1.

"Kurasa ini bukanlah ide yang bagus"

Lee Sungmin, pria itu menggigit bibirnya, menggeleng saat Lee Donghae menarik pergelangan tangannya secepat kilat, menyeretnya hingga ia seperti mendapati pergelangan tangan kirinya seakan melepuh. Pria itu luar biasa, batinnya sambil terkikik samar, melirik kearah Lee Donghae, sang creative director tempat dimana ia bekerja, dan ia sama sekali tidak bisa menolak perintah dari sang atasan.

Menemaninya untuk meramal nasib disebuah stand tarot.

"Oh ayolah" Direktur itu tertawa, merangkul pundak Sungmin yang membuat pria bertubuh mungil itu sedikit merasa risih lalu menepuk pundak punggung sang bawahan pelan tiga kali, membuat Sungmin mendesah pelan menatapnya lalu menggelengkan kepalanya untuk yang keempat kalinya.

"Saya tidak bisa melakukan hal yang seperti ini, Direktur Lee" Sungmin menggoyang-goyangkan kedua telapak tangannya tepat kearah Donghae, membuat gestur tanda penolakan yang cukup halus. "Saya tidak percaya dengan ramalan" ia kembali melanjutkan.

Donghae tertawa lumayan keras setelahnya, menaikkan dasi merah marun nya yang mulai mengendur lalu meletakkan lengan kanannya kearah pundak Sungmin, menekannya sehingga menciptakan gaya menyandar.

"Kau akan baik-baik saja. Percaya padaku Sungmin, akan kupastikan nyawamu masih berada ditempatnya saat kau melangkahkan kaki untuk keluar dari tenda ini" Donghae masih sangat kukuh akan pendiriannya, semakin mendesak Sungmin untuk ikut bersamanya. Donghae sendiri secara pribadi cukup enggan untuk masuk sendiri, dan dia benar-benar tidak munafik pada Sungmin karena sejak awal, pria itu mengatakan bahwa ia tidak mempunyai mental yang cukup untuk berjalan sendiri kedalam, dan Lee Sungmin lah satu-satunya pegawai lembur yang masih berada di Cho Enterprise pukul sebelas malam itu. Awalnya Sungmin mengikutinya dengan iming-iming ajakan meminum kopi panas bersama disebuah kedai kopi ternama di Seoul dan Sungmin benar-benar tidak mau melewatkan kesempatan 'kopi mahal gratis' dari sang atasan. Donghae benar-benar menepati janjinya dan sialnya perut Sungmin benar-benar keenakan menampung segelas kopi panas yang mengasyikkan itu. Namun Donghae meminta imbalannya pada Sungmin, segera saja pria itu langsung mengutarakan niatnya untuk mengunjungi stand tarot yang sejak siangnya telah Donghae incar melalui internet, bersebelahan tepat dengan kedai kopi pujaan Sungmin itu.

Dan bawahan tak kuasa menolak perintah sang atasan, terlebih lagi sang bawahan telah disuap secara tidak langsung oleh si atasan.

Sungmin mengumpat dalam hatinya.

"Oh ayolah Sungmin, aku benar-benar penasaran dengan masa depanku, kau tahu, aku benar-benar gelisah dengan apa yang akan terjadi kedepannya" rongrong pria itu, menatap kearah Sungmin dengan tatapan memohon dan Sungmin benar-benar tak kuasa untuk menolaknya.

"Seharusnya para orang kaya benar-benar tidak usah repot untuk mengkhawatirkan masa depan mereka" Sungmin membalas, memeluk erat jas kerja hitamnya. "Masa depan anda sudah ditakdirkan dengan luar biasa" sambungnya lagi.

"Masa depan bisa berubah, Sungmin" Donghae bercicit. "Tidak menuntut kemungkinan aku akan bangkrut sewaktu-waktu, setidaknya mungkin dengan ramalan kartu tarot ini aku akan lebih berhati-hati nantinya secara spesifik dengan masalah yang akan diucapkan oleh si peramal nanti. Tapi aku benar-benar lembek, Sungmin. Bagaimana bisa aku tidak berani untuk masuk kedalam sendirian dan menyeretmu tengah malam untuk datang ketempat ini. Aku benar-benar minta maaf"

Brengseknya, Donghae mengeluarkan tampang "ingin dikasihaninya" dan Sungmin benar-benar tidak mampu dan tidak tega untuk menolaknya. Dinding Lee Sungmin akhirnya berhasil diruntuhkan oleh tatapan memelas dari Lee Donghae.

Pria ini seperti siluman kucing yang gemar memelas

Batin Sungmin dan akhirnya ia mengangguk pada Donghae dan mendekat kearah pria itu. Senyum mengembang benar-benar Donghae torehkan dan langsung saja Donghae menyambar kembali pergelangan tangan Sungmin dengan semangat dan menerobos masuk kedalam tenda hitam kecil dengan hiasan pernak-pernik lampu kecil yang berkelap-kelip.

Sungmin memejamkan matanya. Ia tidak menyukai hal seperti ini sama sekali. Bukankah masa depan sudah diatur oleh Tuhan sedemikian rupa? Apakah ia berdosa jika ia ikut meramal? Semua lamunannya buyar ketika Donghae mendudukkan dirinya diatas karpet merah marun yang tebal, menarik Sungmin untuk ikut duduk disebelahnya. Sungmin benar-benar menahan nafasnya ketika wanita paruh baya dengan jubah hitam dan lipstik merah gelap yang tebal tersenyum kearahnya, mengeluarkan tangannya lalu menjabat dirinya dan Donghae secara bergantian.

"Bisakah anda meramal saya, nyonya?"

Suara Donghae memecah keheningan yang dibalas dengan senyuman lebar dari sang peramal. Sungmin menggigiti bibirnya. Haruskah ia mendengar ramalan masa depan Lee Donghae?

"Baiklah" suara wanita itu terdengar sedikit parau. Dengan sigap ia mengambil tumpukkan kartu disudut mejanya, menyerahkannya langsung kearah Donghae yang langsung dibalas dengan tatapan heran Donghae.

