Reflection

Cast : Park Jimin x Min Yoongi

Romance / humor

.

.

Apalagi yang lebih gila dari menikah dengan orang yang lebih muda dari mu? Dia hanya penulis novel romansa picisan, harus berhadapan dengan Jimin yang jauh dari tipe idamannya seperti di novel yang ia buat.

.

.

.

.

❝Every life's a movie

We got different start and stories.❞-

oo n

.

.

.


chapter ; s a t u


"Astaga! Lihatlah, akhirnya setelah sekian lama Baekhyun dan Chanyeol bersatu. Tapi, kenapa Baekhyun harus ke Amerika? Tapi, aku cukup puas! Tapi, aku juga butuh saquel novel ini!" seru seorang gadis sambil menunjukan sebuah buku novel romantis ditangannya, dan membuka halaman terakhir novel tersebut.

"Yeah, akhirnya mereka bersatu, semua jadi senang kan?"

"Aku berharap cerita lucky monster di film kan!" teriak seseorang gadis yang lain lagi.

"Aku tunggu karya oppa selanjutnya!" ucap gadis pengemar novel romantis itu ditangannya. Yoongi tersenyum mengangguk-ngangguk. Yoongi cukup senang karna karya novelnya cukup laku keras di kalangan remaja.

Lelaki berambut hitam itu terus melangkahkan kakinya, ke sebuah gedung besar bernama Hope-ing. Hope-ing adalah sebuah tempat penerbit yang cukup ternama, dengan novelis yang sudah banyak merilis buku yang laku keras.

Senyuman terus mengembang di wajahnya yang manis ketika beberapa orang yang melihatnya mulai tersenyum dan menyalaminya.

"Selamat Yoongi-ah novelmu laris!" ucap Jooheon memeluk Yoongi yang hanya bisa tersenyum dan membalas pelukan Jooheon.

"Thanks," ucap Yoongi tersenyum sambil melepaskan pelukan sahabatnya itu.

Kaki yang ramping dengan segera menuntunnya menuju ruangan Jooheon. Disinilah Yoongi berkerja dengan Jooheon, Teman sekaligus bosnya.

"Yoongi, ini uang atas penjualanmu yang luar biasa itu. Kuharap, kau bisa mendapatkan ide yang jenius seperti itu lagi dan mengirimnya keperusahaanku, naskah mu sudah separuh jadi kan?" kata Jooheon sambil merangkul Yoongi dengan hangat. "Sisanya ku tranfer? Atau mau cast?"

"Sebanyak ini? Transfer saja," jawabnya sambil tersenyum. "Twinflower masih jauh dari kata akan selesai, Jooheon. Aku rasa dalam waktu dekat ini tak bisa, karena aku harus menyiapkan pertapaanku yang panjang setelah aku mengejar menyelesaikan lucky monster ini."

"Oke, silahkan bertapa. Tapi jangan lupa makan dan minum ya sayang ku," kata Jooheon dengan kerlingan matanya kepada Yoongi. Yoongi memutar matanya malas. "Cari pacar sana. Jangan menggodaku terus," katanya lalu segera keluar dari ruang kerja Jooheon, Jooheon terkekeh melihat Yoongi yang kesal terhadapnya.

"Kau saja jadi pacar ku gimana?"

"Oh, tidak. Terima kasih atas tawaran yang buruk itu," sahut Yoongi dengan sarkasme luar biasa.

Yoongi berjalan keluar, kemudian ia melihat, Jica bersama dengan para editor lain sedang berkumpul membaca sesuatu. Pasti sedang bergosip pikirnya.

"Oppa!" panggil gadis itu, ketika melihat Yoongi akan keluar.

Dengan malas Yoongi berjalan menuju ke arahnya. "Ada apa?" tanya Yoongi dengan malas sambil menatap Jica yang sedang memandang majalah antusias.

"Lihatlah ini. Dia sungguh tampan bukan? Usianya masih muda, Tapi dia sungguh tampan di tambah dengan manis– tunggu bagaimana cara aku mendeskripsikan kesempurnaan miliknya ya?" seru Jica histeris menyodorkan majalah ditangannya.

