Girl With The Bunny Mask

Disclaimer : Vocaloid milik Crypton Future Media yang punya

Warning : Typo.

.

.

.

Extra Chapter – 2

Shopping time

"Jadi kita kemana Rin?" Tanyaku kepada Rin, dia kan yang mengadakan acara ini.

"Kalau itu kita serahkan kepada Luka sebagai yang sudah lama tinggal di sini." Kata Rin sambil menunjuk Luka. Luka pun memegangi dagunya dan mulai berfikir.

"Bagaimana kalau ke daerah Shinjuku saja? Di sana sungguh lengkap. Dan juga banyak yang bisa di beli di sana dengan gaji kita. Itu juga pusat perbelanjaan terdekat dari sini." Kata Luka menyarankan. Kami semua mengangguk, Luka dan Gakupo-Kaichou akan ikut kami ke Osaka.

Kami pun memperhentikan dua buah taksi. Kaito, Len, dan Gakupo-Kaichou satu taksi. Terus aku, Rin dan Luka-san berada dalam satu taksi. Kami pun menikmati perjalanan kami menuju Shinjuku, Rin mulai membuat 'to buy list' di ponselnya, sedangkan Luka sedang chatting dengan Gakupo-Kaichou. Aku pun ikut menanyai adikku dia ingin di belikan apa dari Tokyo. Orangtuaku sedang tidak ada di Jepang ketika aku pulang kali ini, tetapi aku akan langsung memajang hadiahnya nanti di etalase pajangan milik adikku. Adikku mengikuti homeschooling, sehingga ketika dia SMA baru dia memasuki sekolah biasa.

"Sudah sampai." Kata supir itu mengagetkan kami, kami pun membayar argo-nya dan menuju kawasan yang di sebut sebagai jantungnya Tokyo itu, Shinjuku. Banyak sekali toko disana yang membuat kami yang dari Osaka melongo.

"Baiklah, kita akan berkumpul lagi di pintu gerbang ini jam 4 sore! Setelah itu kita segera berkemas ke apartemen dan berangkat ke Osaka." Instruksi Gakupo-Kaichou.

"Haaiii!" Kata kami serempak. Kami pun berpencar dan Kaito memilih untuk ikut denganku, kami memang sebenarnya berpencar dalam 3 kelompok dengan pasangan masing-masing. Kami pun mulai mencari berbagai barang yang tidak ada di Osaka, aku pun membeli beberapa miniatur mobil yang hanya ada di Tokyo untuk Mikuo-kun, miniatu mobil-mobil klasik untuk melengkapi koleksi adikku yang sangat suka mengoleksi beberapa mainan mulai dari Gun*am, Hot wheel*, Leg*, dan sebagainya deh.

Aku pun berhenti tiba-tiba dan melihat sesuatu. "Ada apa Miku?" Tanya Kaito.

"Sebentar Kaito, boneka tradisional Jepang untuk koleksiku." Kataku sambil membeli dua boneka di sana.

"Kau sungguh suka boneka itu ya Miku?" Tanya Kaito, aku hanya mengangguk.

"Sebenarnya aku ingin boneka Okiku, tetapi tidak mungkin, boneka itu di rawat di kuil sekarang." Kataku dan mendapatkan jitakan pelan dari Kaito. "Ittai! Kaito apa-apaan sih?" Tanyaku.

"Tentu saja kau tidak boleh memiliki boneka Okiku! Kau ini bagaimana!" Kata Kaito, dia juga sudah membeli beberapa barang selama kami berbelanja tadi.

"Habisnya, aku menyukai semua boneka! Hehehe." Kataku sambil tersenyum. "Kaito! Mochi bakar!" Kataku sambil menarik tangan Kaito untuk membeli makanan ringan itu. "Bu, tolong Mochi bakar-nya satu porsi!" Kataku, dan mendapatkan 4 tusuk Mochi bakar-nya. "Kaito mau?" Tanyaku sambil menyodorkan satu tusukan kearahnya. Dia pun langsung memakannya dari tanganku.

"Jangan terlalu banyak makan loh, nanti kau gendut." Kata Kaito sambil mencubit pipiku.

"Tenang saja aku tidak bisa gemuk kok." Kataku sambil terus memakan mochi bakar itu.

"Baiklah, pacarku yang tidak bisa gemuk." Katanya sambil terus tersenyum.

"Kaito! Ada Takoyaki."

"Wah, Crepes!"

"Kaito! Coba deh eskrim Negi ini."

"Wah Ichigo Ame*!"