"Kocok kartunya dan bagilah menjadi tiga bagian. Setelah itu acaklah tiga bagian yang telah anda susun itu dan menggabungkannya kembali menjadi satu, sehingga membentuk tumpukan kartu"

Donghae mengangguk dan mengocok kartu itu bak seorang ahli sulap yang menggelar pertunjukkan sulap kartunya. Cukup mengesankan bagi Sungmin. Setelah ia mengocok kartunya, Donghae membaginya menjadi tiga bagian, bagian kiri-tengah-dan samping. Ia terdiam sejenak lalu akhirnya meletakkan bagian tengah dibagian paling bawah, disusul dengan bagian kanan dan bagian kiri. Setelah kartu tersebut tertumpuk, Donghae melayangkan pandangan penuh keingintahuannya pada sang peramal.

"Bagus." Ia bergumam. "Sekarang acaklah kartu-kartu ini lalu ambil 5 buah kartu yang anda sukai"

Donghae mengacaknya dan benar-benar mengambil 5 kartu. Dengan gesit ia menyerahkannya kearah sang peramal dan langsung digenggamnya oleh tangan keriputnya.

"Kartu yang anda pilih menentukan takdir anda" ucapnya,membuat bulu kuduk Sungmin meremang.

"Direktur Lee" Sungmin berbisik kearah Donghae, makin mempererat pelukan jas kerja hitamnya didadanya. "Apakah saya harus mendengar hasil ramalan anda?" lanjut Sungmin lagi.

"Tak apa" Donghae bergumam. "Aku percaya padamu"

Lalu wanita itu menyingkirkan sisa kartu yang tidak dipilih Donghae dan menyingkirkannya dibawah meja, mengambil lima kartu utama dan menjejerkannya secara linear diatas meja hitam panjang itu.

"Masing-masing kartu akan menggambarkan percintaan, karir, kesehatan, masa depan dan masa lalu anda" peramal itu mengeluarkan suara datarnya. "mari kita mulai dengan masa lalu anda"

Semuanya terasa begitu cepat bagi Sungmin, dan suara yang dikeluarkan oleh wanita itu dan Donghae benar-benar terdengar seperti suara klakson mobil yang menggila di jalanan kota Seoul yang macet. Sungmin seperti tidak bisa mendengar apa-apa dan ia bahkan terlalu takut untuk mendengar. Tiba-tiba Sungmin memejamkan matanya, pening benar-benar melanda kepalanya. Harusnya ia masih tetap berada dikantor, mendesign ulang proyek software baru perusahaan yang direncanakan akan diluncurkan sebelas bulan lagi dan membuat Cho Kyuhyun, si bajingan perusahaan itu tidak mengamuk lagi kepadanya. Siang tadi ia hampir dipecat dan harus berakhir dengan bersujud di kaki Cho Kyuhyun untuk memohon agar ia tetap bertahan di perusahaan itu. Ia bahkan tidak mau mempedulikan lagi harga dirinya. Lee Sungmin benar-benar membutuhkan pekerjaan dan menjadi pegawai di perusahaan software Cho Enterprise merupakan sebuah kebanggaan sendiri bagi dirinya. Cho Enterprise adalah perusahaan software terbesar di Korea Selatan dan ia benar-benar beruntung untuk lolos seleksi wawancara satu tahun silam.

"Lee Sungmin"

Guncangan dibahunya benar-benar menghancurkan seluruh lamunannya. Sungmin membuka kedua kelopak matanya, tampak wajah kusut Donghae dengan tatanan rambut layaknya seseorang yang baru bangun tidur dan sepertinya pria itu baru saja mengacak dan menjambak rambutnya. Sungmin menelan ludahnya gugup, menatap kearah wanita peramal yang tersenyum kearahnya lalu mengangkat beberapa lembar kartu tarot dan berucap dengan nada suara yang sangat manis.

"Apakah anda ingin mencoba, tuan?"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Seharusnya aku tidak mencobanya, seharusnya aku tidak mencobanya"

Lee Sungmin menjambak rambut hitam miliknya dengan kedua tangannya dan Donghae bukanlah orang yang sendirian melakukannya. Donghae meregangkan otot-otot tangannya, menjatuhkan kepalanya dengan cukup keras pada meja kayu usang kedai ramyun pinggir jalan yang masih didatangi oleh pengunjung tengah malam. Entah berapa banyak soju yang berhasil ia teguk bersama Lee Sungmin dan sepertinya pria mungil itu sedang dalam keadaan mabuk yang lumayan parah.

Kedua pipi Donghae memerah namun ia sama sekali tidak mabuk. Sulit baginya untuk sekedar mabuk oleh soju dan ia harus berterimakasih pada kebiasaannya meneguk wine dan vodka bersama Cho Kyuhyun. Ia benar-benar menyadari baik dirinya maupun Lee Sungmin dalam keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Semuanya berkat wanita peramal kartu tarot itu.

Percintaan mereka berdua benar-benar buruk dan Donghae haruslah merasa kasihan pada ramalan kejam yang menimpa bawahannya itu.

Mengerikan. Anda tidak akan pernah mendapatkan seorang istri, tuan.

Donghae meneguk gelas sojunya lagi. Perkataan sang wanita peramal terngiang-ngiang dalam benaknya. Sungmin? Lee Sungmin yang berada disebelahnya ini tidak akan pernah mendapat istri?

Donghae lalu tertawa kecil dan memukul-mukul meja kayu dihadapannya. Mustahil bagi Lee Sungmin tidak mendapatkan pendamping hidup. Bagaimana mungkin seorang gadis akan menolak staff dari Cho Enterprise? Bahkan Donghae mengakui jika Lee Sungmin dianugerahi wajah yang menarik walaupun lebih terkesan kearah manis ketimbang maskulin. Gadis mana yang tidak akan terayu oleh wajah seorang pria yang manis ditambah lagi mempunyai pekerjaan yang lumayan matang? Menjadi pegawai di Cho Enterprise merupakan impian bagi para pegawai kantoran diseluruh Korea.

Dia sangat terpuruk.