Jika, Jica ini bukan sahabatnya. Yoongi akan meninggalkan perempuan ini langsung. "Ya, lantas? Jangan membuang waktu ku, ca."

"Lihat dulu oppa!" katanya menyodorkan majalah kepada Yoongi.

Yoongi mengambil majalahnya dan melihat cover majalah tersebut. Dan, membuka halaman yang menampilkan seseorang yang di tunjuk oleh sahabatnya.

"Astaga dia sexy bukan? Apalagi dengan rambut silvernya,"

"Biasa saja?" tanya Yoongi heran. Apa yang sexy dari lelaki ini? Pikirnya heran.

"Oppa adalah gay teraneh yang pernah aku kenal," jawabnya kesal.

Sialan.

"Aku masih sahabat mu kan, ca?" tanya Yoongi.

"Abisnya kenapa oppa itu aneh sekali, dia bisa di jadikan inspirasi membuat novel mu– namanya Park Jimin. Model papan atas. Idaman semua wanita dan lelaki di luar sana,"

Yoongi mendengus. "Apa bagusnya dari pria ini?" tanya Yoongi sambil menatap lagu pria berambut silver tersebut yang berada di cover majalah. Cukup keren– tapi tidak. Bukan tipenya.

"Dia bisa jadi inspirasi untuk membuat novel lagi," katanya antusias. "Dia kelihatan seperti tipe-tipe lelaki di novelmu!"

"Inspirasi dari mana? Dia bukanlah seleraku, biasa saja. Walaupun aku gay– aku tidak tertarik dengan lelaki itu." ucap Yoongi mengembalikan majalah itu ke Jica dan orang-orang itu hanya bisa diam mendengar jawaban Yoongi.

"Oppa, kurasa matamu rusak. Terlalu banyak berkutat didepan komputer." Ucap Jica menyindir.

"Yeah, makanya dia di tinggalkan oleh Zhoumi." seru Victoria entah dari mana tiba-tiba saja muncul.

Sialan dengus Yoongi tidak suka akan kehadiran perempuan itu.

"Aku pergi dulu, ca-." kata Yoongi kemudian berjalan keluar.

Perkataan wanita tadi sungguh menyakiti hatinya. Bagaimana tidak? Yoongi adalah seorang pembuat novel terkenal dengan cerita yang romantis yang membuat kau menangis dengan kisahnya yang manis. Namun, kebenarannya dalam urusan cinta dia adalah orang yang payah. Berkebalikan dengam novel-novel karyanya.

Yoongi hanya bisa menghela nafas berat menatap orang-orang yang sedang bersama kekasihnya. Setelah peluncuran novelnya yang terakhir. Zhoumi segera memutuskannya dan lebih memilih di jodohkan dengan pilihan ibunya.

Okay, itu keinginan Zhoumi. Yoongi menghargai itu. Akhirnya, pilihan yang bagus untuk mereka adalah putus.

Zhoumi meninggalkannya, Zhoumi memutuskannya. Menghancurkan jalinan cinta yang sudah terajut selama tiga tahun.

Cinta pertamanya di hancurkan begitu saja.

Ia masih mengingat. Bagaimana, ia bisa bertemu dengan Zhoumi di kantor ini. Ketika umurnya sembilan belas tahun, pertama kali ia merilis novelnya. Dan kini, ketika Yoongi berumur 23 tahun hubungan itu harus berakhir. Hancur, semua hancur.

Beberapa bulan cukup untuk memulihkan diri. Baru, ia bisa menyelesaikan novelnya dan berharap ia tidak akan patah hati lagi. Ia tak mau berdekatan dengan pria manapun agar inspirasinya tak hancur. Agar dirinya tak hancur juga.

Menyedihkan memang.

Yoongi memiliki wajah yang tak buruk-buruk amat, malah sangat manis untuk ukuran lelaki. Mata sayunya, kulit putihnya, bibir merah plumnya membuat dan menambah kesan manis yang begitu kentara.

