"Daddy, ini Luhan. Dia kekasihku..." gadis itu tersenyum ceria. Menyenggol lengan si kekasih yang bersebalahan dengannya, bermaksud memberi isyarat.

Luhan yang mengerti dengan segera membungkukkan badannya sopan, "H-halo! selamat sore ahjussi! Nama saya Luhan dan saya adalah kekasih putri anda, Oh Cheonsa" ucapnya, dengan senyum yang tak kalah ceria dari milik Cheonsa.

Namun lelaki utama yang di panggil daddy itu taunya hanya diam. Seraya menaikkan satu alisnya yang sempurna, ia hanya mengamati keduannya dalam diam.

Diam

Diam

Diam

Dan diam tanpa suara. Membuang waktu begitu saja tanpa adanya kata diantara mereka. Kedua muda mudi itu bahkan sudah berpikiran tak karuan kemana-mana. Bagaimana kalau ia tak menyukai Luhan? Itu sampai –

"Kau yakin, kau seorang Pria?" adalah kata pertama yang keluar dari mulut jahanamnya.

Dan suasana pun kembali diam,


.

.

.

HunHan

"My Daughter's Boyfriend"

BoyXBoy

.

No Bash. No Hate. No Plagiarism. No Copy Paste!

Don't like? Don't read!

.

.

.


Tik!

Tok!

Tik!

Tok!

Hanya denting jam lah yang mengisi kekosongan ruangan luas itu bak sebuah jawaban, setelah yang paling tua dintara mereka menanyakan hal tak wajar. Terlebih ia mengatakannya di depan si tersangka dengan wajah datar tanpa dosa andalannya.

Baik Luhan maupun Cheonsa yang berdiri didepannya menampakkan wajah terkejut mereka. Terlebih si pemuda yang nampak shok akan hinaan (ini menurut parsepsinya) yang tertuju padanya itu.

"Maaf, ahjussi mengatakan sesuatu?" tanya Luhan balik sambil mengorek telinga. Ia pikir, mungkin saja telinganya yang sedang bermasalah.

Meski sebenarnya pertanyaan seperti itu bukanlah untuk yang pertama kali terlontar untuknya. Namun tetap saja Luhan tak pernah terbiasa dengan pertanyaan semacam itu. Ia benar-benar seorang pria, dan tentu ia akan marah jika gendernya diragukan begitu saja oleh orang lain yang bahkan baru ditemuinya beberapa menit lalu.

Jika diperlukan ia bahkan rela membuka celananya, disini pun ia tak apa, guna menunjukkan tonjolan kebanggaannya yang ada di antara paha mulus miliknya.

"Aku tidak bersedia mengulang kembali perkataanku." yang paling tua memberi smirk tampannya. Yang mana membuat kedua sejoli didepannya menganga antara kagum dan tak percaya.

Terkagum karena lelaki ini sudah hampir setengah baya, dan tak percaya karena ia memang sudah tua. Tapi kenapa kadar ketampanannya masihlah sungguh berbahaya?!

Luhan yang beberapa menit lalu hendak marah karena di ragukan gendernya yang sensitive, kini malah jadi bersemu-semu bak perawan yang hendak di perawani tanpa alasan jelas.

Namanya Oh Sehun, pria duda dengan satu anak gadis berumur 18 yang tahun ini usianya menginjak 43 tahun. Tak seperti pria paruh baya kebanyakan, Oh Sehun benar-benar masih terlihat sangat muda. Walau kerutan-kerutan kecil sudah mulai nampak kelihatan, namun hal itu justru terlihat menambah kesan kematangannya yang –Hot! Memiliki tatapan mata yang tajam, kulit putih cenderung pucat yang sangat singkron dengan rambut hitam kelamnya. Seakan uban pun takut singgah dikepalanya yang berharga milyaran tersebut. Terkesan berlebihan, namun begitulah kebenarannya. Dan oh! Jangan lupakan hidung mancungnya dengan rahang tegas sebagai pembungkus wajah sempurnanya. Apalagi tubuhnya yang tinggi tegap dengan dada bidang sebagai pelengkap posturnya. Tak peduli dengan perkara umur, wanita manapun juga pasti akan dengan senang hati membuka pakaian mereka dihadapannya tanpa disuruh, jika hal itu bisa meluluhkan hati seorang Oh Sehun.

