...

"Sayang, Anak lelaki kita kan sudah berumur 10?"

"Hemm…. lalu?"

"Kita buatkan adik untuknya bagaimana?"

"Eum, tapi, apa itu… tidak apa-apa?"

"Apa maksudnya dengan itu? tentu saja tidak apa-apa sayang…"

"Ayo, ya, ya ya…"

"Hemmm… baiklah."

"Yess!"


.

.

.

No Bash. No Hate. No Plagiarism. No Copy Paste!

Don't like? Don't read!

.

.

.

Enjoy!


"Hihihi…"

Luhan dengan manis duduk berjongkok dan menyangga dagunya sendiri di atas lipatan tanganya pada sandaran sofa. Matanya yang indah berbinar-binar, terlihat memperhatikan sesuatu. Ia bahkan mengikuti setiap adegan yang kini di tampilkan tepat di depan matanya dengan memiringkan kepalanya kekanan dan juga kekiri. Atau bibirnya yang juga akan membuka menutup dengan menggemaskannya. Membuat siapapun yang melihatnya jadi memiliki niatan jahat untuk menculiknya dari sana.

Padahal tontonan Luhan kali ini bukanlah animasi bambi kesukaannya seperti biasa. Lagi pula di tengah malam begini mana ada stasiun televisi yang sudi menanyangkan animasi untuk di tonton anak-anak sepertinya. Toh, Luhan juga sebenarnya tidak sedang menonton acara televisi. Ia sedang menyaksikan acara live. Dan itu bukan hanya sekedar acara live biasa, melainkan benar-benar live di kedua mata rusanya yang polos.

Ketika pasangan yang menjadi objek tontonan live Luhan masih saling memakan bibir. Atau dalam istilah yang lebih umum dan kerennya kini berciuman. Yup, Luhan memang sedang menonton acara live orang yang sedang berciuman. Hihihi…

Ia yang awalnya hendak pergi ke dapur karena kehausan hingga terbangun dari tidur nyenyaknya, secara tidak sengaja melihat hal itu. Karena kebetulan ruang tamu yang bersebelahan dengan dapur, plusplus jiwa labilnya yang juga penasaran, jadi sekalian saja Luhan mampir. Dan adegan itu mengingatkan ia dengan perkataan ayah pacarnya, Oh Sehun.

Lelaki itu bilang ciuman yang seperti itu adalah manly. Ciuman yang di dasari dengan –bibir memakan bibir – lidah bertarung dengan lidahyang seperti saling memakan permen kalau kata Luhan Hal itu membuktikan jika lelaki itu sedang tidak membual padanya. Ia percaya, karena kebetulan yang tengah mempraktekan langsung di depan kedua matanya yang (tadinya) polos itu merupakan kedua pamannya sendiri.

Dan ketika Luhan di tempatnya masih dalam keadaan binar-binar takjubnya. Pasangan yang menjadi perhatiannya sejak tadi itu justru tak menghiraukan keberadaannya sedikitpun. Padahal Luhan beposisi dekat sekali dengan mereka. Saking penasarannya, ia bahkan hampir mendekatkan wajahnya kearah mereka berdua yang masih asyik bergulat di atas sofa. Mungkin karena sudah terlalu jauh terbawa arus suasana, mereka jadi tidak sadar, jika kini bukan hanya merekalah yang tertinggal di ruangan tamu dengan keadaan remang tersebut. Melainkan ada anak rusa imut yang juga ada di sana. Yang parahnya tengah memerhatikan aksi pergulatan mereka berdua.

Itu sampai...

"Eum?"

Yixing adalah orang pertama yang merasakan adanya suatu keanehan tersebut, hingga ia dengan terpaksa melepaskan tautan bibirnya dengan Junmyeon yang merengut tak suka.

"Kenapa lagi sayang?"

"Entahlah, perasaanku tiba-tiba tidak enak." Jawabnya sambil memegang tengkuknya yang meremang. Bulu kuduknya bahkan berdiri, dan kini ia merasa ada seseorang yang tengah meperhatikannya selain lelaki yang kini sedang memangku dirinya.

"Apa kita pindah ke kamar saja?" tawar Junmyeon dengan senyum cemerlang, itu bagus sih, jika saja…

"Kau lupa ya, Anson kan sedang tidur dikamar kita." nah, kini ia baru ingat alasan kenapa saat ini mereka bisa terdampar di sofa ruang tamu rumahnya.

Dalam minimnya cahaya, mereka saling bertatapan. Saling berkomunikasi. Bohong jika Junmyeon juga tak merasakan adanya sesuatu yang aneh. Lebih tepatnya, ia juga merasa ada seseorang di samping kanannya. Tengah memperhatikan mereka. Mungkinkah itu salah satu pelayan rumahnya? Jika ya, berarti ia sudah bosan bekerja dirumah Junmyeon yang memiliki gaji tiga kali lipat dari gaji pelayan rumah pada umumnya.

Lalu tanpa kata, secara bersamaan mereka menoleh ke arah kanan, menuju sumber dari keanehan tersebut. Dan... oh? Apa ini?! demi bikini bottom! demi spongebob yang berwarna kuning! dan demi tuan krab yang sangat pelit itu!

Mereka harus dikejutkan ketika mendapati wajah imut sang keponakanlah yang tengah berada di sana.

Bisa tolong ulangi,karena mendadak telinga Junmyeon tidak berfungsi.

Keponakan -nya?!

Yang itu artinya anak itu melihat mereka... Berciuman?!

Tapi sejak kapan?!

"Astaga! Luhan, kenapa kau ada disana?!" teriak Junmyeon yang hampir menjerit layaknya seorang wanita. Dengan Luhan yang meringis merasa tak enak hati karena sudah mengganggu moment penting kedua pamannya. Berbeda lagi dengan Yixing yang… ahsudahlah,

Selamat tinggal mimpi indah!

"Err... kau siapa?"

"Ha?"