"Kaito, ayo berbagi Kakigori* denganku!"

"Kaito! Ayo beli Taiyaki*!"

"Lihat! Ada jagung bakar!"

"Kaito! Ayo coba Choco Banana! Eh, ada Rin dan Len-kun."

"Wah ada Ramune*! Aku akan mengirim beberapa untuk Mikuo-kun dan kedua orangtuaku ah!"

Dan itulah aku, antara membeli barang dan makanan, habisnya makanan di sini sungguh menggiurkan dan membuat perutku selalu lapar.

"Setelah ini jangan lupa mengecek timbanganmu Miku. Kurasa kau naik 5 kilo." Kata Kaito yang mengelus perutnya "Sepertinya aku juga begitu." Kata Kaito yang sedari tadi ikut makan denganku.

"Kyahahaha! Tidak mungkin aku naik secepat itu!" Kataku sambil menenteng tas belanjaanku yang banyak.

"Ayo taruhan, Kau naik lebih dari 3 kilo." Kata Kaito.

"Apa imbalannya ketika aku menang?" Tanyaku.

"Kalau kau menang, kau bebas untuk menuangku satu kali! Kalau aku menang, biarkan aku tidur bersamamu lagi malam nanti!" Kata Kaito. Aku hanya mengangguk.

"Baiklah! Aku bertaruh tidak ada perubahan! Tadi pagi aku sudah timbang 45 kilogram bukan?" Tanyaku, Kaito hanya mengangguk.

Rin Pov.

Aku dan Len sedari tadi memborong hal yang berhubungan dengan Jeruk dan pisang, bahkan Len juga memborong Choco Banana di standnya tempat kami bertemu Kaito dan Miku. Sedangkan aku hanya membeli 100 tusuk Mikan Ame*.

Aku juga mendapatkan parfum aroma Jeruk di toko parfum yang tak sengaja aku lewati, Rinto-nii pasti suka dengan beberapa jeruk yang aku bawakan. Rinto-nii hanya berbeda 1 tahun denganku, dan dia juga ikut dalam CSP divisi 1 sama sepertiku, tetapi berkat seminggu tanpa tidur mengotak-atik komputer dan membaca beberapa buku komputer selama satu bulan penuh membuatku lebih hebat daripada Nii-chan.

"Nee.. Rin-chan, aku merasa kekenyangan." Kata Len mengeluh kepadaku.

"Habisnya, siapa suruh kau memborong seluruh dagangan orang itu hah?" Tanyaku mengingat dia memborong semua yang di jual orang itu, juga menyisakan dua untuk di beli Miku dan Kaito yang kami temui.

"Habis, aku belum pernah makan itu sebelumnya, lagipula rasanya memang enak kok. Aku jadi Khilaf." Katanya sambil duduk, kini kami bersantai di sebuah kafe dan aku memesan Orange float. "Aku jadi kagum kepada kalian para wanita, aku bahkan melihat Miku makan banyak sekali tetapi tidak naik-naik juga berat badannya dan seolah-olah perutnya adalah kantong 3 dimensi milik doraemon." Kata Len sambil sedikit menyesap kopi yang di pesannya.

"Habisnya Miku yang butuh energi banyak untuk aktifitasnya, dia adalah ketua divisi paling sibuk di CSP, dia juga butuh banyak asupan." Kataku, sedangkan aku memerlukan makanan juga untuk otakku.

"Aku jadi membayangkan tadi kan Miku selalu mengajak Kaito makan, sedangkan Kaito tidak terlalu suka makan kecuali makan eskrim. Kurasa Miku ingin merubah Kaito menjadi Kaito gelonggongan." Canda Len. Aku pun tertawa terbahak-bahak.

"Itu tidak mungkin! Kalian para laki-laki memiliki sistem pencernaan yang cepat! Nanti juga kau sudah tidak terlalu kekenyangan lagi Len, tidak terlalu lama kok, 5 menit lagi juga tidak terlalu kenyang lagi. Lagipula kau juga memerlukan banyak sekali energi Len, jadi kau pasti makan banyak deh." Kataku kepada Len.

"Benar juga sih katamu Rin-chan." Kata Len sambil kembali memesan Banana Float.

"Len, bisa kau tunggu di sini dulu? Aku mau ke toko depan sebentar kok! Aku ingin membeli salah satu boneka porselen disana." Kataku sambil beranjak dari tempat duduk tanpa menunggu jawaban dari Len dan mencoba membeli dua boneka porselen disana dan kembali duduk. "Lihat ini Len, ini mirip kau dan aku! Ini ambil yang mirip denganku!" Kataku, Len pun mengambilnya tanpa berkomentar apapun.