Dan poin terpenting yang dimiliki Oh Sehun lainya adalah dia yang seorang taipan kaya, yang sudah dikenal banyak khayalak bahkan sejak ia masih berumur muda dulu akan kecerdasan otaknya dalam menjalankan bisnisnya yang ada dimana-mana. Ssssttt.. dan asal kalian tau saja, nama Oh Sehun juga masuk ke dalam jajaran 10 besar milyuner yang begitu di ingini para wanita di negeri seantero ini. So, siapa yang bisa menolak pesona lelaki macam Oh Sehun? Bahkan Luhan yang baru saja berkoar dalam hati tak terima dihina atas gendernya, tiba-tiba seakan ikut terjerat akan pesona yang dimiliki lelaki itu.

Hey, ingat Lu, kau adalah lelaki jantan!

"Daddy! Kau tak boleh begitu! Bagaimanapun, biarpun Luhan memang memiliki wajah yang menggemaskan dia tetaplah pria, dan dia adalah pacarku!" Cheonsa yang berseru di sampingnya menyandarkan ekspresi Luhan yang tadinya memalu kembali pada mode menuntutnya.

"Oh ya, kalian benar-benar berpacaran?" Sehun kembali melontarkan pertanyaan dengan wajah stoick miliknya, membuat baik Luhan maupun cheonsa berkeinginan sekali untuk menggampar wajah tampan itu dengan sandal buluk milik salah satu pembantu di rumahya.

"Tentu saja, apa-apaan dengan pertanyaan daddy itu. Aku mengenalkan Luhan pada daddy, yang itu artinya kami serius!"

"Serius? Kau sedang tidak bercanda kan, sayang?" Sehun mengerutkan dahinya dengan serius. Menatap dan meneliti pada Luhan yang berkedip gugup kearahnya.

Padahal dalam hati, dalam ketersembunyian wajahnya yang dingin, sedari tadi Sehun tengah mati-matian untuk tidak menelan ludahnya dengan susah payah. Karena –oh my god! Anak itu sangat menggemaskan! Sangat cantik! Dan sangat cocok untuk di rebahkan di ranjangnya yang kosong dan dingin!

Gosh!

Luhan itu cantik. Imut. Menggemaskan. Mungil. Kulitnya seputih porselen. Dan yang membuat Sehun terkagum-kagum sejak tadi adalah tatapan mata polosnya yang jernih. Sangat tidak cocok jika disuruh untuk menafkahi anak orang. Kendati itu harus menafkahi Cheonsa yang sejatinya memiliki fisik sebelas dua belas dengan dirinya, selain genderlah yang membedakan mereka. Bisa-bisa dalam kehidupan mendatang mereka bertukar posisi dengan ia yang malah menjadi submisif dari perempuan remaja itu.

"Daddy…."

Sehun menampar pipinya sendiri untuk yang kesekian kali sejak berhadapan dengan Luhan menggunakan tangan imaginernya, kembali beralih pada anak perempuannya yang cemberut. Sehun menghela napasnya pelan, dan dengan pasrah melunturkan sedikit ekspresi datarnya untuk mempersilahkan mereka berdua duduk.

"Baiklah baik, daddy hanya bercanda… Kalian boleh duduk, silahkan."

Dengan segera Cheonsa pun mengapit Luhan untuk duduk pada sofa panjang yang ada di depan ayahnya. "Kau tau dad, caramu bercanda sungguh tidak lucu." celotehnya sedetik setelah ia mendaratkan bokongnya.

Sehun berdeham pelan, tidak memperdulikan bagaiamana komentar anak perempuannya mengenai humornya yang payah. Alih-alih ia malah mengalihkan perhatiannya kembali pada Luhan, "Jadi siapa namamu tadi?"

Alah, alasan! Padahal Sehun langsung hafal nama Luhan diluar kepala.

"Luhan" jawab Cheonsa tanpa diharapkan.

"Terdengar bukan sejenis nama dari korea?"

"Memang, Luhan setengah cina dad…"

"Daddy bertanya pada Luhan, bukan padamu Cheonsa." Sehun menampilkan senyum satu garisnya, yang membuat Cheonsa mengeluarkan ceringan anehnya.

"Nah, jadi…?"

"A-ah! Ibuku orang korea, dan ayahku orang cina." ucap Luhan pelan, sedikit malu, terlihat dari cara meremat jemari mungilnya yang Sehun perhatikan secara diam-diam.

"Mmm begitukah, baik... jadi berapa hari kalian sudah berpacaran?"

