Hallo minna-san, akhirnya kembali lagi setelah sekian lama dengan sama OOC, gaje dan segala keanehan lainnya seperti fict ku yang lainnya…. Huhuhuhuhu. T_T. Semoga bisa menghibur minna-san sekalian dan semoga pada suka...
#sorryfortypos#sorryforbadfic#hopeforyouradvice
Happy Reading...
Sweet Amnesia
"Teme! Cepat datang ke Rumah Sakit Konoha sekarang juga!" Kudengar Naruto yang berkata sambil berteriak diseberang telefon.
"Apa maksudmu? Siapa yang sakit?!" Seketika aku langsung membentaknya. Perasaan tidak enak seketika menjalari tubuhku.
"Ino, Ino- bodoh! Ino, kecelakaan!" Ia berteriak dengan suara parau nya. Apa ia menangis? Apa yang dikatakannya benar?
"Bicaralah yang jelas, sialan! Ino baru saja pulang dari Mansion Uchiha beberapa jam yang lalu!"
Bagaimana mungkin?! Ino baru saja pulang dari mansion uchiha untuk merayakan hari jadi kami beberapa jam yang lalu dan ia kecelakaan?! Lelucon macam apa ini?!
"Dengar Teme, Ino sedang kritis. Cepatlah…." Ujarnya setelah menjelaskan kalau Ino mengalami kecelakaan ketika menyelamatkan seorang anak lelaki di jalan di depan Rumah Sakit Konoha.
Tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan sekitarku, karyawan yang memandangku terkejut dengan ekspresi kacau ku -takut, gelisah, sedih dan marah- yang pastinya tidak pernah mereka saksikan sebelumnya, berlari kesetanan menuju basement kantor dan sesegera mungkin mengemudikan mobilku dengan kecepatan penuh.
Ino, sialan…. Kau berjanji akan memberikan ku kejutan yang tidak akan pernah aku lupakan. Kejutan apa ini, Ino! Jika sesuatu terjadi padamu, aku... aku... tidak! Tidak akan terjadi apa-apa! Tidak boleh terjadi apa-apa pada Ino. Kumohon Kami-sama...
Flashback
Ino POV
Aku mengendap-endap menuju kamar sang Uchiha bungsu. Bukan hal sulit bagiku untuk mendapatkan kunci ganda kamar tunanganku sendiri kan? Apalagi seluruh penghuni rumah ini adalah sekutu ku, hahaha…. Kali ini, aku akan memberikannya kejutan yang tidak akan ia sangka di hari anniversary kami. Memangnya dia saja yang bisa memberikan surprise?
Perlahan kubuka pintu kamar Sasuke. Aneh. Tidak biasanya ia tidur dengan gelap gulita begini. Sambil berjalan ke arah saklar lampu yang sudah ku ketahui dengan pasti letaknya dan tak lupa berhati-hati dengan blackforest buatanku.
Tik.
"Ap…. Ap…. Apa ini?" aku tidak bisa untuk tidak terkesima. Kamar Sasuke, tidak, ini bukan kamar Sasuke, tapi ini ruangan terindah yang pernah kulihat. Lampu hias mewah yang seketika menyinari kamar Sasuke, tempat tidur Sasuke yang kini sudah digantikan dengan meja kaca bundar dengan sepasang kursi yang senada serta saling berhadapan, tak lupa cahaya lilin di tengah-tengah meja, pot mungil dengan rangkaian bunga carnation berbagai warna dan sepasang peralatan makan di masing-masing sisi meja. Ngomong-ngomong, apa dia tahu arti bunga yang dipilihnya? Awas saja kalau itu hanya kebetulan. Dan jangan lupakan, seisi ruangan ini sudah seperti taman bunga. Bagaimana bisa?
Tik. Lagi, cahaya terang memancar ke sisi kiri dinding kamar Sasuke.
"Hei, nona cerewet, nona pirang, nona berbie, dan nona milikku…. Terkejut? Baiklah, jangan katakan apapun…." Mataku terbelalak. Sasuke buat rekaman video untukku? WOW!
"Aku mencintai mu. Sebenarnya aku tidak tahu akan mengatakan apa lagi selain mengatakan bahwa aku mencintaimu, yang pastinya sudah kau ketahui." Sasuke berkata sambil menggaruk tengkuk nya yang aku yakin untuk menghilangkan rasa grogi nya.
