AN: Fic perdana nih, iseng bikin fic setelah kurang lebih 2 tahun menjadi silent reader. Mohon bimbingannya ya kepada para senpai-senpai yang terhormat.


GOLD EMPEROR

Naruto © Masashi Kishimoto

terinspirasi dari sosok The New World's Monster, Gild Tesoro.

Genre: Adventure/Fantasy/Supernatural

Pairing: Naruto x –

Summary: Naruto tak tahu siapa orang tuanya, dia sendirian sejak awal. Pertemuan dengan duo Uchiha membuat hidupnya berubah. Mulai dari mengetahui jati dirinya sampai berlatih untuk menjadi kuat. Di tengah latihan ia sadar memiliki Kekkei Touta langka, elemen emas. Naruto mempunyai satu impian, ingin membuat sebuah tempat yang layak di sebut rumah bagi orang yang bernasib sama seperti dirinya.

Warning: OOC (Out of Character), AU (Alternate Universe), Namikaze Uchiha Naruto! Genso no Kin Naruto! Sharingan Naruto! Smart Naruto!

Note: Umur Naruto saya samakan seperti Itachi, jadi di fic ini Naruto tidak friendship dengan Rookie 12. Naruto memiliki Kekkei Touta unik sekaligus langka, yaitu Genso no Kin (Elemen Emas).

Naruto tak memiliki tiga guratan halus di kedua pipinya.


Chapter 1

"Naruto"


Seorang anak berambut pirang model jabrik sedang menatap pahatan empat wajah di tebing tidak jauh di depannya sambil duduk di sebuah batu besar. Terik matahari tiba-tiba menyorot wajahnya membuat dia menyipitkan kedua mata silau. Tangannya bergerak untuk menutupi matahari yang terlihat kecil dari wajahnya.

Hembusan angin memainkan rambut pirangnya, suara burung elang ia dengar dari atas, membuat senyuman terukir di wajah sendunya. Namun itu tak bertahan lama, ia kembali menatap pahatan wajah di tebing dengan tatapan sendu seakan mengatakan bahwa 'aku kesepian'.

Dia menghela nafas dalam lalu bangkit berdiri dan pergi menuju tengah hutan, rumahnya.


Dirinya berlari dengan cepat sambil menggenggam tiga buah batu kecil, sorot matanya terfokus pada sebuah batang pohon berbentuk bulat yang di tengahnya terdapat lubang kecil. Satu batu ia lempar setelah mengunci sasaran,

Splash!

Meleset! Hanya beberapa centi saja dari target.

Tak berkecil hati, ia lalu melempar dua batu sekaligus. Posisi dirinya dan target tidak memungkinkan untuk mengenai target hanya dengan satu batu, dia menggunakan dua batu karena yang satunya untuk membelokan arah laju batu lainnya.

Strak!

Tepat! Batu yang dilemparkan dirinya mengenai target. Dia berhenti berlari, lalu menaiki pohon tinggi untuk melihat daerah sekeliling.

Angin kembali berhembus kencang membuat pohon yang dinaikinya bergoyang. Dia mengamati daerah sekitarnya, mencari sesuatu untuk dirinya. Dia tersenyum saat melihat banyak tumbuhan jamur tidak jauh di depannya.

"Yattai!" teriaknya girang lalu segera melompat ke bawah dan mengambil jamur untuk dia makan.

Saat sedang memetik beberapa jamur, pendengarannya menangkap suara gemercik air. Senyuman kembali tercipta di wajahnya lalu segera mempercepat kegiatan memetik jamur dan mencari beberapa cacing untuk di jadikan umpan, dia akan memancing.


Hari menjelang gelap, pertanda malam akan segera datang. Anak pirang itu terlihat sedang membuat api unggun di pesisir sungai. Mula-mula dia mengumpulkan ranting dan daun-daun kering lalu di tumpukkan dalam satu tempat. Terlihat beberapa ikan yang sudah di tusuk oleh kayu. Tangannya mulai ia satukan, membuat beberapa pola aneh yang di sebut handseal, terlihat dari raut wajahnya ia sangat berkonsentrasi. Tidak lama kemudian muncul api di tangan kanannya.

