Shinobi? Awalnya Rias takpercaya dengan eksistensi Mereka, namun kali ini dia dibuat percaya bahwa keberadaan Mereka masih ada, dengan dibuktikan-nya oleh keberadaan salah satu dari Mereka.

Naruto, seorang Remaja yang Ia temukan tergeletak di depan pintu ruangan klubnya merupakan salah satu dari Shinobi yang masih ada didunia. Tapi seiring berjalanya waktu semua tentang Naruto mulai terungkap.

.

.

.

.

.

Disclaimer : © Masashi Kishimoto & Ichie Ishibumi

Rated : T

Genre : Supranatural, Drama, Aksi dan Friendship.

Warning : Mungkin OOC, Typo, Pasaran, Mainstream (Pasti), Semi canon, Bikin mata perih.

.

.

.

.

.

Chapter 4 : Its A Long Day For You.

Susasana di dalam rumahnya pagi ini nampak berbeda dengan kehadiran Perempuan cantik berambut pirang yang satu hari yang lalu telah resmi menjadi anggota dari keluarga Hyoudou.

Kini Ibu-nya tak lagi membutuhkan waktu lama untuk melakukan pekerjaan rumah khususnya di dapur. Asia perempuan cantik mantan Birawati ini dengan senang hati membantu Ibunya untuk membuat sarapan. Sungguh pemandangan yang menghangatkan hati. Di matanya Asia terlihat lebih seperti seorang Istri muda yang sedang membantu sang Ibu mertua untuk menyelesaikan tugasnya.

"Nak, bisa kah Kamu aduk kuah kaldunya? Biar Kaa-chan yang akan memotong daginya."

"Baik Okaa-sama."

"Jangan panggil Okaa-sama, tapi Kaa-chan saja, Kamu sudah ku anggap sebagai anak sendiri."

"B-baik, Okaa-chan."

"Nah bagitu lebih enak didengarnya... Sekarang Kaa-chan benar-benar merasa sperti mempunyai anak perempuan sungguhan..."

Melihat rona kebahagian yang terpancar dari wajah ibunya Issei sangat ingin berterimakasih kepada Bochou-nya yang telah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjaga Asia dan menepatkanya untuk tinggal disini bersama. Entah mimpi apa Ia semalam hingga mendapatkan Anugrah keberuntungan mahal seperti ini. Diawali dari pertemuanya dengan Asia yang berlanjut bertarung melawan kelompok gereja yang menfaatkanya. layaknya Kesatria gagah berani, Ia berhasil membebaskan sang Putri hingga semua itu berujung manis dengan berdirinya Asia disampingnya. Aah... Ini seperti layaknya film dengan Happy Ending saja. Ditengah lamunanya tiba-tiba...

"Issei-san?!"

"Ah...! I-iya? Ada Apa Asia?"

"A-ada Seseorang mengetuk pintu rumah kita."

Lagi-lagi Asia dengan suara lembut dan agak keras ini mengagetkanya saat Ia tanpa sadar tengah asik melamun. Entah kenapa belakangan ini Issei tanpa Ia sadari sendiri selalu terhanyut oleh pemikiranya sendiri hingga sampai-sampai membuat koneksinya benar-benar terputus akan dunia disekitarnya dan ini sudah kesekian kalinya Ia dibuat kaget oleh Asia yang memanggilnya dengan intonasi yang semakin meninggi jika Ia tak kunjung merespon panggilanya.

Gadis Bishoujo dihadapanya tengah berdiri menaruh mangkuk besar berisikan Soup daging di atas meja yang terhidang langsung dihadapanya.

"A-apa perlu Aku saja yang membukanya?" tanya Asia lagi saat melihatnya tak kunjung beranjak dari kursi yang Ia duduki.

"Aah! Tidak usah, biar Aku saja yang membuka pintunya dan Kamu lanjutkan memasakanya. Ini mencurigakan... Seseorang bertamu dipagi buta seperti ini."

"Hm? M-mencurigakan? Apakah di jepang jika seseorang bertamu dipagi hari bukan merupakan hal yang wajar?"

Ralat...! Ini masih terlalu pagi untuk bertamu kerumah orang, tapi sebenarnya bertamu boleh kapan saja asal jangan pada saat si pemilik rumah tengah tertidur atau sedang melakukan hal sibuk lainya.

"Maa... Enggak gitu juga sih, tapi ya intinya begitu..."

"...?"

Ia agak sedikit berbohong Eh! ralat lagi..! memang berbohong kepada Asia agar tak membukakan pintu. Itu karena Dalam distorsi fikiranya yang protektif Ia telah berasumsi terlebih dahulu jika yang bertamu bukanlah orang yang baik-baik karna pada saat siapa saja yang melihat wajah cantik Asia yang mampu mengeluarkan Hipnotis pemikat hati saat dia tersenyum, pasti Orang tersebut dengan segera akan mengeluarkan sebuah karung beras berukuran besar dari balik kantong ajaibnya dan menculik Gadis Bishoujo ini untuk dibawa pergi.

"Ck!"

Dengan segera Issei beranjak pergi sebelum Asia kembali bertanya akan penjelasan ngaco darinya yang juga tak Ia pahami sendiri oleh Otak yang biasa Ia gunakan untuk berfikiran plus-plus ini.

TOK TOK TOK

"Iya-iya...! Tunggu sebentar...! Duh siapa sih?"

Ia mulai sedikit agak jengkel saat ketukan pada pintu rumahnya ini terdengar semakin keras, Hey! ini pagi hari...! Sungguh tak sopan jika seseorang menggedor-gedor pintu orang lain seperti ini. Memangnya Ayah atau Ibunya meminjam uang di Bank? Hingga Sang Depkolektor sangar harus turun tangan langsung untuk menagihnya karna jatuh tempo yang sudah sangat lama. Apa kata tetangganya jika melihat hal yang ambigu seperti ini? Yah kemungkinan ini akan menjadi gosip baru bagi Ibu-ibu komplek yang hobi Berkoak dibelakang.

"Grrrr... Awas saja kalau seorang Sales lagi."

Dan juga memangnya ada Tukang Sales yang mulai bekerja di pagi hari seperti ini? Dan jikapun ada pasti sipemilik perusahaan adalah Orang berkewarganegaraan belanda karna ini lebih menyerupai dengan kerja Rodi dibanding bekerja biasa.

CKLEK

"Naruto-san?"

"Good Afternoon Issei...!"

"Dasar, yang benar itu Good Morning...!"

"Souka? Sialan Aku salah lagi!"

Dan ternyata dugaan-nya melenceng jauh dari prediksi ngaco-nya, dihadapanya kini telah berdiri seorang Ninja pirang dengan seragam sekolah yang sudah melelekat rapi pada tubuh tegapnya. Issei mengalihkan perhatianya pada jam yang tertempel pada dinding di dalam rumahnya untuk memastikan waktu saat ini dan kemudian berbalik lagi pada Naruto yang cengar-cengir tak jelas.

"Ini masih pagi Naruto-san. Dan Masih satu setengah jam lagi bell sekolah berbunyi. Tumben sekali kamu bangun pagi...?"

"Hah? Iya juga sih, itulah sebabnya Aku mampir kesini dahulu-ttebayo."

"Hmm... Tidak ada salahnya sih. Ayo silahkan masuk...!"

Issei mempersilahkan Tamunya untuk masuk kedalam rumahnya, pemikiran ngaconya seketika lenyap saat mengetahui jika yang bertamu ternyata bukalanlah seorang Depkolektor bank berwajah sangar yang sempat berada di asumsi fikiranya. Namun ini sangat tumben(?) baginya, pagi-pagi sekali teman Ninjanya datang berkunjung kerumahnya. biasanya Naruto selalu berangkat kesiangan untuk menuju sekolahnya. Mungkinkah hukuman dari bebarapa Guru di sekolah mulai menampakan efek jera bagi Ninja pirang ini?

"Nah, Naruto-san silahkan duduk terlebih dahulu."

Setelah mempersilahkan tamunya untuk duduk menunggunya, Ia dengan segara beranjak pergi menuju kamar mandi Ia tentu merasa tak enak jika membuat teman sekelasnya yang berjasa itu menunggu lama untuk berangkat sekolah bersama sementara dirinya belum bersiap-siap sama sekali untuk pergi kesekolah.

"Aku akan bersiap-siap..."

"Yaa, lebih cepat lebih baik-ttebayo."

...

Beberapa menit berlalu untuk mandi dan mengganti bajunya Ia kini kembali melangkah turun dari tangga dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya diikuti dengan Asia di belakang yang juga mengenakan seragam khusus perempuan yang semakin membuatnya terlihat semakin mempesona bagi siapa saja yang memandangnya.

"H-hai... Naruto-san, Maaf jika kami sedikit agak lama."

Asia menyapa Ninja pirang yang tengah duduk pada kursi anak meja makan yang telah terhidang secara rapi makanan khusus untuk sarapan dipagi hari ini diatasnya.

"Ah tidak Apa-apa, lagi pula ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah, jadi tak perlu untuk terburu-buru."

Memang benar sih yang dikatakan Naruto. Tapi Ia sendiri tak tahu kan? alasan Issei dan Asia untuk bersiap-siap lebih awal itu karna tak enak Akan dirinya yang datang lebih Awal kerumah ini.

"Nak, Namamu Naruto kan?" tanya Ibu Issei sembari menaruh piring tepat dihadapanya. Senyum keibuan yang ramah menyapa hatinya untuk ikut tersenyum.

"Ah, iya Oba-san... Ngomong-ngomong kenapa piring ini ditaruh di depanku?" entah Naruto memang yang terlalu bodoh atau memang Ia sengaja untuk berbasa-basi dan berpura-pura tidak peka apa maksut yang dilakukan Ibu Issei barusan?

tentu pertanyaan bodoh Naruto tersebut sontak membuat Wanita puruh baya itu tertawa.

"Hahahaa... Tentu saja kita akan sarapan bersama..."

Naruto menyisir pandanganya, dihadapan mereka semua tengah duduk bersiap untuk sarapan bersama.

"Oh... Hehehee..."

Jadi ini kah rasanya jika memiliki sebuah keluarga?

"Ehem...! Nah semuanya sudah berkumpul, jadi ayo nikmati sarapanya."

Ayah Issei sang kepala keluarga Hyoudou membuka Suara membuat seluruh atensi tertuju padanya. Mereka semua tersenyum meraskan suasana rumah yang sarat akan hangatnya kekeluargaan. Khususnya bagi dua Orang berambut pirang dengan gender berbeda ini.

Naruto dan Asia, dua Orang yang memiliki jalan hidup yang sama namun dengan cerita yang berbeda, hidup kelam yang dingin mengelilingi lingkup dimasa kecil mereka yang menggigil. Mereka berdua lupa bahkan tak tahu sama sekali bagaimana rasanya memiliki keluarga. Namun hati mereka mulai terbuka kembali pada momen saat ini yang membuat hati mereka berdua terenyuh. Ini merupakan potongan kecil dalam siklus kehidupan pada tali rantai berserat cinta kekeluargaan yang hangat.

Kuah Soup beserta Nasi yang mereka kecap terasa berkali-lipat lebih enak dengan ditaburi sebuah bumbu sihir akan suasana kecerian ditengah-tengah proses menelan sumber karbohidrat buatan sang Ibu rumah tangga yang menjamin jika buatan rumah versinya lebih baik untuk sang Anak-anak yang akan berangkat menuju Sekolah, untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi Kewajiban mereka sebagai seorang generasi penerus mereka yang akan selalu dibanggakan.

"Kami Berangkat Okaa-san...!

Dan inilah saatnya mereka untuk melangkah keluar rumah memulai hari yang kesekian kalinya dengan suasana hati yang gembira. Sang Ibu taklupa memberikan mereka sebuah Doa tulus dari lubuk hatinya yang terdalam. Naruto, Asia dan juga Issei dua Orang dari mereka bertiga merasakan sakit dari sebuah kutukan mutlak bagi Seorang Iblis namun mereka Berdua menikmati rasa sakit dari stiap panjatanya. Rasa sakit ini bagi mereka akan melenyapkan seluruh mala petaka dari mereka berdua agar dapat diberkati atas apa yang mereka perbuat untuk hari ini.

"Hati-hati di jalan Nak..."

Dan pada saat sang Ibu mengatakan kalimat itu dengan suara lembut bak sutra. Permata Biru dari sang Jinchuuriki Kyuubi ini mulai berkaca-kaca dan dalam satu kedipan Air mata itu dengan mulus meluncur keujung dagu dan jatuh bebas diatas tanah tepat dimana Ia berdiri. Namun dengan segera Ia menghapusnya. Perasaan rindu itu... Ia takboleh membiarkan perasaan ini muncul kembali didalam hatinya yang penuh luka. Ia tak mengerti kenapa Air mata dan Perasaan rindu yang tak Ia sadari ini bisa muncul begitu saja?

...

Dari balik kejauhan dua Sosok misterius dengan sayap merpati melihat dengan jelas kilatan bening miliknya terjatuh dengan begitu bebasnya itu.

"Apa ini sudah waktunya? Aku tak tahan melihatnya."

Sosok misterius dengan suara feminim wanita tersebut bertanya pada sosok bertubuh tegap disampingnya.

"Aku tahu Kau merindukanya tapi bersabarlah sedikit." dan sosok disampingnya menjawab dengan suara baritone miliknya yang terdengar nada suara yang lembut menenangkan.

"Dan jika saat itu tiba. Aku akan berlari untuk memeluknya seerat mungkin."

"Tentu. Kita akan mulai dari awal lagi."

Mereka berdua lalu saling bergenggaman tangan dan tersenyum, sepasang sayap putih melambangkan kesucian masing-masing dari mereka berdua mulai mengembang dan mengepak layaknya burung merpati menciptakan bubuk cahaya sebagai jejaknya. Mereka berdua terbang dengan cepat bagai bintang jatuh menembus langit dan menghilang dari balik awan putih Senada dengan sayap puith Mereka.

.

.

.

.

"Issei apakah kau mengerti sesuatu tentang perempuan?" Tanya Naruto disela-sela perjalanan menuju sekolah.

"Hah, Maksutnya?"

"Kau kan sering berurusan dengan perempuan dan Aku melihat Kau seolah terbiasa akan hal itu-ttebayo."

"Ooowh, kalau itu memang sudah biasa bagiku Naruto-san."

"Benarkah? Lalu bisakah Kau mengajarkanku agar terbiasa dengan perempuan?!"

"Hakk...!?"

"Ah! I-issei-san...!" Asia berteriak panik karna melihatnya yang secara tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mengganjal pada kerongkonganya.

Hyoudou Issei, bidak Pion dari Rias gremory ini hampir saja terbunuh karna tersedak oleh air liurnya sendiri saat Ninja pirang di sebelahnya ini berbicara demikian. Apa itu maksutnya dengan mengajarkanku agar terbiasa dengan perempuan?. Bukankah setiap Laki-laki akan merasa terbiasa akan tingkah laku perempuan secara alami dengan seiring bertambahnya usia?

Dan pada usia inilah seharusnya Ninja pirang di sampingnya mengerti akan hal tersebut. Issei berfikir memanganya apa saja sih yang di lakukan Naruto semasa Ia hidup menjadi seorang Shinobi sampai sekarang? Apa sesibuk itu kehidupan-nya hingga pengetahuanya tentang Perempuan cenderung Abu-abu? Atau karna memang Ia terlalu Cuek?

Tapi sampai saat ini Naruto masih belum memahaminya dan Ia merasa jika Issei dapat di andalkan dan membantunya karna cowok mesum ini memiliki komprehensif yang lebih luas mengenai perempuan.

...

Terima kasih untuk Asia yang begitu sigap menolongnya tadi. Oke berkat pertolongan-nya, sekarang Issei dapat berfikir secara jernih kembali dan dapat melanjutkan perjalanan sekolah bersama.

"Hmmm..."

Naruto itu tipe cowok yang kurang peka dan bodoh mengenai perempuan, Issei sering kali melihat rekan satu klubnya yang menjabat sebagai Queen terlihat lengket dengan Ninja pirang ini namun dengan halus Naruto mencoba untuk menghindar dengan disertai ekspresi wajah yang mirip seperti orang yang sedang menahan BAB, dan saat jaraknya semakin menjauh dengan cepat Ninja pirang tersebut menghilang tanpa meninggalkan jejak. Wow! Dia benar-benar Ninja...!