"Aku sama sekali tidak grogi hanya untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu, bahkan hampir seluruh dunia tahu kalau aku mencintaimu. Aku sudah mengumumkannya setiap aku mendapatkan undangan menjadi bintang tamu dalam acara televisi lokal maupun luar negeri."
Seakan menjawab gumam-an ku. Dan ya, karena ia sudah menjadi CEO dalam usia yang terbilang muda, ia sering diundang untuk menjadi bintang tamu sebagai pengusaha muda sukses, dan sudah pasti, hal asmara adalah hal yang menjadi sorotan publik, yang kemudian tanpa ragu Sasuke bahkan seakan memanfaatkan acara tersebut untuk mengumumkan hubungan kami kepada khalayak umum yang sukses membuatku keki setengah mati. Aku seakan menjadi artis mendadak! Lupakan saat kami hampir bertengkar karena aku tidak ingin wartawan mewawancaraiku dan Sasuke yang sudah pasti bertanggungjawab dalam hal ini entah bagaimana caranya bisa menghentikan wartawan tersebut memburu ku hingga sampai ke Konoha Hospital, tempat kerjaku. Menjadi dokter saja sudah cukup membuat ku sibuk, apalagi meladeni wartawan di jam istirahat, kurasa bukan hal yang bijak, dan Sasuke mengerti hal ini. Namun, hal yang membuatku takjub adalah ketika Sasuke yang masih selalu mempubliksikan hubungan kami disetiap acara yang dihadirinya tetapi tidak membuat media memburuku seperti kejadian sebelumnya, saat kutanya apa yang ia perbuat terhadap mereka, ia hanya menjawab 'Kenapa bertanya? Itu hal yang mudah, Ino.' Yah, tidak heran sih, Uchiha dengan kekuasaanya, apa sih yang tidak mungkin terjadi.
"Aku hanya merasa aneh berbicara sendiri di depan kamera dan mengatakan bahwa aku mencintaimu, padahal aku bisa saja mengatakannya secara langsung, tapi si Dobe bilang kalau akan lebih romantis kalau aku merekamnya begini. Demi mu aku akan lakukan hal aneh ini." Lanjutnya yang tak lupa dengan ekspresi cool-nya.
Oh, ternyata Nii-san yang mendorongnya untuk melakukan ini. Benar-benar ide yang tidak buruk.
"Ino, terima kasih sudah sangat sabar menghadapiku, memahami ku tanpa celah, menyempurnakan hidupku, dan mencintaiku meski aku lebih mencintaimu."
"Aku lebih mencintaimu, Uchiha." Ujarku mengkoreksi perkataan terakhirnya.
"Akui saja kalau aku yang lebih mencintaimu. Dan jangan membantah." Kembali ia seakan menyahut-ku. "Dan jangan menangis. Seka air matamu." Lanjutnya.
Menangis? Aku tidak sadar kalau aku menangis. Sejak kapan?
"Sejak aku mengatakan bahwa aku mencintai mu. Aku yakin kalau kau tidak menyadari nya. Ah, aku hampir lupa, happy anniversary, sayang"
Aku kembali menyeka air mataku yang semakin deras.
"Ini juga alasanku kenapa ragu membuat video ini. Aku tahu kau akan mewek begini." Ucap Sasuke yang kini membalikkan tubuhku dan menyeka air mataku.
"Ia mengalir tanpa aku perintahkan" aku sambil mencoba memandangnya yang kini berada dihadapanku.
"Apa kau tidak senang dengan kejutanku, hm?"
"Kau bercanda." Ujarku. "Pegang ini." aku menyerahkan blackforest yang sedari tadi kubawa di tangan kirinya sebab aku sudah melihat tangan kanan nya yang menggenggam buket mawar merah yang sudah pasti akan menjadi milikku nanti.
Setelah Sasuke dengan sempurna memegang cake anniversary kami, tanpa membuang waktu, aku memeluk Sasuke erat. "Apa kali ini aku kalah lagi?" tanyaku padanya.
"Hei, Tidak ada kalah-menang disini. Kau hanya perlu tahu kalau aku sangat mencintaimu."
"Tapi tidak sekalipun kejutan dariku mengkejutkan mu. ini tidak adil…. Aku merasa aku bukan kekasih yang baik. Setiap kali aku berencana membuat surprise, keadaannya selalu berbalik seperti ini."
"Dengar, kau sudah menjadi kejutan dalam hidupku setiap saatnya, dan itu sudah sangat sempurna. Kau mengerti?" Katanya dengan menatapku tepat dimataku yang masih berkaca-kaca.