"Lenka-nee menginginkan oleh-oleh juga. Apa aku belikan pisang emas saja ya?" Kata Len. Lenka-nee adalah sepupu jauh dari Len yang seumuran dengan Rinto-nii tetapi dia memasuki Divisi 1.

"Kau ini, yang lain dong! Seperti Yukata atau apapun! Jangan melulu pisang emas dong! Kau ini!" Kataku kepada Len.

"Habisnya aku tidak mengerti selera wanita." Kata Len.

"Kau kan bisa bertanya kepadaku, apa kau tidak menganggap wanita di sebelahmu ini hah?" Kataku sedikit emosi.

"Itu lain Rin-chan, Lenka-nee sudah menjadi wanita dewasa, sedangkan kau masih menjadi seorang gadis." Sindir Len, ingin rasanya aku bernyanyi 'I can take of my panties' di hadapannya.

"~Kodomo Atsukai itu made shiteruyo, Joshoki aru tsumori dashi karada mo naka naka no mon yo~!" Nyanyiku dengan aura pembunuh kearah Len.

"I-iya Rin, aku minta maaf! Gomenasai!" Kata Len. Aku langsung menariknya keluar dari kafe itu.

"Ayo kita cari pakaian untuk Lenka-nee!" Kataku dengan sedikit agresif. Untungnya semua yang kami pesan di kafe ini sudah kami bayar.

Luka Pov

"Nee.. Po-kun, kita akan melakukan apa di sini?" Tanyaku, kami berdua sudah sering kesini ketika kencan, jadi kami bosan kemari.

"Luka-chan! Sudah aku bilang jangan panggil namaku dengan sebutan panda itu!" Kata Gakupo-kun mencubit pipiku dan mulai melebar-lebarkannya, tetapi aku tidak peduli karena aku sangat bosan.

"Po-kun, ayo cari makanan." Kataku sambil pergi meninggalkan Gakupo-kun.

"Luka-chan! Sudah aku bilang jangan memanggilku dengan sebutan itu!" Kata Gakupo-kun sedikit marah.

"Baiklah, Po-kun, kita akan bertanding, siapa yang paling betah memakan Takoyaki super pedas di sana!" Kataku sambil menunjuk sebuah kedai Takoyaki disana.

"Irrashaimasen, silahkan ingin pilih isian apa dan tingkat kepedasan yang mana?" Tanya pedagangnya.

"Aku ingin isi Tuna! Tolong level yang paling pedas ya pak, sama orang ini. Hei, Po-kun, kau ingin isian apa?" Tanyaku kepada Gakupo-kun.

"Sudah aku bilang, jangan memanggilku dengan nama panda jago kungfu itu." Kata Gakupo-kun, aku hanya terkekeh. "Baiklah, aku pesan isi gurita saja pak." Kata Gakupo-kun, pedagang itu pun mengangguk mengerti dan kami mengambil tempat duduk.

"Bukankah kau juga jago kungfu dan pecinta dumpling?" Tanyaku polos.

"Aku ini Samurai! Samurai! Dan kesukaanku adalah Nasu-chan! Bukan dumpling! Lagipula tubuhku ini ideal tahu! Bukan gendut! Nee.. Luka-chan jangan menggodaku terus dong!" Kata Gakupo-kun sambil sedikit pundung di terakhir dia berkata. Aku hanya terkekeh.

"Proporsional mananya?" Kataku sedikit merendahkannya. Padahal aku sudah sering melihat Gakupo bertelanjang dada, dia pun berdiri sambil hendak membuka pakaiannya. "Ga-Gakupo! Kau ingin melakukan apa?" Tanyaku panik melihat tindakannya itu.

"Aku akan membuktikan kepadamu kalau aku tidak gendut!" Katanya sedikit frustasi.

"Iya, iya aku tahu, jangan lanjutkan membuka pakaianmu!" Kataku sambil sedikit menutupi mataku. Akhirnya pesanan kami pun datang dan Gakupo-kun menenang kembali. Aku mengambil satu bola begitu juga dengan Gakupo. "Ayo bersama-sama. Satu, dua, Tigaa.." Kataku sambil melahap Takoyaki di tangan kami, ya ampun pedas sekali!

"Huwaaa/Gyaaahh!" Kataku dan Gakupo-kun bersamaan pedas sekali! masih ada 7 buah lagi.

