Disclaimer : NCT (c) SM Entertainment


Masquerade


Jung Jaehyun x Kim Doyoung

1

beobleteas


Ada begitu banyak gedung pencakar langit yang bisa dibangun di atas tanah sebuah kota, terutama ibukota, si Sibuk.

Mungkin ada ratusan, jumlah yang begitu besar dan berpotensi untuk menyebabkan efek rumah kaca.

Dan ada lebih banyak lagi perusahaan yang bekerja di dalamnya, di dalam gedung-gedung yang begitu menjulang tinggi. Menyilaukan mata setiap kali dia memantulkan sinar matahari yang menyinari dari atas sana.

Jauh di bawah semua itu, lebih detail lagi, ada banyak perusahaan yang sedang berjuang untuk menyelamatkan diri dari krisis keuangan dan ancaman gulung tikar. Mengorbankan seluruh investasinya demi menyelamatkan perusahaan yang ia bangun dengan seluruh jerih payah.

Atau malah sebaliknya.

Mendapat keuntungan besar berkat sebuah kerja sama dengan perusahaan lain. Tidak tanggung-tanggung, mencapai puluhan triliyun. Di usia semuda ini, target yang baru saja ia capai adalah salah hal paling memuaskan yang pernah ia lakukan bagi Jung Jaehyun.

27 tahun. CEO Jung Corp.

Muda. Kaya. Sukses. Dan tampan.

He's way too perfect to be real.

Siapa yang bisa menolaknya?

"Minkyung-ssi, bisa kau cek kembali jadwal untuk besok?" Tanya Jaehyun, lebih terdengar sebagai perintah. Lalu tangannya beralih menyambar jas abu-abu dan memasang pakaian itu kembali di tubuhnya.

Pandangan perempuan itu beralih ke iPad di tangan kirinya, mengetukkan jarinya beberapa kali di layar lalu kembali menatap atasannya.

"Anda memiliki pertemuan dengan klien dari Kyoeul Inc. pada jam 9 pagi, jadwal rapat bulanan bersama para pemilik saham pada jam setengah 2 siang dan interview dengan Majalah Voice pada jam setengah 4 sore. Sejauh ini hanya itu, Pak."

Jung Jaehyun mengangguk, mengambil beberapa barang miliknya seperti biasa lalu berjalan keluar ruangan, menuju lobby.

Langsung disambut dengan sebuah mobil mercedes-benz miliknya, Jaehyun memilih untuk diam selama perjalanan. Menenggelamkan diri pada berbagai e-mail, layar handphone dan jendela yang menyajikan pemandangan setelah hujan khas Kota Seoul.

Tanpa perlu diucapkan, Pak Yoon –supirnya– tentu tahu tempat apa yang akan mereka tuju selanjutnya.

Pent housenya.

Mengecek telepon genggamnya untuk kesekian kali, Jaehyun mendengus.

Wawancara.

Besok ia memiliki sebuah jadwal wawancara dan itu membuatnya menerka-nerka, akankah ia mendapatkan pertanyaan yang sama untuk keempat kalinya atau tidak.

Jaehyun rasa iya.

Itu berarti ia harus kembali membuat pernyataan sejelas dan semeyakinkan mungkin demi menyelamatkan seluruh keuntungan perusahaan yang sudah ia usahakan susah payah.

Sebuah rumor tidak boleh berkembang dan sebuah skandal hoax adalah yang terburuk, jadi Jaehyun harus memusnahkannya, bagaimanapun caranya.

Menghela napas lagi.

Seandainya saja sebuah hoax yang entah datang dari mana asalnya itu tidak berhembus dan mengusik kesuksesannya, mungkin ia akan menerima setiap wawancara dengan baik tanpa harus merasa terbebani.

"Sepertinya Nak Jung lelah sekali, ya?"

Suara barusan membuat Jaehyun kembali mengangkat kepalanya, menatap kaca spion yang menggantung di atas dashboard mobil.

"Ah, kelihatan seperti itu, ya? Ada beberapa pertemuan dengan klien tadi." Lalu tersenyum seadanya.

Jaehyun sudah mengenal Pak Yoon sejak kecil, mungkin sejak dia masih TK, memberikan beberapa kenangan manis khas anak-anak yang begitu melekat di otaknya hingga saat ini.

Ketika mobilnya berhenti dengan mulus karena lampu lalu lintas menunjukan nyala merahnya, Jaehyun dapat mendengar suaranya lagi. Lembut dan menenangkan.

"Kalau saran saya, sebaiknya jangan terlalu dipikirkan. Yang tau tentang Nak Jung adalah diri sendiri. Memang semakin tinggi, sebuah ujian akan semakin sering datang."

Dia mengangguk, lalu tersenyum, menunjukan lesung pipi di kedua sisinya.

"Tentu saja, terima kasih, Pak."

.

.

Pertemuan dengan berbagai kolega tidak pernah jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ucapan salam, pendahuluan, obrolan, tawa, obrolan lagi, tawa, minum, berbagai penjelasan lalu selesai.

Terkadang menjadi lebih aneh lagi kalau tiba-tiba direktur perusahaan itu mengungkit-ungkit nama ayahnya, pemilik dan direktur utama perusahaan Jung Corp. sebelum ia memutuskan untuk menyerahkan jabatannya kepada anak semata wayangnya, Jung Jaehyun.