"Hehehe…." Setelah menyeka sisa-sisa air mataku, tawa halus tak dapat ku cegah.
"Setelah menangis kau tertawa sekarang?"
"Apa jadinya kalau dunia tahu, si CEO muda yang terkenal dingin malah sangat ahli menggombal?" Goda-ku yang sukses membuat badannya kaku seketika, yang kutahu, tanda ia sedang salah tingkah.
"Apa kita bisa duduk sekarang? Aku tidak keberatan kau memelukku bahkan setiap hari sekalipun, tapi, tanganku juga bisa pegal dengan memegang kedua benda ini di masing-masing tanganku." Katanya mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi, benar juga, aku sudah terlalu lama memeluknya begini, pasti tangannya pegal memegang buket dan cake nya sekaligus.
"Ah-ya, setiap memelukmu aku jadi kelupaan waktu. Dan ya, terima kasih buket nya, sayang, indah sekali."
...
Acara perayaan hari jadi kami berlangsung dari tepat tengah malam hingga pagi menjelang. Dari makan cake hingga duduk santai di balkon kamar Sasuke dengan percakapan-percakapan ringan yang pastinya di dominasi oleh-ku. Aku yang tadinya memakai dress baby doll dengan warna biru langit kini dibalut sempurna dengan overcoat milik Sasuke yang sukses menutup hampir seluruh tubuhku. Ia memaksaku mengenakannya untuk menghangatkan tubuhku dari udara dingin.
Sasuke yang sekarang sudah menanggalkan tuxedo silvernya nya, dan hanya mengenakan kemeja hitam kini berbaring dengan berbantalkan pahaku, tak luput tangan tangan kiriku yang saling bergenggaman dengan tangan kanannya dan tangan kiriku yang membelai puncak kepala Sasuke. Pose favorite-nya. Kunaikkan kembali selimut yang menutupi tubuhnya, aku juga tidak ingin kan lelaki-ku ini sampai kedinginan, apalagi jatuh sakit.
"Suke, aku berjanji akan memberikanmu kejutan yang tidak akan pernah kau lupakan. Ini janji seumur hidupku." Aku kembali membuka percakapan.
"Hn. Kau memang harus memberikanku kejutan, seumur hidup. Atau kau saja yang menjadi kejutan untukku. Aku tidak butuh yang lainnya selain kau, Ino." Balasnya.
"Suke, bangun. Aku mau membantu Miko baa-san menyiapkan sarapan. Aku tunggu dibawah yah, Suke... " Ucapku dan dengan perlahan beranjak keluar dari kamar Sasuke tanpa menatapnya yang juga sudah pasti dengan rona merah kentara pada kedua pipiku. Apa ia sedang melamarku tadi?
Breakfast time
"Ino-chan, Sasuke nya dimana?" tanya Mikoto baa-san padaku.
"Suke bilang mau bersiap-siap sekalian pergi ke kantor, Miko baa-san. Sebentar lagi juga akan turun, baa-san" Jawabku sambil menyiapkan kopi hitam Sasuke dan sandwich sayur, menu sarapan Sasuke biasanya.
"Ohayou kaa-san, tou-san, Itachi-nii, Kyuubi-nee, sayang." Sapa Sasuke kepada seluruh penghuni meja makan dan untukku, ditambah kecupannya di pipi yang di hadiahi senyuman dari Mikoto baa-san dan Kyuu-nee, nee-chan ku yang sudah menjadi nyonya Uchiha juga decihan keki dari sang sulung Uchiha.
"Tou-san, si bungsu sok mesra. Tidak Uchiha sekali." Komentar si sulung akhirnya.
"Happy Anniversary, Ino-chan." Bukannya mendukung protes si sulung, sang kepala keluarga malah menyelamati pasangan itu dengan senyuman hangatnya yang ia tujukan pada Ino, membuat si Sulung ngedumel tidak jelas dan senyum kemenangan si bungsu.
"Hontou ni Arigatou Fugaku jii-san." Jawab Ino.
"Bagaimana Kejutannya Ino-chan? Sukses?" Tanya Mikoto baa-san.
"Malah jadi terbalik baa-san. Suke selalu merusak rencanaku…." Rengekku pada Mikoto baa-san.
"Uchiha memang perfeksionis Ino-chan, ditambah lagi dengan Sasuke yang sudah tergila-gila dengan Ino-chan." Respon Mikoto baa-chan yang seolah sudah meprediksi apa yang akan terjadi.