"Bagaimana? Lanjutkan?" Tanya Gakupo-kun merendahkanku.

"Huh! Enak saja! Tidak akan!" Kataku. Kami pun melanjutkan tantangan itu.

Miku Pov

Wah, sudah jam 4 sore, aku mengajak Kaito kembali ke titik pertemuan dan menemukan Rin dan Len sudah ada di sana. Sedangkan Luka dan Gakupo-Kaichou. Mereka datang dengan wajah sungguh memerah.

"Eh? Ada apa dengan muka kalian?" Tanyaku.

"Habis bertanding makan Takoyaki super pedas." Kata Luka, dia sedikit kepayahan.

"Hasilnya?" Tanya Len.

"Seri, tidak ada yang menang maupun kalah." Kata Gakupo-Kaichou dengan terlihat agak linglung karena kepedasan.

"Kalau BAKAito-nii di sini, dia malah akan habis 5 porsi." Kata Kaito. Kami kembali dengan menggunakan taksi lagi. Sesampainya di apartemen aku langsung menimbang badan dan hasilnya, aku menang! Aku menang! Yuhuu.

"Kyahahaha! Kaito, nikmati penerbanganmu ini." Kataku dengan senyum iblis-ku. Kaito dengan pasrah mengambil parasut pribadinya lagi dan aku menelpon Luka tentang apa yang terjadi.

"Eh? Tidak dari sini?" Tanya Kaito, aku hanya menggeleng.

"Karena ini adalah saat terakhirmu terbang perorangan, jadi kita akan melakukannya dengan sangat tinggi. Hihihihi" Kataku sambil menarik Kaito ke kamar Luka di lantai 9.

Kaito pun dengan sukarela berdiri di teralis beranda Luka, Luka yang aku ceritakan kejadiannya hanya tertawa.

"Baiklah Miku, karena ini adalah terakhir kalinya aku terjun bebas seperti ini, aku pun menurutimu untuk terjun dari lantai 9 gedung apartemen ini. Jadi katakan kalau kau akan mendorongku Miku." Kata Kaito seperti mengatakan pesan-pesan terakhirnya. Aku pun memegang kakinya.

"Miku? Bolehkan aku ikut mendorong juga?" Tanya Luka, aku hanya mengangguk mengiyakan. Sedangkan Kaito, dia hanya pasrah dengan sedikit pencabutan nyawanya itu. Akhirnya aku dan Luka menghitung sampai 3 dan mendorong tubuh Kaito dengan sangat keras dan berakhirlah Kaito dengan terjun bebasnya.

-Skip Time-

Akhirnya kami berada di bandara dan menunggu beberapa menit lagi untuk terbukanya gerbang ke pesawat menuju Osaka. Tidak sabar rasanya pulang ke kampung halaman, apa yang akan menanti kami nanti ya? Lagipula lebih baik menikmati saja kehidupan ini, tentang apa yang terjadi nanti biarkan Kami-sama yang mengatur.

Kami pun pulang ke rumah kami masing-masing dengan rasa rindu dengan keluarga, kecuali aku, adikku dan kedua orangtuaku sedang ada urusan bisnis di luar negeri dan tidak bisa pulang sekarang, biarkan saja, tok baru kali ini mereka tidak bisa di rumah ketika kepulanganku, aku tahu presdir Hatsune Zaibatsu sangatlah sibuk dengan urusannya, jadinya aku tidak bisa memprotes mereka, aku juga sudah sering ke luar negeri. Kaito dan yang lain pun menginap di rumahku, kenapa bukan apartemenku? Karena apartemenku sudah aku jual. Dan uangnya sebagai penambah aku membeli apartemen di Tokyo. Kami sungguh siap dengan kemungkinan apapun yang akan terjadi setelah ini, misi apa lagi yang akan kami hadapi.

Normal Pov

-another place-

Gadis itu berjalan dengan kesal melewati gang-gang sempit yang gelap itu.

"Huuh! Dasar gadis sialan! Mentang-mentang dia anak manager bisa merebut Dex dariku!" Kata gadis itu sambil kesal.

"Mau aku bantu?" Tanya seorang gadis lain di belakang gadis itu. Gadis itu kemudian menoleh melihat seseorang yang mengajaknya bicara.

"Siapa kau? Dan tahu apa kau dengan masalahku?" Tanya gadis itu. tetapi gadis yang mengajak bicara itu sudah menghilang.

"Aku mengetahui semua masalahmu, kalau kau mau, aku bisa memberimu kekuatan untuk membalas anak manager itu dan mendapatkan kekasihmu kembali." Kata gadis misterius itu tiba-tiba di samping gadis berambut pirang yang menggerutu itu.