Luhan dan Cheonsa saling mengalihkan tatapan.

Berapa hari dia bilang?!

"Bukan berapa hari daddy, tapi pekan ini kami resmi satu bulan. Jadi pertanyaan yang seharusnya adalah berapa minggu?" lagi-lagi Cheonsa menyambar pertanyaan yang harusnya di jawab oleh Luhan. Namun bukan karena itu Sehun menjadi sangat terkejut.

"Oh, wae?" Cheonsa bertanya dengan heran.

"Kau yakin itu nyaris satu bulan? Bukan satu hari?"

"Tentu saja, benar kan baby?" Cheonsa menyakinkan ayahnya itu dengan mengalihkannya pada Luhan yang mengangguk. Itu jelas membuat Oh Sehun makin terkejut, mengingat dengan jelas bagaimana Oh Cheonsa yang selain fisik juga menuruni sifat playboy miliknya dengan sempurna. Itu jelas di ragukan bagaimana ia bisa bertahan nyaris satu bulan berhubungan dengan Luhan, jika biasanya hubungannya hanyalah bertahan maksimal 2 minggu saja.

Factor dari benih Sehun ditambah dengan kecantikan mantan istrinya (Ibu Cheonsa), membuat Cheonsa dikaruniai fisik yang nyaris sempurna adalah hal yang wajar. Memiliki postur tubuh tinggi dan indah bak model kenamaan di usianya yang terbilang masih belia, apalagi ia gadis muda kaya raya yang terlahir dari keluarga terpandang. Membuat tak heran jika banyak yang tergila-gila dan mau menjadikannya sebagi kekasih. Dan Sehun yakin seratus persen jika dalam satu tahun sejak ia memasuki sekolah menengah atasnya, gadis itu sudah berpuluh-puluh kali berganti pasangan. Jadi wajar jika ia terkejut, tatkala Cheonsa mengatakan sudah menjalani hubungannya dengan Luhan lebih dari 2 minggu. Apalagi Cheonsa yang kini mengenalkan Luhan sebagai pacar kepadanya –yang mana itu adalah hal yang pertama Cheonsa lakukan sejak ia diperbolehkan berpacaran dulu.

Sehun memang bukan ayah penentang yang mengatur dan menentukan masa depan putrinya itu harus menjadi seperti apa atau berhubungan dengan siapa. Ia cukup sadar jika kelakuan Cheonsa tak pelak adalah persamaan dari dirinya sendiri semasa remaja dulu. Namun masalahnya, kenapa harus Luhan? Kenapa hubungan mereka sudah selama itu (bagi Sehun dan Cheonsa)? Apa mereka benar-benar serius dengan cinta monyet seperti itu? Tidak! Em, maksudnya… bolehkah Sehun kini menyatakan perang pada putrinya sendiri. Bolehkan ia mengatakan jika ia bahkan sudah memiliki ketertarikan dengan anak itu sejak Cheonsa membawanya melangkah memasuki perkarangan rumah ini.

Gila! –itu memang julukan yang kerap ia sandang sejujurnya. Apakah mungkin lelaki dewasa sepertinya masih bisa merasakan cinta monyet seperti itu juga? Bahkan jantung Sehun sudah berdetak gila sejak ia menatap Luhan dari jendela kamarnya yang ada dilantai atas; saat binar anak itu tertangkap indranya tengah menampilkan kekagumannya dengan mendongakkan wajah kesana kemari –mengangumi bagaimana besarnya hunian seorang Oh Sehun.

Dan bolehkan ia mengatakan, ia jatuh cinta pada pandangan pertama?

.

.

.

.

.

.

"Jadi, sudah hampir satu bulan?"

Luhan mengagguk singkat, sedikit canggung sebenarnya.

"Tidak bisa dipercaya…."

"K-kenapa?"

"Karena ini adalah Cheonsa… keturunanku." Luhan mengerjapkan mata, tidak mengerti dengan maksud perkataan ayah pacarnya ini.

Mereka berdua kini duduk saling berhadapan di ruang keluarga Oh, tanpa adanya Cheonsa diantara mereka. Bagian ini membuat Sehun yang tengah duduk pongah di atas sofa singgle miliknya merasa senang bukan kepayang. Dengan kaki bersilang dan segelas crystal bening berisi minuman hitam pekatnya yang bertengger di jemarinya dengan elegan. Sehun mencoba pamer dengan segala kesempurnaan yang ia miliki, berharap Luhan terpesona akan segala tingkah laku yang menurutnya keren itu. Dan memang benar, Luhan yang lugu tentu terpesona akan setiap gerak-gerik yang tengah ia tampilkan. Luhan bahkan berpikir akan mempraktekannya suatu saat nantinya.