"Menurutmu Aku harus bagaimana?" Naruto kembali meminta jawaban darinya.

Issei berfikir sejenak, tentu perempuan merupakan mahluk yang sulit dipahami dan sangat sensitif, Salah sedikit habislah sudah kita.

Issei mulai mengambil analisis, yang Ia tahu perempuan yang sering terlihat sangat dekat dengan Naruto adalah senpai-nya yaitu Akeno, gadis Yandere yang blak-blakan memberi sinyal Wifi kepada Naruto yang bodoh ini malah menyalakan sinyal Bluetooth. Mengetahui hal itu justru malah membuat Issei merasa iri dan sifat iblis yang ada dalam dirinya berbisik untuk berbohong kepada Ninja pirang ini dan memanfaatkan kebodohanya.

Namun sisi malaikat dari jiwa iblis dirinya dengan marah mengatakan jika Ia tak boleh seperti itu, Naruto itu temanya dan juga sama-sama lelaki yang menjadi korban 'keganasan' dari mahluk mempesona bernama Perempuan. Ia dan Naruto sama-sama berjuang untuk mengalahkan perempuan dalam artian yang berbeda dan masalah yang berbeda pula tentutnya. Jadi Ia harus membantu Ninja pirang ini. Yosh...!

Setelah beberapa saat berfikir dan mendapatkan jawaban yang tepat dari dua argumen sisi baik dan jahat, Issei mulai membuka suara untuk Ia jadikan jawaban yang Ia anggap tepat.

"Baik. Untuk masalah sepertimu Aku rasa kamu harus merasa terbiasa berada untuk dekat dengan perempuan."

"Bagaimana caranya?"

"Caranya, tentu saja Naruto-san harus mencoba selama mungkin untuk berdekatan dengan perempuan."

"Ooowh. Baiklah aku akan mencobanya-ttebayo."

Ehem. Saat selama Naruto masih tinggal di Konoha yang dinamakan dekat dengan perempuan tentu Naruto sudah terbiasa contohnya... Ia seringkali melakukan misi dengan Sakura yang notabenenya seorang perempuan. Iya kan? Dan juga bersentuhan fisik dengan perempuan seperti bertarung dan menggendong untuk menolong mereka.

Tapi sayangnya perempuan disini, di dunia ini berbeda dengan yang di Konoha. Mereka disini lebih berbahaya dan sering membuat Jantung beserta otaknya mengalami konslet saat tindakan mereka yang blak-blakan menjadikan dirinya sebagai korban. Naruto tak tahu, kenapa Ia menjadi seperti ini... Selama Ia mengembara dengan sang Gamma sanin mesum Jirayaa Ia sangat jarang sekali untuk bersosialisasai dengan mahluk mempesona bernama perempuan, dan mungkinkah hal itu yang membuatnya menjadi bodoh seperti ini?

Tapi, untuk sekedar mengobrol dengan perempuan Ia tentu tak kaku sama sekali, yang jadi permasalahanya ialah bagaimana caranya Ia untuk dapat memahami fikiran dan mood dari Mahluk mempesona ini dan juga kontak fisik berlebihan yang sebelumnya tak pernah Ia alami di dunia ini.

Tapi lihat saja apakah Saran dari Issei akan berhasil? atau justru malah membuat Naruto semakin gelagapan?

.

.

.

.

.

Saat beberapa langkah lagi menuju gerbang sekolah, tanpa sengaja Angin bertiup cukup kencang menggoyangkan pohon dan membuat embun yang menempel pada daun-daunya berjatuhan layaknya hujan.

SRUSH!

"S-siaaal...!"

Naruto yang kebetulan berdiri lewat di bawahnya taksempat menghindar, karna Ia sibuk berbincang dengan dua bidak Iblis dari keluarga Gremory ini dan seketika rambut beserta baju seragam yang dikenakanya basah kuyub terkena air dari hujan dadakan barusan.

Sontak Mereka bertiga kini menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sini.

"Ya ampun...! sepertinya ini hari yang sial deh...!" Ujar Issei yang berdiri disampingnya nampak dari wajahnya Ia juga ikut merasa kesal.

Naruto lihat dua teman di sampinya juga mengalami hal yang serupa namun tak sama. Ya... Baju seragam Issei dan Asia memang basah namun tak separah dirinya, kemungkinan beberapa menit kemudian baju mereka berdua akan kering dengan sendirinya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Ck, Kuso...!"

Dengan kesal Naruto mengibas rambut pirang basahnya guna memisahkan air dari serat rambutnya, tanpa Ia sadari pada waktu yang sama beberapa Perempuan yang memperhatikanya berteriak histeris dengan disertai kedua pipi yang merona. Dari sudut pandang para Perempuan yang memperhatikanya, Naruto saat ini nampak seperti seorang laki-laki blasteran eropa yang baru kali ini mereka lihat, mereka tidak tahu jika orang yang mereka teriaki adalah Naruto si anak baru yang gemar datang terlambat. Tiap-tiap helaian pirang lurus yang bergoyang tersapu angin semakin menambah kesan tampan pada dirinya.

"Kyaaaa...!"

"Ada pria tampan disekolah...!"

"Kyaaa...! Dia manis sekali...!"

"Apa dia sudah punya pacar?!"

"Kyaaa...!"

Perasaan Naruto, Issei dan juga Asia semakin tak enak saat para perempuan mulai berlari dengan bergerombol kearah mereka atau lebih tepatnya Naruto dengan disertai teriakan histeris memekakan telinga layaknya para gadis yang sedang menonton acara konser K-pop dan saat jumlahnya semakin bertambah gerobolan tersebut kini justru lebih terlihat seperti puluhan ribu pasukan Sparta yang mulai menyerang kearah Mereka.

"G-gawat!"

...

Suasana yang menjadi heboh membuat sang wakil ketua Osis yang kebetulan lewat menjadi tertarik untuk melihat apa gerangan yang terjadi. Sedikit bersusah-payah untuk menerobos kerumunan yang rapat hingga kedua mata berkaca mata miliknya menangkap apa yang menjadi penyebab kehebohan yang terjadi di gerbang Sekolah ini.

"Uzumaki-kun?"

"Huwaaaa...! Issei...! Asia...! Tolong aku-ttebayo...!"

Dan Ia taksendiri, Kedua teman Iblis newbie-nya pun tanpa sengaja ikut terjebak oleh desakan para kerumunan perempuan yang disebakan oleh Pesona yang tampan sengaja keluar begitu saja olehnya.

"I-issei-san...! N-naruto-san...!"

"Asia...! Naruto-san bertahalah...! Aku akan seg-... Muehehehe...!"

Sudah jatuh tertimpa Oppai, mungkin kata pepatah mesum itulah yang cocok akan situasi saat ini Bagi Issei. Ditengah usahanya untuk keluar dan menolong dua teman pirangnya fokusnya malah menjadi buyar saat beberapa pasang Oppai lembut menjepit wajah beserta tubuhnya dari segala sisi hingga membuatnya tenggelam dibalik kerumunan yang semakin heboh.

"Muehehehee..." Dan tawa mesum itu menjadi yang terakhir kali terdengar sebelum Ia benar-benar tenggelam pada lautan perempuan.

.

.

.

.

.

"Arigato Tsubaki, mungkin jika kau tidak menolong kami kemungkinan kami akan mati-ttebayo."

"A-arigato, Tsubaki-san.

"Muehehehee..." Kalian tahukan? Ini siapa?

Saat ini Naruto, Issei beserta Asia tengah berada diruangan Osis, Ini semua berkat Tsubaki yang berhasil membubarkan masa yang heboh dan mengefakuasi korbanya ke runagan ini, Sebelumnya Ia juga sempat ikut terpana akan rambut basah Naruto yang membuatnya terpesona akan Aura ketampanan sesaat yang dikeluarkan laki-laki pirang dengan goresan kumis kucing ini. Namun dengan segara Ia tersadar dari kelalaianya dan berhasil membuat suasana menjadi kondusif kembali.

"Doushimashite, Ini seragam untukmu Uzumaki-kun, Aku meminjamkan-nya dari koperasi Sekolah. Dengan baju basah seperti itu... tidak mungkin kan untuk belajar di kelas?"

Suasana ruangan Osis ini sudah tampak sepi karna sebagian Anggotanya telah pergi menuju kelas masing-masing beberapa menit yang lalu, tak masalah bagi Tsubaki untuk datang terlambat menuju kelasnya karna Ia memiliki alasan kuat yang akan membuatnya menjauh dari hukuman.

"Sekali lagi Arigatou Tsubaki... Bagaimana Aku dapat membalas budimu?"

"Ah tidak per-... Apa?"

"Bagaiman caraku untuk membalas Budimu?" Ujar Naruto meyakinkan.

Ehem...!

laki-laki remaja bernama lengkap Uzumaki Naruto bagi Shinra Tsubaki merupakan Laki-laki yang belakangan ini sering menarik perhatianya, baginya Naruto itu merupakan cowok yang tak populer akan tetapi memiliki sinar daya tarik tersendiri baginya. Namun sayangnya Tsubaki terlalu jual mahal untuk mencoba berdekatan langsung dengan cowok berambut pirang ini, dalam lubuk hatinya yang terdalam Ia ingin sekali untuk dapat mengenal laki-laki yang menurutnya bagaikan Matahari ini. Sifat Tsundere yang melekat pada dirinya sejak lahir menjadi pengahalang tersendiri baginya. Namun Ia yakin suatu saat Ia akan dapat berdekatan dengan cowok pirang ini.

Dan saat lima kata dalam kalimat terakhir yang terucap dari Naruto barusan seolah menjadi lampu hijau baginya, ini merupakan kesempatan baginya untuk memulai langkah awal.

"Ummm... Bagaimana jika makan siang bersama di atap sekolah di jam istirahat?"

"Yosh! Baiklah!"

"Baiklah, Setelah Bell istiahat berbunyi tunggu Aku di depan kelasku."

Tsubaki berusaha menahan dengan mati-matian degup jantungnya, Ini seolah bagaikan bomb waktu yang siap meledak kapan saja, Ia mengutuk dirinya sendiri yang dengan begitu lancarnya mengeluarkan kalimat yang sangat jelas sekali baginya untuk mengajak seorang laki-laki berkencan. Tapi apakah itu dapat disebut dengan berkencan? Entahlah namun yang pasti Ia merasa demikian.

"Waauw, itu tadi... Ano... Um... Eto... Naruto-san..." Issei yang berdiri tak jauh dari Naruto terpana dan tak mampu mengutarakan apa yang ingin Ia katakan, sedangkan Orang bersangkutan hanya senyum-senyum saja seolah menganggap sebagai hal yang biasa.

Rasa malu yang Tsubaki tahan semakin menjadi-jadi saat kedua mata coklat behiaskan kaca itu sebelumnya sama sekali tak menyadari jika masih adanya kehadiran dua sosok lain yang tidak lain tidak bukan ialah Issei dan Asia yang ikut memperhatikanya dengan ekspresi yang terkejut namun disembunyikan itu, lagi-lagi Ia mengutuk dirinya sendiri.

"Umm, N-naruto-san Kita harus cepat-cepat masuk kelas."

Gadis pirang disamping Naruto menarik-narik ujung blazer yang dikenakan laki-laki pirang tersebut yang membuat empunya mengalihkan perhatian kepada gadis bushoujo bernama Asia, Dia mengangguk kecil sebagai respon dan kemudian menoleh kembali kearahnya. Tsubaki sangat ingin berterimakasih pada gadis tersebut karna berkat dirinya momen Akward seperti ini akan segera berakhir.

"Oke, Kalau begitu kami pergi dulu Tsubaki, Jaa-ne...!"

Dan saat ketiga Orang tersebut menghilang dari balik pintu ruangan ini, dengan cepat Tsubaki berlari menuju Washtafel yang berada di pojok ruangan ini. Melepaskan kacamata miliknya dan kemudian membasuh wajahnya berkali-kali yang Ia rasa mengalami kenaikan suhu.

"B-bodoh...! Apa yang barusan Aku katakan...!"

Ia melihat refleksi dirinya pada sebuah cermin di hadapanya, tanpa menggunakan kacamata sekalipun Ia bahkan dapat dengan jelas melihat semburat merah muda yang menghiasi kedua pipi putihnya.

Ambil nafas pelan-pelan, tahan... Lalu hembuskan...

"Fyuuuh..."

Oke sekarang Ia merasa detak jantungnya secara perlahan mulai kembali normal, namun tidak dengan fikiranya yang terus teringat akan hal barusan. Dan sekarang Ia dibuat bingung sendiri, Apa yang harus Ia lakukan nanti? Dan bagaimana Ia harus bersikap dihadapan Seorang Laki-laki?

Sempat terbesit dalam hatinya untuk membatalkan perjanjianya dengan Naruto, namun yang pasti Ia sendiri akan menyesali itu. Karna baginya untuk dapat dekat dengan Naruto saja itu merupakan hal yang jarang bahkan mungkin sulit untuk bisa terwujut olehnya.

Tak ada lagi Soal-soal remedial yang di titipkan kepada Kaichou-nya untuk Naruto karna Laki-laki dari angkatan ke dua di sekolahnya ini sudah mulai rajin untuk belajar di kelasnya dan itu berarti tak ada waktu baginya untuk dapat berdekatan dan sekedar membantu cowok pirang itu mengerjakan Soal remedial.

Ia menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, keputusanya sudah bulat, Ia akan tetap berpegang teguh akan apa yang Ia inginkan.

"Uzu... Maki..."

.

.

.

.

.

"Naruto-san? Kamu tadi sadar nggak sih kalau tadi itu wakil ketua osis mengajakmu untuk berkencan?"

"Berkencan?"

"Yap! Ber...Ken...Can... Jangan bilang kalau kamu tidak tahu yang namanya berkencan."

Naruto, Issei dan Asia, Mereka bertiga saa ini telah berada di dalam kelas saat sebelumnya mengantar Naruto menuju Toilet untuk mengganti baju seragamnya yang basah, seperti biasa saat jam kosong seperti ini merupakan hikmah terindah yang tiada duanya bagi Murid-murid Sekolah di seluruh Jepang bahkan diseluruh dunia sekalipun. Akan lebih baik jika pada jam kosong seperti ini dimanfaatkan untuk membaca buku materi sehingga dengan begitu waktu yang mereka habiskan tak akan terbuang percuma.

Namun persetan dengan buku, mereka lebih memilih untuk asik berbincang-bincang dan bermain, seperti yang dilakukan dua remaja berbeda Ras ini, Issei dan Naruto... Layaknya ibu-ibu komplek mereka tengah asik berbincang mengenai hal tadi.

Bagaiman dengan Asia? Seperti hari-hari sebelumnya Ia selalu di kerumini para perempuan untuk mengobrol mengenai segalahal yang berhubungan dengan gender perempuan tentunya.

Kembali ke Naruto dan Issei.

"Ah apaan sih? Tadi kan sudah jelas, dia mengajak kita untuk makan bersama sebagai cara untuk balas budi..." Ujar Naruto.

Lagi-lagi Issei dibuat Sweatdrop dengan ketidak pekaan dari teman polosnya ini mengenai Perempuan, ingin sekali dirinya untuk mencongkel isi kepala Naruto dan mentransplantasi-kan nya dengan isi kepala mesum milik Matsuda atau Motohama dan jika perlu isi kepala miliknya sekalian agar Ninja pirang ini tahu bagaiman sensasi dari sebuah pemikiran liar. Dan jika Issei terlahir sebagai perempuan Ia pasti akan menampar Naruto dengan Oppai besarnya karna saking gemasnya Ia akan kebodohan Ninja pirang ini mengenai mahluk mempesona bernama Perempuan.

"Hahhh... Tadi itu Tsubaki-san hanya mengajakmu saja... memangnya Naruto-san tidak mendengar apa yang tadi diucapkan oleh Tsubaki-san?"

Dengan tangan yang tertempel di dagunya Naruto mulai mencoba untuk mengingat deretan kalimat yang dikatakan Tsubaki sebagai cara untuk membalas budi kepadanya.

...

"Ummm... Bagaimana jika makan siang bersama diatap sekolah di jam istirahat?"

...

'Bersama'. bukankah itu berarti gadis Meganekko tersebut turut mengajak Issei dan Asia juga?

"Aku tahu yang kamu fikirkan Naruto-san..."