Tuh, kan…

Dari tempat duduknya Junmyeon hanya mampu mengeluarkan ekspresi kaku andalannya. Mengerang dalam hati dan merutuki tentang Yixing yang seharusnya tidak kambuh dari penyakit pelupanya disaat pelik seperti sekarang ini.

"Kau kenapa Myeonie? Dan siapa anak ini?" tanyanya dengan raut polos. Membuat Junmyeon lagi-lagi hanya bisa menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi kenapa wajahmu begitu?" Yixing rasa mungkin ada yang aneh dengan suaminnya, lalu ia berisiatif dengan menangkupkan kedua tangannya dipipi Junmyeon. Memperhatika kerutan-kerutan aneh yang hinggap di wajah tampan tersebut.

"Tapi anak ini, mirip sekali dengan Luhan ya?" Gumamnya pelan, dengan jari-jari halusnya yang mulai mengusap kerutan di wajah Junmyeon.

1 detik

2 detik

3 detik

4 –"Benar-benar mirip Luhan..."

Yah, walaupun sebenarnya profesi Yixing adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama yang sudah tidak di ragukan lagi kemampuannya. Tapi terkadang penyakit pelupanya masih begitu menghawatirkan. Membuat sebagian orang yang sudah mengenal dekat dengan dirinya hanya mampu di buat bergeleng kepala dengan prihatin.

Memilih untuk tidak jauh memikirkannya, Yixing justru mengedikkan bahunya secara acuh. Menganggap hal itu bukanlah masalah yang besar. Tapi sepertinya itu tak bertahan lama, karena pada sepersekian detik berikutnya kesadarannya seperti tertarik kembali, dan berbalik menamparnya. Di kepalanya bahkan mulai mengeluarka kata warning berulang-ulang, dengan latar suara operator wanita yang terdengar menyebalkan.

Seketika pula ia menghentikan kegiatannya dari mengusap dahi suaminya dan beralih menatap wajah tampan itu dengan pandangan horror sarat akan kekhawatiran.

"Jangan katakan jika anak itu memang benar... L-luhan?"

Tak ada jawaban. Junmyeon memilih diam, sedang Luhan si tersangka diam-diam memiliki niatan untuk melarikan diri saja dari sana.

"T-tolong katakan sesuatu!"

"Eum, dia memang... Luhan." Jawab Junmyeon, menggaruk tengkuknya dengan canggung dan jari yang menunjuk ketempat Luhan berada.

Udara yang tadi memang sudah dingin, entah kenapa kini semakin dingin.

Yixing menelan ludah, dan dengan takut-takut menengok kembali kearah sampingnya. Tempat dimana tadi sekilas ia menemukan wajah Luhan. Berharap besar akan lebih baik baginya kali ini menemukan wajah mengerikan boneka chucky ketimbang harus tetap menemukan wajah boneka barbie milik Luhan, apalagi lengkap dengan binar matanya yang sialannya mampu meruntuhkan iman siapa saja.

"Mm, h-hyung a-aku–" Luhan membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, tapi …

JDUAK!

BRAKK!

PRANG!

Meoong~!

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA! LUUUHHHAAANNN! S-SEJAK KAPAN KAU ADA DI SSAAANNAAAAA?!" –Yixing sudah keburu main teriak saja.

Membuat baik Junmyeon maupun Luhan terjungkal dari tempat mereka masing-masing dengan tidak elietnya. Bahkan Anson yang tengah tidur dengan tenang dilantai atas seketika itu juga ikut terbangun karena terkejut dengan teriakan milik ibunya.

Oh, benar-benar double sialan!

Sepertinya ini bukan hari keberuntungan bagi pasangan suami itu, untuk tetap melanjutkan membuat momongan baru mereka.

Dan jika di waktu yang lalu, Cheonsa adalah seorang pengganggu menyebalkan bagi moment HunHan. Maka kali ini, Luhanlah yang menjadi pengganggu kecil menggemaskan bagi pasangan SuLay.

Poor SuLay

.

.

.

"Yang tadi itu namanya ciuman manly kan? Iya kan, iya kan?"


.

.

.

HunHan

"My Daughter's Boyfriend"

BoyXBoy

.

.


Saat ini, Luhan masih memilih duduk dengan tenang di dalam kelas ketika jam istirahat telah tiba. Begitupun dengan teman-teman sekelasnya yang anehnya juga memilih tinggal di kelas daripada berlarian berebut makanan di kantin, selayaknya yang terjadi di sekolah normal pada umumnya (bukan berarti sekolah mereka tidak normal… eum, itu sebelum kedatangan Luhan juga sih). Ia memperhatikan bagaimana tingkah aneh teman-teman yang ada di sekitarnya dengan kerlipan manik rusanya yang polos. Lengkap dengan mulutnya yang sibuk menyedot benda-benda bulat dan kenyal dari satu cup jumbo bubble tea yang kini ada di tangannya. Tidak tau saja jika mereka bertingkah begitu karena pose menggemaskannya yang bikin diabetes. Banyak yang diam-diam menyimpan tangan di sisi tubuh masing-masing guna menahan keinginan untuk mencubit pipinya. Mereka tak bisa melakukannya karena,

"Oi –oi! Jauhkan tanganmu, jangan mengambil kesempatan, atau kau akan tau akibatnya!"

Siapa lagi jika bukan karena sahabat bermata bulatnya –Do Kyungsoo. Yang selalu siap sedia menghalau tangan-tangan nakal yang hendak menyentuh atau mencubit, atau bahkan yang hanya sekedar ingin menyentuh ujung rambutnya sekalipun. Dan jangan lupakan tangan kanannya yang tengah mengacung-acungkan pisau dapur miliknya yang mengkilap dan terlihat cukup mampu untuk memotong tangan siapa saja yang berani melawan ucapannya sebagai ancaman. Membuat beberapa anak menatap kearahnya bergidik dengan ngeri, walau tidak banyak juga yang gentar untuk mundur dari batas barisa n yang ia beri untuk mengerubuni Luhan.

Dan tolong jangan tanyakan, kenapa Kyungsoo bisa membawa pisau dapurnya hingga kesekolah.