"Hah…" dia menghela nafas lelah sambil menyeka keringat di dahinya menggunakan tangan kiri.

Api hasil ciptaannya di dekatkan ke tumpukkan ranting dan daun kering. Pertama yang terbakar hanya satu daun saja, lalu merambat sangat cepat menuju daun-daun lainnya sampai menciptakan api yang besar. Dia mulai membakar ikan hasil tangkapannya, menunggu cukup lama hingga ikan-ikan tersebut terlihat matang dan mengambil satu ikan untuk dia makan.

Ikan itu dia tiup agar tidak panas lalu menggigit dagingnya,

"Houh…" mulutnya mengeluarkan asap, pertanda daging yang dia makan masih panas.

Dia mulai memakan kembali ikannya, namun terhenti karena merasakan seseorang berada di dekatnya.

"Huaa!" kagetnya sambil menjauh. "Si-siapa kau?" tanya dia gugup.

"Hanya kakek tua yang kebetulan lewat," jawab seseorang yang mengagetkannya itu.

Dia memperhatikan kakek yang berada di hadapannya, memiliki janggut dan rambut berwarna putih.

Kakek itu menatap ikan bakar yang berada di sampingnya.

Kryuuk!

Perut dari kakek itu berbunyi, pertanda dia sedang lapar.

"Hehehahahaha…"

"Hahahahaha…"

Tawa keduanya pecah.

Anak berambut pirang itu mengambil satu ikan bakar lalu di berikannya pada sang kakek. "Ini kakek, makanlah."

"Oh, terima kasih." Ucap kakek itu lalu mengambil ikan bakarnya. "Wah, sepertinya ini enak!"

"Ya, aku yang menangkapnya. Jadi tentu saja itu sangat enak."

"Oh begitu," kakek itu mulai memakan ikan bakarnya. "Pa-panas."

Anak pirang itu hanya tersenyum melihat bagaiaman cara makan kakek yang ada di depannya.

10 menit kemudian, kakek itu sudah memakan habis ikan bakarnya. Dia memandang ke atas langit hitam yang di taburi bintang-bintang bersinar.

"Lihatlah bintang-bintang itu, setiap dari bintang-bintang itu seperti matahari di dunia kita. Bagaimana menurutmu? Jumlahnya sangat luar biasa, bukan?" tanya kakek itu.

"Matahari? Benda besar yang bersinar di siang hari?" tanya balik anak pirang tersebut.

"Benar. Dunia ini tak terbatas."

"Wah! Kakek, kau tahu banyak hal."

"Dibandingkan dengan luasnya dunia, keberadaan manusia sangatlah kecil. Hal-hal yang di khawatirkan manusia juga sangat kecil." Jelas kakek itu.

"Begitu, jadi dunia ini sangat besar ya,"

"Umm." Angguk kakek itu membenarkan perkataan anak pirang di sampingnya. "Ngomong-ngomong, kau tinggal di mana anak muda?"

"Aku tinggal di sini,"

"Maksudmu di desa ini?"

"Bukan. Aku tinggal di sini, di hutan ini."

Kakek itu sedikit kaget dengan jawaban anak di sampingnya. "Terus, di mana orang tuamu?"

Anak itu menundukkan kepala, "Entahlah. Sejak aku melihat dunia ini, aku sudah sendirian." Jawabnya.

Kakek tersebut melihat pundak anak itu bergetar, menahan tangisan. Dia segera menghiburnya. "Maaf atas pertanyaanku, sepertinya itu membuatmu sedih."

"Ti-tidak apa-apa," anak itu segera mengusap cairan bening yang keluar dari matanya lalu berusaha untuk ceria dengan memamerkan senyumannya.

'Anak ini sudah tegar di usia yang masih sangat muda.' Batin kakek itu. "Apa kau mau tinggal di desa?"

"Hmm, entahlah. Aku tak punya uang untuk menyewa atau membeli sebuah rumah."