"Apa...?"

"Kamu pasti tetap beranggapan jika Tsubaki-san juga mengajak Aku dan Asia kan...?"

"Tentu... Bukanya sudah jelas kan?"

"Naruto-saaaan...! Tsubaki-san mengatakan itu dengan kedua pipi yang merona dan pandangan mata yang terus tertuju padamu...! Jangan bilang kalau Kamu tidak menyadarinya..."

Naruto kembali mencoba mengingatnya. Memang sih ada rona pipi diwajah putihnya, tapi apa hubunganya dengan itu?

Oke... Naruto memang kelewatan bodoh dan sangat tidak memahami akan tingkah laku dan perubahan ekspresi pada perempuan yang ditujukan langsung dengan-nya. Bahkan Rona pipi yang timbul diwajah seorang perempuan pun Ia tak tahu apa artinya.

"Memang Apa hubunganya Pipi yang merona dengan ajakan makan siang bersama?"

PLAK!

Issei memukul kepalanya sendiri, Ia kembali dibuat pusing akan kebodohan Ninja pirang dengan tanda lahir menyerupai kumis kucing ini, kebodohan akan pengetahuan tentang mahluk mempesona bernama Perempuan. Sudah cukup Ia tak tahan lagi, Ia harus mencongkel kepala kuning Naruto yang mulai cengar-cengir tidak jelas yang terlihat menyebalkan di matanya.

"MATSUDA...! MOTOHAMA...!"

Issei bereteriak dengan keras Layaknya Boss yang memanggil bawahanya, tak peduli sama sekali jika saat ini Ia menjadi pusat perhatian bagi seluruh orang yang berada disini.

"Ha'i...!" "Yaa...!" Secepat Shunsin no jutsu kedua teman-nya muncul dengan tiba-tiba dan berdiri langsung tepat dikedua sisi-nya.

"Kita mempunyai Misi..."

Dan saat tiga kata dari kalimat itu terucap dari bibir Issei, Naruto mulai merasa sesuatu yang tak enak akan nasib dirinya akan segera menghampiri.

.

.

.

.

.

Bell Sekolah baru saja berdering dan menggema keseluruh perfektur Sekolah ini. Para Murid secara bergerombol mulai nampak keluar dari pintu kelas mereka masing-masing setelah Guru yang mengajar mereka keluar terlebih dahulu.

Begitu juga dengan Tsubaki yang baru saja keluar dari kelasnya karna Ia sengaja untuk keluar paling akhir, kedua mata yang berhiaskan Frame itu langsung menyisir lingkungan sekitar yang mulai nampak sepi karna kebanyakan murid dengan terburu-buru telah pergi menuju kantin.

Kedua mata coklat di balik kaca itu masih menyisir lingkungan sekitar, Ia mencari-cari seseorang yang seharusnya telah berdiri di sekitar sini, seseorang yang telah memegang janji kepadanya, Namun sepertinya Laki-laki tersebut tak menepatinya, terbukti dengan ketidak adanya kehadiran Naruto disini. Ia mulai merasa kecewa namun juga lega... Kenapa demikian? Tsubaki kecewa Karna Naruto sepertinya tak menepati janjinya. Dan lega karna Ia sendiri sebenarnya masih belum siap untuk bertemu dan berduaan saja dengan Naruto, Yaa meskipun sekedar makan siang bersama.

"Huhhh..."

Dengan Helaan nafas kecewa, Ia mulai melangkah pergi menuju ruang Osis yang kehadiranya tengah dinanti dengan beberapa tugas untuk dikerjakan. Namun saat baru beberpa langkah Ia ambil... pendengaran Iblis miliknya mengangkap dengan jelas suara jatuh dari arah belakangnya, merasa tertarik akan hal itu... Tsubaki sontak memutar tubuhnya guna melihat apa gerangan yang terjadi.

"Aduh...!"

Kedua mata berhiaskan frame miliknya melebar saat mendapati Naruto yang baru saja datang dengan cara yang tidak elit, sepertinya dia datang untuk menepati janji mereka... *Ciee... Ciee... *Plak...!

Rasa kecewa yang sebelumnya menghinggapi hatinya dengan cepat pergi menghilang.

"Dasar Trio kampret...!"

Dan Tsubaki akhirnya mengerti apa gerangan yang menjadi penyebab Naruto muncul dengan cara jatuh tersungkur seperti itu, Asumsi-nya semakin tepat saat mendegar segerombolan langkah kaki yang berlari pergi menuruni tangga lantai dua ini.

"Kau tidak apa-apa Uzumaki-kun?"

Gadis Meganekko ini tentu merasa tak enak dan kasihan jika hanya melihat Laki-laki pirang di hadapanya terjatuh seperti itu, dengan ringan Tsubaki mengulurkan tangan putihnya sebagai tanda untuk Naruto agar mau menerima pertolonganya dan membantunya berdiri.

"Arigatou Tsubaki... Maaf jika Aku terlambat... Heheheee..."

"Tak apa Uzumaki-kun... Aku bahkan baru saja keluar..."

"Ooowh Oke... Jadi, Err... Apa kita pergi ke kantin terlebih dahulu untuk membeli makanan?"

"Yaa... Ayo kita bergerak, sebelum kita kehabisan stok makanan kantin."

Tsubaki mulai mengambil langkah namun terhenti saat Ia menyadari sesuatu. Yaa... Tangan mereka masih berpegangan, nampak seperti tanpa ada satupun niat dari Mereka berdua untuk melepasakanya hingga...

"Ummm... Uzumaki-kun maaf tanganku masih Kau..."

"Oh...! Hehehee maaf Aku tidak menyadari-nya... Habisnya jari-jari tanganmu lembut sih..."

"...?"

Tsubaki sempat mengira hanya dirinya saja yang hampir lupa jika kedua tangan mereka masih saling berpegangan. Tapi kata pujian polos dari Naruto sukses membuatnya merasa malu sekaligus senang.

...

"Naruto-san, jika kau berjalan dengan perempuan... Usahakan untuk menggenggam tanganya, tapi jika dia tak merasa nyaman... Kau bisa untuk berjalan bersebelahan denganya agar dia merasa senang."

-Matsuda-.

...

.

.

.

.

.

"Huh...! Ramai sekali-ttebayo!."

Mereka berdua saat ini telah berada di kantin sekolah. Terlihat dari matanya jika laki-laki di sampinya ini nampak begitu keasal dari bibirnya yang mengerucut, sesuai dengan dugaan Tsubaki sebelumnya jika di sini pasti akan sangat ramai dengan serbuan para Murid-murid berperut kosong yang mencoba berebut untuk membeli makanan yang mereka inginkan, Hanya demi sebuah makanan mereka rela berdesak-desakan dengan brutal-nya. Oke... Tsubaki melihat hal ini lebih seperti menonton acara Rock yang dimana para penonton yang hadir saling menari tapi cenderung seperti berkelahi, Ia pernah dengar hal itu kalau tidak salah namanya Mosing kah? Tsubaki mulai menggunakan otaknya untuk mencari cara agar Ia dapat membeli makanan tanpa harus ikut-ikutan berdesakan, karna Ia tak mau menjadi salah satu korban pelecehan dari beberapa pelajar laki-laki yang sengaja ikut masuk dalam kerumunan.

"Hmmm..."

Disela-sela Tsubaki mencari Ide, tanpa Ia ketahu jika Ninja pirang di sampingnya ini tengah menggerakan jari-jarinya dari balik tubuhnya layaknya memberi sebuah kode isyarat untuk di baca oleh seseorang.

Dan dari kejauhan nampak tiga orang predator berotak mesum yang tak lain adalah Isse, Matsuda dan Motohama menerima dengan jelas pesan Isyarat jari tersebut yang ditujukan kepada mereka bertiga.

"Hei, Matsuda, Motohama... Ayo bergerak." Ujar Issei dengan suara yang agak berbisik.

"Um." "Ha'i."

Mereka bertiga mulai bergarak menuju sebuah target yang menjadi misi rahasia mereka yang tak lain dan tak bukan Ialah kerumunan Orang-orang yang tengah berdesak-desakan untuk berebut makanan tersebut.

Layaknya Agen-agen rahasia dalam sebuah film, Mereka bertiga mulai berbaur dalam kerumunan yang sibuk dan menghilang tanpa ada satu pun dari sekian banyak orang yang melihat apa yang akan Trio mesum ini lakukan.

Dari dalam kerumunan, mereka bertiga mulai berpencar sesuai dengan rancana yang sebelumnya mereka buat. Masing-masing dari mereka mengeluarkan sebuah kotak kecil bungkusan bertuliskan P*cky yang terlihat mencolok dari balik blazer hitam mereka.

Di bukanya kotak dari bahan kertas tersebut dan diletakan begitu saja di atas lantai, kotak tersebut sengaja dibiarkan begitu saja tertendang oleh salah satu kerumunan yang kebanyakan para gender perempuan ini, membuat sesuatu yang berada di dalam kotak tersebut mulai bergerak lari keluar.

Merasa selesai dengan tugas mereka, Issei dan kedua teman-nya dengan susah payah kembali memisahkan diri dari kerumanan yang semakin ramai tersebut dan kembali ketempat semula.

Mereka melihat dan menunggu apa yang akan terjadi hingga sebuah teriakan melengking khas perempuan menjadi sebuah pertanda jika perkerjaan mereka bertiga sukses. Mereka bertiga saling memberikan Tos sebagai selebrasi atas keberhasilan mereka.

"Kyaaa...! Ada serangga...!"

"Mana-mana?! Kyaaa...!"

"Menjijikan...!

"Kyaaaa...! Lari...!"

"Kyaaaa...!"

Dan Bisa kalian tebak sendiri kan? apa yang berada didalam kotak bertuliskan P*cky tersebut?. Hehehee...

Karna hal tersebut, kerumunan yang sebelumnya ramai tersebut menjadi semakin ramai dan kacau akan beberapa kecoa yang hanya numpang lewat diantara mereka.

Tsubaki yang melihat salah satu serangga sewarna dengan buah kurma tersebut berlari kearahnya, namun bukanya merasa takut atau jijik seperti gadis pada umum-nya, dengan sadis Gadis Meganekko ini menginjaknya dengan begitu keras dengan bercampur rasa kesal, membuat serangga berkaki delapan tersebut menjadi pipih layaknya keripik singkong yang siap digoreng.

Naruto yang melihat hal itu menjadi ngeri dan ngilu akan nasib si Serangga malang tersebut yang mati dengan begitu tragis di tangan ralat! di kaki seorang gadis tsundere ini. Dengan gugup Naruto mulai membuka suara.

"Err... Ts-tsubaki... Sepertinya kita sudah bisa membeli makanan-ttebayo..."

Orang-orang yang sebelumnya berkerumun kini telah membubarkan diri akan peristiwa Horor barusan, entah dari mana serangga berkaki delapan itu datang namun yang pasti Ia sangat berterima kasih, karna berkat serangga menjijikan itu Ia bisa dengan mudah membeli makanan. Tsubaki yang melihat itu dengan segera melangkah menuju Stand terdekat, memesan dua bungkus makan siang dan kemudian berbalik.

Namun saat ia berbalik seketika Kedua mata dibalik kaca tersebut menajam saat mendapati salah seorang Gadis dari kelompok Gremory yang entah dari mana datangnya tengah berbincang dengan Naruto, Gadis Miko tersebut nampak begitu akrab dengan Naruto, terbukti dengan salah satu lengan laki-laki itu yang tengah berada dalam dekapan-nya.

Tak ada ekpresi malu ataupu tak nyaman yang terlihat dari wajah mereka berdua, Hey! Ini tempat umum seharusnya Mereka berdua bisa memahaminya! Sebagai Fuku-Kaichou Osis disekolah ini Ia ingin sekali untuk menegur mereka namun saat ini Ia merasa lidahnya begitu kelu untuk sekedar mengeluarkan suara, bahkan sepatah kata pun tak bisa hatinya yang kesal justru membuatnya lemah.

Rasa kesalnya semakin menjadi-jadi saat...

"Naruto-kun... Ayo ikutlah bersamaku...!"

Saat Gadis Miko tersebut menarik lengan laki-laki pirang tersebut dengan paksa untuk ikut bersamanya. Sontak genggamanya pada bungkusan yang Ia bawa terlepas begitu saja dan dengan bebas terjatuh diatas lantai.

Ia ingin sekali merebut Naruto dari cengkraman gadis Miko tersebut, namun Ia bukanlah gadis murahan yang blak-blakan untuk menunjukan ekspresinya dihadapan publik.

Tsubaki dengan segera melangkah pergi dari tempat ini dengan langkah lebar, Moodnya seketika menjadi buruk saat sebelumnya Ia melihat beberapa serangga menjijikan itu berlari-lari dipandanganya. dan juga ditambah pemandangan yang tak mengenakan hati terpampang jelas dihadapanya barusan, Ia terus melangkah hingga melewati dua orang dihadapanya begitu saja, hingga membuat Naruto yang tengah dipaksa oleh Akeno tersadar jika Ia tengah pergi untuk meninggalkanya.

"Hey...! Kau mau kemana!?"

Tsubaki menulikan pendengaranya saat Laki-laki pirang itu mencoba memanggilnya, Tsubaki terus dengan cepat berjalan keluar dari ruangan kantin di sekolah ini. Ia tak tahu dan tak peduli apakah Naruto tetap mengikutinya atau tidak.

Setelah jarak yang cukup jauh dan dengan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul, Ia menghentiksn langkah dan membalikan tubuhnya guna memastikan apakah Naruto mengikutinya atau tidak.

Namun, Ia tak mendapati jika laki-laki berkumis kucing tersebut disana. Ayolah...! Setidaknya hentikalah dirinya yang hendak pergi layaknya sebuah Film drama di tv!

...

"Maaf Akeno... Lain kali saja...!"

Dengan sedikit kesusahan Naruto akhirnya berhasil membebaskan salah satu tanganya dari dekapan Gadis Miko ini, sebelumnya Ia dapat merasakan dengan jelas aura yang tak mengenakan dari Gadis Meganekko yang baru saja berlari melewati mereka berdua.

"Ara... Ara... Kenapa dia...?"

Seperti biasa Akeno selalu berbicara dengan nada santai meski dalam situasi apa-pun, Ia sama sekali tak menyadari apa kesalahan yang Ia perbuat dan hanya diam mematung tenggelam dalam pemikiranya sendiri apa gerangan hubungan yang terjadi sebelumnya pada Ninja pirang ini dengan gadis Meganekko yang baru saja melewati mereka berdua?

Memang sih... sebagian orang disini memperhatikan apa yang Ia lakukan kepada Naruto dan opal ungu miliknya dapat dengan jelas menangkap kecemburuan yang kaluar dari orang-orang yang memperhatikanya, Khususnya kaum laki-laki. Namun ada suatu hal yang menarik perhatianya. ialah hubungan antara Tsubaki dengan Naruto-nya ini.

"Naruto-kun... Apa kah sebelumnya Kau sedang berkencan dengan Tsubaki?"

"Bukan berkencan, tapi balas budi-ttebayo."

Sayang-nya Akeno tak sebodoh itu untuk memastikanya, Ia tak merasa cemburu sama sekali, namun hanya saja melainkan Ia merasa penasaran apakah Tsubaki dapat memahami Naruto yang polos dan juga bodoh mengenai Perempuan? Ataupun sebaliknya?

"Oooh... Balas budi... Ah! Sepertinya Aku melakukan kesalahan? Fufufu..."

Sambil tertawa renyah Akeno dengan segara memegang bahu Naruto dengan kedua tanganya yang lalu diputarnya tubuh tegap tersebut kearah pintu keluar.

"Kalau begitu cepat Kau susul dia...!" Ujar Akeno sambil mendorong laki-laki tersebut untuk segera berlari.

...

"Jika seorang gadis marah dan pergi meninggalkanmu... Kau harus mengejarnya Naruto-san... Dan minta maaflah."

-Hyoudou Issei-.

"Kenapa harus minta maaf...? aku kan enggak salah..."

"Perempuan itu selalu benar dan selalu menang... Jadi percayalah akan perkataanku ini jika Kau masih sayang nyawa..."

...

.

.

.

.

.

Kejadian tadi tentu masih melekat jelas di dalam isi kepalanya yang cerdas, entah kenapa perasaan kesal itu kembali muncul dalam hatinya. Ingin sekali rasanya Ia untuk menendang wajah berhiaskan tiga garis kumis kucing tersebut untuk melepaskan kekesalanya.