Berbeda dengan keadaan dalam kelas yang sedikit mencekam karena pisau dapur milik Kyungsoo. Di luar kelas mereka keributan lain justru terjadi. Bahkan keributan yang mereka berempat (sebenarnya hanya dua diantaranya) lakukan mampu mengalahkan suasana yang terjadi di dalam kelas itu sendiri.

Mereka adalah Baekhyun dan Minseok, siswa dari kelas sebelah. Yang entah datangnya dari mana, yang pasti mereka datang di dampingi Jongdae dan Minho selaku sekertaris mereka masing-masing, dengan membawa keributan lainnya untuk di bawa ke dalam kelas tersebut.

Mereka berdua memang terkenal sama-sama cerewet sih, tidak kenal takut meski sama-sama bertubuh mungil, berkuasa, pun sama-sama memiliki posisi yang sama yaitu; sebagai leader di club mereka masing-masing.

Dan yang paling membuat pusing seluruh penghuni sekolah lainnya adalah, mereka yang tidak pernah akur. Lebih tepatnya tidak pernah mau mengalah satu sama lain. Apapun itu persoalannya, berteriak satu sama lain adalah hal terbaik yang mereka lakukan ketimbang harus berjabat tangan.

"Minggir! Aku akan membuktikan sendiri jika memang kau yang...!" dengan jari pendeknya, Minseok menunjuk-nunjuk wajah Baekhyun di depannya yang juga tak mau kalah. Dan berusaha menyingkirkan tubuh Baekhyun yang berusaha menghalangi langkahnya.

"Apa, apa? aku apa, hah?!" tantangnya memelototkan mata tajam bereyeliner andalannya.

"Iisshh! Kubilang minggir!"

Braak!

Tanpa belas kasih sedikitpun Minseok mendorong tubuh mungil Baekhyun didepannya hingga bokong seksinya berciuman dengan lantai kelas, dengan pintu yang kini terbuka lebar memperhatikan murid-murid di dalamnya yang menganga karena terkejut. Jongdae selaku sekretarisnya hanya bisa meringis melihat betapa brutalnya mereka berdua jika memiliki masalah, sebelum memilih membantu Baekhyun yang menggeram semakin marah untuk bangkit.

"Astaga… kau baik Baek?"

"Ya, terimakasih Jongdae."

"Baek, sebaiknya kita kembali saja…" Jongdae mencoba membujuk Baekhyun, yang tentu saja berakhir dengan penolakan.

"Apa? Tidak! Dia sudah menginjak harga diriku, harga diri kita! Dan aku tidak akan kembali sebelum dia meminta maaf!"

Dan berakhirlah dengan Jongdae menghela napasnya pasrah dengan pandangan yang kembali datar. Minseok disisi lain terlihat acuh dengan keduanya, di sampingnya ada sosok tampan Minho yang dengan kikuk setia mengikuti di belakangnya. Cukup sadar jika dari sejak awal ia mengikuti leadernya itu, tatapan Jongdae seakan mampu melubangi punggung miliknya.

Fyi, hampir semua penghuni di sekolah tau kalau Jongdae sebenarnya naksir berat pada laki-laki manis berpipi gembul tersebut. Cuma ya gitu... Minseoknya aja yang sok jaim kalau dideketin Jongdae. Apalagi mengingat fakta jika Jongdae merupakan sekertaris club dari paduan suara yang di ketuai oleh Baekhyun (sang musuh bebuyutan).

Karena baginya haram memiliki hubungan dengan musuh sendiri. Yah, kita saksikan saja seberapa kuat iman Minseok nantinya.

"Wah, tamu yang sangat sopan." sindir Kyungsoo memecah suasana, jangan lupa dengan mata bulatnya yang melotot itu.

"Hi, Kyung! Maklum ya, dia itu memang urakan!" saut Baekhyun setengah sindiran untuk sang lawan.

Minseok memicingkan mata tajamnya ke arah Baekhyun, yang balik menatapnya tajam dengan kedua tangan bersedekap.

"Diamlah ByunBaek! Aku tidak ada urusan denganmu, ok!"

"Kau sekarang mengatakan tidak ada urusan denganku, padahal ingatanku masih waras kalau beberapa menit yang lalu kau datang membuat keributan denganku!" katanya sedikit tak percaya.

"Hiis! Jika kau terus bicara, bagaimana aku bisa menyelesaikan masalahnya dengan cepat, hah?!"

Mereka memang seharusnya tidak disatukan dalam satu ruangan. Naasnya mereka malah berada di kelas yang sama. Kyungsoo bergidik ngeri membayangkan bagaimana telinga teman-teman dari kelas tetangganya yang harus menerima suara nyaring mereka setiap hari.

"Yang perlu kalian lakukan itu harusnya sama-sama diam –"

"Kyuuung, dia itu menuduh kita!" potong Baekhyun, sebelum Kyungsoo benar-benar menyelesaikan kalimatnya.

"Aku tidak menuduh! Tapi aku membicakan tentang fakta! Dan aku akan membuktikannya dengan menanyakan langsung hal itu pada Luhan!"

"Yasudah kalau begitu tanyakan saja!"

"Ini aku sudah mau menanyakannya, tapi kau terus bicara pendek!"

"Yaak! Kau pikir kau tinggi?!"

Baekhyun berjalan mendekati Minseok dengan wajah memerah. Kata pendek terdengar begitu sensitif dipendengarannya.

Sedang Kyungsoo hanya mampu menghela napasnya prihatin, "Sudah... bisakah kalian berdua diam." lerainya, masih dalam batas kesabaran.

"Tidak bisa Kyung! Dia duluan yang memulai!" kekeuh Baekhyun, mengacuhkan Kyungsoo.

"Lalu kau mau apa, hah?!"

"Aku mau mencakar pipi gendutmu itu!"

Oh guys, kata pipi gendut juga terdengar begitu sensitif di telinga Minseok.