"Hahahaha… kau tidak perlu memikirkan hal itu. Besok datanglah ke kantor Hokage dan beri tahu penjaga yang ada di sana bahwa kau datang untuk Sarutobi Hiruzen. Kalau begitu kakek pergi dulu. Sampai jumpa besok." Kata kakek itu lalu melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan anak pirang tersebut sendirian.

"Desa ya…" gumamnya sambil melihat pemandangan desa yang penuh dengan titik-titik cahaya.


Keesokan harinya, terlihat anak pirang yang kemarin sedang berjalan di jalanan utama Desa Konohagakure dengan memakai baju putih panjang di balut dengan baju hitam lengan pendek, dia memakai celana pendek berwarna hitam serta sepatu ninja berwarna senada dengan celananya.

Tap… tap… tap…!

Anak itu melihat ke sekeliling, melihat kerumunan warga yang sedang menggandeng tangan anaknya dengan tatapan sendu. Jujur, dia sangat iri melihat itu semua. Namun dia tetap tegar, inilah jalan hidupnya, inilah takdirnya, jadi dia harus hadapi semua ini bagaimana pun caranya.

Lama berjalan sambil melihat ke sekeliling, dia di buat terhenti saat sepasang keluarga yang terlihat bahagia mendekat ke arahnya. Sepasang keluarga dengan bayi mungil di gendongan sang ibunda. Dia bisa mendengar dengan jelas mereka sedang mengobrol apa saat melintas melewatinya.

"Lihat Minato-kun, anak kita sedang tertidur pulas. lucunya," ucap girang seorang wanita dewasa berambut merah panjang.

Pria dewasa berambut pirang jabrik membalas perkataan istrinya, "Benar. Anak kita mirip denganmu, Kushina. Lihat! Dia mirip sekali denganmu saat kecil dulu."

Itulah percakapan yang dapat telinganya tangkap, dia tidak dapat mendengar lebih lanjut karena jarak mereka yang semakin menjauh. Dia menundukkan kepala, perasaannya benar-benar iri.

Tak mau larut dalam kesedihan, anak pirang itu segera berlari menuju kantor Hokage. Dia sudah tahu di mana letak kantornya setelah bertanya kepada warga sekitar beberapa saat yang lalu.

Karena berlari sambil menunduk, anak itu tak dapat melihat apa yang ada di depan. Dia tak sengaja menubruk seseorang yang sepantaran dengannya sampai terjatuh. Anak pirang itu panik lalu segera membungkuk meminta maaf.

"Ma-maaf!"

Setelah meminta maaf dia langsung berlari kembali, tidak melihat siapa orang yang di tubruknya.

Orang yang di tubruk segera bangkit berdiri lalu menepuk-nepuk celananya yang agak kotor. Pandangan mata hitamnya tidak lepas dari sosok yang tadi menubruknya. "Anak yang aneh," gumamnya lalu kembali berjalan.

"Hosh… hosh… hosh…"

Anak pirang itu kelelahan setelah berlari cukup lama, dia menyandarkan tubuhnya di kaca toko baju. Matanya menangkap pemandangan dirinya di kaca tersebut. Kini dia dapat mengetahui seperti apa dirinya. Berambut pirang, memiliki kulit putih, dan memiliki warna mata blue shappire.

"Jadi seperti ini diriku ya? Menyedihkan." Bukan, dia bukan mengejek bentuk wajahnya, melainkan mengejek raut wajah sendu dirinya.

"Selamat datang anak muda, apa kau mau membeli sesuatu?" tanya seorang pria yang keluar dari toko.

Dia tersentak kaget. Dalam pikirannya saat ini pria itu pasti telah mengira bahwa dirinya ingin membeli sesuatu karena terus memandang ke arah toko. Padahal dia hanya memandang dirinya yang terpantulkan oleh kaca.

"Ti-tidak paman. Saya tidak ingin membeli sesuatu. Kalau begitu saya pergi dulu," ucapnya lalu segera pergi menjauh dari toko itu.

15 menit kemudian, anak pirang tersebut sudah sampai di depan kantor Hokage. Dia menatap kagum bagaimana keindahan dan kebagusan gedung ini. Pasti dalamnya luas, pikirnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia segera masuk.