"Bagaimana caranya?" Kata gadis pirang itu tertarik. Gadis berambut merah misterius tadi hanya mengulas senyum di wajahnya. Gadis itu memakai pakaian lolita hitam dengan topi kecil yang terpasang miring di kepalanya.

"Pertama, sebutkan namamu?" Tanya gadis berambut merah itu.

"Daina Macrony." Kata Daina mantab.

"Dan siapa yang ingin kau hancurkan itu?" Tanya gadis berambut merah itu.

"Sweet Ann!" Kata Daina penuh geram.

"Baiklah, Daina, aku akan menawarimu perjanjian dengan iblis yang akan memberimu kekuatan untuk merebut kembali kekasihmu itu. Sebagai gantinya kau harus melakukan persembahan kepada sang iblis." Kata gadis berambut merah yang lebih pendek dari Daina itu.

"Memang apa persembahannya?" Tanya Daina, dia akan melakukan apapun demi mendapatkan Dex kembali.

"Kau harus membunuh kedua orangtuamu dulu. Setelah itu kau akan mendapatkan kekuatanmu. Tidak usah terburu-buru, itu adalah langkah kedua, langkah pertama adalah meneriakkan. 'Iblis beri aku kekuatanmu.' Tiga kali sebelum kau membunuh kedua orangtuamu, setelahnya aku akan mengunjungimu untuk menandatangani sebuah perjanjian, setelah itu kau akan mendapatkan kekuatanmu kembali. Aku pamit dulu, aku akan datang ketika kau sudah melaksanakan langkah pertama dan kedua." Kata gadis berambut merah itu dan menghilang di akhir kalimat.

Daina pun bingung dengan apa yang akan dia lakukan, dia akan mendapatkan Dex, kekasihnya tetapi dia harus membunuh kedua orangtuanya terlebih dahulu.

Akhirnya, Daina pun nekat membunuh kedua orangtuanya yang selalu memarahinya karena uang tidak cukup lah atau apa lah, dia sudah muak terus di siksa untuk mendapatkan uang bagi mereka bersenang-senang, akhirnya dia berdiri di kamarnya.

"Iblis beri aku kekuatanmu. Iblis beri aku kekuatanmu. Iblis beri aku kekuatanmu!" Teriak Daina yang membuat ayah ibunya merasa kalau Daina itu berisik dan Daina mulai membunuh mereka berdua. Gadis berambut merah itu pun datang setelah kedua orangtua Daina mati, dengan membawa sebuah perkamen di tangannya.

"Sekarang, di sini, dengan darahmu tanda tangan di garis ini, tentunya dengan membaca isi perkamen ini dulu tentunya." Kata gadis berambut merah itu.

Daina sudah tidak peduli dengan isi perkamen itu karena dia sudah membunuh kedua orangtuanya, maka tidak ada jalan untuk kembali, Daina merobek telunjuk kanannya sedikit dan menandatangani perkamen itu. Daina pun merasakan kekuatan besar mengalirinya.

"Sekarang kekuatan iblis sudah ada padamu. Mulai saat ini, kau tidak akan bisa menemuiku hingga ajal menjemputmu. Selamat tinggal Daina." Kata gadis itu sambil berjalan keluar.

"Tunggu, setidaknya, beritahu aku. Siapa namamu?" Tanya Daina yang tubuhnya sudah penuh dengan cipratan darah.

"Namaku? Ritsu, Ritsu Namine." Kata gadis itu sambil pergi. Kini Ritsu dan Ryozaburo dinyatakan bebas dan mereka bisa menyeberang ke alam baka dengan damai.

.

.

.

OWARI / Tamat

Yaaah, kali ini benar-benar tamat-desu, Clara ucapkan terima kasih lagi kepada orang-orang yang memfolow dan menjadikan cerita ini favorit-desu. Clara pamit dulu, sampai jumpa di fanfic Clara berikutnya.

A/N :

Ichigo Ame = Seperti permen apel, tetapi ini stroberi

Kakigori = es serut yang biasanya di beri sirup dan susu kental.

Taiyaki = Kue panggang berbentuk ikan yang biasanya di isi dengan selai kacang.

Ramune = minuman ringan berasa lemon/lime dalam botol kaca yang menarik dan di segel dengan marmer di bagian atas.

Mikan Ame = Sama seperti Ichigo Ame tetapi ini memakai Mikan/ jeruk Jepang.