Dengan wajahnya membuat banyak pria gay yang menginginkannya. Ditambah lagi, tubuhnya yang bisa dibilang bagus untuk ukuran lelaki sepertinya mungil– pas untuk di peluk. Kecil dan ramping membuat wanita-wanita lain pada iri dengannya, sekali dengan kedipan mungkin lelaki normal akan belok begitu saja– oh maaf apakah ia terlalu pede?

Tapi nyatanya memang seperti itu, Zhoumi salah satunya. Astaga kenapa membahas mantan terus? Pikirnya kesal.

Namun, diulangi sekali lagi bahwa Yoongi sangat payah dalam urusan cinta.

Sangat payah.

Jica sudah berapa kali berganti pacar. Menangis semalaman dan besoknya sudah bisa mencari sang penggantinya. Sekarang dia tengah dekat dengan salah satu fotografer bernama Taeyong.

Jooheon– apalagi dengan lelaki itu. Rasanya sudah tak ada cinta dihatinya. Putus ya putus. Mana peduli lagi, makanya ia tidak ambil perasaan jika di godai Jooheon.

"Ah, lupakan itu semua." Ucap Yoongi kepada dirinya. Kini, umurnya sudah dua puluh tiga- hampir menginjak dua puluh empat dengan karir sebagai author yang cermelang. Banyak orang-orang yang sangat menginginkan kembali karyanya. Jadi lebih baik, ia segera mencari inspirasi lain sebelum para pengemarnya lapuk atau mungkin hilang.

Yoongi membuka pintu apartementnya yang kecil. Kecil namun nyaman.

Yoongi tak memiliki siapapun. Oh– maaf ia memiliki teman-temannya dan kakaknya. Min Taekwoon. Taekwoon pasti namanya sudah tak asing lagi. Tentu saja sang kakak itu sangat terkenal sebagai seorang fotografer yang hebat dan tampan.

Berkerja sebagai fotografer ternama di sebuah majalah terkenal. Dibekali wajah yang tampan dan badan yang proposional, Taekwoon juga bisa merangkap sebagai model di tempatnya bekerja. Majalahnya laku keras.

Yoongi menatap foto kakaknya itu. Kakaknya sedang ada di Thailand, yang katanya sebagai surga untuk berlibur. Karena keindahan alamnya.

Yah, Cuma Taekwoon yang dimiliki Yoongi. Orang tua mereka meninggal ketika mereka kecil.

Taekwoon banting tulang agar kehidupan mereka tetap berjalan, agar dirinya tetap bersekolah.

"Jadilah kuat, tak masalah orang memandang mu tidak berperasaan. Kita tidak butuh pandangan orang untuk menjadi kuat. Memedulikan perkataan orang hanya membuat kau lemah."

Sejak saat itu, Yoongi menjadi seorang yang kuat dan tahan banting ditambah dengan ekspresinya yang membuatnya terkenal dingin. Dan, di tambah dengan patah hatinya membuat ia kian dingin, dan kokoh. Tidak di hancurkan.

Bukannya mendapat ketenangan, justru Yoongi merasa suntuk di rumah. Di tambah sang kakak sulit di hubungin. Ia juga suntuk atas ide yang tak datang. Ia secangkir kopi dan cheese cake bisa melancarkan idenya kembali.

Berdiri dari kursinya, ia mengenakan kaos putih, kemeja jeans denim dan celana jeans panjang.

.


.

Yoongi melangkahkan kaki menuju ke cafe langganannya. Bau kopi yang harum dan bau roti membuat moodnya balik. Baru berjalan beberapa langkah, dan ketika Yoongi hendak membuka pintu. Seseorang pria menubruknya dengan keras, membuat ia dan pria itu terjatuh.

Bajingan. Badannya sakit semua karna terjatuh.

Tubuh Yoongi yang mungil dibawah pria itu. Rasanya bagaikan ditimpa oleh badak.

"Maaf," katanya ketika melihat Yoongi yang memandangnya kesal. Wajahnya terlihat familiar, namun Yoongi tidak mengingatnya.

"Kau, baik-baik saja?" tanya lelaki itu sambil memegang lengan Yoongi, dan menepuk-nepuk baju Yoongi pelan membersihkan tanah yang menempel sehabis mereka terjatuh tadi.