Jadi, mereka sama-sama saling mendekat dengan kedua tangan saling terangkat. Siap mencakar. Untungnya masih ada Jongdae dan Minho yang peduli dan mencoba menahan mereka berdua dari belakang.

"Kalau begitu aku akan langsung membalasmu! Kau berpikir pipimu itu tirus apa?!"

"Yang penting tidak lebih gendut dari milikmu!"

"Apa tadi pagi kau lupa mengaca!"

"Yaak!"

"Yaak!"

"Yaaaaakkkk!"

Dan yang terakhir berteriak itu adalah Kyungsoo. Kesabarannya sudah menipis ngomong-ngomong. Hidungnya bahkan sudah kembang kempis. Lalu pikiran tentang menjadikan mereka berdua sebagai olahan makan siang nanti, terdengan begitu bagus.

"Kalian memilih diam, apa memilih untuk kujadikan menu makan siang?"

Gluk!

O-ow, bocah bulat yang satu ini meskipun tampangnya juga menggemaskan, tapi perilakunya benar-benar melebihi psikopat.

Bukan hanya Baekhyun dan Minseok yang terlihat bergidik ngeri mendengar pertanyaan tersebut. Seluruh orang yang ada di kelas itu pun seketika merinding, apalagi ditambah melihat bagaimana mata Kyungsoo yang melotot dan dengan main-main membuat gerakan memotong leher dengan pisaunya. Mereka (Baekhyun dan Minseok) bahkan tanpa sadar kini saling berpelukan.

"K-kyuuungg, ampuuun... a-aku hanya ingin menanyakan s-sesuatu pada L-luhan... " kata Minseok ketakutan, di angguki kepala dengan cepat oleh Baekhyun.

"Menanyakan apa?"

"Ini mengenai club kita." sahut Baekhyun tak kalah takutnya dari Minseok. Tak sadar sudah melontarkan kalimat yang sama sejak ia datang.

Luhan disisi lain, yang sedari tadi hanya diam karena tak paham. Kini mulai menaruh perhatiannya pada mereka bertiga, sejenak mulutnya berhenti menguyah bubblenya dan berkedip.

"Bertanya padaku?" tanyanya kalem, mendahului Kyungsoo yang hendak kembali membuka suara.

Anak-anak disekitarnya saling berbisik ketika suara manis itu ikut menyahut. Mereka kembali mangalihkan atensi ke arah Luhan, syukur-syukur kalau bisa mencubit pipinya sedikit. Itu jika saja Kyungsoo belum memutar arah pandangannya kembali, dan mengeluarkan kata warning tak tertulis di kedua mata bulatnya.

"Ehem, jadi apa yang ingin kalian tanyakan pada Luhan?" katanya kemudian. Kembali beralih ke arah MinBaek di depannya yang baru tersadar jika tubuh mereka saling menempel. Hingga cepat-cepat mereka saling memisahkan diri dan membuat gerakan membersihkan diri seakan baru saja terkena hama berbahaya.

"Bukan aku Kyung, tapi si pendek berpipi bakpao ini."

"Jangan mulai lagi ByunBaek pendek, pipimu juga seperti bakpao."

Kyunsoo menghela napasnya, "Bertengkar sekali lagi, maka aku akan benar-benar mengolah kalian menjadi makanan." ancamnya sekali lagi.

Membuat baik Baekhyun dan Minseok sama-sama cemberut. Tapi Kyungsoo tidak memperdulikannya.

"Oke, oke, aku akan menjelaskan maksud dan tujuan kedatanganku kesini..." ucapnya kini terlihat lebih serius.

"Ini adalah masalah tentang Luhan yang tiba-tiba keluar dari club sepak bolaku, kalian tau itu dengan pasti kan?" ia melirik kearah semua orang yang mungkin saja ada yang ingin menyelanya kembali, tapi syukurnya tidak ada. "Aku hanya penasaran, mengingat Luhan tidak memberi alasannya. Jadi aku curiga ada seseorang yang menghasutnya sebelumnya. Dan sejujurnya aku mencurigai kalian berdua, itu sebabnya aku datang kemari." Minseok mengakhiri kalimatnya dengan lirikan matanya yang mengarah ke arah Kyungsoo dan Baekhyun.

Semua orang memilih diam, seperti mereka tau hal ini akan terjadi. Mengingat Luhan mengatakan pada hampir semua orang yang pernah ditemuinya, jika dirinya begitu menyukai kegiatan sepak bola dibanding apapun. Lalu kepindahannya pada club paduan suara yang tiba-tiba membuat semua orang terkejut pada awalnya. Dan hal tersebut membuat beberapa orang memikirkan spekulasi spekulasi tersendiri mengenai alasnnya.

"Bagaimana kau bisa memiliki pemikiran seperti itu? Aku tidak pernah menghasut Luhan."

"Seperti yang kubilang sebelumnya Kyung, dia seenaknya menuduh kita!" Baekhyun ikut menyahut tidak terima.

"Itu karena aku mempunyai alasannya..." Minseok mengangkat dagunya angkuh, bola mata setajam rubahnya melirik kekanan dan kekiri sebelum melanjutkan "Yang pertama, kenapa itu kau? itu karena kau adalah yang paling dekat dengannya," ia merujuk kearah Kyungsoo "Dan kebetulan kau adalah salah satu anggota club paduan suara, jadi kau bisa saja mengatakan hal-hal yang entah aku tidak tau itu apa yang merujuk tentang pengawasanmu padanya, sehingga Luhan menuruti perkataanmu itu..."

"Kau tau, itu sangat tidak masuk akal."

"Aku belum selesai, tolong!"

"Yang kedua adalah karena kau," kali ini Minseok merujuk kearah Baekhyun yang mendengus, "Emmm... bagaimana ya? kau paham sendiri kan bagaimana clubku memiliki banyak penggemar dibanding clubmu sebelumnya," katanya sedikit mencela "Apalagi setelah masuknya Luhan... dan boom! Clubmu pun semakin sepi peminat. Jadi kau berambisi menarik Luhan kedalam clubmu sebagai penarik perhatian, dengan cara menghasutnya supaya meninggalkan clubku. Dan sesuai harapanmu, itu benar-benar terwujud. Belum genap satu minggu keluarnya Luhan dari club, clubmu langsung banjir peminat, sedang clubku... kini terlihat meprihatinkan." selesainya dengan akhiran sedih.

