I do not own the story!

copyright © 2012 All I Care About by fantasy_seoul (AFF)

translated by Xiao Wa (Oct 31, 2016)

Enjoy~


SEKUEL DARI "I COULDN'T CARE LESS"

Dari rasa tak peduli menjadi jatuh cinta, Sehun tak ragu bahwa hubungannya dengan Luhan tidak akan seperti berjalan-jalan di taman. Berkencan tidak pernah mudah, khususnya ketika salah satunya mempunyai hyung-hyung sialan yang suka menghabiskan waktu senggang mereka untuk meledeknya dan memeluk Luhan pada setiap kesempatan yang mereka dapat, tapi Sehun menyadari bahwa yang terpenting adalah dia mencintai Luhan dan Luhan mencintainya. Tapi bagaimana jika seorang dari masa lalu masuk ke dalam cerita mereka? Bagaimana jika orang tersebut menginginkan tempatnya di hati Luhan?

Dan bahkan jika mereka melewati hambatan ini, mampukah mereka menghadapi kemungkinan akan berpisah ketika Luhan lulus? Luhan memiliki masa depan untuk dinantikan, tetapi jika masa depan tersebut tidak mengikut sertakan dirinya, bisakah Sehun melepaskan anak laki-laki yang sudah mencuri hatinya pergi? Apa yang akan Sehun lakukan tanpa Luhan disisinya? Jujur, ia tidak ingin mencari tahu, tapi satu hal yang pasti-

Tidak peduli apa pun yang terjadi, semua hal yang Sehun pedulikan adalah Luhan dan kebahagiaan Luhan...


(*SEHUN*)

Tik.

Tok.

Satu jam tersisa...

Ini baru hari pertamanya sebagai mahasiswa tingkat kedua di Suk-Myeong dan Sehun sudah menghitung mundur kapan dia akan bertemu dengan orang kesukaannya. Mengingat faktanya ia mengirimi pacarnya pesan seharian, itu mengherankan Sehun bagaimana dia masih bisa merasakan sangat kurang –seperti mengirimi pesan pada anak yang lebih tua tidaklah cukup.

Takkan pernah cukup.

Sehun menatap tajam papan yang berada di depan kelasnya yang luas, dalam batin mengutuk profesor yang datang terlambat. Semakin cepat pelajarannya dimulai, semakin dekat baginya bertemu dengan Luhan untuk makan siang.

Luhan.

Aku penasaran apa yang sedang dilakukannya sekarang...

Sehun mengeluarkan ponselnya dan mengirimi pacarnya sebuah pesan yang sepertinya sudah keseratus kalinya hari ini.

Zzzzzzzzzzzzzz

Aku di kelas! Memangnya apa lagi yang mungkin kulakukan?!

Dahinya berkerut atas jawaban ketus dari kekasihnya. Mungkin Sehun mengiriminya pesan terlalu banyak. Ia tahu bahwa ia mungkin mengganggu Luhan dari apa pun yang anak lebih tua itu sedang kerjakan, tapi ia tidak bisa menahannya –penderitaan karena jauhnya keberadaan Luhan adalah hal serius.

Ughhhhh. Sehun mengerang sebelum meletakan kepalanya di meja. Aku mati...

"Hei kamu sudah dengar beritanya?" Sehun mendengar seorang murid perempuan bertanya pada temannya dari suatu tempat di depannya. Dia menutup matanya, tidak tertarik untuk mendengar apa pun yang para perempuan itu ingin gosipkan.

Teman perempuan itu terkaget. "Apa?!" Suara seretan terdengar saat perempuan itu bergerak mendekat ke temannya untuk mendengarkan berita terpanas.

"Rupanya Luhan–" Sehun bangun ketika mendengar nama khusus itu "–dari departemen Sosiologi sudah ada yang punya!"

"Wahhhhh! Siapa pun perempuan itu, dia sangat beruntung sekali!" Perempuan yang baru menjawab terlihat sangat iri. Wajahnya hampir hijau.

Temannya menggelengkan kepala. "Bukan perempuan. Laki-laki. Luhan berpacaran dengan laki-laki."

Sehun menelan ludah.