"Apa pekerjaan orangtuamu?" Sehun kembali bersuara, mengalihkan Luhan.

"Ayahku seorang pengusaha di cina, dan ibuku adalah seorang desainer saat ini." jawab Luhan mengingat-ingat.

"Ayahmu pengusaha?" Sehun menganggukkan kepalanya, seraya mengelus dagunya yang di tumbuhi bulu-bulu halus jantan disekitarnya. "Perusahaan apa lebih tepatnya?"

"Sebuah perusahaan entertain di cina salah satunya –"

"Apa itu berarti ayahmu memiliki lebih dari satu perusahaan?"

"Sepertinya… iya," Luhan menjawab sedikit ragu, meski senyum lebar tak pernah lepas dari bibir ranumnya, membuat mata sebening rusanya ikut tenggelam di dalamnya.

Sehun tertegun di melihatnya. Degupan jantungnya yang menggila tak bisa mengelak; jika ia memang sudah gila mencintai pacar baru putrinya sendiri. Ia kemudian berdeham pelan, guna menutupi rasa itu yang kian tak terkendali.

"Jadi, apa perusahaan yang lainnya itu?"

"Aku tidak terlalu paham... hanya itu yang ku tau."

"Kenapa? Kau kan anaknya?"

Luhan terdiam, membenarkan pertanyaan Sehun. Sedikit tak mengerti karena selama ini ayahnya memang terkesan melarangnya berurusan dengan dunia luar. Ia bahkan tak pernah di ijinkan mempelajari atau bahkan mengetahui perusahaan perusahaan apa saja yang sedang ayahnya kerjakan. Padahal Luhan adalah anak tunggal dan seharusnnya ia adalah pewaris utama yang sudah harus di ajarkan cara mengelola perusahaan yang baik sejak dini. Mengetahui jika ayahnnya adalah salah satu pemilik perusahaan entertain saja,bukan karena ayah atau keluarganya yang lain yang memberitahu, melainkan karena ia yang secara tak sengaja melihat ayahnya sedang di wawancarai disalah satu stasiun televisi swasta cina saat itu. Mungkin akan lebih baik jika Luhan menanyakannya langsung pada salah satu orang tuannya jika nanti mereka mengunjunginnya.

"Luhan?" Sehun memanggilnya karena Luhan tiba-tiba terdiam.

"A-ah ya! maaf… aku tidak tau, daddy tak pernah mengijinkanku berurusan dengan perusahaan sebelumnya." Jawab Luhan dengan kikuk. Yang taunya diangguki Sehun dengan pelan, yang mana membuat Luhan bernapas lega karena lelaki itu tak mempermasalahkan lebih jauh lagi tentang pekerjaan ayahnya yang membingungkan.

"Lalu, kau disini tinggal dengan siapa?"

"Aku tinggal di rumah pamanku."

"Aah, jadi begitu..." Sehun mengangguk kembali, menyesap pelan minumannya. Dan melirik kearah Luhan yang tengah memerhatikannya, "Kau mau minum?" tawarnya sekedar basa-basi.

Luhan meresponnya dengan mata berkedip lucu. Melirik sebuah botol yang tak ia ketahui jenisnya dan beberapa gelas serupa milik Sehun yang ada di atas meja depannya, "S-sebenarnya a-aku… a– " takut-takut ia menoleh kearah Sehun yang mengangkat alisnya heran.

"Jangan bilang kau juga tidak tau ini apa?" tebak Sehun yang langsung mengenai sasaran. Karena anak itu mengangguk dengan manis setelahnya.

Sebenarnya Sehun juga sudah menduga akan hal semacam ini. Bahkan Sehun berani jamin jika Cheonsa yang notabenyaadalah anak perempuan lebih mengenal mengenai beberapa jenis minuman beralkohol dibanding Luhan yang katanya anak lelaki ini. "Serius Luhan, umurmu benar sudah 18 kan, bukan 8?"

"Tentu saja aku sudah 18!" sungut Luhan karena bagaimanapun ia memang sudah 18.