Batinnya kala Sungmin meracau dengan muka yang memerah. Donghae mengusap wajahnya dengan cepat, jas kerja abu-abunya bahkan telah ditumpahkan kuah ramyun oleh seseorang dan Donghae berniat untuk melempar jas abu-abunya itu kedalam tong sampah setibanya ia di apartemennya nanti. Ia melirik kearah Sungmin, pria itu harus diantarkan pulang saat ini juga. Tidak ada respon berarti dari Sungmin setelah ia mengguncang bahunya. Donghae merengkuh pundaknya, membopongnya dan menuntunnya untuk berjalan kearah mobil sport putihnya yang terparkir sempurna didepan kedai ramyun, memasukkan pria itu secara hati-hati di kursi jok samping kemudi dan menutup pintunya pelan. Ia mengacak gusar rambut coklat mudanya, kepalanya seakan berdenyut sekarang dan ia harus memastikan bahwa ia dalam keadaan terjaga seutuhnya saat menyetir nanti. Setidaknya lima ramalan yang ia dapatkan tidak terlalu buruk, termasuk juga ramalan percintaannya.

Masih seribu kali jauh lebih baik dari ramalan Sungmin.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Oh, sepertinya CEO kita sedang berada dalam mood yang buruk"

Sungmin mengencangkan ikatan dasinya, lingkaran hitam dibawah matanya benar-benar terlihat jelas walaupun telah berusaha ia sembunyikan sedemikian rupa dengan krim muka yang disarankan oleh adiknya. Setelah acara 'mabuk-mabukkan' nya bersama dengan sang direktur, Sungmin tidak dapat memejamkan matanya sedetikpun ketika ia tiba dirumah sampai detik ini.

"Mood CEO selalu buruk setiap harinya" ujar Sungmin acuh, tangannya benar-benar terampil mengetik diatas keyboard walaupun ia benar-benar ingin terpejam sekarang.

"Tapi ini benar-benar parah"

Lee Hyukjae membalas dengan menggebu-gebu, mengencangkan kancingan jasnya lalu menopangkan dagu menatap kearah Sungmin yang terfokus pada layar monitornya.

"Baiklah, apa yang ia lakukan?" Sungmin mencoba untuk mengalah, ia benar-benar sangat tahu bagaimana watak Lee Hyukjae, teman satu katornya itu. Hyukjae dicap sebagai 'mulut gosip CEO' oleh seluruh staff kantor. Tololnya ia merasa bangga dengan julukan itu.

"Ia baru saja memecat sepuluh pegawai hari ini dan berhasil membanting dua puluh notebook perusahaan. Ini benar-benar gila"

Sungmin hanya berdehem sekilas, masih memusatkan pandangannya pada design proyek perusahaan dan dia sangat berjuang dengan keras untuk design ini agar membuat CEO cukup senang.

"Dia menginginkan proyek ini benar-benar sempurna" Sungmin membalas Hyukjae cepat. "Kau bahkan tahu aku hampir dipecat kemarin"

"Kau mempunyai keberuntungan yang bagus karena ia tidak jadi memecatmu." Hyukjae terbatuk kecil. "Sepertinya kau adalah orang pertama yang tidak jadi dipecat oleh CEO. Kupikir semua orang tahu bahwa CEO sangat konsisten dengan apa yang ia ucapkan ia akan memecat orang yang ingin ia pecat apapun yang terjadi"

Sungmin menghentikan pergerakan jemarinya diatas keyboard.

"Jika peruntunganku sempurna, pastilah ramalan kartu tarotku tidak akan sebegitu menyedihkan"

Hyukjae tertawa meledak dan membuat Sungmin cukup jengah. Dengan cepat ia mendorong kursinya untuk kian menempel dekat Sungmin.

"Kau benar-benar membuang uangmu untuk hal menyedihkan semacam itu, kau tahu" ucap Hyukjae dengan nada yang menyerupai bisikan.

"Aku tidak mengeluarkan sepeser uangpun" Sungmin tersenyum simpul. "Direktur Lee yang membayarkannya semua untukku"

"Who, tunggu" Hyukjae mengerutkan dahinya. "Apa katamu barusan? Direktur Lee? Maksudmu direktur Lee Donghae? creative director kita?"

Sungmin mengangguk dengan antusias. "Karena aku adalah satu-satunya pegawai lembur semalam dan tidak ada orang lagi yang tersisa dikantor, ia menarikku untuk ikut menemaninya meramal kartu tarot. Aku tidak bisa menolak perintah atasan bukan?" ujarnya menaikkan kedua bahunya.

Hyukjae makin mengernyit.

"Jadi, kau mendengar seluruh isi ramalan direktur Lee? Oh ya Tuhan, bagaimana? Apa isinya? Ceritakan padaku"

Sungmin memutar bolamatanya lalu menggeleng.

"Aku tidak mendengarnya, sepertinya aku tertidur saat itu" lanjutnya.

Hyukjae mendesah kecewa, mengetukkan jemarinya diatas meja kerja Sungmin lalu menatap Sungmin dengan dalam.

"Mengapa Direktur Lee tidak mencoba itu saja?"

Sungmin menatap kearah Hyukjae heran.

"Apa maksudmu dengan itu?"

"Eighty-eight" bisiknya

"Eighty..apa?"

Hyukjae menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Oh ya Tuhan, tunggu, kau tidak tahu apa itu eighty-eight?" desisnya yang disusul dengan gelengan kepala Sungmin.

"Astaga, kemana saja kau selama ini, Lee Sungmin?"

"Jelaskan padaku secara cepat dan terperinci" Sungmin mendesak. "Kau sangat tahu aku tidak mempunyai waktu untuk berselancar di dunia internet"

"Oke baiklah" Hyukjae berdecak. "Eighty-eight adalah sebuah situs website misterius yang hangat dibicarakan sejak dua tahun yang lalu, disebut misterius karena tidak ada yang tahu siapa pencipta website itu dan darimana asalnya. Yang membuat situs website ini semakin hangat dibicarakan adalah tentang tidak sembarang orang dengan mudahnya mengakses situs ini, dan apabila kau berhasil mengakses situsnya, eighty-eight akan memberikanmu reward dengan menjawab sebuah pertanyaan yang kau ketikan di kolom website itu, entah pertanyaan kapan kau akan meninggal, berapa gaji yang akan kau peroleh nanti dan dimana kau akan bekerja dan gilanya situs itu bisa memberikanmu jawaban siapa nama jodohmu kelak"

Sungmin membulatkan kedua bola matanya dan Hyukjae benar-benar melihat bahwa bola mata pemuda itu berbinar, tanda Sungmin benar-benar tertarik dengan topik pembicaraan mereka saat ini.