Mulut perempuan satunya menganga, sebuah pemandangan yang sungguh tidak menarik, seraya ia membelalak lebar-lebar pada temannya. "Tiiidak mungkin!"

Mata kanan Sehun berkedut. Perempuan itu benar-benar menguji kesabarannya. Mengapa sulit baginya untuk menerima bahwa Luhan kencan dengan seorang pria? Sehun mengakui dirinya bukanlah kekasih ideal untuk kebanyakan perempuan, tapi dia tidak buruk –setidaknya Luhan tidak berpikir seperti itu.

"Yaa! Beberapa temanku dari departemen Sosiologi melihat Luhan dan laki-laki itu berciuman di depan gedung, tapi mereka tidak bisa melihatnya dengan jelas. Lalu aku mendengar dari beberapa penggemarnya bahwa dia mengencani seseorang dari departemen Musik kita!"

"Ya Tuhan. Siapa?! Tak ada seorang pun di departemen kita yang layak untuk berpacaran dengan Pangeran Luhan."

Sekarang Sehun melotot pada mereka, tapi karena terlalu asyik bergosip, mereka tidak menyadarinya. Layak? Pangeran Luhan? Sejak kapan mereka memanggilnya pangeran?

"Aku tahu! Mungkin dia memeras Luhan untuk berpacaran dengannya atau semacamnya."

Sehun menahan dorongan untuk membenturkan kepalanya ke meja. MEMERAS?! Mereka pikir aku memerasnya.

"Yeah, mungkin seperti itu."

TIDAK. Bukan seperti itu. Kalian orang sinting.

"Kita perempuan harus bergabung bersama untuk menyelesaikan ini! Aku harap Luhan baik-baik saja. Saudara perempuanku pernah diperas oleh laki-laki yang lebih tua sekali. Dia tidak sama lagi –karena itu kita harus membantu Luhan oppa!"

Sehun memutar bola matanya akan bagaimana perempuan itu dengan mesranya memanggil kekasihnya oppa.

Pada akhirnya, Sehun sudah tidak tahan. "Dia tidak diperas."

Kedua perempuan itu berbalik untuk menghadapnya. "Bagaimana kau tahu?" mereka serempak.

"Aku hanya tahu, oke?" Rasa kesal tersirat dari caranya menjawab.

"Kau kenal Luhan oppa?" Lagi, Sehun terganggu oleh caranya mengatakan oppa.

"Ya, aku mengenalnya."

"Apa dia baik-baik saja? Dia sedang tidak menyembunyikan lebam-lebam, 'kan?" LEBAM!?

Sehun mencubit pangkal hidungnya. Toleransinya akan kebodohan mencapai taraf baru. Mereka pikir Luhan sedang disiksa. Ini sangat bodoh.

"Tidak. Dia tidak mempunyai lebam di tubuhnya."

Aku pasti tahu. Sehun tak tahan untuk sedikit menyeringai.

"Bagaimana kau tahu?"

Dia ingin memberitahu mereka, "Karena aku tahu tubuh pacarku lebih baik daripada kalian berdua, "tapi memutuskan untuk menghindarkan mereka dari serangan jantung.

"Karena aku hanya tahu."

"Lalu apa kamu tahu siapa pacarnya? Apa–"

"Baiklah, semuanya! Maaf aku terlambat! Antrian di toko kopi sangat panjang." Profesor mereka masuk, sebuah senyuman di wajahnya serta sebuah espresso di tangannya. Kedua perempuan itu berbalik, terlihat sangat kecewa, tapi Sehun tidak bisa merasa lebih senang akan intrupsinya.

Ketika kelas selesai, Sehun mengambil tas punggungnya dan keluar, tidak menunggu untuk melihat apakah perempuan-perempuan itu akan mencoba berbicara padanya lagi. Ketika ia sampai di halaman, ia bisa mendengar anak perempuan lain berbicara dengan nada berbisik tentang Luhan dan kekasih misteriusnya. Sehun menangkap beberapa kata soal apa yang mereka bicarakan, dan merupakan sebuah keajaiban ia tidak menyerobot ke dalam obrolan mereka untuk meluruskannya.