"Pe-permisi," ucapnya gugup kepada seorang penjaga.

"Ada kepentingan apa datang ke sini anak muda?" tanya penjaga itu.

"Ano… kemarin saya diberi tahukan jika seorang penjaga menanyakan ada kepentingan apa maka saya jawab saya datang kesini untuk bertemu Sarutobi Hiruzen."

"Sandaime-sama kah? Kalau begitu silahkan ke ruang Hokage yang ada di lantai 5."

"Baiklah, terima kasih."

Waktu berlalu sangat cepat, anak itu sekarang sudah berdiri di depan pintu ruang Hokage. Dengan gugup dia mulai mengetuk pintu dengan sopan.

Tok tok tok!

"Masuk!" terdengar ucapan tegas dari dalam ruangan membuat dia semakin gugup.

Dengan perlahan anak berambut pirang itu membuka pintu dan segera di tutupnya kembali saat sudah memasuki ruangan. Dia berjalan perlahan mendekati seorang pria dewasa berambut sama seperti dirinya yang sedang duduk mengerjakan tugas di mejanya.

"Ano… saya ingin bertemu dengan Sarutobi Hiruzen. Kemarin beliau meminta saya untuk datang kemari."

Pria dewasa itu mendongkak melihat siapa yang berada di depannya.

Anak itu sedikit kaget karena pria yang duduk di depannya adalah pria yang ia temui di jalanan.

"Begitu, Sandaime-sama berada di sana," ucap pria tersebut sambil menunjuk ke arah kiri.

Anak itu mengikuti telunjuk pria dewasa di hadapannya. Dia melihat kakek yang kemarin sedang duduk bersama wanita dewasa berambut merah panjang sambil bercanda dengan bayi yang di gendong wanita itu.

"A-ano, permisi…"

Mereka berdua mendongkak, melihat siapa yang datang menghampiri.

"Oh ternyata kau datang juga anak muda, bagaimana keadaanmu?" tanya Sandaime sambil menghampiri anak pirang yang sudah di tunggunya itu.

"Baik." jawabnya singkat.

"Aku menyuruhmu datang ke sini karena ingin memberikanmu tempat tinggal dan fasilitasnya. Dulu kau tinggal di hutan barat Konoha, itu berarti kau juga warga desa ini. Sebagai petinggi, sudah kewajibanku untuk memberikan yang terbaik bagi warga desa ini. Bagaimana, kau mau menerimanya?"

"Maksud kakek, anda ingin memberikanku kehidupan yang layak?"

"Benar,"

Anak itu menatap Sandaime dengan senang. "Woah! Benarkah?"

"Apa wajah kakek terlihat bercanda?"

"Terima kasih banyak kakek!" kata anak tersebut lalu berlari dan memeluk erat Hiruzen, mantan Hokage ke-3.

"Hahahaha, sama-sama. Kalau begitu sekarang kita pergi ke rumah barumu."

"Siap!"


Tak terasa waktu berlalu sangat cepat, matahari hampir terbenam menandakan malam akan tiba. Seorang anak dengan mata blue shappire terlihat sedang berjalan dengan riang. Hatinya kini sedang berbunga-bunga. Tadi siang dia mendapatkan rumah di sebelah barat tidak jauh dari kantor Hokage. Rumah yang tidak besar namun juga tidak kecil. Berbagai perlengkapan seperti makanan dan pakaian juga di belikan oleh Sandaime. Dia sangat berterima kasih.

"Hemm hem hem~, aku tidak mengira di dunia ini masih ada orang yang mau membantu orang lain," gumamnya. "Aku sangat beruntung bisa terlahir di desa ini." lanjutnya.

Tanpa sadar dirinya berjalan cukup jauh sampai berhenti di sebuah hutan mengerikan yang di kelilingi oleh pagar pembatas. Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, anak itu akhirnya memasuki hutan tersebut.

Merinding. Kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang. Lembab, gelap, menakutkan, dan masih banyak lagi. Dia terus berjalan memasuki hutan itu sampai tak bisa melihat cahaya orange dari matahari.

"Seramnya…" lirihnya.

Srrrr!