"Oh itu gila, aku benar-benar tidak mempercayainya" Sungmin menggelengkan kepalanya. "Ini sungguh tidak masuk akal"

"Memang" Hyukjae membalas singkat. "Sulit dipercaya tapi begitulah kabarnya"

"Bagaimana cara mengakses situs tersebut?" Sungmin melanjutkan lagi. "Kau bilang situs itu tidak dengan mudah terakses"

"Baiklah ini menariknya" Eunhyuk meneguk kilat gelas berisi teh yang telah mulai mendingin dihadapannya. "Apabila kau ingin membuka situs tersebut, yang harus kau lakukan adalah pastikan dirimu berada di hari kedelapan pada bulan kedelapan, tepat pada pukul delapan malam di menit kedelapan dan detik kedelapan. Apabila timing yang kau peroleh sangat pas, situs itu akan terbuka tepat saat jarum jam menunjukkan pukul delapan malam di menit kedelapan dan didetik yang kedelapan setelah kau menekan tombol enter di notebook atau komputermu. Aku memberitahumu, ini tidak mudah dan aku pernah mencobanya tepat setahun yang lalu" Hyukjae berbisik.

"Oh yaampun, kupikir itu cukup mudah" Sungmin berdecak. "Yang kau butuhkan hanya memandangi layar monitor komputermu dan menekan tombol enter saat pukul depalan malam dimenit dan detik kedelapan"

"Berbicara tidak semudah melakukan" Hyukjae mendelik kearah Sungmin kesal. "Aku benar mencobanya setahun yang lalu, pada tanggal delapan agustus saat jam delapan malam dan menit kedelapan, namun permasalahannya, aku tidak mendapatkan detiknya"

"Detik?" Sungmin menopang dagunya.

"Timing mu harus benar-benar sempurna, situs itu hanya akan terbuka tepat didetik ke delapan, dan tidak ada yang tahu berapa detik waktu untuk situs itu loading sehingga ia benar-benar akan tampil di menit dan detik kedelapan" Hyukjae menghentikan ucapannya sebentar lalu melanjutkan. "Bodohnya, aku menekan tombol enter tepat saat detik kedelapan dan sialnya situs itu menampilkan tulisan loading. Aku langsung menyadari bahwa angka detik telah melewati delapan dan aku juga menyadari jika yang diminta situs itu bukan tepatnya waktu kau menekan tombol enter, tapi pada waktu keberuntunganmu untuk menekan tombol enter. Waktu loading yang kudengar berbeda-beda disetiap server, jadi kau hanya perlu mengandalkan keberuntunganmu"

Sungmin terdiam, matanya melirik kearah kalender meja yang bertengger manis tepat disebelah computer meja kerjanya, hari ini adalah hari kedelapan di bulan Agustus dan Sungmin hampir memekik karenanya. Hyukjae mengikuti lirikan mata Sungmin dan tersenyum menyadari bahwa hari inilah hari dimana situs eighty-eight akan memberikan reward kepada 'sang pengakses' yang beruntung.

"Apakah sudah ada yang berhasil sejauh ini untuk mengakses situs tersebut?" Sungmin berucap lirih. "Aku ingin tahu"

"Yang kudengar hanya tiga orang dalam kurun dua tahun ini, berarti selama dua kali eighty-eight online di situs websitenya, tiga orang beruntunglah yang berhasil mendapatkan reward darinya" Hyukjae menghela nafasnya. "Aku tidak tahu untuk lebih mendetail, kau bisa mengetikkan informasi tentang situs itu di mesin pencari internet. Kau akan mendapatkan banyak info"

Hyukjae bangkit dari duduknya, meregangkan otot-otot badannya dan berjalan pelan kearah meja kerjanya yang terletak tepat disebelah Sungmin lalu mulai mengetikkan pekerjaannya diatas keyboard.

Haruskah?

Batinnya sedari tadi terus meronta untuk bertanya dan ia tidak terfokuskan oleh pekerjaannya. Ia benar-benar penasaran telak dengan eighty-eight. Pikirannya melayang-layang disana.

Helaan nafas dan sedikit teriakkan dari beberapa staff menyadarkannya, dengan cepat ia melirik kearah jam putih yang melingkar dipergelangan kirinya. Tepat pukul jam dua belas siang. Jadwal makan siang bagi seluruh karyawan Cho Enterprise.

Sungmin menolak semua ajakan makan siang semua rekannya termasuk Hyukjae dan memilih untuk duduk termenung di kursinya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai memposisikan duduknya senyaman mungkin, mengarahkan kursor mouse nya kepada sebuah aplikasi penghubung internet. Matanya berbinar ketika ia dihadapkan dengan kolom pencarian. Jemarinya dengan lincah mengetikkan sesuatu disana.

Situs website eighty-eight

Benar saja, semua informasi mengenai eighty-eight terpapang sangat jelas dan terperinci disana. Bahkan, ia dikagetkan dengan adanya situs perkumpulan orang-orang yang khusus membahas tentang eighty-eight. Matanya bergerak kesana kemari, membaca setiap info yang disuguhkan yang secara garis besar telah dijelaskan sebelumnya oleh Hyukjae dan memutuskan beralih untuk terlibat pada pembicaraan para pengguna internet yang membahas eighty-eight. Ia harus membacanya.

Nama pengguna? Sungmin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal saat situs perkumpulan tersebut memintanya untuk memasukkan nama pengguna agar bisa terhubung pembicaraan secara online. Dengan cepat ia mengetikkannya.

chickenpoop

Sungmin tertawa. Tidak buruk bukan?

redmask07: halo, chickenpoop

Seseorang dengan id redmask07 menyapanya. Sungmin tersenyum lalu mengetik balasannya.

chickenpoop: oh hai redmask07.