"Aku minta maaf. Pakai lah," ucapnya berdiri menyerahkan jaket yang dipakainya, Yoongi memakai baju putih tentu kotor dibajunya terlihat jelas. Yoongi enggan menerimanya, dan bergegas balik untuk menuju mobil. Moodnya hancur. Hancur karna lelaki sialan itu.

"Maaf, maaf– apakah kau mar–" ucapan pria tak dikenal itu terpotong ketika melihat dua orang pria berlari mengejarnya.

"Itu dia. Cepat–"

"Dia bersama kekasihnya kan? Pasti itu kekasihnya–"

Menatap dua orang yang semakin dekat. Tanpa banyak bicara, pria itu segera mengendong Yoongi di pundaknya dan segera berlari menjahui dari kejaran dua orang pria itu.

Yoongi langsung histeris. "BAJINGAN- APA-APAAN INI? LEPASKANNNNNNNN– TURUNKANN–" ia memukul badan pria itu meronta-ronta untuk dilepaskan.

"Diamlah, aduh. Kau ini berat sekali,"

"Kurang ajar! Kau berkata bahwa aku gemuk?" tanya Yoongi tidak terima.

"Bukan- Bukan itu maksudku, kau diam saja. Aku sedang berusaha berlari dari kejaran dua orang itu," serunya panik.

"Turunkan aku. Sekarang."

Lelaki ini masih tetap saja berlari.

"Sekarang, atau aku akan berteriak dan kau di hajar orang-orang dan dua lelaki tadi menangkapmu?"

"Baik!" lelaki itu langsung menghentikan langkahnya, dan menurunkan Yoongi di tempat. Baru saja akan menarik nafas lega, dan ingin memaki lelaki yang menggendongnya seenaknya. Tangan Yoongi di tarik lagi.

"Hyaa!" teriak Yoongi memberontak.

Pria itu hanya mendengus, mencari-cari jalan. Memandang jalan dengan bingung. "Aku tak tahu tempat ini." Seru pria itu mengeluh, kemudian masuk kedalam belokan.

Ingin Yoongi berteriak bahwa itu jalan buntu, namun lari lelaki ini sungguh cepat. Yoongi harus mengimbanginya.

"Itu jalan buntu!" teriak Yoongi ketika nafasnya kembali lagi.

Mereka langsung terhenti, lelaki itu memutar balik tubuhnya. "Kenapa tidak bilang?"

"Bajingan, bagaimana bisa aku ngomong sedangkan nafasku mau habis karna lari-lari?" tanyanya dengan nafas ngos-ngosan.

"Kemana dia. Cepat sekali menghilang," seru pria dengan kamera bergantung di lehernya.

"Kita kehilangannya," ucap salah satu pria dengan kulit putih menekan ponsel, mencoba menghubungi seseorang.

"Itu Jimin!"

"Itu dia dengan kekasihnya!"

Yoongi malah menengok ke orang yang mengejar mereka tadi.

Siapa kekasih siapa? Perasaan disini cuman dia dengan lelaki ini.

Lelaki di hadapannya menarik wajah Yoongi dengan tangannya menangkup wajah Yoongi. memandang Yoongi dengan memelas. "Apa?" tanya Yoongi heran. "Aku mau pu–"

"Maaf," serunya dan–

Pria asing itu menciumnya tepat dibagian bibir. Bukan cuma itu, bahkan juga sedikit melumat bibir Yoongi. Yoongi meronta namun pria itu memeluknya dan terus menciumnya.

JPRET

Sebuah kilatan dan suara dari kamera membuat pria itu melepaskan ciumannya dari Yoongi dan memandang ke arah suara.

"Paparazzi," seru pria itu menutupi wajahnya dan Yoongi agar tak terlihat kamera.

"Bajingan! Brengsek– kau mencium ku sialan! Mau mati kau? Bocah tengik sialan," amuk Yoongi kesal. Kenal saja tidak sudah di cium- di lumat pula. Gila.

Pria itu diam tak peduli dengan amukan Yoongi. Matanya masih memperhatikan orang-orang yang berlari mencarinya tadi, dan memfoto mereka.