"Dasar tidak peka... Bodoh..."

Tsubaki berucap dengan Nada datar sarat akan kekesalan dihatinya. Ia tak memperdulikan hal-hal disekitarnya bahkan sesekali Ia menabrak siapa saja yang mengahalangi jalanya layaknya Tank perang yang siap untuk bertempur, tak ada lagi kesan anggun yang biasa terpancar darinya, suasana hati yang panas memunculkan Aura yang seolah memperingati bagi siapa saja untuk tak dekat-dekat dengan Gadis yang sedang dalam amarah ini.

Sebenarnya Naruto itu sadar tidak sih? Jika dia sedang dalam acara berkencan denganya. Eh...! Ralat maksutnya acara makan siang bersama. Seharusnya Naruto itu harus memprioritaskan acara ini denganya! bukanya malah cuek-cuek saja saat kedatangan orang lain yang mengganggu mereka!

"Dasar tidak peka!"

Oke... Ambil nafas pelan-pelan... Lalu hembuskan... "Cih." Tapi percuma saja Tsubaki mengambil nafas sebanyak apa-pun, rasa kesal di hatinya masih bersarang di dalamnya.

"Awas...!"

DUK!

Ditengah pemikiran yang penuh emosi di kepalanya, tanpa Tsubaki sadari sebuah bola sepak dengan ukuran lebih kecil dan lebih keras menghantam pelipis kanan-nya, reflek Iblisnya tak bekerja begitu baik saat Ia dalam emosi tinggi seperti ini hingga dengan mudah bola tersebut sukses memberikan Critical Hit pada dahinya.

Kerasnya hantaman bola tersebut berhasil membuat kepalanya menjadi pening dan pandangan matanya menggelap, secara perlahan tubuhnya mulai tehuyung kebelakang, Tsubaki tahu Ia akan jatuh begitu keras di atas tanah berlapiskan beton ini, namun saat sebelum itu terjadi Ia merasa tubuhnya seperti ditopang oleh seseorang dari arah belakang.

siapa gerangan Orang yang rela untuk menjadi matras jatuhnya hingga Ia tak jadi merasakan kerasnya tanah yang akan berhantaman dengan tubuhnya?

Dan akhirnya dapat Ia lihat sosok yang menolongnya saat ini, kacamata miliknya patah dan telah terjatuh lebih dulu di atas tanah, namun kedua mata coklat miliknya dapat dengan jelas menagkap wajah khawatir dari sosok yang menolongnya. tiga pasang garis kumis kucing itu dan mata yang bagaikan permata berwarna biru itu membuatnya segera dapat mengenali siapa gerangan yang menolongnya saat ini.

"Uzu... Maki..."

Ia berucap dengan lirih dan setelah itu kesadaranya menghilang. Akhirnya Ia merasa bahagia karna setidaknya laki-laki bodoh ini mau datang untuk mencarinya, Tapi... Ia sekarang merasa geli kenapa jalan hidupnya hari ini begitu mirip dengan sinetron yang penuh dengan adegan dramatis?

Lihat lah sekarang Ia nampak seperti pemeran utama yang terkulai di atas jalan dengan bersimbah darah karna saat sebelumnya tertabrak mobil, dan Naruto nampak seperti pemeran pria yang berperan sebagai kekasihnya yang ketahuan selingkuh.

Mereka berdua sebelumnya terlibat cek-cok sengit untuk meminta penjelasan akan hubungan mereka berdua, hingga Akhirnya Ia tak tahan dengan sakit dihati ini karna si pria lebih memilih selingkuhanya yang diperankan oleh Akeno dan karna sebab itu Tsubaki memutuskan untuk mengahiri hidupnya dengan cara menabrakan diri pada mobil Bus antar kota berklason Telolet Ah! Tidak-tidak! Jangan Bus... Kita rubah saja agar kematianya terlihat lebih berkelas, Oke...! mobil BMW saja dan tentunya berklason Telolet agar lebih kekinian.

Dan disaat-saat terakhir Naruto akhirnya datang dengan penyesalan dan derai air mata, Ia mengakui kesalahnya dan meminta maaf untuk yang terakhir kalinya sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan dunia.

Tamat...

.

.

.

.

.

Kedua mata coklat miliknya secara perlahan terbuka, Ia tahu langit-langit ruangan ini, UKS... Yaa di sinilah Ia sekarang berada tebakannya semakin tepat saat penciumanya mengecap dengan jelas bau yang menguar diudara dari beperapa Obat-obatan yang tersedia.

Ia tak menyangka sama sekali jika dirinya akan menjadi salah satu pasien yang berbaring disini, rasa sakit di kepalanya masih terasa berdenyut seirama dengan detak jantungnya.

"Ara-ara... Syukurlah Akhirnya kau sadar juga."

Ia kenal dengan suara feminim yang khas dengan tawa 'Ara-ara' ini, Ia alihkan pandangan mata miliknya dan sedikit saja Ia mendapati seorang gadis Miko dengan gaya rambut Pony tail tengah berdiri tepat disamping ranjang yang tengah Ia gunakan.

"Himejima-san..."

Ia mencoba untuk bangkit dari tidurnya namun tangan putih dari Iblis berdarah Datenshi itu menahanya dengan lembut, memintanya untuk tetap berbaring di atas ranjang putih ini.

"Jangan memaksakan diri Shinra-san... Kau masih butuh waktu beberapa menit lagi untuk menghilangkan rasa sakit dikepala-mu itu."

Yap, yang dikatakan Akeno benar, jika Iblis seperti dirinya masih membutuhkan waktu untuk menghilangkan rasa sakit yang berdenyut dikepala ini. Mengenai waktu, Ia tak tahu pukul berapa sekarang? Jam yang tertempel di dinding sudah tak berfungsi, terbukti dengan tidak bergerakanya jarum detik berwarna merah tersebut.

Namun yang pasti Ia dapat menebak dengan jelas bahwa saat ini kegiatan belajar di sekolah ini telah selesai, terbukti dengan langit yang berubah jingga yang terlihat dari balik jendela pada ruangan ini dan juga ditambah penglihatanya yang menangkap sebuah tas jinjing milik gadis Miko ini yang terletak di atas kursi tepat disebelah Ia berdiri.

"Aku tak menyangka jika aku bisa pingsan selama ini..."

"Fufufu... Akupun juga demikian Shinra-san."

Merepotkan, akibat peristiwa yang membuatnya jatuh pingsan sangat lama ini pasti akan membuat Kaichou-nya begitu sangat Khawatir. Ia tahu itu, Sona Sitri meskipun orangnya sangat dingin dan terlihat jahat namun percayalah jika Ia merupakan Orang yang baik dan peduli pada para budak-nya...

Kaichou-nya pasti akan mengaggap peristiwa kecil ini sebagai kasus di sekolah yang musti di pertanggung jawabkan, memang berlebihan sih... Namun seperti itulah tugas Osis di sekolah ini, mengatur ke disiplinan seluruh murid-murid disini merupakan salah satu daftar dengan tulisan yang di pertebal dalam otak mereka.

Ambil nafas pelan-pelan... Tahan, Lalu hembuskan...

"Fyuuuh..."

Ia ingat terakhir kali sebelum Ia pingsan di halaman sekolah, jika Ia melihat Naruto datang untuk menolong-nya. Sungguh tak disangka oleh-nya jika laki-laki tak peka seperti Naruto itu datang mengejarnya.

Mengenai Naruto Ia tak mendapati laki-laki itu di sini, Ia edarkan pandanganya menyisir ruangan ini untuk memastikanya dan benar saja laki-laki dengan rambut pirang itu tak berada di sini. Ia kembali merasa kesal, seharusnya Naruto itu berada di sini... Menunggunya sampai Ia siuman dan mengatakan Kau tidak apa-apa? Dengan wajah yang dipenuhi oleh kekhawatiran untuknya, Seharusnya seperti itu!

"Ada apa Shinra-san?"

Gadis Miko itu bertanya saat melihat dirinya yang sedang mencari sesuatu.

"Aku mencari... Kacamataku." Bohongnya.

Sayang kebohongan-nya tak akan berhasil di hadapan seorang Himejima Akeno, sesaat Akeno memandanginya dengan intens. Membuat Ia merasa tak nyaman untuk sekedar rebahan di atas kasur pasien ini.

"Fufufu... Kaca matamu patah Shinra-san, dan matamu memang minus, tapi masa sih objek yang kurang dari satu meter masih tidak terlihat...?"

Ujar Akeno disertai tangan yang menunjuk tepat kearah meja di samping ranjang tidurnya, dan saat Tsubaki mengikuti arah yang tunjukan, Ia mendapati kaca mata dengan frame berwarna hijau miliknya ada di sana.

Ia mengumpat dalam hati betapa bodohnya Ia untuk sekedar mencari alasan palsu sebagai penyempurna kebohongan yang dibuatnya.

"Kau mencari Naruto...?"

Tebakan Akeno berhasil membuat hatinya tersentak untuk mengatakan Ya! Dimana Naruto? Aku ingin menghajarnya! Namun Ia terdiam sebentar untuk menghilangkan ego yang terus berbisik agar memintanya untuk terus berbohong.

"Um." Ia menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Dia sedang di ruangan Osis, Sitri, ah tidak. Maksutku Shitori-san memintanya untuk menjadi saksi, Fufufu..."

Tebakan Tsubaki benar, Kaichou-nya pasti akan menganggap masalah kecil ini sebagai sebuah kasus.

"...Shinra-san boleh aku menyakan sesuatu?"

Nada suara yang di keluarkan gadis Miko ini terdengar berbeda di telinganya, Ia berasumsi jika Akeno akan menanyakan suatu hal yang penting.

Dengan rasa penasaran Ia mempersilahkan Queen dari kelompok Gremory ini untuk mengutarakan apa yang ingin Ia tanyakan kepadanya.

"Silahkan Himejima-san..."

"Apa kau menyukai Naruto-kun?"

Wajah dari gadis Miko tersebut terlihat nampak serius setelah memberikan pertanyaan to the point kepadanya. Haruskah Ia menjawabnya dengan jujur? Ia merasa tak enak jika Ia menjawab dengan jujur karna Ia tahu... Akeno termasuk orang yang begitu dekat dengan Ninja pirang itu. Kedekatan mereka sering terlihat dengan perilaku Akeno yang selalu mendekap tangan dari laki-laki itu dan menyeretnya pergi entah kemana.

Tsubaki meremas sprai putih pada ranjang pasien ini... Ia merasa cemburu saat mengingat hal itu.

Tapi... Haruskah ia berbohong? Namun yang pasti Ia tentu akan merugi akan apa yang Ia hasilkan dari sebuah kebohongan. Ia harus mengatakan Ya sebagai jawaban yang akan Ia keluarkan... Biarkanlah ego yang berada di hatinya berbicara... Hei Ia juga perempuan yang sedang jatuh cinta! Jadi tak masalah jika Ia berusaha mencoba untuk mendapatkan yang terbaik sebagai pilihanya.

"Ya, aku sangat tertarik denganya... Maafkan aku Himejima-san yang dengan lancang mengajak pacarmu untuk berkencan denganku..."

Setelah mengatakan hal itu gadis Meganekko ini langsung memutuskan kontak mata dari lawan bicaranya ini. Ia malu akan apa yang Ia perbuat. Ia yakin Akeno akan marah setelah mendengar pernyataanya... Namun setelah beberapa detik berlalu kedua telinga Iblis miliknya tak mendengar satu patah katapun dari gadis Miko ini... Apakah Akeno sebegitu terkejutnya dengan pernyataanya? Hingga sampai sekarang pun Tsubaki tak mendengar respon dari gadis Miko tersebut hingga...

"Ara-ara... Pacar? Fufufu..."

Gadis Miko ini tertawa, membuat tanda tanya besar muncul di atas kepala hitamnya. Tsubaki terheran apa gerangan yang lucu dari pernyataanya sampai-sampai gadis dengan rambut Pony tail ini tertawa dengan begitu tenangnya.

"...Shinra-san, aku dan Naruto tak berpacaran, tapi jika kau menganggap kami berdua pacaran tidak masalah kok... Fufufu..."

"Hah...?"

Apa maksutnya tadi? Jadi... Mereka berdua tidak berpacaran? Terdengar sangat tidak mungkin namun entah kenapa Tsubaki menjadi lega setelah mengetahui hal tersebut.

"...Souka..."

"Jadi... Tebakanku benar jika kau menyukai Naruto-kun..."

"Himejima-san... Kau tampak sangat dekat dengan Uzumaki-kun, jika hubungan kalian bukan pacaran, lalu apa kalian bersahabat?"

"Ara-ara... Tentu saja, bahkan aku dan dia tinggal satu atap bersama, fufufu..."

"Satu atap bersama? Bagaimana bisa?"

"Shinra-san... Bukankah kau pernah mendengar asal usul tentang Naruto?"

Tsubaki mengingat-ingat sejenak dan setelah itu ia menganggukan kepala. "Um."

"Aku dan bochou saat itu menemukan Naruto dalam keadaan skarat, kami berdua merawat dan menempatkanya untuk tinggal di kuil bersamaku..."

"Yaa..."

Jadi begitu... Secara perlahan Tsubaki mulai mengerti tentang hubungan antara Akeno dan Naruto, walapun mereka hanya bersahabat namun yang dinamakan tinggal satu atap bersama adalah hal yang terlihat ambigu bagi siapa saja yang mengetahuinya. Tsubaki sempat berfikir apakah Naruto dan Akeno pernah melakukan perbuatan yang nakal atau tidak. Dan jika Iya tentu Tsubaki akan sangat kecewa karna Ia berharap Naruto tak melakukan hal yang berbau mesum terhadap para Perempuan.

"...Shinra-san, aku tak mempersalahkan sama sekali jika kau menyukai Naruto, kau tahu...? Naruto itu laki-laki yang unik."

"Unik...?"

"Ya, pasti kau tidak akan percaya jika Naruto itu sebenarnya bodoh dan juga polos, pengetahuanya tentang hubungan perempuan dan laki-laki merupakan hal yang abu-abu baginya. Fufufu..."

Hal itu memang nampak terlihat saat Ia melihat cara Naruto memandanginya dan Tsubaki membedakan hal itu dengan laki-laki lainya, hanya Naruto-lah yang tidak jelalatan saat memandanginya. saat berinteraksi denganya permata biru itu selalu menatap tepat di mata coklat miliknya.

Berbanding terbalik dengan laki-laki lainya yang dengan sempat-sempatnya menurunkan pandangan mereka dari mata menuju aset pribadi miliknya. Sungguh kedua tangan-nya terasa sangat amat gatal untuk memberi tamparan pada pipi mereka karna melakukan hal yang tak sopan kepada seorang perempuan melalui pandangan mata.

"...Shinra-san aku berharap darimu untuk dapat memberikan Naruto-kun kebahagiaan juga... Dia masih sangat tertutup kepada para Iblis mengenai permasalahanya, dan suatu saat jika hatinya dapat kau buka, kita semua akan sangat senang untuk mengetahuinya..."

"...Senang bisa berbicara denganmu Shinra-san, teman-teman anggota klubku pasti sedang menunggu, Jaa ne...!" Ujar gadis Miko tersebut sembari mengabil tas hitam miliknya dan setelah itu berlalu pergi meninggalkanya.

Beberapa menit berlalu semenjak gadis Miko itu pergi, rasa sakit di kepalanya sudah tak lagi Ia rasakan sehingga Ia dapat dengan mudah merubah posisinya menjadi duduk.

Di dalam kepalanya Ia sedang berfikir setelah mencerna perkataan dari Akeno tadi, memberi Naruto kebahagiaan? Ia tentu mengerti maksutnya namun Naruto selalu nampak ceria di setiap kali Ia melihatnya. Mungkin kah ada suatu hal yang belum Ia ketahui dari Ninja pirang itu?

Tsubaki mengakui, jika Ia belum terlalu dekat dengan Laki-laki pirang itu jadi Ia masih membutuhkan waktu untuk dapat masuk kedalam kehidupanya, Ia akan mencoba dengan caranya sendiri untuk dapat bisa membuka hati yang terkunci itu.

Di tengah pemikiranya, Ia mendengar suara knob pintu yang terbuka.

"Permisi... Aduh, gelap sekali-ttebayo..."