Ilovenoodle: chickenpoop? Selera humormu sangat payah untuk dijadikan sebagai username

Shootingstars4u: mengapa? Apa kau menyukai kotoran ayam, chickenpoop?

Sungmin mendengus. Bukankah itu haknya memilih nama pengguna yang ia inginkan? Ia kembali mengetik:

chickenpoop: tidak terpikirkan sebuah username yang bagus untuk ku

black_8652: well, kurasa kau telah bersusah payah untuk membuat nama chickenpoop itu

ilovenoodle: ah sudahlah, tidak usah membahas masalah username

jihyun099999: setuju!

redmask07: jadi, apa yang membuatmu bergabung di perkumpulan ini? Apa kau juga ingin turut mengakses situs eighty-eight?

chickenpoop: aku baru saja mendengar info mengenai situs eighty-eight dari teman kantorku dan aku tertarik untuk mengetahui tentang situs itu lebih jelas

shootingstars4u: kalau begitu kau datang di situs perkumpulan yang tepat~~

Jihyun099999: hahahahahaha kau yakin berhasil membuka website itu? ('w')

chickenpoop: setidaknya aku akan mencoba

ilovenoodle: hahahaha itu baru semangat!

black_8652: untuk ilovenoodle, tanda serumu membuat mataku sakit. Kurasa aku harus menambahkan lensa minus dikacamataku

Sungmin tertawa cukup kencang. Setidaknya orang-orang di perkumpulan ini tidak terlalu menyebalkan. Begitu pikirnya.

Ilovenoodle: akh….

Redmask07: ngomong-ngomong malam ini adalah malam yang tepat untuk mengakses eighty-eight

Shootingstars4u: kau benar, aku harus menanyakan "itu" apabila aku berhasil membobol situs bodoh itu malam ini. Aku telah mencoba dua kali selama dua tahun dan aku gagal.

Jihyun099999: kasihan : (

Black_8652: jangan mengasihani orang lain, kau juga tidak dapat mengaksesnya kan?

Jihyun099999: hm.

Sungmin menyipitkan matanya dan menatap lebar kearah username 'jihyun099999' yang sedari tadi memberikan respon yang cukup aneh diarea obrolan itu. Apakah dia….

Chickenpoop: apakah kau (jihyun099999) adalah salah satu dari tiga orang yang telah berhasil membuka situs itu?

Ilovenoodle: hah? Tidak mungkin, aku tidak percaya. Berpuluh-puluh juta penduduk Korea mengakses situs tersebut diwaktu yang bersamaan dan kenapa harus dia yang beruntung? Aku tidak percaya.

Redmask07: aku tidak tahu…. Yang kudengar bahwa programmer eighty-eight itu bukan manusia. Coba saja kau pikirkan? Mana mungkin manusia bertindak seperti dirinya Tuhan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu

Black_8652: maksudmu zix adalah hantu begitu?

Chickenpoop: zix? Apa itu?

Shootingstars4u: pembuat website eighty-eight. Dia menyebut dirinya sendiri dengan zix.

Shootingstars4u: tapi kurasa zix itu manusia

Shootingstars4u: dia manusia dengan kemampuan diluar manusia

Shootingstars4u: ia menggabungkan kejeniusan dan kekuatan supranatural sekaligus

Shootingstars4u: dia jenius karena berhasil menciptakan website mengerikan yang hanya dapat diakses melalui timing super sempurna, dan mempunyai kekuatan supranatural sehingga bisa mengetahui semuanya

Ilovenoodle: kurasa zix bukan sembarang orang, maksudku ada yang berpendapat bahwa zix adalah siswa SMA jenius yang culun, tapi menurutku dia adalah seorang programmer jenius yang terjun langsung dalam dunia IT

Black_8652: LOL. Banyak yang menyebutkan bahwa zix adalah salah satu programmer dari Cho Enterprise. P erusahaan software itu benar-benar gila menurutku. Bukankah mereka berhasil menciptakan aplikasi yang dapat mengukur berat benda secara akurat dengan memotret benda tersebut? Aku telah mengunduh aplikasi itu pada ponselku dan langsung mencoba untuk memotret berat ibuku yang mencapai 78kg dan benar saja, aplikasi gila itu benar-benar mencetak angka 78kg disana

Shootingstars4u: ah tapi aku tidak percaya bahwa zix berasal dari sana. Siapa tahu ia berada dalam bagian tersembunyi Seoul atau dimanapun itu. Masih misteri~~~

Ilovenoodle: aku tidak mempedulikan zix itu siapa hahaha. Yang kutahu bahwa presiden direktur Cho Enterprise itu benar-benar hot hahaha

Redmask07: oh ya, pria itu sering masuk dalam siaran televisi, Koran, majalah dan internet. Cho Kyuhyun, pria itu benar-benar berkarisma. Yang kudengar dia membangun sendiri perusahaannya dari nol~~~

Ilovenoodle: oh ya Tuhan, aku mau menikahi dia!

Redmask07: dalam mimpimu.

Shootingstars4u: berapa umur seorang CEO? Kalian mau menikahi kakek tua?

Ilovenoodle: apa maksudmu? Dia baru berumur 28!

Shootingstars4u: benarkah? Sialan. Aku tidak tahu dia semuda itu. Kupikir dia adalah orang tua berwajah awet muda dengan ketampanan yang tak pernah bisa menghilang

Redmask07: Hahahaha

Black_8652: Nikahi saja aku, aku juga tidak kalah kok dari presiden direktur Cho Enterprise itu

Sungmin menggeram, menjauhkan dirinya dari layar monitor dan mulai memutuskan untuk menekan tanda silang disudut atas kanan layar monitornya. Apa-apaan? Bukankah awalnya mereka akan membahas zix? Mengapa malah berakhir dengan membahas Cho Kyuhyun si CEO brengsek yang nyaris benar-benar memecatnya itu? Tolonglah, dia benar-benar muak mendengar ataupun melihat nama lelaki itu.

chickenpoop: berhentilah membahas Cho Kyuhyun dan kembali ketopik awal. Baiklah aku sudah tahu apa itu zix. Bisakah kalian memberitahuku alamat website situs eighty-eight?