Ketika sampai di kafetaria, ia menemukan rambut cokelat madu kekasihnya dan mengantri berjalan ke arahnya. Luhan sedang duduk di dekat jendela kaca besar, bersama pasangan Baekyeol. Dari apa yang Sehun lihat, penggemar Luhan mempunyai uang di bank karena mejanya tertutup tas-tas hadiah dan banyak kue seukuran kotak kecil.

Ia mendesah karena ia tahu Luhan akan membutuhkan bantuannya untuk membawa itu semua ke rumah.

Saat ia semakin dekat ke meja, suasana hatinya yang masam menjadi cerah ketika melihat Luhan berseri seraya menggigit sepotong kue cokelat. Kekasihnya terlalu imut untuk kebaikannya sendiri.

"Hei." Sehun duduk di sebelah Luhan, membuat anak yang lebih tua terkaget.

"Sehun-ah!" Dia tersenyum lebar, dengan mesra mencubit pipi Sehun.

Sehun melihat ke sekeliling kafetaria untuk mencari tahu jika ada yang melihatnya. Tidak ada. Murid yang lain sibuk menunggu antrian, memakan makan siang mereka, atau mengobrol dengan temannya.

"Ini. Aku membawakanmu bubble tea." Luhan memberikan gelasnya, tapi Sehun tidak dalam suasana untuk minuman kesukaanya. Ini pertama kalinya.

"Ada apa maknae?" Baekhyun bertanya sambil menyupai Chanyeol potongan dari brownienya.

"Oh tidak apa-apa –selain semua anak perempuan di sekolah ini berpikir Luhan sedang diperas untuk berpacaran denganku."

Luhan melengkungkan satu alisnya. "Benarkah?"

Sehun menoleh untuk menghadap kekasihnya. "Ya, sungguh."

"Ah. Itu menjelaskannya."

"Menjelaskan apa?"

"Yah, ketika mereka mendatangiku, mereka terus menanyakan apa aku baik-baik saja. Kupikir itu hanya untuk sopan santun."

Sehun menepuk dahinya.

Baekhyun menggapai melewati meja untuk memberikan tepukan di punggung. "Jangan khawatir Sehun. Rumornya akan berakhir... pada akhirnya. Mereka bahkan tidak tahu kaulah yang berpacaran dengan Luhan, jadi kau aman untuk sekarang."

"Itu tidak membuatku merasa lebih baik. Ketika mereka tahu aku berpacaran dengan Luhan, mereka mungkin akan protes."

"Sehun benar. Aku melihat beberapa teman kelas perempuanku membagikan sebuah petisi," aku Chanyeol, wajahnya sedikit terlalu girang untuk kesukaan Sehun.

Sehun mengerang dan menundukan kepalanya ke meja sampai menimbulkan suara. Luhan memiliki kepedulian untuk meletakan garpunya dan bergerak mendekati anak yang lebih muda. Dia mengelus punggung Sehun untuk menenangkan. Apa orang-orang tidak melihat ini?!

"Tidak apa-apa, Sehun-ah. Aku akan memberi tahu mereka bahwa kau adalah kekasihku dan mereka harus mundur! Tak seorang pun menyakiti Sehunku!" Luhan sedang mencoba untuk menghiburnya dengan nama panggilannya, tapi itu hanya menambahkan masalah dalam daftar Sehun.

"Lu, aku tidak membutuhkanmu untuk melindungiku dari penggemar perempuanmu." Sehun duduk tegak dan menggosok dahinya yang merah, menghindari tatapan kekasihnya.

"Percaya padaku, Sehun, kau akan membutuhkan bantuan Luhan hyung. Mereka akan terus berpikir kau memeras Luhan hyung jika dia tidak datang dan mengatakannya sendiri pada mereka." Baekhyun beralasan.

Sehun menghela napas. "Bahkan jika mereka tahu kenyataannya, mereka akan tetap berpikir dia bisa melakukan yang lebih baik."

Untuk kekesalannya, pasangan Baekyeol mengangguk, seperti mereka setuju.

Luhan tertawa kecil. "Sehun-ah, kau tidak seharusnya terlalu mencemaskan hal ini."

"Mudah bagimu untuk mengatakannya. Kau tidak berada dalam daftar buruan."

Baekhyun menggelengkan kepala dan memberi tahunya, "Kau berlebihan, Sehun. Lupakan tentang yang tidak suka."