Ia mengenali suara serak itu, dan saat tirai putih yang menutupi ranjangnya terbuka tebakanya 100℅ akurat jika yang mengunjunginya kali ini adalah Naruto... Walau pencahayaan di ruangan ini gelap karna lampu yang belum dinyalakan tapi penglihatan Iblisnya dapat menangkap dengan jelas siapa sosok di hadapanya ini.

CKLEK

Dengan bantuan sedikit kekuatan sihir tentu merupakan hal yang mudah untuk sekedar menaikan saklar lampu pada ruangan ini tanpa menggunakan tangan, cahaya terang dari lampu ruangan ini dengan seketika melenyapkan kegelapan yang ada.

Sedikit ada hal yang mengganjal dalam benaknya, kenapa Naruto masih berada di sekolah? Ia tahu Naruto merupakan tipe orang yang tak betah dengan lingkungan sekolah, jadi sangat amat mengherankan kenapa laki-laki dengan goresan kumis kucing ini masih berada di sekolah.

"Uzumaki-kun? Kenapa kau belum pulang?"

"Karna aku ingin menjengukmu..."

NYEZ

Jawaban polos dari Ninja pirang ini sukses membuat hatinya mencelos, berlebihan? Ya memang, namun bagi gadis yang sedang mengalami perkembangan hormon seperti dirinya merupakan hal yang cukup membuatnya senang dalam artian yang lebih mendalam.

Ehem! Ia harus mempertahankan imej sebagai Fuku-Kaichou di sekolah ini.

"...Tsubaki, maafkan aku..."

"Um?"

Oh oke, Naruto itu orang yang membingungkan fikiranya, tadi Ninja piriang ini berhasil membuatnya merasa senang dengan perkataan polosnya, dan sekarang Ia dibuat bingung akan ungkapan maaf yang baru saja terucap dari bibir laki-laki ini.

Ia berfikir sejenak, tak butuh waktu yang lama untuk memahami apa yang membuat Naruto mengatakan maaf kepadanya, So... Jadi Ninja pirang ini telah menyadari apa kesalahan yang membuat mood seorang gadis jelek? Tsubaki tertawa dalam hatinya akan hal ini.

"Tidak apa-apa Uzumaki-kun... Tapi lain kali jika kita sedang berkencan jangan sampai ada orang lain ikut campur."

"Ah Oke..."

Tsubaki menyelesiakan perkataan-nya dengan penuh penekanan tanpa menyadari satu kata ambigu yang terceplos masuk di dalamnya.

"...Eh tapi tadi itu kencan ya?"

Dan saat Ninja pirang tersebut mengatakan kata Kencan barulah Tsubaki menyadari apa kata yang sempat terceplos masuk di dalam kalimatnya tadi, Ia mengutuk dalam hati kenapa Ia bisa sebodoh ini di hadapan orang bodoh ini? Dan mungkin Ia yang lebih bodoh di bandingkan dengan orang bodoh ini, Ah dasar bodoh...!

"A-aa... Maksutku saat makan siang bersama."

Tsubaki merasa ada yang salah pada dirinya saat merasakan panas pada wajahnya. Oh bagus... Dan sekarang Ia merasa degup jantungnya mulai bertempo cepat. Ia tak suka perasaan ini, perasaan negatif yang membuatmu tak nyaman dan salah tingkah ini. Yapz! Malu...

"Err... Tsubaki wajahmu merah..."

"A-ah...?"

Sial baginya karna Ninja pirang yang menjadi lawan bicaranya ini menyadari perubahan warna pada wajahnya, Ck jika tahu begini lebih baik Ia tak usah menyalakan saklar lampu ruangan ini dan membiarkan kegelapan menyembunyikan rona merah yang muncul pada kedua pipinya.

TUP

"...!"

Ia merasakan sesuatu yang menempel pada keningnya, sangat cepat baginya untuk memproses apa yang baru saja terjadi, otaknya belum siap mencerna apa yang terjadi, Ia mengalami loading lambat.

Kedua kening yang menyatu...

"Kau sakit? Dahimu panas sekali-ttebayo..."

"A-ah?"

Tsubaki merasa ada sesuatu yang rusak di dalam kepalanya dan ini semua disebabkan oleh perlakuan Ninja pirang dihadapanya ini.

Dengan perlahan Naruto mulai menarik kembali wajahnya, dengan begitu Tsubaki mulai dapat menguasai dirinya sendiri.

Ambil nafas dalam-dalam... Tahan... Lalu hembuskan...

Oke saat ini Ia dapat kembali tenang.

"Aku tidak sakit Uzumaki-kun... Aku tidak apa-apa..."

"Souka? Tapi tadi itu kau...-"

"Aku sehat..."

"Oh, oke baiklah..."

Keadaan kembali menjadi hening.

Ia mengalihkan pandanganya ke arah jendela luar, hari semakin gelap membuat Tsubaki harus segera pulang menuju rumahnya, dengan perlahan Ia mulai turun dari atas ranjang yang selama ini di pergunakan olehnya.

Mengenakan sepatu pantofel hitam miliknya dan mengambil kaca mata rusak di atas meja, setelah itu baru lah Ia melangkah pergi.

Naruto yang melihat itu sontak bertanya.

"Kau mau kemana?"

"Hm? Tentu saja pulang Uzumaki-kun..."

"Err... Biar kuantar...!"

"Huh? Apa tidak merepotkan?"

"Aku rasa tidak, lagi pula tidak baik bagi seorang perempuan untuk pulang kerumah sendiri sedangkan hari sudah semakin gelap."

Ia melihat Ninja pirang tersebut tersenyum kepadanya, pulang dengan ditemani seorang laki-laki? tentu ini merupakan hal yang teramat sangat jarang sekali Ia lakukan. Dan Naruto laki-laki baik hati ini menawarkan dirinya sendiri sebagai teman sekaligus penjaga di perjalanan menuju apartemen tanpa merasa jika ini merupakan hal yang merepotkan bagi dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

Perjalanan menuju kediamanya malam ini nampak berbeda dengan kehadiran Ninja pirang yang ikut melangkah beriringan denganya.

Berbeda seperti hari-hari biasa, Ia melangkahkan kedua kakinya dengan tempo yang lebih lambat agar bisa menikmati moment ini lebih lama.

Lagi pula semua perempuan pasti akan sangat gembira saat dapat berduan saja dengan laki-laki yang disukainya, begitu pula dengan Tsubaki...

Di sela-sela perjalanan Gadis Meganekko ini dengan gerakan malu-malu mencoba untuk menautkan tangan putihnya pada tangan tan milik Naruto selagi laki-laki pirang ini sibuk mengoceh tentang kehidupan sekolahnya pada hari ini, namun Ia selalu saja gagal karna tangan Naruto selalu sibuk bergerak kesana kemari.

Tsubaki mengerang di dalam hati, Ia merasa kalah telak dengan Queen dari klan Gremory yang siang tadi dengan mudahnya mendekap tangan Naruto dengan sangat erat bahkan di tempat umum sekalipun.

Oke, Ambil nafas pelan-pelah... Tahan... Lalu hembuskan...

Ia kembali berusaha untuk menautkan jari miliknya.

TUK

GREB!

Berhasil.

Err... Tapi ada sesuatu yang salah dari perkiraanya. Oke mari kita lihat...

Dan ternyata tangan miliknya telah berada dalam dekapan seorang Naruto.

"Uzumaki-kun...?"

Aneh.

Ya itulah yang terfikirkan olehnya, Naruto mendekap tanganya dengan erat disertai tubuh yang sedikit berketar. Ia tahu sikap seperti ini menunjukan bahwa seseorang sedang mengalami ketakutan, Ia tengok lingkungan di sekelilingnya.

Saat ini Ia dan Naruto tengah berjalan melewati jalan hutan, ini merupakan salah satu rute menuju apartemenya namun yang pasti rute memutar dengan jarak 3 kali lebih jauh ini bukanlah rute yang sering kali Ia pakai karna apa? Karna Ia sengaja untuk mengulur waktu lebih lama agar dapat bersama dengan Naruto.

"Err... Tsubaki... M-mungkin aku salah lihat atau apa, tadi aku seperti melihat mata yang menyala dari jendela bangunan itu."

Salah satu lengan Ninja pirang yang medekap tangan kanan-nya ini menunjuk ke sebuah bangunan yang terbengkalai bekas rumah berlantai 3 yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.

Beruntung sikap Naruto membuatnya tersadar akan sesuatu yang ganjil yang berhasil Ia tangkap dari hasil sensor Iblis miliknya pada bangunan tua di hadapan mereka ini.

"Kau benar... Ayo kita selidiki..."

Dengan segera Ia mengambil langkah cepat menuju bangunan tua ini, meninggalkan Naruto yang masih diam di tempat yang sama menimbang-nimbang apakah Ninja pirang tersebut akan ikut denganya atau tidak.

"T-tunggu aku...!"

Dan seperti yang diharapkanya.

.

.

.

.

.

"Ya ampun di sini gelap sekali-ttebayo. Err... Tsubaki kau setiap hari lewat sini memangnya kau tidak takut?"

Bangunan tua yang terlihat angker ini memang dapat membuat siapa saja merasa takut bagi siapa saja yang sekedar melewatinya, Aura dari Iblis liar yang mendiami bangunan tua ini lah yang menjadi alasan kedua setelah View angker bangunan ini.

Dan Ninja pirang disampingnya ini lah yang menjadi bukti jika bangunan tua berlantai tiga ini memang benar-benar membuat siapa saja merasa takut untuk sekedar numpang lewat di depan halamanya saja.

"Aku sudah biasa akan hal berbau angker seperti ini karna aku adalah seorang Iblis."

"Are? Lalu apa yang di takuti iblis jika tempat angker yang menyeramkan ini tak membuatmu takut?"

Haruskah Ia menjawab? Jika Iya itu sama saja Ia memberi tahukan salah satu kelemahan Iblis kepada seorang manusia, tapi masalahnya Naruto bukanlah manusia yang tak berpihak kepada bangsa manapun yang menjadi musuh iblis.

"Sesuatu yang berbau agamis... Seperti tempat ibadah dan sebagainya, kami akan merasa ketakutan yang sama seperti dirimu pada saat ini."

"Souka...? Kasihan sekali-ttebayo."

Naruto mengangguk mengerti, ingatanya di paksa di tarik kembali saat tragedi Asia. Ia ingat akan perkataan Rias saat gadis berambut merah tersebut menjelaskan jika Ia merasa tegang karna datang berkunjung ke gereja untuk yang kesekian kali, ya meskipun itu gereja yang terbengkalain sekalipun.

...

Sebelumnya Tsubaki berhasil mendeteksi keberadaan Iblis liar yang berada di dalam bangunan ini namun setelah Ia dan Naruto masuk. Aura dari Iblis liar tersebut telah menghilang dari sensor Iblisnya, Ia tahu jika Mahluk pendosa tersebut tengah bersembunyi darinya.

Hide and Attack, Ya seperti itulah cara mahluk ini betarung, mereka bersembunyi dan menunggu lawanya masuk dalam perangkapnya dan saat waktunya sudah tepat mereka akan bergerak untuk menyerang.

Jadi, salah satu cara yang mudah bagi Tsubaki untuk menarik Mahluk tersebut untuk keluar ialah dengan cara memancingnya, dan cara itu berhasil dengan berdirinya sesosok wanita dewasa dengan rambut gelap yang tak mengenakan sehelai benangpun menyeringai kearahnya.

Muncul sebuah tanda tanya di kepala Tsubaki mengenai sosok di hadapanya, ini tak seperti Iblis liar yang pernah berhadapan dengan kelompoknya. Biasanya Iblis liar akan langsung melakukan serangan kepadanya namun sosok Iblis perempuan ini berbeda. Ia berdiri dengan tenang seolah menantangnya. Ia berfikir apakah faktor jumlah yang menjadi alasan Iblis liar tersebut tak langsung menyerang? Menganggap remeh mungkin?

Kali ini Ia akan berhadapan dengan Iblis liar tanpa ada satupun anggota kelompoknya yang biasa membantu, kehadiran Naruto yang notabenenya bukan dari kelompoknya membuatnya berfikir untuk melakukan serangan tanpa strategi.

Strategi, Ia biasa mempergunakan bersama dengan para anggota kelompoknya. Kemistri yang sudah terjalin cukup erat memberikan sebuah jaminan jika Ia dan teman-temanya akan menang mudah.

Oke saat ini Tsubaki menganggap jika ini merupakan sebuah ujian untuk dirinya yang akan memberikan ilmu sangat berguna saat kau menghadapi musuh tanpa ada satupun teman yang sudah kau hafal betul apa tugasnya.

Kembali fokus kepada lawan dihadapanya.

"Fufufu... ternyata sepasang kekasih yang bertamu kerumahku?"

Sosok tersebut tertawa senang seolah mendapatkan mangsa baru yang akan menjadi hidangan pada malam ini.

"A-astaga! dia tidak pakai baju...!"

Ninja pirang disampingnya mengeluarkan suara terkejut disertai kedua mata yang melotot dan tak lupa dengan rona pipi yang tercetak jelas di wajahnya, dan Entah kenapa Tsubaki merasa kesal akan hal tersebut.

Sosok wanita tersebut mengalihkan pandanganya pada Naruto.

"Fufufu... Laki-laki yang menarik... Jadi kau suka tubuhku? Katakan saja di hadapan pacarmu ini, apa kau menyukai kepunyaanku ini?"

Sosok tersebut mengarahkan kedua tanganya pada bagian dada dan meremas-remas aset yang berukuran sama dengan miliknya ini.

"...Ah! Tidak mau kah kau untuk ikut meremasnya?"

Oke Tsubaki benar-benar semakin kesal melihat seorang wanita yang melakukan tindakan menjijikan di hadapan laki-laki di sampingnya ini, Ia mulai mengambil sikap bertarung. Ia tahu apa yang dilakukan musuh di hadapanya ini merupakan salah satu trik kotor yang mampu mengecoh lawan terutama lawan dengan gender laki-laki seperti Naruto, meskipun cara musuhnya tersebut terlihat bodoh namun percayalah hal itu merupakan hal yang termasuk dengan kategori berbahaya.

"Uzumaki-kun, bersiaplah... Jangan terkecoh akan dada wanita itu..."

"A-ah? Baik...!" Naruto menjawab perintahnya dengan sedikit lemot.

Oh bagus, Ninja pirang disampingnya sekarang telah mengalami kekacauan pada otak polosnya itu, dan mungkin Naruto sedang menghayal yang tidak-tidak?

Sesuatu yang tak terduga dan terlihat konyol terjadi, puting dari dada wanita tersebut mengeluarkan cahaya sihir yang membuat Tsubaki dan Naruto semakin bersiap-siap mengantisi spasi kemungkinan yang terjadi.

Dan benar saja, sebuah tembakan laser berwarna merah dengan cepat melesat kearah mereka berdua. Namun dengan mudah Tsubaki beserta Ninja pirang disampingnya ini berhasil menghindarinya, tembakan tersebut menghancurkan dinding ruangan yang di kenainya.

"O-oh! Apa itu tadi?! Dada perempuan dapat menembakan laser?!" Naruto berteriak terkejut mendapati fakta konyol yang baru saja Ia tangkap oleh kedua mata birunya sendiri. Sebuah fakta yang membuatnya memeberi nilai plus bahwa perempuan di Dunia ini benar-benar gila.

"Aku sudah katakan padamu untuk berhati-hati Uzumaki-kun." Ujar Tsubaki.

"Hahaha...! Menarik sekali...!"

Terlihat wajah cantik dari wanita yang menjadi musuh mereka berdua berubah menyeramkan dengan seringai bibir yang terlihat seolah merobek pipi, rambut hitam indah bak sutra telah tergantikan dengan beberapa puluh ekor ular yang menggeliat liar di atas kepalanya, kaki putih jenjang secara perlahan menyatu menjadi ekor panjang dan bersisik gelap.

Penapilan wanita tersebut berubah total dengan disertai aura kekuatan yang semakin kuat.

Dengan wajah serius Tsubaki mengeluarkan Naginata berwarna perak dari sihirnya dan mulai maju menyerang.

WUZZ!

Dengan kecepatan yang Ia miliki Tsubaki mencoba untuk langsung menebas tubuh mahluk yang menyerupai siluman ular tersebut namun tebasan horizontal tersebut hanya membelah udara kosong.