Sungmin memutuskan untuk mengetik terakhir kalinya, sembari menunggu mereka untuk segera membalas ketikannya.

Shootingstars4u: eighty-eightweb. com dan semoga berhasil malam ini

Ilovenoodle: eighty-eightweb. com

Black_8652: sepertinya aku harus membeli jimat untuk malam ini

Sungmin tersenyum, kursor mouse nya segera mengarah kearah logo silang bewarna merah sebelum chat terakhir secara cepat muncul dihadapannya.

Jihyun099999: hahahahaha benar, aku adalah salah satu orang yang telah berhasil membuka website itu, dan zix benar-benar secara tepat menyebutkan tanggal kematian orang tuaku beserta hari, bulan dan tahunnya. Dia bahkan memberiku keterangan dengan pada pukul berapa mereka meninggal dengan menit dan detik yang sangat lengkap, dan aku bersumpah akan mencari tahu siapa itu zix dan bagaimana caranya melakukan itu.

Sungmin memejamkan matanya, mengklik tanda silang merah disudut layar monitornya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia teringat dengan tulisan terakhir sebelum layar monitor pria itu menutup semua hasil kegiatan chat mereka siang hari itu.

Jihyun099999 left the chat

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepuluh menit lagi jarum jam mengarah pada pukul delapan malam dan Lee Sungmin telah siap terduduk disofanya dengan posisi yang ia buat serileks mungkin.

Eighty-eightweb. com telah terketik sempurna di kolom pencarian website di notebooknya, bahkan ia telah memposisikan jari telunjuknya tepat menempel diatas tombol enter. Matanya melirik tajam kearah jam dinding berukuran lumayan besar yang tergantung dengan indah didinding bercat putih susu dalam kamarnya dan semua pikirannya terfokus pada tujuannya mencoba peruntungannya dengan hal tertolol yang pernah ia lakukan dihidupnya selain mencoba ramalan kartu tarot.

"Oh sial, jika website itu terbuka nantinya, aku akan mengetikkan siapa nama jodohku disana"

Ia menggeram, masih memfokuskan tatapan matanya kearah layar notebook hitam miliknya dan kearah jam dinding secara bergantian. Ia telah memikirkan ini masak-masak dan telah membrowsing secara matang di internet bahwa sebagian besar server akan menampilkan hasil loadingnya dalam kurun waktu tiga detik secara waktu normalnya, dan ia akan menekan tombol enter saat jam menunjukkan pukul delapan lewat delapan menit lima detik.

Ia bahkan tidak tahu sejak kapan kedua telapak tangannya mengeluarkan keringat sedari tadi. Yang berada diotaknya hanya satu.

Ia akan menikah dan pasti akan menikah.

"Mati saja kau peramal tolol" Pria itu mengumpat lagi dan kali ini mengumpat untuk wajah wanita peramal yang ia datangi bersama dengan direktur Lee Donghae kemarin malam.

"Lma menit lagi" desisnya makin memposisikan jemarinya diatas tombol enter lalu kembali menerawang tepat kemarin malam. Jika saja direktur Lee itu tidak memaksa dan menyuapnya secangkir kopi mahal, ia tidak akan terlibat bersama peramal tolol itu dengan depresi yang berkepanjangan seperti ini. Pria mana yang tidak depresi jika dikatakan bahwa tidak akan pernah memiliki istri. Bukankah sama saja bahwa Sungmin akan menjadi bujangan seumur hidupnya?

Sepertinya ramalan percintaan direktur Lee juga tidak bagus gumamnya dan ia menyesal seandainya saja ia tidak memejamkan mata dan mendengar pembicaraan Donghae dengan wanita peramal itu. Yang ia ingat lagi dengan jelas bahwa Donghae membawanya untuk meneguk beberapa gelas soju sebentar sebelum pulang dan Sungmin bersumpah ia dalam keadaan yang sangat mabuk kemarin. Ia bisa mengatakan apa saja dan melakukan apa saja saat ia mabuk tanpa sadar.

MABUK?

"SIAL, APA YANG TERJADI SAAT AKU MINUM SOJU-SOJU ITU DENGAN DIREKTUR LEE? BAGAIMANA JIKA AKU BERBICARA KOTOR ATAU MENGUMPAT PADANYA? BRENGSEK KAU WANITA TUA"

Tanpa sadar dan penuh dengan emosi, Sungmin menghentakkan seluruh jemarinya kearah keyboard notebook nya dengan rahang yang mengeras. Ia sama sekali terlupa tentang eighty-eight dan tentang niatannya untuk menanyakan siapa nama jodohnya pada website itu. Sungmin menghela nafas lalu melempar notebook hitamnya kesebelah kanan ia duduk lalu memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Sungguh ia sangat cemas. Bagaimana jika direktur Lee mengadu kepada CEO Cho bahwa ia mengumpat pada pria itu? Bukankah mereka sangat dekat dan presiden direktur itu benar-benar mempedulikan direktur Lee? Bagaimana kalau ia akan dipecat kembali?

Sungmin baru saja akan berteriak lagi ketika sebuah suara dentingan yang cukup keras menerobos masuk ke indra pendengarannya, dan seketika bayangan tentang eighty-eight dan jodohnya itu berputar-putar dalam kepalanya.

"SIAL, AKU LUPA TENTANG WEBSITE ITU"

Dengan kalang kabut ia meraih notebooknya dengan cepat. Jantungnya berdegup dengan keras dan ia hampir menahan nafasnya ketika layar notebooknya berubah menjadi hitam sepenuhnya dengan deretan kalimat putih dengan font cukup besar yang menghiasi layar notebook hitam itu

CONGRATULATIONS, THE 837237209th VISITOR

Sungmin memandang kearah notebooknya dengan heran. Apakah suatu virus memasuki laptopnya malam ini? Ia menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya, matanya masih dengan tajam menatap layar dihadapannya. Lalu seketika tulisan putih itu bergerak dengan cepat kearah kanan, memunculkan sederet kalimat baru setelahnya.