"iiiissstt, sangat tidak masuk akal!" Baekhyun lagi-lagi menyalak.

Kyungsoo paham, meskipun tugasnya hanya berlarian di tengah lapangan hijau dengan riang. Kehadiran Luhan memang sangat berpengaruh dimanapun itu. Buktinya terhitung sejak Luhan masuk ke club sepak bola tiga bulan lalu. Mereka sudah berkali-kali memenangkan berbagai penghargaan untuk club sepak bola putra melawan dari beberapa sekolah sekolah milik tetangga. Bukan karena kehandalannya dalam menendang bola, tapi karena rata-rata dari mereka terkecoh akan kemanisan yang dimiliki Luhan, hingga memudahkan tim yang lain utuk merebut bola dan memenamgkan pertandingan.

Sedikit konyol, tapi begitulah kenyataannya. Memang siapa yang bisa menolak pesona Luhan?

"Jadi... ini semua karena aku?" dari tempat duduknya Luhan menyahut dengan ekpresi anak rusa terbuang andalannya. Ia bahkan menghentikan acara mengunyah bola-bola tapioca kesukaannya. Merasa tak sebodoh itu untuk tidak memahami jika dirinya dijadikan sebagai objek pembicaraan tepat di depannya langsung.

Anak-anak yang lain menatap kearahnya dengan tatapan iba dan siap memungutnya, terutama Baekhyun yang sudah menggigit bibir bagian dalamnya menahan jeritan membahananya keluar.

"Emh... Lu sayang," ucapnya mendahului anak-anak lain, ia juga berjalan mendekati tempat duduk Luhan. "Kami, terutama Minseok hanya ingin tau alasanmu yang sebenarnya memilih meninggalkan club sepak bola dan memilih masuk ke club paduan suara... bolehkah?" tanyanya dibuat sehalus mungkin, dan mengambil sedikit kesempatan dengan mencubit pelan pipi halus itu.

"ByunBaek…" ancam Kyungsoo, membuat Baekhyun nyengir tanpa dosa dengan mengangkat kedua tangannya keudara.

"Bagaimana Lu?"

Luhan menggaruk kepalnya yang tak gatal, mencoba memikirkan akan memberi tahu mereka semua atau tidak,"Emm... masalah itu sebenarnya sangatlah rahasia, aku tidak boleh mengatakannya." ucapnya diselingi gelengan kecil.

"Nah, nah, berarti benar, kalau begitu kau juga diancam?!" Minseok memberi reaksi berlebihan.

Dengan buru-buru Luhan menggelengkan kepalanya sedikit keras, "Bukan, bukan seperti itu kok."

"Lalu bagaimana?"

"Ini benar-benar bersifat rahasia, tapi aku juga tidak mau membuat kalian semua salah paham. Jadi, dengan terpaksa… aku akan memberi tahu kalian." Luhan mengatakannya dengan raut wajah yang dibuat seserius mungkin. Membuat semua orang yang ada disana memasang telinga baik-baik.

"Sebenarnya ini hanya saran dari seseorang yang kuanggap manly saat ini…" ucapnya kemudian, dan semua orang yang mendengar pun jadi bertanya-tanya.

"Saran? Saran apa?" Minseok bertanya bingung.

"Yup, aku bertemu dengannya beberapa waktu lalu, aku meminta beberapa tips agar bisa sepertinya, terutama mengenai buble tea dan sepak bola. Ia mengatakan jika lelaki manly meminum buble tea sangatlah dianjurkan, tapi mengenai bermain sepak bola itu sangatlah tak manly menurutnya."

"Tunggu, tunggu!" Jongdae yang sedari tadi malas berdebat kini menyeruakkan kebingungannya, "Jadi maksudmu orang itu mengatakan jika kau masuk ke club paduan suara maka kau akan kelihatan manly, begitukah?"

Luhan mengangguk dengan ceria, dan menambahkan "Sebenarnya bukan di paduan suara, tapi pada music, tapi karena aku lebih menyukai menyanyi dari pada bermain music jadi aku memilih masuk ke club paduan suara. Lagipula disana juga ada Kyungsoo!" ucapnya, berbinar kearah Kyungsoo yang justru hampir mengeluarkan bola matanya dari kelopaknya.

Semua orang menatapnya dengan pandangan tidak percaya, dan berfikir mengenai Luhan yang berkeliaran diluar sana tanpa pengawasan benar-benar berbahaya.

Saling menatap prihatin, dan sedikit menyesali waktu perdebatan beberapa waktu lalu yang terbuang sia-sia.

"Jadi maksudmu bermain sepak bola itu tidak manly?" –Minho

"Sebenarnya Luhan… kau benar-benar telah dihasut." –Baekhyun

"Siapa orang itu? berani sekali, aku akan menggorok lehernya jika nanti bertemu!" –Kyungsoo

"Jongdae… bisa tolong gendong aku ke UKS, kepalaku tiba-tiba pusing." –Minseok

"Y-yaa… dengan senang hati." –Jongdae

.

.

.

.

.

.

Bisa dibilang, ini adalah hari ke tujuh setelah kejadian dimana Cheonsa menggagalkan rencana Sehun untuk memperawani Luhan. Dan setelah tujuh hari itu pula, Luhan belum juga menunjukkan wajah cantiknya lagi kehadapannya. Padahal Sehun sudah sangat rindu dengan bocah manis tersebut.

Ia juga tidak bisa menghampirinya terlebih dulu. Selain karena beresiko besar Cheonsa akan mencurigainnya jika ia tiba-tiba menemui Luhan di sekolah, atau menyuruhnya datang kembali kerumah atau kantor tanpa alasan yang jelas terlebih dulu. Setidaknya ia sedang mencoba sedikit bersabar menunggu lelaki manis itu mendatanginya sendiri. Karena jika nanti Luhan tak kunjung menemuinya juga. Toh, Sehun sudah berrencana (jahat) untuk menculik dan mengasingkan Luhan untuk dirinya sendiri kepulau terpencil.