Jadi sebenarnya bagian wawancara adalah salah satu tempat kabur dari seluruh ketegangan yang membelenggu dirinya selama delapan jam dalam lima hari.

"Permisi, Pak, jurnalis dari Voice sudah saya persilahkan untuk masuk ke dalam ruangan." Ujar Minkyung sambil berjalan cepat, menyamakan langkahnya dengan Jaehyun yang sudah seperti berjalan cepat.

"Kali ini perempuan lagi?" Tanya Jaehyun asal.

"Kali ini laki-laki. Pak"

Mengernyit.

Laki-laki katanya? Tumben sekali.

Namun Jaehyun hanya mengiyakan, enggan mengambil pusing.

Ketika dia memasuki ruangannya, Jaehyun langsung disambut dengan seorang laki-laki dengan kemeja baby blue dipadu celana panjang berwarna coklat. Rambutnya dibiarkan jatuh dengan lurusnya.

Laki-laki itu berdiri lalu membungkuk saat mengetahui bahwa Jung Jaehyun baru saja memasuki ruang kerjanya, menemuinya.

"Nama saya Kim Dongyoung dari Majalah Voice. Apakah kita bisa langsung memulai wawancaranya, Bapak Jung?"

.

.

Doyoung berusaha mengatur suaranya senormal mungkin.

Jung Jaehyun bukan orang pertama yang menjadi narasumbernya namun rasanya selalu seperti ini saat ia mewawancarai orang baru.

Ia memberi kode kepada rekan cameraman untuk memulai rekamannya sebelum kembali fokus dengan sebuah buku catatan di tangan kirinya.

Memulai wawancara dengan mulus dan hampir mengakhirinya dengan halus. Doyoung diizinkan untuk sedikit bernapas lega saat mengetahui bahwa tinggal satu pertanyaan lagi yang harus ia tanyakan kepada CEO muda di depannya ini.

Ketika matanya kembali beralih ke catatannya, dahinya langsung berkerut.

Tunggu sebentar.

Pertanyaan macam apa ini?

Mata besarnya masih sibuk membaca deretan tulisan itu dengan cepat, memastikan bahwa ia tidak membaca kalimat dengan salah.

Namun kenyataannya baik soal maupun matanya tidak salah.

"Baiklah, ini adalah pertanyaan terakhir. Mengenai skandal anda dengan artis yang sedang naik daun belakangan ini, Park Kyungri, apakah anda benar-benar menjalin hubungan dengannya?"

Pandangannya dapat menangkap seringaian di wajah Jung Jaehyun. Terlihat santai namun seduktif di saat yang bersamaan.

"Saya rasa ini sudah kesekian kalinya bagi saya untuk menjawab pertanyaan semacam ini."

Doyoung langsung melebarkan matanya sedikit menunduk. "Oh, ya, saya minta maaf."

"Tidak masalah."

Yang berambut coklat kembali mengangkat kepalanya.

"Tidak. Semua skandal itu adalah tidak benar. Saya dan dia hanya bertemu di acara yang sama dan kebetulan memiliki teman yang sama. Dan kami tidak berhubungan lagi setelah itu." Jung Jaehyun tersenyum sebelum kembali melanjutkan, "Lagipula saya tidak tertarik."

Doyoung langsung mengernyit.

Beberapa jam yang lalu, dia baru saja berandai-andai, apakah ada laki-laki di dunia ini yang mampu menolak Park Kyungri? Doyoung rasa tidak ada.

Dan detik ini, dia baru saja duduk berhadapan dengan ketidakadaan yang ia percayai itu.

"Maaf, apa maksud anda dari tidak tertarik?"

"Saya rasa, saya memang tidak begitu tertarik untuk menjalin hubungan lebih. Kalaupun ada berita lainnya yang menyeret nama saya dan Park Kyungri, saya tegaskan bahwa kami hanyalah teman."

Wawancara ini semakin intens. Kalau sekretaris Jung Jaehyun tidak melihatnya sesinis itu, mungkin Doyoung akan menanyakan semua pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba di dalam kepalanya.

Tetapi ada satu pertanyaan yang tidak bisa ia tunda untuk diucapkan.

"Apakah anda gay?"

Oke, Doyoung benar-benar mengatakannya.

Mungkin besok ia akan kehilangan pekerjaannya. Atau lebih parah lagi, diblacklist dari seluruh perusahaan surat kabar.

Mengapa aku tidak bisa menyaring pertanyaan barusan, sih?

Dia menggigit bibir bawahnya, menunggu jawaban Jung Jaehyun yang terlihat sedikit terkejut.

Setelah itu, ia tersenyum.

"Menurut anda?"

.

.

.

TBC

.

.


a.n: Halo semuanyaa~ Ini beobleteas! Jadi, ya, ini adalah FF project di mana ada beberapa author yang bakal mengerjakan FF ini dan aku kebagian urutan pertama!1!1!

Dan aku yang iseng ini (padahal lagi banyak tugas) iseng ngebuat trailer (atau opv aja, karena sebenernya ini video gak nyambung sama cerita ini) dan bisa langsung cek di:

www . youtube watch?v=fFxKjB1WimI&feature=youtu . be (hilangkan spasi) atau biar gak ribet, cek di profil aja, klik link yang ada di sana.

Sekian untuk chapter 1, semoga author-author selanjutnya bisa melanjutkan FF ini dengan lebih panjang lagi.

Don't forget to follow, fav & review! Thank you very very very much!