Dengan tubuh yang menyerupai ular tersebut sangat tidak Ia sangka jika gerakan musuhnya cukup gesit dan mampu menghindari serangan-nya.

"Fufufu... Seranganmu meleset..." Mahluk tersebut membuka suara dengan nada mengejek kepadanya.

"Cih,"

Kembali Tsubaki mencoba melancarkan serangan-nya. Dengan tingkat konsentrasi yang semakin serius, kali ini Ia menambahkan kecepatanya yang membuat Mahluk tersebut terkejut.

WUZZ!

Mahluk tersebut berhasil menghindar namun Serangan dari gadis Meganekko ini berhasil menciptakan luka sayat pada tubuh nya.

Beruntung hanya luka sayat, sedikit saja reflek dari mahluk itu lebih lambat untuk menghindar dari seranganya kemungkinan pertarungan akan langsung selesai.

"Wahai iblis liar aku Shinra Tsubaki. Queen dari Sona Sitri, memintamu untuk menyerah dan pergi kembali ke Meikai untuk menerima hukumanmu atas semua dosa yang telah kau perbuat."

Dengan kepercayaan diri yang tinggi Tsubaki menghunuskan Naginata yang tergenggam pada tangan kanan-nya ke arah mahluk ular dihadapanya.

Bukanya takut Mahluk tersebut justru tertawa keras.

"Queen Sitri? Fufufu... Amat kebetulan sekali aku dapat mangsa dari iblis kelas tinggi..."

Seperti Iblis liar lainya yang pernah Ia lawan, Mereka dengan sombong meremehkan Iblis muda sepertinya dan menganggap jika dirinya hanyalah serangga kecil.

Biarlah musuhnya beranggapan seperti itu, namun yang pasti Ia akan menjadikan anggapan remeh itu sebagai bumerang.

"...Jadi, jika aku tak mau kembali ke mekai lalu apa yang akan kau lakukan heh?"

"Aku akan melenyapkanmu..."

"Hahahaha! Hati-hati akan apa yang kau ucapkan iblis muda... Karna apa?"

"...?"

"Karna aku yang akan melenyapkanmu!"

WUZZ!

"Tsubaki!" Naruto berteriak khawatir.

Mahluk tersebut mengeluarkan senjata berupa kapak besar dari balik sihirnya dan begerak maju dengan cepat kearahnya, Ia pun tak tinggal diam dengan ikut mengambil langkah berlari maju untuk berduel.

TAP TAP TAP

CTANG!

Kilatan cahaya yang menyerupai kembang api tercipta saat dua besi berbeda bentuk tersebut beradu cukup keras.

CTANG CTANG CTANG!

Naruto yang sebelumnya ingin bergerak maju untuk membantu gadis Meganekko tersebut mengurungkan Niat-nya. Gerakan ayunan pedang Tsubaki yang tenang dan cara gadis itu bertarung terlihat sangat anggun, gerakan yang sama indahnya dengan tarian tersebut mengingatkan-nya kepada salah satu gadis yang belakangan ini selalu muncul dalam dunia mimpinya.

"Hinata..."

Naruto berucap dengan lirih menyebut nama gadis yang selalu muncul dalam benaknya, rambut gelap yang mengayun mengikuti gerakan Tsubaki sama persis dengan Hinata, bahkan saat gadis tersebut terpojok melakukan pertahan dan terpental kearahnya sama persis seperti Hinata saat sedang melawan Ne... Ah...! Tunggu dulu...!

Terpental!?

Kearahnya!?

"A-ah?"

Demi kutil Petapa genit! Betapa terkejutanya Ia yang baru saja menyadari jika Tsubaki sang Fuku-kaichou yang membuatnya terpesona akan gerakan bertarung yang indah tersebut berhasil terpental akan dorongan dari ekor ular Mahluk toples yang menjadi musuhnya tersebut.

"Hup!"

Dengan reflek ninja yang terlatih namun sedikit lemot itu Ia berhasil menahan tubuh sintal gadis Meganekko ini dalam pelukanya.

"Kau tidak apa-apa Tsubaki?"

...

Tsubaki yang sebelumya begitu unggul dalam duel senjata begitu terkejut saat konsentrasinya yang berfokus pada tehnik Naginata terpecah saat lawanya menggunakan cara lain untuk membalikan keadaan, ekor ular yang berlapis sisik yang keras dan kasar tersebut berhasil membuat tubuhnya terpental dengan satu kali ayunan keras. Medoronganya kearah dinding kokoh pada bangunan ini, Ia memejamkan mata bersiap merasakan benturan keras yang akan Ia alami namun, rasa sakit yang seharusnya terasa tak Ia dapati bersarang pada tubuhnya, justru rasa nyaman dan hangatlah yang Ia rasakan.

Hingga suara serak Naruto yang menanyakan keadaan dirinya membuat Ia secara perlahan membuka kedua mata yang tak menggunakan frame yang biasa bertengger manis di hidung mungilnya.

Kedua pipinya merona saat mendapati dirinya sendiri tengah berada dalam dekapan pelindung dari seorang Naruto Uzumaki, degup jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari sebelumnya karna laki-laki pirang ini juga memasang wajah khawatir kepadanya saat Ia menoleh, cukup dekat hingga Ia dapat merasakan hebusan nafas Naruto yang menggelitik kedua pipinya yang memerah, kedua mata biru itu mengunci kedua matanya untuk tidak berpaling kearah lain, Ia terhipnotis akan keindahan permata biru ini mengenyahkan kesadaran akan hal sekitar yang berteriak mengingatkan dirinya sedang bertarung melawan seorang Iblis liar jahat yang menyebalkan.

Kenapa hanya di hadapan laki-laki ini saja Ia merasa hatinya seolah terbuka menunjukan sisi lain dari dirinya? Hati kecil ini selalu memberi bisikan kepada otaknya untuk mendorong saraf gerak pada kepalanya agar bergerak maju lebih dekat agar Ia dapat bisa mencicipi bagaimana rasa dari bibir tipis Naruto yang selalu memberikan senyum menawan kepada hatinya ini. Dengan kata lain Mencari kesempatan dalam kesempitan.

Lebih dekat...

Lebih dekat...

Sedikit lagi...

Dan...

GREB!

"Hup!"

DUAR!

Semua terjadi begitu cepat, suara ledakan membuat kesadaranya akan hal sekitar mulai kembali. Kebodohan-nya membuat Ia mengumpat pada dirinya sendiri yang dengan lalainya membiarkan bisikan mantra sihir yang menghipnotis mempengaruhinya.

"Huh, hampir saja..."

"Eh?"

Laki-laki pirang yang menggendonganya ini baru saja berhasil menyelamatkan dirinya dari serangan Niple laser Iblis liar tersebut.

Dengan jelas Tsubaki merasakan kedua pipinya mengalami pertambahan suhu saat menyadari posisinya saat ini yang terlihat layaknya sepasang pengantin, dimana si mempelai pria menggendong mempelai wanita ala Bridal style.

"Tsubaki... Kau tidak apa-apa kan?"

Pertanyaan Naruto kembali membuatnya tersadar akan posisi yang membuat degup jantungnya berdetak ganjil.

"Aku tidak apa-apa."

"Kau selalu mengatakan tidak apa-apa sedangkan pipimu memerah lagi. Aku bingung-ttebayo..."

"Apa?"

Dengan perlahan Ia turun dari atas gendongan Ninja pirang ini.

Ambil nafas pelan-pelan, tahan... Lalu hembuskan...

Sudah sekian kali Ia melakukan hal ini saat degup jantungnya mengalami akselarasi ekstrim, dan cara inilah yang baginya cukup efektif dalam menormalkan kembali kinerja pada organ vital ini.

"Tsubaki, agar kita dapat mengalahkan mahluk ular itu dengan cepat ayo kita bertarung bersama..."

"Bertarung bersama? Uzumaki-kun, swharysnya kau juga harus mengambil inisiatif untuk menyerang juga."

"Oh, Hehehe... Maaf!'

"Tapi tidak apa-apa. Terima kasih kau tadi menyelamatkanku, jika kau tidak menangkap tubuhku... Mungkin resiko cidera akan datang lebih awal bersarang di tubuhku."

Bertarung bersama? Dengan Naruto? Entah kenapa setelah mendengar perkataan Ninja pirang tersebut Ia merasa tenaganya terasa seolah terisi kembali.

CRING

Tsubaki melihat Naruto mengeluarkan sebuah senjata dengan warna hitam mengkilap yang menyerupai ujung tombak dari balik kantung yang baru Tsubaki sadari keberadaanya terpasang pada pinggang belakang tubuh Naruto.

"Uzumaki-kun, aku peringatkan kepadamu mulai besok jangan membawa senjata tajam di sekolah."

"Hehehe... Maaf tapi sepertinya aku kebetulan deh membawanya."

Ya memang benar untuk hari ini Kunai buatan Rias Gremory tak lagi menganggur di dalam kantung senjata.

"Yosh! Baiklah! Tsubaki ayo kita berjuang melawan mahluk jelek itu!"

"Um! Yaa!"

Mereka berduapun mulai melesat melakukan serangan kepada mahluk ular tersebut.

ZRING ZRING!

CTANG CTANG!

Naruto melemparkan kedua kunai miliknya kearah musuh namun dengan mudah serangan percobaanya untuk melukai mahluk tersebut gagal dengan di tangkisnya lemparan kunai tersebut dengan mudah.

Tsubaki mengambil inisiatif serangan kedua, Ia dengan cepat melakukan tebasan horizontal ke arah tubuh namun dengan gesit mahluk tersebut lagi-lagi berhasil menghindar dan mengambil jarak.

"Sial! Dengan tubuh ular seperti itu gerakanya cepat sekali!"

"Kau benar Uzumaki-kun... Kita harus nengepungnya untuk mempersempit ruang geraknya."

"Mengepung?"

"Yaa... Gunakan jurus pembelah diri milikmu untuk mengepungnya dari segala sisi."

"Baik! Taju Kagebunshin No Jutsu!"

BOOF!

Ledakan Asap putih mengepul memenuhi ruangan tua ini setelah Naruto meneriakan nama jutsunya dengan lantang, dan saat asap putih mulai menipis puluhan kloning identik Naruto telah muncul dan menyebar dari segala sisi.

"Fufufu... Sangat menarik... Kau mampu menggandakan diri heh? Tapi jangan harap unggul dalam jumlah dapat mengalahlanku, sayang."

Mahluk tersebut menyeringai disertai ekor keras miliknya yang bergeliat melingkar.

"Semuanya maju!" Teriak Naruto memberi perintah.

"Siap Boss!"

DRAP DRAP DRAP!

Seluruh kloning Naruto mulai bergerak maju untuk menyerang dari segala sisi.

Mahluk dengan tubuh ular tersebut nampak menggerak-gerakan kedua mata vertikal miliknya di sela-sela serbuan kloning Naruto yang semakin dekat menyerangnya, mencari celah kosong yang Ia rasa tepat sebagai titik aman.

WUSH

Mahluk ular tersebut langsung bergerak dengan cepat melewati sergapan-sergapan para laki-laki pirang dengan mudah. Tsubaki yang melihat hal itu tak tinggal diam Ia juga ikut bergerak mengisi celah yang di mana mahluk tersebut akan tuju.

CTANK!

Tsubaki mengayunkan Nagitana miliknya namun lagi-lagi mahluk tersebut berhasil menangkis seranganya dengan kapak besar miliknya. Boleh Tsubaki akui keahlian musuhnya untuk bertahan dan menangkis seranganya cukup bagus, hal ini membuat dirinya untuk berfikir lebih keras bagaimana mencari celah pertahanan dari lawanya.

"Rasenggan!"

DUG

DUAR!

Di tengah pemikiranya sebuah serangan yang mengejutkan berhasil mengenai tubuh lawan di hadapanya dengan telak dan membuat tubuh ular mahluk tersebut terpental keluar menembus dinding.

"Kena kau!"

Naruto berteriak senang atas keberhasilanya menfaatkan momen yang tepat saat Tsubaki dan Mahluk ular tersebut tengah beradu senjata, Ia tengah menyiapkan Rasenggan dan pada waktu yang tepat Ia berhasil melukai lawanya dengan telak.

"Bagus Uzumaki-kun...!"

Sebuah celah yang Tsubaki fikirkan akhirnya telah Ia temukan. Jadi pada saat lawanya tengah sibuk akan dirinya di situlah Naruto harus bergerak melakukan serangan dan sebaliknya jika mahluk tersebut tengah sibuk dengan Naruto disitulah Ia masuk mencuri kelengahan mahluk tersebut. Ia mencatat rencana ini di dalam kepalanya.

Scene tempat pertarungan kali ini berpindah di luar ruangan, di banding tempat sebelumnya Tsubaki akui jika tempat sebelumnya lebih menguntungkan dirinya dan Naruto untuk mengepung dan mempersempit ruang gerak lawan mereka.

Namun tidak masalah, luka yang di ciptakan oleh Naruto pada tubuh mahluk tersebut berhasil membuat kecepatan dan kelincahan-nya berkurang.

POOF POOF!

"Ugh!" POOF!

JRASH! POOF!

Meski begitu jangan lupakan fungsi dari ekor ular tersebut, beberapa Kloning dari Naruto yang menjadi korban langsung lenyap seketika akan ayunan liar-nya.

"Rasengg...- Ugh!"

"Uzumaki-kun!"

POOF!

Ini sudah kesekian kalinya Tsubaki berteriak panik memanggil nama dari Ninja pirang yang menjadi patner bertarungnya saat ini. Sungguh! Kesamaan dari klon Naruto yang teramat sangat identik itu membuatnya merasa bingung sendiri mencari-cari mana Naruto yang asli dan mana yang palsu.

Sebelumnya Tsubaki teramat sangat yakin jika Naruto yang asli ialah Naruto yang sedang berdiri di sampingnya yang tengah menyiapkan jutsu yang nenyerupai bola, namun saat Ninja pirang tersebut ikut maju untuk melakukan serangan yang gagal dugaanya salah besar.

Ia begitu panik saat mendapati Naruto yang mencoba melakukan serangan justru malah terjebak dalam lilitan kuat yang langsung meremukan tulang-tulang-nya hingga hancur. Dan saat tubuh Naruto meledak menjadi asap putih kekhawatiranya langsung mereda bahwa Ia mendapat Fakta jika Naruto tidak apa-apa. Namun Ia tetap saja tak bisa tenang karna setiap kali kloning Naruto lenyap mereka pasti memasang ekpresi yang menyakitkan.

"Mati kalian!"

DUAR!

POOF! POOF! POOF!

Mahluk tersebut menggunakan sihirnya layaknya gelobang untuk mementalkan serbuan kloning Naruto.

"Ugh sial!"

Seluruh kloning Naruto lenyap dan hanya menyisahkan 1Naruto yang Tsubaki yakini sebagai Naruto yang asli.

"Uzumaki-kun! jangan terburu-buru untuk melakukan serangan! Jika kau menyerang dengan cara seperti itu semuanya akan sia-sia!" Tsubaki berteriak dari kejauhan. Saat ini mereka terpisah dari arah berlawanan.

Ia lihat Ninja pirang yang sehabis terpental itu mengacungkan ibu jari kearahnya sebagai pertanda mengerti akan teriakanya.

"Cih siaaaal...!"

Perhatianya kali ini kembali tertuju pada musuhnya, nampak sesuatu yang berbeda tertangkap oleh kedua mata coklatnya. Ternyata serbuan Naruto tadi tidak sia-sia dengan terciptanya sebuah luka yang berhasil melumpuhkan fungsi dari ekor ular tersebut untuk bergerak.

Ini saatnya untuk mengambil serangan, Tsubaki mulai berkonsentrasi memfokuskan kekuatan sihir pada nagitana di genggaman tanganya.

WUZH!

Angin mulai bertiup kencang di sekitaranya, merespon dorongan yang tak kasat mata di sekitar tubuhnya saat nagitana pada genggaman tanganya mulai nampak di selimuti aura bercahaya biru gelap.

WHOAM!

Naruto juga nampak akan mengambil inisiatif serangan, sebuah bola bercahaya biru langit dengan ekor-ekor cahaya nampak berputar liar di atas telapak tangan kanannya.

Mereka berdua sama-sama menganggukan kepala seolah memberi tanda untuk bergerak melakukan serangan.