Baiklah, aku menjadi semakin bersemangat untuk merancang sesuatu yang tidak terlupakan oleh Sasuke! Aku harus berhasilll….
"Oh ya, Sasuke-kun, mau berapa lama lagi Ino-chan harus memanggil jii-san dan baa-san pada kami? Tou-san mu sebenarnya sudah tidak sabar untuk dipanggil tou-chan oleh Ino-chan." Tanya Miko baa-san yang sukses membuatku tersedak. Sasuke dengan segera memberiku minum. Ia tersenyum licik padaku kemudian menatap sang ibu yang menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Seharusnya kaa-san tanya pada Ino, kapan dia akan meng-IYA-kan lamaranku." Sahut Sasuke santai.
Jawaban Sasuke membuatku mati kutu. Tidak memiliki keberanian lagi menatap seisi meja makan. Ugh...
Setelah sarapan bersama keluarga Uchiha yang diakhiri dengan 'kode' untuk menyegerakan hubungan ku dan Suke ke jenjang yang lebih serius lagi, aku yang seharusnya diantar Sasuke ke Konoha Hospital, tempatku bekerja sebagai dokter, tapi aku minta diantar oleh Kyuubi-nee yang kebetulan akan pergi ke kediaman kami, Namikaze mansion yang memang searah dengan Konoha Hospital. Sekalian wujud ngambek ku pada si Uchiha bungsu itu. Padahal kan keputusan untuk menunda pernikahan kami, meski aku yang mengusulkannya, juga dengan persetujuannya. Kenapa aku dijadikan seakan-akan yang tidak ingin menikah sih. Dasar!
"Nee-chan sampai kapan disini?" Tanya ku pada Kyuu-nee yang memang sudah berpindah ke Kirigakure mengikuti sang suami. Aku mencoba membuka pembicaraan, mengalihkan kekesalanku pada si Uchiha.
"Sampai kalian menikah." Goda Kyuu-nee.
"Nee-chaaaannn…."
"Sampai waktu yang belum bisa di pastikan. Nii-chan mu banyak urusan perusahaan yang harus diselesaikan disini. Memangnya ada apa?"
"Nee-chan, bantu aku untuk membuat kejutan buat Suke, oke?"
"Bukannya kau sudah buat kejutan dan gagal ya?" Respon Kyuu-nee yang jelas-jelas meledekku.
"Nee-chan jahat sekali…."
"Tidak ada kejutan kedua Ino-chan…. Buat kejutan di momen lain saja. Nee-chan punya ide, bagaimana kalau kau lamar saja si bungsu? Asal tahu saja, pembicaraan tadi pagi itu, meski seperti bercanda, tapi menurut nee-chan itu semacam peringatan, loh..."
"Apa-apaan! Aku ini perempuan nee-chan…."
"Lalu? Melamar bukan tentang gender, dan lagi, Sasuke sudah melamarmu dua tahun lalu, kenapa kau tolak, hm?"
"Aku masih internship nee-chan…."
"Sekarang, kau sudah menjadi dokter tetap. Lamar dia, dan kita akan merencanakan kejutannya. Lagian, apalagi yang kau tunggu, hm? Kedua keluarga bahkan sangat mendukung dan yang terpenting kalian saling mencintai. Apa lagi?"
"Nee-chan yakin?"
"Kau ragu? Atau takut? Namikaze tidak mengenal rasa takut. Jangan buat malu darah kita deh…. Nee-chan yakin, kali ini kejutanmu akan berhasil." Kyuu-nee meyakinkanku.
"Ragu?! Takut?! Bukan Ino namanya!" Kataku bersemangat. Benar juga, aku yakin Sasuke pasti akan terkejut. Lagi pula, aku tidak ada alasan untuk menunda lagi kan...
"Sudah sampai, nee-chan antar diseberang tidak mengapa kan? Nee-chan ada janji dengan kaa-chan dan sudah terlalu terlambat, kita bicarakan lagi nanti, hati-hati ino-chan."
"No prob. Bye, nee-chan…."
Aku beranjak keluar dari mobil dan menuju trotoar untuk menyeberang jalanan yang memang sudah ramai. Lampu masih berwarna merah namun aku melihat seorang anak menuju jalanan yang dipenuhi kendaraan berlalu lalang. Sedang apa ia? Kulihat ada sesuatu yang ia kejar, bola? Astaga, ia bisa tertabrak. Aku berlari mengejar anak lelaki itu tanpa melihat kanan-kiri lagi.