Tapi masalahnya, kesabaran Sehun tidaklah sebesar dosa miliknya. Baru beberapa waktu lalu mereka resmi berkenalan sebagai seorang ayah dan calon menantu (/calon pendamping masa depan/), satu minggu genap tidak bertemu. Dan belakangan moodnya sudah berubah-ubah bagai bunglon. Yang jelas ini sangat buruk bagi para pekerjanya. Wajahnya boleh saja antagonis, tapi Sehun di hari sebelum bertemu dengan Luhan cukuplah dikenal sebagai boss yang cukup dermawan. Ia juga bukan orang tua dengan tensi tinggi yang akan marah besar dengan kesalahan kecil karyawannya yang hanya salah mengetikkan satu kata dari huruf a menjadi e pagi tadi.

Ternyata pengaruh Luhan cukup berbahaya bagi Sehun. Ia juga tanpa sadar kerap tegang jika mebiarkan nama Luhan melayang-layang di imajinasinya yang kotor. Tidak mengenal waktu ataupun tempat, sedikit memalukan, bahkan ia bisa tegang disaat cuaca sedang panas diluar, dan disaat sedang dalam melangsungkan rapat sekalipun. Dan yang membuat aneh lagi Sehun tidak bisa atau lebih tepatnya tidak nafsu menuntaskan hasratnya yang besar pada wanita manapun lagi. Padahal sejak menduda, jika ia sedang menginginkannya ia kerap tinggal tunjuk wanita manapun yang berbondong-bondong dengan senang hati membuka paha mereka untuknya.

Tak jarang pula dari beberapa direksi perusahaan yang menginginkan kerjasama dengan perusahaannya yang mapan namun sulit untuk diajak bekerjasama, memilih membawa sekretaris dengan wajah tercantik yang mereka miliki dengan pakaian yang cukup terbuka. Dengan harapan besar bisa menggoda keimanan Sehun yang memang cukup tipis. Dan ya, Ia memang beberapa kali pernah menerima tawaran tersebut. Jika beruntung Sehun biasanya akan langsung menggagahi mereka seusai rapat berakhir. Karena bagaimanapun kejantanannya masihlah waras untuk menolak belahan dada atau paha dengan rok span 10cm dari atas lutut ditambah belahannya yang sengaja di umbar tepat di depan matanya.

Namun keadaannya sudah berbeda, imannya memang masih tipis, dan sekarang Sehun memang sedang dalam keadaan tegang. Namun alasannya bukanlah karena salah seorang wanita yang sedari tadi diam-diam melirik mengoda kearahnya, melainkan bayangan Luhan yang sedang tersenyum polos minta dipolosinlah yang membuat Oh Sehun gerah di siang bolong hingga ingin cepat-cepat mengakhiri rapatnya. Saat ini juga.

"Ya, ya, ya… saya mengerti. Anda sekalian bisa meninggalkal pengajuan proposal perusahaan anda pada sekertaris saya setelah ini untuk lebih ditindak lanjuti, dan untuk sekarang bisakah kita tutup rapat kali ini menjadi lebih cepat?"

.

.

.

.

.

.

Jadi disinilah dia, setelah secara terburu melenggang dari ruang rapat dan membuat wajah-wajah orang yang ada disana kecewa. Ia tidak peduli, terutama pada wanita yang awalnya mengira Sehun tergoda padanya, ia sungguh tidak peduli. Sehun langsung melesat menuju salah satu sekolah elite terbaik di seoul; yang bukan lain juga merupakan tempat Cheonsa menempuh pendidikannya.

Ia duduk diam di balik kemudi dan mengamati anak-anak berseragam sewarna bulu anak itik yang lewat di sekitarnya dari balik kacamata hitam yang bertengger apik di hidung mancungnya.

Jangan lupakan juga dengan jendela kaca mobilnya yang sudah berwarna gelap. Sehun memang dengan sengaja memilih mobil berkacakan gelap yang belum pernah di pakainya kemanapun alias baru alias new. Menghalau keberdaannya di ketahui oleh orang lain, terlebih itu Cheonsa sendiri –yang hampir hafal dalam keseluruhan koleksi mobil yang dia punya.

Bisa gawat jika sampai Cheonsa mendeteksi keberadaannya disana. Karena Sehun disana memang bukan berniat untuk menjemput anak perempuanya itu, melainkan untuk menjemput Luhan. (Ralat) menculik lebih tepatnya.

Oh, anak imut pujaan hati Sehun. Yang sialnya adalah pacar anaknya sendiri.

Yeah, pada akhirnya Sehun yang tidak lebih memiliki kesabaran setipis kertas memilih menghampiri Luhan terlebih dulu. Bisa mati dalam keadaan kering ia jika harus menunggu Luhan datang padanya sendiri. Dan ini sudah 30 menit berlalu sejak ia menyuruh dua orang kepercayaannya untuk membawa Luhan pada persembunyiannya kini. Tapi lihatlah, sampai detik ini kedua orang tersebut belum juga memunculkan batang hidungnya. Tidak taukah mereka, jika Oh Sehun sudah tidak memiliki batas kesabaran yang wajar untuk segera bertemu dengan Luhannya –nya?!

Sehun mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir mobil, menghitung mundur dengan otak yang mulai merencanakan tindakan kriminal yang cocok untuk kedua orang itu nantinya. Sebelum penglihatannya melihat siluet dua lelaki dewasa berbadan bongsor lengkap dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam persis seperti miliknya, muncul dari balik tikungan tepat di hitungan kesepuluhnya. Dan jangan lupakan seorang anak lelaki cantik berseragam sekolah yang sangat di nantinya sejak tadi yang juga bersama mereka. Tapi tunggu, kenapa...?