WUZZ!* Tsubaki melesat dengan kecepatanya sebagai Ratu.

TAP! TAP! TAP!* Naruto juga mulai ikut berlari melesat ke arah lawan mereka berdua.

DEB!

DUAR!

Suara ledakan keras menggema keseluruh area hutan ini, membuat warga Kuoh bertanya-tanya apa yang gerangan terjadi.

.

.

.

.

.

Sona Sitri atau di sekolah lebih dikenal dengan nama Shitori Sona memandang wajah dua orang berbeda gender dihadapanya dengan wajah yang serius.

Sebuah siaran berita televisi di pagi hari ini cukup membuatnya terserang penyakit jantung dadakan. Bagaimana tidak? Di dalam berita tersebut membahas sebuah berita heboh mengenai temuan mayat sesosok Iblis liar yang ditemukan pada sebuah bangunan tua yang tersembunyi di hutan bagian selatan kota ini.

Masyarakat kota banyak yang berpendapat jika mahluk tersebut hanyalah ular piton biasa, beruntung masyarakat menganggapnya demikian dan hal itu dapat membuatnya dapat sedikit merasa lega, tapi di lain pihak masyarakat percaya jika temuan mayat yang hangus itu merupakan jelmaan dari siluman atau bahkan Alien.

Naruto dan beserta Tsubaki, masing-masing dari mereka memasang ekspresi berbeda di hadapanya. tentunya pemanggilan dua orang berbeda darah ini ada sangkut pautnya akan berita televisi pada hari ini, bahkan 90% Mereka berdua ini lah yang menjadi penyebab utama munculnya berita viral hari ini.

"Ano... Umm..."

Naruto siswa angkatan kedua di sekolahnya ini mencoba untuk membuka suara namun kembali urung.

"Hhh... Ini sudah kesekian kalinya kamu mencoba untuk membuka suara Uzumaki-san. Jadi apa kamu sudah menemukan alasan yang sempurna?"

Kembali wajah dari laki-laki pirang dihadapanya ini memasang ekspresi kaku. Entah memang perasaan ia saja atau memang benar? Jika setiap kali ia berbicara kepada Naruto laki-laki itu selalu tegang seperti itu.

"Maafkan aku Kaichou, ini murni kesalahanku. Jika kau ingin menghukumku aku siap menerimanya."

Seperti biasa Ratunya ini selalu bersikap tenang. Namun ada yang berbeda kali ini, Ya... Ratunya ini sedang membela laki-laki disampingnya.

"Tidak. Sona ini bukan salah Tsubaki, tapi ini salahku!"

Oh oke! Kenapa Ia merasa sedang berperan dalam sebuah drama film dinasti kerajaan? Sungguh melihat mereka berdua saling membela dan menyalahkan diri sendiri membuat Ia merasa sedang menjadi seorang tuan yang jahat.

"Kalian berdua tak perlu seperti itu, jadi begini saja..." Sona mengambil nafas sejenak.

"Peristiwa semalam sudah terlanjur terjadi dan kita semua sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahan kecil ini, sesuatu yang tak masuk akal bagi kita merupakan hal yang dapat kita terima."

Ya itu benar, Hal-hal yang berbau spiritual aneh yang bertolak belakang dari sebuah kata "Masuk Akal" masih dapat mereka cerna di dalam otak mereka yang telah mengetahui sisi lain dari dunia tua ini. Berbanding terbalik dengan Masyarakat awam, di zaman super moderen seperti sekarang ini suatu hal yang aneh seperti ini pasti akan membuat mereka mencerna dan mencoba mengolahnya secara masak agar dapat di terima dalam kepala mereka.

"...Namun tidak dengan masyarakat luas. Jadi... Aku meminta kalian berdua menganggap hal seperti ini sebagai pembelajaran, terutama kamu Uzumaki-san. Aku harap kau tak lagi menggunakan keahlian Ninjamu untuk memanjat dinding di belakang sekolah."

"Tapi kan di belakang sekolah sepi... Kenapa tidak boleh-ttebayo?"

"Itu memang benar Uzumaki-san, tapi sayangnya kamu tidak teliti dalam mengecek keadaan."

"Maksutnya?"

"Jadi begini... Suatu hari ada salah seorang Siswi yang melihatmu menggunakan keahlian ninjamu untuk memanjat dinding, dan kau tahu? Tindakanmu pada hari itu hampir menjadi sebuah berita heboh di sekolah."

"B-benarkah? Lalu... Tapi kenapa sampai sekarang orang-orang tetap terlihat biasa saja."

"Itu karna kami menghipnotisnya."

Sebenarnya menghilangkan ingatan orang lain merupakan hal yang amat sangat dilarang untuk dilakukan, namun mau bagaimana lagi? Sona sangat taat untuk ikut berpatisispasi dalam hal transparasi mengenai hal supranatural, jadi jika memang hal sperti menghilangkan ingatan seseorang dan sebagainya dilakukan, mau bagaimana lagi?

"Nah dengerin tuh apa yang dikatakan Kaichou!"

Suara lain mengalihkan perhatian Naruto kepada salah seorang yang satu-satunya anggota dengan gender laki-laki yang baru saja datang di kelompok ini.

"Saji?" Begitulah Naruto memanggil nama laki-laki tersebut.

"Duduk berjam-jam untuk mengutak atik kamera pengawas itu merupakan hal yang sangat melelahkan tau!"

Saji anggota OSIS yang satu-satunya bergender laki-laki ini seringkali di perintah secara mendadak oleh Kaichou-nya untuk mengedit rekaman kamera pengawas yang sebelumnya menangkap gambaran Naruto yang melakukan tehnik Ninja spektakuler memanjat dinding yang setinggi hampir 3 meter di belakang sekolah. Tak masalah baginya untuk mengemban tugas dari Kaichou-nya, hanya saja... Yang sedikit membuatnya kesal ialah jam makan siang-nya yang berharga harus tersita hanya untuk berkutat di depan layar komputer. Dan saat pekerjaanya selesai ia terpaksa harus kembali ke kelas dengan perut kosong, waktu jam istirahat miliknya benar-benar terkuras.

"A-ah... Jadi begitu ya?"

Menggaruk kepala bagian belakang plus wajah tanpa dosa, hanya itulah balasan curhat Saji.

Sona berdehem sedikit keras untuk mendapatkan seluruh perhatian kepadanya.

"Jadi Uzumaki-san sepertinya kebiasaan datang terlambatmu harus di hilangkan."

"Di hilangkan? Bagaimana caranya?"

Sona bangkit dari sofa yang ia duduki dan melangkah mendekat.

"Sederhana saja, aku telah membicarakan ini dengan para dewan guru sebelumnya..."

"...?"

"Uzumaki Naruto-san. Aku Shitori Sona ketua Osis di sekolah ini mengangkatmu menjadi anggota Osis sekolah mulai dari sekarang."

Suasana mendadak senyap.

Seluruh orang diruangan ini memasang ekspresi yang sama di wajah mereka masing-masing.

Sona tertawa di dalam hatinya, ia sebelumnya telah memprediksi seluruh anak buahnya pasti akan terkejut tentang rencana rahasia yang ia buat sendiri ini, dan mungkin akan ada protes yang keluar dari para anggotanya? Tidak. Ia sudah menjamin seluruh anggotanya akan menganggukan kepala mereka untuk stuju karena Aura memperintah yang keluar secara kasat mata menjadi jaminan baginya untuk mempermudah rencananya.

"Bagaimana Tuan dan Nyonya-nyonya Apa kalian setuju?"

"Ya! Kami semua setuju!"

"Bagus, jika demikian mari kita berfoto bersama untuk membuat pengumuman peresmian..."

.

.

.

.

.

Sementara itu di ruangan klub Penelitian dunia ghaib...

Ini sudah kesekian kalinya Issei melihat Bochou-nya diam melamun seolah memikirkan sesuatu dengan wajah yang terlihat murung. Ia yakin perempuan cantik yang menjabat sebagai Raja-nya itu sedang memikirkansebuah masalah yang rumit. Setiap kali Issei mencoba untuk menanyakan permasalahan-nya gadis pewaris klan Gremory itu selalu saja mengelak dan mengubah topik pembicaraan kearah lain, jujur saja Issei merasa sangat ingin membantu Bochou-nya untuk melepaskan masalah yang membebani pundak yang biasa berpostur tegak layaknya Raja anggun itu.

Suasana di ruangan ini meskipun terlihat biasa saja tapi Issei justru merasa sebaliknya. Kedua matanya Ia edarkan untuk mencari sesuatu yang ia rasa menjadi sebuah penyebab apa yang membuat ia merasa suasana ruangan ini begitu berbeda.

Si tampan Kiba yang tengah sibuk membersihkan salah satu pedang miliknya, si cantik Asia dan Akeno-san tengah asik berbincang sambil minum teh, dan Rias-Bochou yang sedang serius bermain papan catur yang dimana para bidak berwarna merah tinggal tersisa 6 buah tengah terkepung oleh bidak berwarna hitam. Tunggu! Ini tak seperti biasanya, Issei tak terlalu memperhatikan Tuan-nya saat sedang berkutat dengan papan catur klasik itu. Akan tetapi meski begitu ia sendiri yakin biasanya Bochou-nya itu selalu memenangkan permainan papan catur ajaib itu tapi kali ini sangat telak sekali bagi Bochou-nya untuk kehilangan bidak yang gugur.

TUK

STEP

TUK

Skak-mat!

Kali ini ekspresi Bochou-nya berubah marah akan kekalahan yang baru saja diterimanya, dan bagi Issei ini merupakan hal yang pertama kali Ia melihat Bochou-nya memasang wajah seperti itu.

Oh jadi yang menjadi masalah apakah permaian catur yang rumit itu? yang membuat Bochou-nya sering melamun karna sering kalah? Tidak. Issei yakin tidak sesederhana itu permasalahan yang mengganggu Tuan-nya, ia tidak tahu namun yang pasti masalah yang mengganggu merupakan hal yang rumit melebihi permainan catur dengan lawan seorang Master kelas dunia. Ya, lebih dari itu.

Ia melihat Bochou-nya kali ini menghela nafas dan kedua tangan putihnya mulai menata ulang kembali formasi bidak catur-nya. Sepertinya gadis cantik itu akan kembali memainkan permainan berikutnya dengan formasi yang baru.

...

"Permisi..."

Di tengah kesibukan mereka masing-masing, seluruh perhatian tertuju pada pintu utama yang terbuka. Toujo Koneko, gadis loli siswi angkatan pertama ini baru saja datang dengan kedua tangan mungilnya sibuk membawa bungkusan cemilan yang ia beli dan sebuah selembaran kertas yang mencolok.

"Selamat datang Koneko-chan!"

"Hm... Sapaan-mu hanyalah kedok."

Seperti biasa, gadis loli itu selalu bersikap jutek yang lucu jika berinteraksi denganya, tentunya sikap Koneko terhadap dirinya ada alasan-nya yaitu Gadis loli ini sangat tak menyukai hal-hal yang berbau Mesum. Meski begitu Issei tak terlalu ambil hati dan patah semangat akan hal tersebut. Yah terkadang sikap-nya itu sering membuatnya dongkol sih.

"Silahkan ambil yang ingin kalian mau." Ujar Koneko.

Koneko meletakan seluruh bawaan-nya di atas meja kaca di tengah sofa yang mengelilingi. Sebelumnya gadis loli ini di kirimi pesan via handphone oleh Bochou-nya untuk pergi ke kantin dan membeli beberapa cemilan untuk seluruh anggota klub yang hadir. Itulah sebabnya kenapa gadis dari angkatan pertama di kuoh akademi ini datang paling akhir untuk berkumpul.

"Umm? Apa ini?"

"Silahkan Senpai baca sendiri, aku mendapatkan kertas pengumuman itu dari salah satu mading sekolah."

Di sela-sela Issei dan teman-temannya sibuk membuka kemasan plastik, Nampak Senpai-nya Akeno mengambil sebuah selembaran kertas yang di bawa Koneko. Kedua mata ungu miliknya nampak serius mencerna setiap kata yang tercetak di atas kertas tipis itu.

"Ara-ara... Aku sangat tidak menyangka jika Naruto-kun ternyata bergabung menjadi anggota Osis. Fufufu..." Ujar Akeno sambil membalikan kertas yang baru saja ia baca.

Di kertas itu menunjukan sebuah Foto yang terletak paling atas sebelum deret kata, di foto tersebut terlihat para anggota Osis saling berfoto bersama dengan pose beboh namun ada wajah baru yang paling menonjol yaitu kehadiran Naruto yang ikut berfoto bersama di tengah-tengah himpitan para anggota lain.

"...?!"

Suasana mendadak hening kecuali Koneko yang sibuk mengunyah cemilanya karna ia sendiri telah mengetahui apa yang tertulis pada kertas pengumuman itu.

"Apa?"

Rias yang tengah mengangkat salah satu bidak pion untuk di langkahkan mendadak berhenti dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan permainan catur setelah mendengar perkataan Ratunya barusan.

Ia kemudian bangkit dari kursinya dan melangakah mendekati Akeno untuk memastikanya.

"Coba kulihat..."

Diambilnya kertas putih tersebut dengan kasar dari tangan Akeno, kedua mata Opal miliknya bergerak liar secara horizontal dan menurun membaca kata demi kata yang tertulis di atasnya, alis matanya secara perlahan naik dan pandanganya menajam.

"Perempuan itu sudah mulai cari mati rupanya." Ujar Rias dalam.

Rias dengan kesal meremas kertas yang berada di genggamanya dan kemudian dibuang-nya secara asal.

"Kalian semua tetap di sini dan jangan ada yang ikut."

Gadis cantik dengan rambut merah tersebut dengan segera pergi keluar ruangan meninggalkan para budaknya yang menatapnya bingung.

BLAM!

Suara hantaman pintu yang tertutup dengan keras menjadi sebuah pertanda tak mengenakan bagi mereka yang menyadari kemarahan tuan mereka yang belakangan ini bersikap tak seperti biasanya.

"Err... Apa cuma aku saja nih yang merasa akan terjadi sesuatu yang berbahaya?" Issei membuka suaranya dan langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh para teman-teman satu klubnya.

"Ara-ara... Kenapa aku sekarang kepikiran Naruto-kun ya?" Kali ini Akeno yang membuka suara.

"Akeno-senpai... Aku rasa kita semua harus menyusul Bochou untuk mencegah suatu hal heboh yang akan terjadi deh." Ujar Kiba yang sedari tadi sibuk membersihkan salah satu pedang miliknya.

"T-tapi kan Bochou meminta kita untuk tetap disini..." Kali ini Asia juga ikut membuka suara.

Issei diam sejenak sambil menatap kearah Akeno, sebuah pemikiran baru terlitas di dalam kepala miliknya. Jika Bochou-nya tak mau memberi tahu masalah terpendam kepadanya yang penasaran ini mungkin Akeno-senpai yang notabene-nya sebagai teman terdekat dari Bochou-nya itu mengetahui juga dan bisa memberi tahukan masalah tersebut kepadanya. Tapi...

"Dilarang berfikiran mesum."

"A-apa? Tidak-tidak! Bukan seperti itu!"

"Heh?" Seluruh perhatian kali ini terarah kepadanya.

"Ara-ara Issei-kun, apakah yang di katakan Koneko-chan barusan itu benar?"

"Tidak senpai! Aku sedang tidak berfikiran yang tak senonoh tentangmu!"

"...Koneko-chan kamu jahat sekali!"

"Masa-bodo. Pencuri yang tertangkap basah akan bergestur panik, begitupula dengan orang yang kepergok sedang berfantasi mesum sepertimu Issei-senpai..."

Kenapa malah menjadi seperti ini? Oh oke. Ini sudah kesekian kalinya Issei selalu terlihat salah dan rendah di mata Kohai-nya ini. Apakah sejelas itu ia terlihat seperti orang mesum yang sedang berfantasi indah? Jika demikian ia harus belajar untuk merubah ekspresi wajah yang benar-benar menunjukan apa yang sedang ia fikirkan.

"Fufufu... Jadi ada apa kau terus memandangiku seperti tadi?"

Saat ini suasana kembali normal, dan saat yang tepat untuk bertanya kepada Senpai-nya.

"Eto... Senpai. Aku belakangan ini seperti merasa ada yang aneh tentang Bochou."

"Um?"