"INO CHAANN! AWASS!" Kudengar teriakan melengking Kyuubi-nee.
BRAAAKKK….
Flashback End.
Konoha Hospital
Sasuke POV
"Ugh…." Ino perlahan membuka matanya.
"Ino! Kau baik-baik saja?!" Aku langsung menanyakan Ino setelah ia dengan sempurna membuka matanya.
"Sasuke-nii? Aku dimana? Kenapa wajah Sasuke-nii pucat?"
"Tunggu disini Ino, aku panggil dokter dulu." Aku tidak bisa berkata-kata lagi.
Apa yang terjadi dengan Ino?! Nii?!
…..
"Ino terkena amnesia parsial. Ia kehilangan beberapa memorinya." Ungkap si dokter yang membawa keterkejutan kepada semua nya, Kushina baa-san dan kaa-san yang histeris dan dibawa keluar ruangan dokter oleh Minato jii-san dan tou-san. Tinggallah aku, Naruto, Itachi-nii dan Kyuu-nee.
"Dan kenapa KAU yang jadi dokternya?! Aku bisa mencari dokter ahli syaraf otak selain KAU!" Protesku akan dokter yang menangani Ino, dari sekian banyak dokter yang ada di Konoha, kenapa harus si rambut merah? Sial!
"Sasuke, bukan itu fokusnya. Keselamatan Ino yang paling utama sekarang. Lagian Garaa adalah sahabat Ino, ia dapat berkontribusi membantu Ino mengembalikan ingatannya." Naruto mencoba menenangkanku yang mengetahui keenggananku terhadap Garaa.
"Aku bahkan ingin menghapus memori tentang si Merah ini dari ingatan Ino!" Jawabku ketus.
"Otoutou, dewasalah. Kesembuhan ino adalah prioritas sekarang." Tambah Itachi-nii mencoba untuk meredam kekesalanku ku terhadap dokter yang menangani Ino. "Lagian, untuk saat ini, Garaa adalah dokter yang berkompeten menangani kasus seperti Ino, ia ahli syaraf otak yang bahkan merupakan dokter yang memiliki lisensi praktik di Suna." Kata Itachi-nii yang membungkamku.
"Ya, saat ini, kesembuhan Ino adalah yang terpenting, Sasuke. Semakin cepat ia ditangani, akan semakin baik. "Kyuubi-nee ikut menimpali.
"Ada yang harus kalian ketahui. Mari ikut aku ke ruangan Ino." Akhirnya Gaara bersuara untuk mengajak kami menuju ruangan Ino.
Sesampainya di ruangan Ino, kepala Ino yang masih berbalut perban, namun ia yang sudah dapat bergerak sontak memberikan pandangan bertanya akan kedatangan kami.
"Hai, Ino-chan" Ino-chan?! Si panda ini benar-benar. Aku mengijinkannya menangani Ino, bukan sok dekat dengannya. Sebelum aku sempat mem-protes nya, suara ku terhenti saat Ino malah menanggapi sapaannya.
"Garaa-kun…. Aku mencarimu sejak tadi. Kau lama sekali. Ada yang ingin ku tanyakan." Garaa-kun?! Jangan bilang….
Garaa yang tadinya menghadap Ino, membalikkan tubuhnya dan membelakangi Ino. Ia memandangku tepat di mataku. "Ia kehilangan memori tentang hubungan kalian."
Tbc.
Huwaaaa, selesaii chap 1... huffftt *nyeka keringat*
Lega bisa nge publish fict ini dan sebenernya berniat untuk oneshoot fict, eh malah jadinya lebih dari satu chap. Tapi, dari outline yg ada, ga bakalan lebih dari 3 chaps sih, hehehehehe, bahkan niatnya fict ini hanya 2SHOOTS saja.
Seperti biasa, fic yang banyak sekali kekurangan disana-sini, typos, alur berantakan, dan hal-hal lainnya. Hikshiks. Semoga tidak menghilangkan kesenangan minna saat membacanya dan semoga minna tersenyum dan terhibur saat membaca fict gaje iniiii... *Semoga Tuhan..., Ameen*
Thanks for reading... sangat mengharapkan kritikan dari para readers sekalian.
Ditunggu Review nya... #jika berkenan, hehe
Jaa nee... ^_^