"Maaf telah membuatmu seperti ini. Ini uang ganti rugi," ucapnya mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Kau fikir aku miskin!?" seru Yoongi kesal. Dia melempar uang di, dan pergi begitu saja. Yoongi memakai jaket lelaki tadi, dan meninggalkan lelaki asing itu.

Ia ingin segera pulang. Moodnya hancur. Pasti lelaki tadi buronan polisi– mungkin narapida yang kabur. Tapi mengingat wajahnya yang familiar membuat Yoongi memutar otak lagi. "Namun, wajahnya terlihat familiar. Tapi dimana ya?"

.


.

Yoongi mengerjapkan matanya berulang-ulang ketika suara di ponselnya terus berbunyi.

Pengganggu pagi indahnya harus dimusnahkan.

Itu mottonya kali ini.

Yoongi mengutuk orang yang terus menelponnya tanpa henti. Matanya menatap layar handphone miliknya yang menampilkan nama Jica.

"Ada apa, sialan?" tanya Yoongi setengah sadar.

"Min Yoongi bajingan sialan...!" jerit Jica senang yang membuat Yoongi langsung terbangun sepenuhnya.

"Apakah kau sudah melihat gosip panas pagi ini? Ada fotomu. Bukan tv cepat!" Seru Jica cepat.

"Aku hanya novelis, bukan artis. Untuk apa masuk berita? Suara mu itu kenapa cempreng sekali sih?"

"Buka! Buka sekarang!"

"Iya- iya!" jawab Yoongi kesal, dan menyalakan tv nya. "Tidak ada, adanya kartun-"

"Bukan channel CN! Yang lain!" ia kemudian mencari channel yang lain.

Mata Yoongi membelalak ketika melihat wajahnya bersama dengan pria asing yang kemarin, di tv. Ditambah lagi adegan ciuman, menggendong dan jaket lelaki itu yang di pakainya. Terpampang jelas dan nyata.

Kenapa bisa masuk berita? Apakah lelaki itu pengedar narkoba yang di cari? Sialan- kau masuk dalam masalah besar Yoongi pikirnya ingin menangis.

Yang lebih mengejutkan tulisan besar sebagai judulnya.

Bukan,membuktikan lelaki itu sebagai buronan.

Malah...

"Model papan atas dan pewaris Park Corp, Park Jimin. Memiliki hubungan dengan seorang penulis novel. Di duga mereka telah berpacaran sejak lama."

"Pacaran apaan? Manusia gila," ucap Yoongi jengkel.

"Kau beneran pacarnya? Aku tak percaya. Kau mengenalnya, mengapa tidak pernah bilang?" ucap Jica antusias.

"Aku sama sekali tak mengenalnya. Bahkan aku tak sadar bahwa itu adalah dirinya, dia–" ucap Yoongi terpotong ketika suara ketukan terdengar. Setengah mengerutu akan siapa yang datang.

Yoongi membuka pintunya dengan malas.

Jantung Yoongi nyaris terlonjak ketika melihat siapa tamunya.

"Kita bertemu lagi, Yoongi?" serunya dengan nada bersahabat.

Dari mana lelaki ini tahu rumah nya? Lelaki itu tampak biasa saja setelah berita itu beredar? Bagaimana bisa? Pikir Yoongi heran.

"Pergi, kau Park Bajingan Jimin."

.

.

.

.

Kkeut!

.

.

.

.

bawa ff baru padahal yang lain belum kelar– ckckck. Siapa lagi kalau bukan saya? ehehehehehe, semoga engga bosen ya~

Ff type kena writer block :'') aku bingung buat humor yang pas untuk ff itu, jadi maklum kalau late update.

ff ini tetep ada humornya kok, tapi engga sebanyak kaya ff aku yang humor lainnya. Sekali-kali buat suasana baru gitu :3 tapi tetep humor romance wkwkwk. ya gitu deh pokoknya.

lucky monster dan twinflower itu ff aku ya wkwkwk, abisnya aku bingung mau pake novel apa.

kalau suka jangan lupa fav, follow dan reviewnya sayang~