"Aku sering memperhatikanya diam melamun cukup lama dan setiap kali ia mengerjakan sesuatu ia seperti tak serius dan kurang kosentrasi... Apakah Bochou sedang ada masalah?"

Ia lihat Senpai yang menjabat sebagai Ratu-nya ini meletakan jari-jari tanganya pada dagu layaknya orang yang sedang berfikir. Tidak hanya Issei saja yang menunggu sebuah jawaban yang keluar dari bibir tipis Senpai-nya itu, nampak teman-teman-nya yang lain juga ikut menyimak pembicaraan.

"Issei-kun... Kamu tadi menanyakan apakah ada masalah yang sedang di fikirkan Bochou, dan jawabanya sudah kamu ketahui dari tingkah-laku berbeda yang belakangan ini kamu sadari itu."

Jadi dugaan-nya benar? Bochou-nya mencoba untuk menutup-nutupi sebuah masalah dari dirinya, tidak hanya dirinya... nampak Asia, Koneko dan Kiba juga baru mengetahui-nya.

"Souka... Lalu masalah apa yang di fikirkan Bochou?"

Issei berharap Senpai-nya mau memberi tahu kepadanya karna jika ia sudah mengetahui masalah yang mengganjal itu setidaknya ia akan berusaha untuk membantu Bochou-nya semampu yang ia bisa.

"Ara-ara... Maaf aku tak bisa memberi tahu kalian saat ini. Fufufu... Jangan memasang wajah kecewa sepeti itu... tak akan lama lagi kalian sendiri akan tahu masalah apa yang sedang Bochou fikirkan itu."

Mungkin Ia dan teman-temannya yang lain harus lebih bersabar untuk mengetahuinya, kecewa? Tentu meraka berempat merasakan hal itu di hati mereka masing-masing tapi ya harus bagaimana lagi? Memaksa sang Ratu untuk membongkar rahasia lebih dalam akan percuma karna Akeno-senpai mereka ini tetap kukuh untuk tak membukanya sedikitpun.

"Ara-ara... Kenapa kalian semua melamun? Ayo kita susul Bochou... Ada seseorang yang harus kita selamatkan Fufufu..."

.

.

.

.

.

"Sebagai puncak acara peresmian, aku persilahkan Uzumaki-san untuk memotong kue-nya...!"

Apa yang hari ini Naruto alami ia merasa masih belum ngeh dan tak menyangka sama sekali, semua serasa mengalir begitu saja dan terus seperti itu. Perasaan senang, terkejut, bingung dan takut melebur menjadi satu sehingga membuat kepala kuning-nya terasa pusing akan hal yang ia alami pada hari ini, saat ini, dan detik ini.

Dengan pisau plastik di genggamanya ia berfikir untuk menganggap hal ini sebagai jalan hidup yang terbaik, Hey! Ia ingat... Ada sedikit keinginan di hatinya untuk menjadi siswa yang populer seperti beberapa teman iblis-nya, tapi dia sendirikan sudah populer... Naruto di sekolah terkenal sebagai anak baru yang gemar masuk kesiangan dan hal itulah yang membuatanya populer.

"Hhhh... Semoga ini jadi yang terbaik-ttebayo..."

Setelah mengatakan itu ia mulai mengarahkan pisau untuk memotong kue penuh cream di hadapanya namun...

BRAK!

"Hentikan!"

Sebuah dobrakan pintu yang disertai teriakan memerintah mengejutkan semua orang yang berada di ruangan Osis ini dan membuat acara potong kue yang dilakukan Naruto terhenti.

"Selamat datang Rias, maaf jika aku tak mengundangmu dan membuatmu marah seperti ini."

Gadis kalem Sona Sitri satu-satunya orang yang tak terkejut ini mencoba untuk menyambut tamu tak di undang yang baru saja datang..

"Apa-apaan ini? Kau mencoba untuk menjadikan Naruto sebagai anggota Osis?"

"Oh maaf sebelumnya, apa kau ada masalah dengan hal itu? Uzumaki-san aku angkat menjadi anggota Osis itu semua karna persetujuan para anggota dewan guru."

"Jangan kau kira aku ini tak tau apa yang kau rencanakan Sona..."

"Apa maksutmu Rias?"

"Jangan pura-pura tak tahu sedangkan kau sendiri yang menyembunyikannya. Jujur saja melihatmu berlagak seperti itu membuatku risih melihat kelakuan yang bukan menggambarkan dirimu itu."

Ada hal yang berbeda yang Sona amati dari sosok Rias gremory bahkan sejak pertama kali perempuan dengan rambut merah itu datang bagaikan pasukan pendobrak pintu gerbang kerajaan.

Sorot mata tajam Rias saat memandang kearahnya sudah biasa beradu dengan kedua mata berhiaskan frame miliknya akan tetapi tidak dengan aura kemarahan yang terpancar dari tubuh gadis tersebut dan Sona menyadarinya.

GREB

"Naruto kau ikut denganku...!"

Naruto yang sedari tadi diam hanya bisa menurut akan tarikan Rias pada tanganya namun Sona dengan cepat menahanya dangan ikut menarik tangan Naruto di sisi lain.

"Kau tidak boleh se-enaknya membawa salah satu anggotaku yang sedang ikut merayakan acara kami Rias."

Nampak Sona tak mau mengalah dan hal itu semakin membuat Rias geram dan kesal, di lepaskanya genggaman tangannya pada Naruto Rias pun mulai diam menundukan kepala.

Sesuatu yang Naruto rasa janggal melintas lurus dalam kepalanya saat sikap Rias yang tempramen akan hal sepele seperti ini membuat Rias merespon Sona dengan di kibarkanya sehelai bendera perang.

"Sona... Entah kenapa kau hari ini sangat menyebalkan..."

WHOAM

DUAR!

"Kaichou!"

Dan benar... Feeling yang Naruto rasakan memang benar, Ia melihat Rias begitu sangat marah menembakan kekuatan sihirnya dengan Cepat kearah Sona. Beruntung Ia begitu sigap menarik dengan kuat membiarkan tubuh sang ketua Osis tersebut jatuh tersungkur di atas lantai yang tak termakan radius ledakan sihir Rias barusan.

WHOAM

Lagi... Naruto melihat Rias mulai mengeluarkan sihirnya yang bermaksut untuk melukai Sang pewaris Klan Sitri ini.

"Rias! Hentikan! Ini terlalu berlebihan!"

Naruto berteriak mencoba menyadarkan perempuan cantik yang sedang terpengaruh emosi di hadapanya, namun usahanya tak di gubris sama sekali.

Naruto mulai memasang sikap bersiap mengantisispasi kemungkinan terburuk.

WUSS!

Rias menembakan sihirnya kearah Sona dengan kecepatan tinggi.

"Gawat!"

Naruto memasang tubuhnya sendiri sebagai tameng untuk Sona yang tengah berusaha bangkit menghindar namun semua kemungkinan terburuk berhasil di antisispasi dengan munculnya lingkaran sihir berwarna merah.

Kiba dengan kecepatan kuda miliknya berhasil berdiri di depan Naruto dan menangkis tembakan sihir Rias menggunakan pedang miliknya.

"Huh, Tepat waktu..." Ujar kiba.

...

Issei, Asia, Akeno dan Koneko muncul dari lingkaran sihir yang sama, kekacauan kecil menuabit mereka yang datang ke ruangan Osis ini.

Akeno tampak memberikan sebuah Isyarat tangan dan di balas dengan anggukan para teman-temannya yang lain. Kiba dan Koneko langsung mengahampiri King mereka yang tengah terendam emosi dan menariknya masuk menuju lingkaran sihir.

Issei dan Asia melakukan hal yang sama kepada Naruto. Setelah swluruh anggotanya masuk Akeno berbalik kearah gadis berambut hitam pendek yang tengah memasang wajah bertanya kearahnya.

"Ara-ara... Sona Sitri-san maaf atas kekacauan ini. Mungkin banyak pertanyaan yang memenuhi kepalamu akan perilaku Rias?"

"Kenapa dia? Aku dan Rias adalah rival yang sering berkelahi tapi hari ini aku menyadari sesuatu yang berbeda darinya."

"Pertunangan... Kau tentu tau satu kata yang baru saja ku ucapkan itu merupakan hal yang mampu membuat kusut benang-benang fikiran dari Rias."

"Souka... Sebegitu mengganggunya masalah itu pada emosional-nya? Meski begitu... Aku harap suatu saat Ia datang dan meminta maaf kepadaku."

"Fufufu... Sekali lagi aku mewakili Rias meminta maaf atas kekacauan ini."

Setelah Akeno menyelesaikan perkataan-nya ia kemudian berbalik dan masuk ke dalam lingkaran sihir teleportasi.

.

.

.

.

.

Waktu di hari ini terus berjalan melewati siang hingga mencapai sore, kegiatan sekolah telah usai sekitar setengah jam yang lalu. Para Siswa telah menyelesaikan kewajiban mereka di hari ini dan Bell sekolah yang berdering keras menjadi sebuah pertanda selesai bagi mereka.

Di saat kebanyakan para Siswa untuk pulang... Para anggota klub Penelitian supranatural masih berada di area sekolah atau lebih tepatnya di gedung sekolah lama.

Suasana masih tampak sama, tak mengenakan semenjak Bochou mereka sering melamun dan pergi menuju kamar membuat para budaknya kembali bingung.

Akeno yang merasa jika Klub ini tidak bergerak memutuskan untuk menghentikan kegiatan di hari ini.

"Kalian boleh pulang... Besok jika ingin berkunjung datanglah pada saat jam istirahat pertama oke?" Ujarnya.

"T-tapi Akeno-senpai... Bagaimana dengan Bochou?" Asia dengan kekhawatiranya bertanya.

"Fufufu... Tidak perlu khawatir, Bochou kalian sedang banyak fikiran dan ia lelah sendiri akan hal itu. Oleh karna itu ia memutuskan untuk istirahat."

"Baiklah, kalau begitu kami pulang... Ayo teman-teman...!" Ujar Issei

Dan akhirnya mereka pun pulang menuju rumah masing-masing dengan di sertai wajah bertanya.

...

"Kenapa aku tidak boleh pulang? Aku capek-ttebayo..." Tanya Naruto, kali ini salah satu tangan-nya di genggam kuat oleh Akeno yang menahanya untuk tak pergi.

"Fufufu... Jika kamu memang lelah ayo duduk di sofa bersamaku kita minum teh sejenak."

"Ummm, baiklah."

...

"Silahkan Nikmati teh-nya!"

Duduk berdua di satu sofa dengan disuguhi secangkir teh beraroma melati bukanya membuat Naruto segar kembali tapi justru malah membuatnya terserang kantuk.

Suara merdu Akeno yang sedang bersenandung sembari membaca buku semakin mendukung rasa kantuk yang mulai menggerogiti kesadaranya.

Oh ya! Mengenai Rias... Ia di buat bingung untuk hari ini, gadis itu semakin bertingkah tak seperti biasa-nya. Naruto melirik kearah Akeno yang masih sibuk membaca. Mungkinkah gadis berambut gelap ini tau?

"Akeno...?"

"Um... Ya?"

Ia lihat Akeno menutup buku bacaan-nya dan menolah kearahnya.

"Mengenai Rias... Apa kau tau sesuatu yang membuatnya Err... Sedikit berbeda?"

"Yaa tentu saja Naruto-kun... Di setiap kehidupan kita, kita pasti akan menghadapi masalah yang terumit yang akan mejegal kita... Dan Rias sedang mengalaminya."

"Apa masalah yang mengganggu-nya? Apa sebegitu rumitnya hingga ia seperti itu?"

"Fufufu... Besok kau akan tau sendiri."

"Aaa... Ayolah beri tahu aku..."

"Tidak. Jadilah laki-laki yang sabar Naruto-kun."

"Aaa, kau sama menyebalkan-nya dengan Rias-ttebayo." Naruto memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Fufufu... Bagaimana acara kencanmu dengan Fuku-kaichou itu?"

"Hoaam... Kencan? Sudah kubilang itu cuma makan siang bersama..." Naruto menjawab dengan di sertai kantuk yang kembali menyerang.

"Ara-ara... Apa kau mengantuk? Kalau begitu kau tidurlah dulu di sini."

"Iya... Inikan aku sedang bersandar."

"Bukan Naruto-kun... Maksutku bukan di sofa. Tapi di sini."

"Um?"

Naruto menolehkan kepalanya dan melihat Akeno yang menepuk-nepuk kedua paha putihnya.

"A-aa... Di... Sini...?"

"Fufufu..." Kedua tangan putih Akeno mengambil(?) kepala kuning Naruto keatas paha putihnya sebagai bantalan.

"Bagaimana? Apa kau suka?"

Tidak ada jawaban. Kulit paha mulus milik Akeno yang bersentuhan langsung dengan pipi-nya adalah alasan-nya yang membuat dirinya terdiam antara menikmati dan gugup dengan degup jantung bertempo cepat.

"Naruto-kun...?'"

"Y-yaa?"

"Ada apa? Apa kau tak suka? Lihat aku sekarang..."

Nada suara Akeno berubah sekarang, Naruto memutar kepalanya sedikit guna melihat wajah cantik gadis berambut gelap itu.

"Ya?"

"Fufufu... Begini lebih baik."

"...? A-apanya yang lebih baik?"

"Ah tidak... Hanya saja aku merasa sangat merindukanmu."

Kenapa setiap kali gadis ini berbicara selalu saja membuat Naruto bingung untuk memahaminya?

"...Fufufu, kau tak perlu memikirkan-nya dan mencoba untuk memahami biar aku saja yang merasakan kesenangan ini Naruto-kun."

"Aku tak mengerti-ttebayo..."

"Tidak apa. Sekarang tidurlah..."

Tangan putih Akeno mulai mengelus surai pirang Ninja yang mulai terlelap di atas pangkuanya, setiap belaian lembut tangan Akeno membuat Naruto yang masih bingung mulai memejamkan mata secara perlahan.

"Akeno..."

"Yaa?"

"Aku ingin mengatakan... Semua perempuan itu membingungkan-ttebayo...Zzz...Zzz..."

Hanya ulasan senyum di bibir Akeno yang menjadi respon permataan Naruto barusan. Mungkin masalah dari Rias, Sona dan Tsubaki menjadi deret panjang cerita Naruto untuk hari ini. Ia di buat bingung akan tingkah laku mereka...

"Perempuan memang seperti itu Naruto-kun."

Akeno menghentikan elusan tanganya yang lelah meraba tajam-nya rambut jabrik Naruto yang menggelitik telapak tanganya.

Wajah ceria Naruto nampak semakin tampan jika sedang tertidur seperti ini, bibir yang biasa tercetak senyum yang mampu membuatnya merona semakin menggoda Akeno untuk mencoba merasakan seperti apa rasa dari bibir Naruto, apakah manis sepeti senyumnya? Ah ia tak tahu... Dan ini merupakan kesempatan emas untuk mencuri gula dalam toples itu.

Akeno mulai menundukan kepalanya semakin ke bawah mencoba untuk mendekatkan bibir merah miliknya dengan bibir manis milik Naruto.

Semakin dekat hingga ia dapat merasakan hembusan nafas yang menggelitik pipi kanan-nya.

Semakin dekat ia mulai memejamkan mata dan membuka sedikit bibir tipisnya hingga...

CUP

Ia berhasil mencium bibir manis Naruto, tak puas hanya sekedar mencium... Akeno mulai mengulum bibir Naruto sepuas yang ia mau hingga kebutuhan akan oksigen yang terbatas mengakhiri semuanya.

Ia tersenyum dengan wajah yang memerah.

"Maaf Naruto-kun jika aku mencuri... Namun yang pasti suatu saat kau akan menikmatinya juga. Fufufu." Ujar Akeno sembari merengkuh kepala Naruto makin dalam dengan perut ratanya.

"Zzz... Ramen... Aku mau ramen."

Dan hanya kata igauan ngaco saja yang menjadi respon perkataan Akeno.

"Fufufu... Its a long day for you Naruto-kun."

.

.

.

.

.

Bersambung...

A/N : Maaf atas keterlambatan Up yang lama dan membuat kalian menunggu, faktor kerjaan sangat mencuri waktu luang saya hingga membuat saya berkali-kali terkena WB. Dan Saya mau ucapkan Terimakasih buat kalian yang mau meluangkan waktu berharga kalian hanya untuk baca Fic di bawah standar ini. Sekali lagi terimakasih!