatannya dengan Jaehyun di berbagai kesempatan dengan begitu jelas. Saling curi pandang, berpegangan tangan, berpelukan, menempel satu sama lain hingga terkesan begitu sulit dipisahkan. Moment mereka banyak diabadikan oleh fans, bahkan ada fans yang mendeklarasikan diri sebagai pendukung JaeYong, kata yang merupakan gabungan dari nama Jaehyun dan namanya. Fans yang mendukung hubungannya dengan Jaehyun lebih dari sekedar teman, rekan satu grup dan hyung-dongsaeng. JaeYong shiper, mereka menamai diri mereka.

Entah Taeyong harus merasa seperti apa. Yang jelas ia tak pernah menyesal mengenal Jung Jaehyun dalam hidupnya.

Satu-satunya yang ia harapkan adalah ia bisa memutar waktu. Seandainya mesin waktu benar-benar ada, Taeyong ingin kembali ke masa-masa di mana ia tak begitu terpengaruh akan kehadiran Jaehyun dan bergantung pada sosoknya hingga seperti ini. Saat dimana ia belum bisa melihat sisi kedewasaan miliknya di balik sikap yang kadang seperti bayi besar, atau bagaimana lucunya lelucon yang ia lontarkan meski hanya dirinya yang menganggap itu lucu. Seandainya saja ia bisa, tentu Taeyong takkan larut dalam rasa bersalah akan perasaan sendiri.

Atau jika mesin waktu terdengar terlalu mengada-ngada, setidaknya Taeyong ingin punya remote kontrol yang bisa mengontrol perasaannya.

Jujur, ia memang menyukai Jaehyun, dengan cara yang bukan seharusnya.

Dan Taeyong sepenuhnya sadar jika Jaehyun memandangnya tidak dengan cara yang sama. Bukan dalam hal romantisme. Bukan dalam konteks hubungan menyimpang. Segala gay things yang ia bagi dengan Taeyong-hyungnya sepenuhnya innocent. Sama seperti apa yang ia lakukan dengan Mark, Jeno, atau Jisung.

Tapi meski begitu, Taeyong tetap menjadi korbannya. Salahkan dirinya yang terlalu terbawa perasaan. Sial. Makanya, ia bilang ia butuh remote kontrol perasaan agar semuanya bisa berhenti sebelum terlalu jauh.

Taeyong memang menyukai Jaehyun, dengan cara yang bukan seharusnya. Tapi apa dia berani mengakuinya keras-keras? Jawabannya; Tidak, terimakasih. Pertemanannya dengan Jaehyun terlalu berharga jika harus dijadikan taruhan.

"Taeyong-hyung!"

Taeyong tersentak dari pikirannya. Melihat kesamping dan nyaris menjerit kaget karena melihat sosok tinggi Jaehyun berada sangat dekat dengannya. "Jaehyun…"

"Apa hyung baik-baik saja?" tanya Jaehyun, menyerhit. Menyentuhkan tangannya pada pipi Taeyong, memandang khawatir. "Aku memanggil nama hyung tiga kali tapi hyung mengabaikanku."

Itu karena aku sedang memikirkanmu―

"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," kata Taeyong, dengan perlahan menyingkirkan tangan Jaehyun dari pipinya. Mengabaikan degup jantungnya yang kencang sekali di dalam sana. Tuh kan. Keberadaan Jaehyun akhir-akhir ini selalu membuatnya seperti ini. "Aku baik-baik saja. Kau butuh sesuatu?"

"Aku dipaksa pergi belanja," Jaehyun membuat ekspresi memohon, "Hyung mau menemaniku, kan?"

Harusnya ia menolak saja. Apakabar perasaanya jika ia terus-terusan menghabiskan waktu berduaan dengan Jaehyun? Tapi tatapan Jaehyun yang seperti itu membuatnya lemah. Selalu. Jadi kalimat berikutnya terlontar begitu saja tanpa bisa ia hentikan. "Tentu saja aku mau. Tunggu sebentar. Aku ambil jaket, masker dan topi dulu."

Jaehyun tersenyum, jenis senyum manis yang biasa ia tampilkan dan membuat Taeyong berpaling cepat.

"Aku tunggu di luar, hyung," ucapnya sebelum berbalik pergi.

Taeyong menghembuskan nafas perlahan. Ia tak sadar sejak kapan menahan nafasnya. Apa saat Jaehyun tersenyum padanya, ya? Ini harus dihentikan secepatnya, batin Taeyong. Menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tiba-tiba merasa malu dengan dirinya sendiri yang bisa jadi selembek ini gara-gara sebuah senyum dari manusia yang berjenis sama dengannya. Luntur sudah ke-manly-nya.

"Taeyong, kau kenapa?"