Sehun melapas kacamata hitamnya. Dengan segera ia keluar dari mobil, menunggu kedatangan mereka dengan tangan bersedekap di depan dada. Wajahnya yang sedatar aspal, membuat dua orang yang berjalan kearahnya sedikit heran. Dan sedikit takut sejujurnya.

"Wah, ada Oh ajushi?"

Dari kejauhan Sehun bisa mendengar suara secerah mentari itu yang menunjuk kearahnya. Ia menunjukkan senyum tipis, namun sorot matanya memancarkan kekejaman pada dua orang lelaki suruhannya. Tidak bisa dibilang orang suruhannya juga sih, mereka adalah Park Chanyeol lelaki tampan yang punya tubuh tinggi menjulang dan si tampan Kim Jong In yang memiliki kulit tan seksi menurut kebayakan wanita diluar sana. Dan yang membuat Sehun kesal hingga memicingkan matanya yang sudah tajam dari sananya adalah karena Luhan yang terlihat nyaman berada digendongan punggung Chanyeol, lengkap dengan lengan kurusnya yang melingkar sempurna di leher lelaki tinggi tersebut.

Hell!

"Hai, Sehun." Sapa Luhan kembali ketika mereka sudah berdiri tepat di depannya yang bersender pada body mobil.

Membuat Sehun menyunggingkan senyum tulusnya tanpa sadar. "Hai, juga Luhan... " Sayangku

Ingin sekali ia mengucapkan kata itu secara tersirat dan nyata pada makhluk manis menggemaskan yang berada di gendongan Chanyeol itu. Tapi… sayang,

Sayang pantatmu hun, kau harus bersabar terlebih dulu. Dan ingat, saingan beratmu adalah anak kandungmu sendiri! –oh, untuk bagian itu ia sungguh tak ingin mengingatnya.

Dan mengenai Luhan yang belum turun juga dari gendongan Chanyeol. Kendati bibirnya masihlah tersenyum dengan manis kearah Luhan, namun percayalah senyumannya kali ini terlihat memperingatkan untuk dua orang lelaki tinggi lainnya. Chanyeol yang menyadari itu dengan segera mengerti sinyal yang diberikan, sebelum menurunkan Luhan yang sibuk memakan ice cream miliknya tanpa tau perang batin yang bergejolak diantara ketiganya.

"Nah, Luhan ayo masuk kedalam mobil."

Sehun menegakkan tubuhnya dengan segera setelah kaki Luhan berpijak pada bumi sepersekian detik setelahnya. Tidak ingin membiarkan dua orang lainnya menikmati keindahan Luhan lebih lama lagi. Jadi dengan cepat ia menarik pelan pergelangan tangan Luhan menjauh dari dua makhluk lain di belakangnya.

"Memangnya ini mobil siapa, memang kita mau kemana?" Luhan bertanya dengan heran, dan tatapan polosnya bisa saja membuat Sehun gila detik itu juga.

"Ini mobilku tentu saja, eum… ice creammu sudah mau habis, kau mau beli ice cream lagi?" Senyum Luhan langsung tersungging manis dengan anggukan kepala semangat.

"Bolehkah?"

"Tentu saja, nah! Makanya ayo lekas naik dan kita akan berburu ice cream yang banyak!"

Sedikit memaksa dan berbumbu modus tentu saja. Sehun secara tak sabaran memasukkan Luhan (em… maaf hun, Luhan bukan barang) kedalam mobil miliknya. Kendati demikian anak itu tidak melawan, matanya yang polos justru menyorotkan binar-binar bahagia dengan senyum merekah mendengar kata ice cream yang banyak di pendengarannya Apalagi jika itu gratis.

"Berburu ice cream? Banyak?" girang Luhan kekanakan.

"Ya,"

Dan mencari montel terdekat mungkin.

Luhan yang polos benar-benar masuk kedalam mobil, tanpa tau sebenarnya tidak ada yang gratis di dunia ini.

Kembali beralih pada dua orang yang masih berdiri di sisi jalan, matanya kembali memicing dengan tajam.

"Apa kalian tidak mengerti dengan kata 'jangan menyentuhnya?"

Chanyeol dan Jongin membuka kaca mata hitam mereka secara bersamaan, dan menelan ludah atas pertanyaan sarkas yang di berikan oleh Sehun.

"Aku tak bermaksud, sungguh!" Chanyeol mencoba membela diri. Namun Jongin disisi lain justru tersenyum jahil kearahnya, dan mengatakan "Dasar pembohong, bukannya tadi kau yang memaksanya. Kau bahkan membelikannya ice cream agar dia mau memanggilmu hyung tadi tudingnya dengan senyum lebar.

Whut?

Yang mana hal itu membuat Sehun makin memelototkan matanya kearah Chanyeol yang seketika menjadi gugup, membenarkan namun tak mau mengakui. Salah sendiri anak itu terlalu menggemaskan untuk hanya sekedar di lewatkannya.

"Chanyeol tadi bahkan beberapa kali mencubit pipinya." tambah Jongin lagi dengan tawa tertahan.

"Yak! Dasar penghianat kau hitam! Bukan aku saja, kau tadi juga melakukannya bodoh!" seru Chanyeol, kali ini dengan memukul kepala Jongin cukup keras.

"Jadi aku menghabiskan waktu 30 menit 10 detik 6 milidetik menunggu kalian disini seperti orang bodoh, sedang kalian enak-enakan menggoda Luhan, begitu?!" tanyanya dengan datar.

"Eyy, untuk masalah itu karena kami harus mengecoh teman-temannya dulu, hun. Kau tidak tau bagaimana Luhan begitu dijaga sangat ketat." Jongin menyangkal seraya mengusap kepalanya yang baru dapat geplakan gratis dari Chanyeol.

Chanyeol membenarkan dengan anggukan, dan menambahkan "Bukankah yang terpenting kami sudah membawanya padamu dengan benar."

"Dengan benar pantatmu, kau baru saja menyentuhnya dasar idiot!" sembur Sehun berapi-api, menghiraukan Jongin yang tertawa keras setelahnya.