"Kalau begitu cobalah satu teguk saja." ujar Sehun terang-terangan menantang kearah Luhan.

A-ah! Bagaimana ini? Luhan benar-benar tabu dengan hal semacam ini, dan Luhan hanya belum sadar jika selama ini orangtuanya membesarkannya layaknya putri tunggal semata wayang, yang harus benar-benar dijaga keperawanannya.

"D-daddy melarangku meminum minuman berakohol sebelum lulus sekolah." alasan yang bagus Luhan. Karena alasan yang sebenarnya adalah ia takut mabuk apalagi pingsan setelahnya. Lagipula ayahnya memang benar melarangnya dengan keras untuk menjauhi hal hal semacam itu. Dan Luhan yang dasarnya memang anak penurut yang mau tak mau selalu mengikuti setiap perkataan ayahnya itu.

Itu sebelum ia sekarang ini bertemu dengan Oh Sehun yang seakan ingin merusak dan menertawakan sikap penurutnya, apalagai dengan pengawasan yang nan jauh dari mereka di sana.

"Luhan, Luhan, anak dijaman sekarang mana ada peraturan yang seperti itu. Daddy-mu benar benar tipe orang tua kolot ternyata."

Sehun memberinya senyuman miring yang mana hal itu membuat hati Luhan tergugah. "Bukan seperti itu –"

"Kalau begitu satu teguk."

Glup!

Bukankah Oh Sehun benar-benar terlihat seperti bajingan!

"B-baiklah, s-satu teguk…"

Pada akhirnya toh Luhan tetap akan pasrah pada bajingan tampan berkuasa yang kini masih tersenyum miring kearahnya. Hanya memperhatikan bagaimana Oh Sehun yang terlihat seksi saat menuangkan anggurnya kedalam salah satu gelas. Dan menyodorkannya pada Luhan yang menerimanya dengan keragu-raguan. "Ayolah Luhan, bagaimana bisa kau menyebut dirimu lelaki jika belum pernah merasakan sensasi alkohol di usiamu yang sakarang ini. Lagipula anggur ini hanya memiliki kadar 10% , jadi tidak akan mungkin membuatmu mabuk jika hanya meminumnya sedikit." bujuk rayunnya yang sesat.

"Anggur?" Luhan menganguk menyakinkan diri sendiri, dan dengan pelan mendekatkan gelas tersebut pada belah bibirnya, "…aku akan meminum Anggur ini." Ucapnya, sebelum benar-benar menimun minuman itu hingga habis tak tersisa. Ia mendesah sedikit keras sedetik setelah rasa panas melewati kerongkongannya. Meski kata Sehun minumannya hanya mengandung kadar alkohol 10%, tetap saja bagi Luhan yang awam merasakan panas yang teramat pada kerongkongannya, yang membuatnya mengatakan tidak mau meminumnya lagi karena rasanya tak seenak anggur yang ia kira.

Sehun menahan senyum puas melihatnya. "Kau berpikir rasanya akan seperti anggur buah, begitu?"

"Ya, karena namanya anggur, kupikir rasanya juga akan seperti itu." jawab Luhan polos.

"Dasar konyol," Sehun melipat tangannya di didepan dada, berusaha keras untuk tidak menertawakannya "mm, Luhan…" panggilnya, mengalihkan perhatian Luhan yang masih focus menggosok-gosok leher panasnya "Kau tau, aku rasa Cheonsa tidak cocok berpacaran denganmu. Jadi akan lebih baik jika kalian… putus saja." ujarnya kemudian, membuat Luhan terkejut dan membulatkan mata sebening rusa miliknya.

"A-apa?"

Menggemaskan sekali. Sehun bahkan hampir khilaf melihatnya, tapi karena ia kini memiliki misi untuk memisahkan mereka terlebih dulu, jadi ia harus bisa menahannya sedikit lebih lama lagi.

Belum saatnya –bisiknya menyemangati diri sendiri.

"Yah, aku bisa lihat sendiri, kalian adalah dua tipe orang yang sangat tidak cocok. Cheonsaku sangat berharga, dia wanita yang tangguh. Jadi aku tidak ingin dia mendapatkan lelaki yang tak jantan… sepertimu." Sehun memperhatikan bagaimana penampilan Luhan dari atas sampai bawah secara terang-terangan. Di banding berpacaran, jika Cheonsa dan Luhan sedang jalan berdampingan, orang awam pasti akan berpikir jika mereka lebih terlihat seperti dua gadis dengan kepribadian yang berbeda dibanding sebagai sepasang kekasih.