Sekali lagi Taeyong tersentak. Menoleh dan kali ini mendapati Nakamoto Yuta berjalan ke arahnya. Meloncat dan menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur miliknya yang sudah ia rapikan. Membuat spreinya kusut. Biasanya Taeyong akan mengomel, biasanya Taeyong akan menendang Yuta jika sudah begitu. Tapi kali ini berbeda.

"Jaehyun mengajakku untuk menemaninya belanja."

"Oh. Kencan?"

Taeyong yang sedang memakai jaketnya diam beku. Yuta memang suka bicara sembarangan. Sekali-kali Taeyong ingin sekali menjejalkan kaos kaki milik pemuda Jepang itu ke mulut pemiliknya. Tapi sekarang ia mengabaikannya saja, memilih menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Jaehyun sudah menunggunya di luar. Itu lebih penting.

"Selamat bersenang-senang, kalau begitu."

Bersenang-senang apanya?

"Terimakasih."

Taeyong berjalan cepat keluar. Pamit pada member lain yang ia temui di sepanjang jalan saat menuju ke luar untuk menemui Jaehyun.

"Maaf lama."

"Tidak apa-apa, hyung. Aku sudah biasa," jawab Jaehyun. Dongsaengnya itu tertawa saat melihat ekspresi Taeyong yang cemberut.

"Aku berusaha secepat mungkin, kau tahu." Taeyong membela dirinya. Cemberut.

"Aku tahu. Aku hanya bercanda, hyung." Lalu melingkarkan tangannya di tubuh Taeyong, sebelum melepasnyanya cepat. Jaehyun menatapnya geli sebelum menjepit bibirnya dengan ibu jari dan jari telunjuk, "Berhenti cemberut, hyung. Kau sudah menggemaskan tanpa dibuat-buat begitu."

Astaga. Godaan apa lagi ini?

Taeyong cepat-cepat menepis tangan Jaehyun. "Aku manly."

Jaehyun tertawa. "Ayo pergi sekarang."

Sekali lagi. Jaehyun melakukan sesuatu yang membuat Taeyong menahan nafasnya. Karena pemuda Jung itu memegang pergelangan tangannya dan menariknya untuk mulai berjalan.

Ini buruk. Jika begini Taeyong malah akan jatuh semakin jauh.

Jung Jaehyun, kenapa kau sialan sekali sih?

.


"Apa kau yakin kau baik-baik saja, hyung?"

Jaehyun sudah bertanya padanya sepuluh kali, bahkan lebih. Dan jawaban Taeyong juga tak berubah meski sudah sepuluh kali.

"Aku baik-baik saja, Jaehyunnie." Taeyong berkata tak sabar, mengibaskan tangannya tanda tak usah khawatir. Ia menghela nafas berat, menyeka keringat dingin di dahinya. Mereka baru pulang setelah jadwal super padat mereka. Unit NCT 127 memulai debut mereka dan mulai melakukan promosi. Member lain sudah terkapar di kamar masing-masing. Tapi Taeyong menolak istirahat lebih cepat. Justru bersikeras untuk membereskan dorm dan peralatan makan yang belum sempat di cuci, lalu membuatkan makan malam. Jaehyun yang kebetulan melihat, memutuskan untuk membantu.

Taeyong bisa merasakan tatapan Jaehyun padanya dan memilih mengabaikannya, berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Tapi tatapan Jaehyun tak kunjung behenti selama jeda waktu hampir sepuluh menit. Makanya ia kembali memandang Jaehyun, bertanya sedikit kesal, "Kenapa Jaehyunnie?"

"Kau tampak lelah, Taeyong-hyung," komentar Jaehyun. Wajahnya sepenuhnya khawatir, "Aku rasa lebih baik hyung istirahat."

"Aku akan istirahat setelah membuat makan malam," kata Taeyong. Ia menghargai kekhawatiran dongsaengnya itu padanya, tapi semakin cepat pekerjaannya selesai maka semakin cepat juga ia bisa benar-benar istirahat.

Taeyong menggulung lengan kaosnya lebih tinggi dan mengeringkan tangannya yang basah. Hendak berjalan untuk menyiapkan bahan makanan yang akan diolahnya tapi sebelum ia bisa melakukannya, tubuhnya sudah limbung terlebih dulu dan membuatnya terhuyung. Kesadarannya muncul tenggelam. Pandangannya terasa berputar-putar selam beberapa saat dan ia memegang ujung wastafel sebagai pegangan sebelum sepasang lengan menangkap tubuhnya. Ekspresi ngeri Jaehyun terlihat kemudian bersamaan dengan dirinya yang sadar sesuatu mengalir dari hidungnya.

"Aku sudah bilang hyung butuh istirahat!"

Jaehyun berteriak panik. Memanjangkan tangannya untuk meraih tisu yang tersimpan tak jauh dari sana dan membantu mengusap mimisannya. Membawa Taeyong ke sofa dan memintanya mendongakkan kepala sementara tangannya menekankan gulungan tisu.