Dan jika ditelusuri, mereka jadi tidak terlihat seperti atasan dan bawahan. Karena memang seperti itulah keadaannya.

"Sungguh, tadi itu aku terpakasa menggendongnya karena dua temannya terlihat mencurigai kami."

"Temannya yang punya mata bulat bahkan membawa pisau."

"Oh, Oh benar! Tapi yang bermata sipit tatapannya sungguh mengerikan."

Mereka berdua bergidik sendiri, memikirkan bagaimana anak sekolah yang manis seperti mereka bisa terlihat seperti gangster. Sehun memutar bola matanya jengah dan mengabaikan cerita keduanya.

"Terserah apa kata kalian, tapi pastikan agar tidak ada yang tau Luhan saat ini pergi denganku. Terutama Cheonsa. Kalian mengerti?"

"Siap, yang mulia Oh Sehun!"

Dengan serempak mereka menjawab. Menambahi panggilan konyol yang mereka sematkan pada nama depan Sehun, yang lagi-lagi hanya bisa memutar bola matanya sebelum berucap pada Chanyeol, "Dan ingat, urusan kita belum selesai Chan..."

"Y-yak! Kukira tadi itu sudah menjelaskan!" Chanyeol berucap dengan kesal, apalagi dengan tawa kesetanan Jongin yang sangat menyebalkan disampingnya. Temannya itu benar-benar tak setia kawan.

"Mana bisa begitu, cih! Pokoknya urusan kita belum selesai." Kukeuh Sehun, sebelum kembali mengenakan kacamatanya dan berlalu meninggalkan keduanya.

Ia memasuki mobilnya dan menemukan Luhan yang sedikit terkantuk-kantuk disampingnya, menggemaskan sekali anak itu, melirik sebentar keluar dan menggelangkan kepala ketika melihat bagaiman kedua orang disana justru berdebat konyol sendiri. Sebelum benar-benar menjalankan mobil dan menjauh dari arena sekolah.

"Dasar bocah tak sopan, ia bahkan tak memanggilku Hyung dan sekarang mengancamku?!" rancau Chanyeol mengumpati sedan Sehun yang kian menjauh dari pandangannya. Melirik kesal kearah Jongin yang masih belum juga menghentikan tawanya.

"Kamjong, berhenti tertawa atau aku…"

"Oke, oke aku akan berhenti."

Jongin mencoba menghentikan tawanya dengan susah payah, sebelum bertanya "Sekarang apa?" yang dibalas dengan tatapan sengit dari Chanyeol.

"Pulang tentu saja, bodoh!"

"Sensitive sekali."

Chanyeol tak lagi menyahut, kekesalan sepertinya masih mendominasi. Ia hendak melangkah meninggalkan tempat dan membiarkan Jongin menggerutu seorang diri di sampingnya.

Itu sebelum sebuah teriakan dari arah berlawanan membuat mereka menoleh dan terkejut secara bersamaan.

"Hey! Kalian!"

Oh no! itu mereka, dua kurcaci (em, maksudnya dua murid) teman Luhan yang tadi sempat menghambat jalan mereka berdua untuk membawa Luhan lebih cepat.

"M-mereka?!"

"Oh, tidak!"

"Kita harus cepat pergi dari sini."

Dengan terburu-buru mereka segera mengenakan kacamata hitamnya kembali, berjalan dengan cepat mencoba menjauh dari sana dengan langkah lebar. Menghindari dua siswa yang kini mengejar mereka susah payah di belakang sana.

"Yak! Mau kemana kalian?! kembalikan Luhan kami!"

Tbc


a/n

Bila berkenan, kalian bisa membaca ulang dari chap pertama!

Dan maafkan untuk kesalahan teknis kemarin. Aku baru nyoba memasang aplikasinya (akhirnya setelah sekiat tahun bergabung dgn ffn) dan mencoba mempublish dari sana, tapi karena hasilnya kurang memuaskan aku menghapusanya lagi (dan berakhir menghapus aplikasinya juga )

...

Oke, skrang aku mau nyapa dulu,

Halo, apakabar... ada yang masih ngarep dan inget sama ff penuh kontroversi ini?

Maaf ya, bukannya mau lari dari tanggung jawab ko. Tapi selama (hampir setahun setengahan ini klw gak salah :x) aku mencoba untuk merevisi/merombak/mengedit lagi bagian" yang dirasa perlu untuk ff ini. Dan menurutku merombak sebuah ff yang sudah jadi itu lebih sulit daripada harus membuat ff baru. Seriusan, untuk satu capter ff ini saja aku harus menghabiskan waktu hampir berbulan" lamanya. Jadi tolong maklumi keterlambatan yang sangat keterlaluan ini dan semoga perubahannya sudah lebih nyaman untuk dibaca ya, meski belum bisa mempercepat alurnya yang kaya siput, huehue :')

Dan tolong, bagi siapapun yang masih gak suka sama ff ini, tolong dengan sangat jangan baca ff-nya! Daripada ujung"nya nanti kalian meninggalkan komentar negative disini atau medsos pribadiku yg lainnya... yang membuat sedikit banyaknya jadi trauma untukku :')

...

Seharusnya ff ini publish waktu hunhan month kemren, namun karena satu alasan dan beberapa hal lainnya jadinya malah sekrang. Dimaklumi ya, daripada nunggu bulan april tahun depan lagi kan? xD Dan jika nanti responnya bagus, insyaallah nanti bakalan update lagi sehabis lebaran /soalnya chap 5 fix nananana /. Tapi klw responnya ternyata masih sama seperti sebelumnya, berhubung sudah terlanjur janji bakal nyelesein ff ini sampai end, jadi sebisanya bakal aku lanjut terus, cuma nanti updatenya nunggu tiap bulan april saja, gimana?/gampar sajaah dirikuu :D/ Jadi sekarang semua tersearah bagaimana jari" kalian menghasilkan kalimat sajaah *

.

Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang menjalankan! :)

.

See you next….?

Terimaksih sudah membaca!

I Love HunHan!

windeerland