This is zix and I announce that you are the fourth lucky visitor of eighty-eight.

Pria itu membelakkan matanya dan makin mencengkeram notebooknya erat, nafasnya benar-benar tertahan dan ia merasa tubuhnya semakin lemas.

Please type your question here

Entah sejak kapan tulisan itu kembali berganti dan zix memintanya untuk mengetikkan pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada kolom transparan persis dibawah tulisan putih itu. Dengan tangan gemetar dan suara pekikkan yang tertahan, ia mengetik dalam kolom itu.

Tolong beritahu siapa nama jodoh untuk Lee Sungmin

Sungmin menekan tombol enter dan kalimat PLEASE WAIT bewarna putih dengan font sebesar layar notebooknya itu terpapang dengan jelas dihadapannya. Ia sama sekali tidak habis pikir dan memegangi bagian jantungnya yang berdetak secara tidak karuan dan menggila sedari tadi.

Dia adalah orang keempat yang beruntung.

Tulisan itu masih berada disana dan Sungmin makin melebarkan senyumannya. Lihat saja, pikirnya. Sungmin bersumpah akan mengutuk si wanita peramal tarot itu apabila sederet kalimat yang membentuk nama menghiasi layar laptopnya sebentar lagi.

Oh tidak, aku tidak akan hanya mengutuknya. Aku akan datang ketempat ramal itu dan akan menuntut dia

Pekiknya dalam hati. Senyumannya memudar ketika kalimat PLEASE WAIT itu tiba-tiba menghilang dan layar notebooknya kembali menghitam tanpa tulisan apapun. Sungmin memekik kaget, ia makin mendekatkan matanya kearah layar, berharap menemukan sederet nama dengan font kecil, tapi nihil, ia sama sekali tidak menemukan apa-apa disana selain layar notebook yang menghitam polos. Notebooknya seakan-akan mati.

Cahaya putih seketika muncul dan Sungmin mendapati notebooknya memamparkan view halaman desktop miliknya, memperlihatkan tampilan wallpaper depan notebook nya yang disetting oleh dirinya sendiri dengan foto ia bersama anggota keluarganya yang tersenyum lebar didepan kamera. Mulut pria itu ternganga lebar dan dentuman keras benar-benar mengguncang dadanya. Apa-apaan ini? Kemana perginya situs eighty-eight itu? Apa yang terjadi dengan zix? Dan mengapa zix tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan? Apakah ia benar-benar tidak mendapatkan jodoh sampai dia mati nanti? Sungmin berteriak, membanting laptopnya kelantai sehingga menimbulkan suara dentuman yang cukup keras dan pria itu sama sekali tidak peduli.

Malam itu ia hanya memandangi layar notebooknya, berharap bahwa situs website eighty-eight itu akan muncul lagi dan menjawab pertanyaannya yang belum terselesaikan.

Tapi Sungmin tidak mendapatkan apa-apa sepanjang malam itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Apa kau bilang? Kau berhasil membuka situs eighty-eight semalam?"

Lee Hyukjae berteriak dengan suara nyaring dan tangan Lee Sungmin sesegera mungkin langsung membekap mulut pria itu. Cukup, hanya Lee Hyukjae yang boleh tau tentang ini.

"Ya, aku ditipu oleh situs itu"

Hyukjae menampakkan ekspresi herannya, beralih menatap kearah Sungmin lekat-lekat.

"Apa maksudmu?" cicitnya.

"Aku telah mengetikkan pertanyaanku disana, lalu aku telah menunggunya cukup lama untuk situs itu menjawabnya, namun tiba-tiba saja layar notebook ku menghitam dan tampilan situs itu seakan lenyap begitu saja" ucap Sungmin dengan menggebu.

"Kau benar-benar menanyakan nama jodohmu disana?"

Sungmin menganggukkan kepalanya lemah, membuang mukanya kesamping.

"Oh Sungmin, kurasa apa yang dikatakan peramal tarot itu memang benar, bukannya aku bertindak jahat kepadamu, bahkan eighty-eight pun tidak mau menjawab pertanyaanmu. Mungkin saja dia tidak tega menuliskan disana kalau kau tidak memiliki jodoh"

Perkataan Hyukjae bahkan lebih menyakitkan dari perkataan peramal tarot itu.

Sungmin menggeram keras, kembali terfokuskan pada pekerjaannya dan mengacuhkan Hyukjae yang sedari tadi menyerbunya dengan nasihat-nasihat tolol yang menurutnya kelampau 'bijak' itu. Apakah benar jikalau ia benar-benar tidak bisa mendapatkan jodoh? Oh, apa yang harus ia katakan kepada keluarganya kelak? Apakah Tuhan benar-benar mengutuk dirinya dan dendam kepadanya? Ini benar-benar akhir hidupnya.

"Gosip pagi hari yang mengasyikkan, bukankah begitu ?"

Suara tidak asing merasuki pendengaran Sungmin dan ia bahkan hampir terjengkal kebelakang dari kursinya ketika ia melihat Cho Kyuhyun dengan setelan serba hitam menatap kearah dirinya dan Hyukjae dengan tatapan yang nyalang.

"CEO Cho"

Hyukjae langsung bangkit berdiri dari kursinya, membungkuk dalam-dalam pada Kyuhyun dengan ekspresi yang begitu ketakutan, begitupula dengan Sungmin yang melakukan hal serupa. Jantung Sungmin berdetak menggila ketika Kyuhyun melangkah cepat menuju kearah mereka berdua, dan aura presiden direktur itu terbilang sangat sangat tidak baik.

Tunggu, apa yang dilakukan oleh seorang CEO dikantor staff divisi kreatif?

"Ikut aku sekarang, tuan Lee"

Hyukjae dan Sungmin saling bertukar pandang dan Hyukjae langsung melangkahkan kakiknya mendekat kearah Kyuhyun, masih setia untuk menundukkan kepalanya.