"Aku baik-baik saja," gumam Taeyong. Mengambil alih tisu dari tangan Jaehyun.

"Aku tidak mau dengar kata baik-baik saja dari orang yang mimisan dan terlihat akan pingsan sedetik tadi, hyung." Jaehyun pergi mengambil air minum dan kembali dengan cepat. Memaksa Taeyong meminumnya lalu menaruh gelasnya di meja. Memeriksa jika mimisannya sudah berhenti.

Taeyong berdiri. "Aku benar-benar baik-baik saja―"

"Jangan keras kepala, hyung."

Jaehyun menarik tubuh hyungnya itu lebih dekat. Membuat Taeyong terkejut karena kembali merasa Jaehyun memeluknya, memaksa kepanya beristirahat di dadanya. Dan kehangatan itu langsung membuat Taeyong diam beku. Merasa begitu nyaman di posisi itu hingga rasanya tak ingin berpindah lagi.

"Tidak usah membuat makan malam. Biar aku yang buat, kalau tidak kita bisa delivery," suara Jaehyun terdengar begitu penuh perhatian, "Sekarang hyung istirahat."

Taeyong tak menanggapi. Merasa lelah, jelas. Terlebih ia merasa nyaman dengan lengan Jaehyun yang memeluknya, menarik tubuhnya lebih dekat lagi. Suasananya cukup tenang hingga ia bisa mendengar detak jantung Jaehyun yang begitu stabil. Berbanding terbalik dengan detak jantungnya sendiri yang berdetak di luar kendali.

Taeyong adalah leader dan sudah seharusnya ia memperhatikan juga menjaga setiap member dalam grupnya. Lalu siapa yang bertugas memperhatikan dan menjaganya? Itu adalah sosok ini. Jung Jaehyun.

Taeyong memejamkan matanya. Perlahan-lahan merasa nyaman di pelukan Jaehyun.

Jaehyun, kau benar-benar membuat semuanya semakin sulit.

.


"Hyung, kau melakukannya lagi."

Taeyong berkedip. Menoleh ke samping dan mendapati Jaehyun menatapnya. Mereka berhenti dan memilih menghabiskan di sebuah café saat perjalanan pulang. "Apa yang aku lakukan lagi?"

Jaehyun menujuk tepat ke wajahnya. "Membuat ekspresi seperti itu saat hyung mulai melamun dan mengabaikan semua perkataanku. Kau tidak mendengarkanku kan, hyung?" Jaehyun mengerucutkan bibirnya.

Tidak ada gunanya ia berbohong pada Jaehyun. Kecuali ia ingin kembali mendengar cerita Jaehyun mengenai telah berapa lama mereka bersama dan sedekat apa mereka hingga takkan bisa saling berbohong satu sama lain. Kare itulah, Taeyong hanya memberikan tatapan menyesal. "Maaf," akunya, sedikit malu karena ketahuan, "Apa yang kau katakan tadi, Jaehyunnie?"

Bukannya menerima jawaban secara langsung, Jaehyun hanya menatapnya lama. Membuat Taeyong merasa tak nyaman di bawah tatapan itu, yang seakan bisa menembus segala sesuatu hingga bagian terdalam dari dirinya, membaca pikirannya dan berakhir dengan mengetahui apa yang sebenarnya ia rasakan.

"Apa kau yakin kau baik-baik saja, hyung?"

"Aku baik-baik saja, kupikir," desah Taeyong. Bangkit berdiri dari duduknya. Karena ini sudah cukup sore dan mereka harus segera kembali, tapi Jaehyun meraih tangannya, membuatnya berhenti. Tersentak kaget karena Jaehyun memegang tangannya begitu saja di tempat umum begini. Di saat ada kemungkinan beberapa orang yang mengenali mereka.

Taeyong berpaling. Tak berani menatap Jaehyun. "K-kenapa?"

"Kau tahu kau bisa menceritakan apapun padaku, kan, hyung?" Jaehyun terdengar begitu peduli padanya.

Kau! Ini semua gara-gara kau―

Taeyong mengangguk, merasa sesuatu tercekat di tenggorokannya karena ia telah membohongi Jaehyun. Lagi. Ia tak mungkin menceritakan ini pada Jaehyun. Ia tidak mungkin menceritakan perasaannya yang kacau balau hanya karena perilaku sederhana pemuda itu padanya, kan?

Begitu Jaehyun melepaskan pegangannya. Taeyong menghela nafas pelan, lega.

''Ayo pulang, hyung."

Taeyong menggigit bibir bawahnya pelan, mengangguk. "Hm."

Perasaan bodoh ini. Bagaimana aku mengatasinya?

.


To be Continued

.


A/N:

Iseng. Terinspirasi salah satu postingan Instagram jaeyongprotectionsquad dan kebaperan sebagai JaeYong hard shiper XD