Anak itu kaget saat mendengar suara desitan. Dia hafal dengan pemilik suara ini. perlahan-lahan kepalanya menengok ke belakang. Dan tepat seperti apa yang di pikirkannya.

Seekor ular berada di belakangnya! Ular yang sangat besar!

"HUAAA!" teriaknya ketakutan lalu berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan diri.

Namun apa daya, dia hanya seorang anak kecil biasa. kecepatannya tidak ada apa-apanya di hadapan ular sebesar itu. Sekejap dia melihat ular besar tersebut sudah berada di depannya sambil menjulurkan lidah.

"Ck! Tidak ada pilihan lain."

Jika lari sudah tidak mungkin, pilihan satu-satunya adalah melawan.

Benar! Dirinya harus melawan jika tidak ingin mati muda. Tangannya lalu membentuk beberapa handseal, setelah selesai perlahan-lahan tangan kanannya terselimuti oleh api orange kemerah-merahan. Dia lalu melompat dan memukul kepala ular itu sekuat tenaga.

DUAKH!

Pukulannya ternyata cukup keras dan cepat sampai bisa membuat kepala ular itu menyentuh tanah. Namun perlawanannya belum berhasil. Ular tersebut kembali bangkit dan melesat cepat hendak memakan mangsanya.

Anak pirang itu tak bisa menghindar kemana-mana karena dia masih di udara. Dirinya sudah pasrah. Api yang menyelimuti tangan kanannya sudah menghilang.

'Sial! beginikah akhir hidupku?' batinnya.

Syat syat!

CRASH!

Dia melihat tubuh ular yang hendak memakannya terbelah menjadi tiga bagian. Dia yakin bahwa ular itu sudah mati seketika. Tidak lama kemudian, tubuhnya seperti di genggam oleh seseorang dan menurunkannya di batang pohon terdekat.

"Kau tidak apa-apa?"

"Eh?! I-iya. Terima kasih."

Anak pirang itu bisa melihat orang yang telah menolongnya. Cukup terkejut bahwa orang yang menolongnya ternyata masih anak-anak, sama seperti dirinya. Tidak lama kemudian datanglah anak yang lain, sedikit lebih tua darinya. Dia terlihat memakai Head Protector.

"Baguslah kalau kau tidak apa-apa." Kata anak yang baru datang tadi. "Ngomong-ngomong namaku Uchiha Shisui, dan yang di sebelahku namanya Uchiha Itachi, salam kenal. Kalau bleh tahu, namamu siapa?"

Anak pirang itu terdiam beberapa saat lalu menundukkan kepala. "Entahlah. Aku tak punya nama. Tidak ada yang memberiku nama sebelumnya." Lirihnya. Terdengar suara isakan tangis yang berusaha untuk di tahan.

"Begitu kah? Apa kau tidak memiliki orang tua?" tanya Itachi, dia merasa iba.

Anak itu menggeleng pelan.

"Begitu, pasti sangat sulit untukmu," Kata Shisui lalu saling pandang dengan Itachi dan mengangguk bersamaan. "Jangan bersedih seperti itu, aku akan memberikan nama yang cocok untukmu." Hibur Shisui.

Anak pirang itu seketika menatap ke arah Shisui dengan mata yang berair.

"Hmm, yosh! Aku sudah menemukan nama yang cocok untukmu." Kata Shisui sambil tersenyum. "Mulai sekarang namamu adalah… Naruto."

To Be Continued


Akhirnya chapter 1 selesai juga. Jangan lupa Review ya. Saya masih newbie yang butuh kritik dan saran dari orang yang mengetahui seluk beluk tentang Fanfiction. Jika ada yang ingin di tanyakan, tanyakan saja, jangan ragu. Saya akan menjawab semampunya.

Berhubungan Naruto akan memiliki Kekkei Touta Elemen Emas, saya ingin meminta saran dari kalian mengenai 3 elemen yang cocok jika di satukan akan menjadi emas. Elemen yang pertama sudah di ketahui, yaitu Api. Tinggal 2 sisanya, mohon sarannya ya.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Terima kasih.

© Indra Kusuma