Chanyeol dengan antusias menambahkan. "Kau tahu apa yang mereka katakan –haters gonna hate."

"Nah, bagaimana seharusnya aku mengabaikan fakta bahwa kebanyakan populasi dari murid perempuan menganggap Luhan seperti malaikat dan karena mengencani seseorang, dia tercemar. Mereka pikir aku menodainya!"

Luhan dan pasangan Baekyeol tertawa pada pernyataan Sehun.

"Berhenti tertawa! Itu benar!" dia menundukan kepalanya lagi. Sepertinya ia akan meninggalkan tempat ini dengan dahi merah.

Luhan terkekeh dan mendekat, bibirnya hampir menempel di telinga Sehun. "Aku tidak keberatan dinodai olehmu, Sehun-ah," bisiknya seduktif.

YA. TUHAN. TOLONG. AKU.

Hal terkahir yang Sehun butuhkan adalah Luhan yang menggodanya. Hal berikutnya yang ia tahu, bibir Luhan menempel pada sisi wajahnya. Aissshhh.

Apa orang-orang benar-benar tidak melihatnya? Apa mereka tidak melihat si polos, imut, berwajah bayi Luhan menanamkan ciuman yang tidak terlalu murni padawajahnya?

Tidak. Mereka tidak melihatnya.

Luhan tertawa ketika melihat ekspresi kalah di wajah Sehun. "Sehun-ah, jangan murung. Aku tidak ingin melihatmu sangat terganggu."

"Aku tidak terganggu. Hanya kesal."

"Nah aku juga tidak suka melihatmu kesal, jadi tunggu."

"Ap-"

Luhan tiba-tiba berdiri dan melompat ke kursinya. "SEMUANYA DENGARKAN!"

"LU! TURUN!" Sehun mendesis, wajahnya benar-benar malu. Ia menggenggam ujung baju Luhan dan menariknya turun. "Apa kau gila?!"

Luhan memutar bola matanya. "Tidak, aku tidak gila."

"Nah, lalu rencana apa yang akan kau lakukan barusan?"

"Mengumumkan hubungan status kita?"

Sehun menutup matanya. "Stres."

"Apa? Aku tidak akan duduk diam dan membiarkanmu muram karena dituduh menodaiku atau apalah." (Pasangan Baekyeol terkekeh akan proklamasi Luhan). Rasanya kata "dinodai" terdengar lebih buruk saat diucapkan oleh mulut cantik Luhan.

Sehun menggosok belakang lehernya.

"Terima kasih, tapi aku akan menanganinya." Ketika ia berdiri, Luhan dengan cepat menyambar pergelangannya.

"Mau pergi ke mana?"

"Aku ada kelas."

"Aku tidak ingat ada kelas jam 2 di jadwalmu sewaktu aku mengintipnya."

Sehun menghela napas. Luhan adalah tipe pacar yang akan mengingat jadwalnya.

"Aku pergi lebih awal untuk melihat apa aku bisa mendapatkan kursi yang bagus?" Sehun tahu alasannya bodoh untuk dikatakan, tapi syukur Luhan tidak menanyakannya lebih jauh. Sehun merasa bahwa Luhan sudah tahu apa yang sebenarnya akan ia lakukan.

"Oke. Kirimi aku pesan saat kau selesai." Luhan melepaskan pergelangannya, walau pun sedikit ragu.

"Yeah." Sehun berjalan pergi dari meja itu, sangat mengetahui bahwa kekasihnya sedang melihatnya sepanjang waktu. Ia hanya butuh ke luar dan berpikir. Berpikir tentang bagaimana dia akan menangani keributan yang akan datang ketika muncul bahwa Oh Sehun berkencan dengan Luhan.

Kemudian pada hari itu, saat ia keluar dari kelas terakhirnya, ia berjalan perlahan menuju gedung Sosiologi. Ia sudah membuat rencana sebelumnya untuk menjemput Luhan dari kelasnya yang terakhir.

Ketika ia sampai di gedung, ia menyadari ada lebih banyak murid dari biasanya yang berada di depan –kebanyakan dari mereka adalah murid perempuan.