"Tapi aku suka Cheonsa… b-bagaimana ahjussi bisa menyuruh kami untuk putus?"

"Tentu saja bisa, aku kan ayahnya. Aku ingin yang terbaik untuknya."

"T-tapi…."

"Oh, atau jika kau mau, kau bisa mengikuti saranku?"

"Saran seperti apa?"

"Seperti privat secara pribadi denganku, untuk mengubahmu menjadi pria agar lebih jantan, semisalnya?"

"Oh?" Luhan membulatkan bibirnya bulat-bulat, lagi-lagi merasa sedikit salah pada pendengarannya. Bagaimana bisa Sehun menawarkan sendiri dirinya untuk memprivatnya, jika sebelumnya Luhan memang ingin menyeruakkan keinginannya tersebut sejak tadi. "Apakah boleh? Apakah ahjussi tidak keberatan? Aku tentu mau, aku mau! Aku sudah jantan, tapi aku ingin terlihat semakin jantan seperti ahjussi!" seru Luhan semangat.

Meski hampir terbahak, Sehun secara mati-matian menahan agar tak melakukannya "Aku tidak keberatan. Jadi, kau mau?"

"Tentu saja!"binar bahagia terpancar dari sorot mata Luhan. Dan ia bahkan sudah membayangkan bagaimana dirinya yang akan semakin keren nantinya. Seperti Oh Sehun yang manly sekali? Tidak bisa dipercaya, Luhan bayanganmu terlalu jauh. Tsk!

"Sebenarnya aku ingin mengatakannya sendiri sejak tadi." Luhan memberikan cengirannya pada Sehun yang salah tingkah. Ingat umur, Pak! Untungnya Luhan anak yang lugunya amat kelewatan, jadi ada orang mau mandang dia seperti apa aja juga Luhan menganggapnya biasa saja.

"Oh oke," Sehun berdeham sebentar, guna menetralkan rasa abg-nya yang bahkah tak pernah ia rasakan sebelum bertemu dengan Luhan "Jadi untuk yang pertama adalah kau tidak boleh mengatakan apapun hal ini pada orang lain, termasuk Cheonsa sekalipun, mengerti?" ujarnya yang langsung diangguki oleh Luhan. "Kedua, jika kita sedang bersama dan hanya berdua (emh, hanya berdua) kau dilarang memanggilku ahjussi, paham?" loh, kali ini Luhan malah terbengong.

"Lalu aku harus panggil apa?"

Panggil sayang atau baby, sepertinya tidak akan membuat telinga sepet tuh –tapi nyatanya itu cuma harapan saja.

"Cukup panggil dengan Sehun." Ujarnya Sehun kemudian.

"Tapi nanti tidak sopan?" karena seingat Luhan ia sedang tinggal di Negara yang sangat menjunjung tinggi kesopanan, terutama kepada orang yang lebih tua.

"Tidak apa Luhan, karena aku sendiri yang meminta."

"Mmm, b-baiklah –"

"Coba panggil namaku."

Dasar modus tukang ngardus!

"S-sehun…" ucap Luhan pelan, dan terbata.

"Apa, aku tidak dengar. Coba lebih keras, Luhan." pinta Sehun lagi.

"S-sehun!" kali ini Luhan mengucapkannya lantang dengan pipi bersemu agak malu-malu tidak jelas. Padahal seharusnya tak pantas juga ia bersemu pada ayah pacarnya sendiri. Beda lagi dengan Sehun yang malah cengar-cengir tak karuan, merasakan bagaimana pusat hidupnya yang ada di dada sebelah kirinya sedang berdisko ria. Namun sayangnya suasanya romansa mendadak diruangan itu harus hancur sedetik ketika Cheonsa memasuki ruangan dengan teriakan heboh miliknnya.

"Daddy, Luhannie babyy, makan siang sudah siap!"

Sial!

TBC

...

Jika ide cerita ini memiliki kesamaan dengan ide cerita lain, itu murni dari ketidaksengajaan. Karena 100% karya ini murni dari pemikiran sendiri. Bukan meniru, apalagi menjiplak!

Menerima Teguran, Saran, Masukan, maupun Kritikan, asal dengan bahasa MANUSIA yang baik (:

Terimaksih sudah membaca!

I Love HunHan!

windeerland