"Apa yang kau lakukan?" desis Kyuhyun ketika Hyukjae makin mendekat kerahanya.

"Bukankah anda menginginkan saya untuk mengikuti anda?' ucap Hyukjae dengan suara terbata.

Kyuhyun mendengus.

"Bukan kau" desisnya lagi. "Tapi Lee Sungmin, aku ingin dia untuk ikut denganku sekarang"

Tubuh Sungmin mengejang dan Hyukjae berlari kearah mejanya setelah ia membalikkan badan dengan raut wajah lega.

"Sa…saya?" ucap Sungmin dengan terbata.

"Siapalagi orang yang bernama Lee Sungmin disini?" Kyuhyun berucap remeh.

Dan Sungmin mengikuti kemana langkah kaki Kyuhyun melangkah hingga mereka sampai tepat didepan pintu lift. Sungmin benar-benar pasrah apabila ini adalah hari terakhirnya untuk bekerja disini. Apakah ia mengumpat pada Lee Donghae saat mereka mabuk-mabukkan kemarin lusa? Ah badebah, bahkan setelah itupun Cho Kyuhyun mendapati dirinya bergosip seru dengan Hyukjae. Bukankah ini adalah alasan yang sangat kuat jika Kyuhyun ingin memecatnya?

Pintu lift terbuka dan Kyuhyun melangkahkan kakinya makin cepat. Ia mendapati dirinya berada dilantai tujuh belas, lantai dimana hanya boleh dijejakki oleh direktur kepala divisi dan sekertaris-sekertaris CEO saja. Sungmin menahan nafasnya ketika ia menatap kearah sepatunya, mereka memasang karpet beludru merah diseluruh ruangan dipenjuru lantai ini dan itu cukup membuat nafas Sungmin tercekat. Ketika ia menengok kanan dan kiri, semuanya pintu kaca yang dimana terdapat papan nama bercat emas dengan deretan nama hangul yang Sungmin yakini sebagai ruangan para direktur perusahaan. Bahkan Sungmin mendapati nama Lee Donghae diantara pintu-pintu itu. Pandangannya teralihkan saat Kyuhyun mulai menghentikan langkahnya tepat didepan pintu coklat tua yang sangat besar, lebih lebar daripada pintu masuk ballroom hotel bintang lima. Manik matanya melirik tulisan CEO di pintunya dan barulah pria itu menyadari bahwa pintu itu adalah jalan masuk menuju ruang kerja Kyuhyun yang hanya boleh dimasuki oleh orang-orang penting perusahaan.

Setelah me-scan identitas pengenal pada alat yang tertempel dipintu tersebut, Kyuhyun membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar dan memberikan aba-aba pada Sungmin untuk masuk mengikutinya dan menutup kembali pintu itu.

Tidak heran jika ini disebut sebagai ruang CEO, batin Sungmin. Berpuluh-puluh monitor berlayar raksasa mengelilingi meja kerjanya, menampilkan beberapa paragraf kode-kode yang tidak dapat Sungmin mengerti. Diatas mejakerjanya telah terpajang hampir belasan notebook bermerek mahal yang hanya bisa Sungmin impikan. Yang menarik perhatian Sungmin adalah bagian tepat disudut meja kerjanya, dua buah monitor dengan keadaan yang hancur parah tergeletak kaku dilantai, dan pastilah CEO itu sengaja melakukannya.

"Duduk" perintahnya dengan suara parau, menunjuk kearah sofa hitam dipojok ruangannya.

Dan Sungmin melakukannya.

"Apa yang ingin anda sampaikan?" ucap Sungmin dengan suara lembut.

"Baiklah akan aku sampaikan langsung" Kyuhyun berdehem, menatap langsung kearah Sungmin yang menampilkan raut wajah cemas. "Oh demi Tuhan, tenanglah, aku tidak akan memecatmu" pekik Kyuhyun.

Sungmin menghela napasnya,

"Malah sebaliknya" lanjut Kyuhyun cepat, ikut mendudukkan dirinya disebelah Sungmin. "Beberapa orang melihatmu bekerja keras belakangan ini dan melaporkannya kepadaku, aduan mereka sedikit membuat hatiku tersentuh. Jadi aku akan mengajakmu untuk makan malam sebagai hadiah karena kerja kerasmu yang mengharukan itu" Kyuhyun mendekatkan wajahnya kearah Sungmin. "Malam ini"

"Tidak usah repot-repot, CEO Cho, saya melakukan semua ini untuk menebus kesalahan saya waktu itu. Saya benar-benar tidak mengharapkan hadiah apapun, apalagi dengan makan malam bersama anda" Sungmin menggeleng dengan ekspresi tolol.

"Kau menolak makan malam bersamaku?" Suara Kyuhyun meninggi, sedikit tesinggung dengan kalimat terakhir pria itu. "Apakah aku tidak pantas untuk menjadi teman makan malam mu?" Kyuhyun menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Oh kau pastilah orang yang sangat pemilih, tuan Lee, aku yakin, teman makan malammu adalah orang-orang dengan pangkat dan level tinggi seperti perdana mentri misalnya"

Kyuhyun jelaslah menyindirnya dan Sungmin sadar akan hal itu. Dia mengumpat Kyuhyun dalam hatinya. Apa-apaan pria ini? Menghadiahinya makan malam karena kerjakerasnya? Oh bahkan Sungmin berani bertaruh bukan hanya dia satu-satunya orang diperusahaan ini yang bekerja keras. Sungguh alasan yang tidak logis.

Brengsek, tentu saja aku harus menerima ajakannya dengan ekspresi segirang mungkin

Sungmin tidak boleh gegabah jika ia tidak ingin kehilangan pekerjaan ini.

"Ya baiklah" Sungmin menghela napas. "Saya akan menerima ajakan makan malam anda"

"Keputusan yang bagus" Kyuhyun seketika berdiri, bertepuk tangan pelan sambil melirik ke arah Sungmin yang menatapnya dengan ekspresi tegang. "Perubahan keputusan yang bagus, kau hampir saja membuat dirimu nyaris dipecat lagi!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung ke 2.