Mungkin mereka semua di sini untuk melihat Luhan.

Ini tidak bagus. Bayangan dari para perempuan yang marah menyerangnya dengan tas muncul dipikirannya dan Sehun baru saja akan berbalik ketika–

"Sehun-ah!"

Luhan datang berlari dari gedung, meloncati beberapa tangga dan melompat ke arah Sehun ketika dia cukup dekat.

"Umph!" Sehun menangkap anak laki-laki yang tersenyum itu tepat pada waktunya.

Dengan Luhan yang memeluknya seperti bayi koala, sangat sulit bagi Sehun untuk memberi perhatian pada ekspresi kaget dari para murid.

"A-apa yang kau lakukan?" Sehun tergagap ketika akhirnya ia menyadari semuanya menjadi diam –terlalu tidak pernah sediam ini.

Luhan mengedip sebelum dia dengan dibuat-buat mengeratkan pelukannya di sekitar leher Sehun. "OH SEHUN-AH! Kau datang untuk menjemputku! Seharusnya tidak perlu! Kau bodoh!"

"Apa yang–?"

"Kau sangat imut, Sehun-ah! Aku sangat senang memilikimu di hidupku." Luhan mengedip padanya dua kali (atau itu berkedut?)

"Uhhh...oke?"

Luhan memberikan sebuah kecupan di bibirnya dan melepas pelukannya, sebuah senyum penuh kepuasan hinggap di wajahnya. "Aku benar-benar tidak tahan berada jauh darimu untuk waktu yang lama. Aku menginginkanmu sekarang! Ayo pergi, Sehun-ah!"

"Uhhhh...oke?"

Luhan menautkan jemari mereka dan membawanya menjauh dari keramaian. Sehun terlalu sibuk untuk mencoba menangkap apa yang baru saja terjadi untuk menyadari beberapa anak perempuan yang sedang mengipasi teman mereka yang jatuh pingsan.

"Barusan itu apa?" Sehun bertanya saat mereka sudah jauh dari gedung.

"Barusan apa?" Luhan melihatnya sekilas dengan mata berbinar.

"Pertunjukan yang baru kau buat."

Luhan pura-pura terkejut. "Itu bukan sebuah pertunjukan. Aku serius."

Sehun melengkungkan alisnya, terlihat tak yakin.

"Oke, oke. Aku hanya menunjukan pada mereka siapa yang menodai siapa!"

Sehun berhenti berjalan dan menatap kekasihnya. Tidak tahu bagaimana harus menjawabnya, jadi dia tertawa.

Dan tertawa.

Dan tertawa.

Luhan memajukan bibir bawahnya, rupanya lelah dengan tawa Sehun dan menunjuknya dengan napas memburu.

Menyadari itu, Sehun langsung berhenti dan berdiri tegak. Ia menangkup wajah Luhan dan mendekat.

"Ya Tuhan, aku sangat mencintaimu." Sehun mencium Bambinya dan memutuskan bahwa tak peduli apa yang orang lain pikirkan tentang hubungan mereka. Dia senang memiliki Luhan.

Jika "dinodai" oleh Luhan membuatnya merasa sebahagia ini, Sehun jelas tidak keberatan.

Sama sekali.


Fantasy_soul: AWWWWWWWWWWWW! Jadiiii bagaimana bagian pertama? Lol. Lulu benar-benar sangat imut :) kuharap kalian menyukai updatenya. Aku hanya sangat menyukai astronomi dan hal lainnya yang berhubungan dengan bintang, karena itulah background halaman ini. Lol.

Terima kasih sudah membaca! Subscribe dan komen! :D

XiaoWa: jadi ceritanya saya baru beli paket internet yang baru. Hahahaha :'D MANA YANG NIH SUARANYA YANG PADA NUNGGUIN ACIA?! UPDATE LOH, UPDATE! Buat yang belum baca terjemahan ICCL silakan mampir ke profile saya. Jangan lupa jejak-jejak manis kalian di tunggu /tebar kolor Sehun/ yang punya akun AFF juga jangan lupa support authornya, oke, oke~

Link AICA (hapus spasi): www. asianfanfics story/ view/ 288573/ all-i-care-about-fluff-romance-exo-luhan-sehun-hunhan