"Maaf nyonya! Tapi yang pertama kali melihat adalah saya! Berarti saya yang lebih berhak!"
"Enak saja! Saya yang pertama kali melihatnya! Kemarikan!"
"Tidak!"
"Ya Tuhan, apa susahnya mengalah pada yang lebih tua?!"
"Ini bukan masalah umur nyonya! Ini masalah harga diri!"
"Kemarikan benda itu!"
Sasuke terdiam mengamati kepala merah muda yang sedang adu tenaga, tarik sana tarik sini, kembali kekanan lalu balik kekiri, begitu terus sampai kitab suci dicuri oleh ibu tiri. Ia hanya diam mengamati, bersandar pada pembatas pagar mall, dengan satu buah tomat ditangannya.
Like a boss. Oh yeah.
Sedangkan di dalam toko Sakura sedang mati-matian mempertahankan nyawa, harta, juga tahta. Berlebihan sebenarnya, Sakura hanya adu gas juga adu keganasan dengan seorang ibu berambut putih—entah itu uban, atau dia memakai pewarna rambut—dengan sebuah buku resep masak yang menjadi taruhan.
Luar biasa.
Sasuke baru mengetahui, bahwa the power of ibu-ibu saat sedang berebut barang incaran akan seganas ini, bagai orang kesetanan. Ingatkan dia untuk tidak berbelanja saat mall sedang diskon gila-gilaan.
"Ha! Tidak ada yang bisa mengalahkan Haruno Sakura dalam hal berbelanja!" Sakura berlacak pinggang, antara bangga, senang, juga terharu luar biasa. Ibu yang semula berebut buku resep dengannya pergi dengan hawa napsu amarah yang membara, tentu saja. Ia menoleh ke arah Sasuke yang menatapnya dengan tatapan seolah berkata 'dasar bocah.' ia balas dengan tersenyum lebar dan jari tangannya yang membentuk huruf V. "Berhasil!" Gumamnya.
Istrinya itu,
Memang identik dengan keabsurd-an, juga keunikan yang luar biasa mematikan.
Sasuke tersenyum tipis melihat Sakura yang berjalan mendekat ke arahnya setelah membayar buku resep tersebut di kasir, "Untuk apa?"
"Buku tadi? Tentu saja untuk aku belajar memasak! Memangnya kau mau makan seterusnya dengan racun?"
"Jadi kau benar-benar berniat meracuniku tadi pagi?"
"Iya, sayang sekali kau tidak mati. Oh apakah lain kali aku harus memasukkan racun ayam pada makananmu?" Sakura memutar kedua bola matanya bosan, tapi sesaat kemudian ia tersenyum lebar. "Tenang saja! Pulang nanti akan kubuktikan apa yang Harun—"
"Uchiha."
Pipinya memanas "—o-oke, Uchiha bisa lakukan."
Sasuke mendengus menahan tawa. "Coba saja."
Mereka berdua berjalan, dengan formasi Sakura layaknya majikan dan Sasuke adalah pembantu tampan. Semua belanjaan yang mereka beli, Sasuke yang bawa, Sasuke yang tarik sana sini, dan Sakura sama sekali tidak membawa satupun. Berjalan tanpa beban, tanpa halangan, tanpa ada niat membantu.
Jika saja ia tidak sayang istri.
Sakura sudah Sasuke buang ke gunung fuji.
"Wow." Sakura tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya, dan menoleh ke arah Sasuke dengan tatapan memohon.
"Apa?"
"Sasuke, mau itu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Married? No!
Chapter 4—[The legend is back.]
**bagi yang gasuka tulisan alay, lebay, so hietzs, atau naughty gagal, gtgt. Jangan maksain buat baca ya, ntar kamu ikutan koslet kaya saya kan berabe : )
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ah, punggungku rasanya mau copot." Sasuke melepaskan jas kerjanya dan melemparnya pada meja ruang tamu.
Jika ia sedang dilanda rasa lelah luar biasa.
Maka berbeda dengan Sakura yang sedang bahagia jiwa dan raga.
"Lucunyaa, lucu, lucu! Aaah kau memang imutt!"
Oniksnya bergulir kearah Sakura yang sedang memeluk boneka beruang ukuran besar penuh damba. Oh bahkan ukuran boneka beruang itu lebih besar daripada ukuran tubuh Sakura sendiri. Ia heran, apa lucunya makhluk berbulu itu? Sasuke bahkan jauh lebih lucu.
..
Hng...
..
Apa?
Uchiha juga bisa narsis diwaktu tertentu.
"Hei."
Sakura, masih dengan senyumnya yang melebihi lebar jidatnya, menoleh saat Sasuke kembali bersuara. Ia meletakkan boneka pujaannya dalam lemari kaca, setelah bergumam 'kita temu kangen nanti ya sayang.' ia mendekat ke arah sang suami yang tak berkedip menatapnya.
"Apa? Matamu tidak perih dari tadi terus melotot seperti itu?"
"Hn."
"Han hen han hen saja bisanya."
"Bawel, kepalaku pusing."
"Lalu kenapa?"
"Peka sedikit."
Sakura mendengus, ia menghempaskan bokongnya di sebelah Sasuke yang masih menatap padanya dengan harapan bahwa kode yang ia berikan mampu diwujudkan.
Dasar tukang kode.
"Hm, iya iya. Karena kau sudah baik mau membelikanku berry, maka untuk kali ini aku juga akan baik padamu."
Berry? Sudah diberi nama pula. Homina homina.
Kelopak matanya terpejam saat jari jemari tangan Sakura mulai mengelus dan bergerak menekan sekitar kening lalu kulit kepalanya. Sasuke menggeram rendah, "Pelankan pijatanmu, terlalu kencang."
"Bawel." Sakura menghela napas, meski akhirnya tetap mengikuti titah Sasuke. Ia memelankan pijatannya, dengan terus menelusuri setiap bentuk wajah sang suami. Tanpa sadar, ia jadi doki-doki.
Ngh,
Ganteng mas.
Ia heran. Apa resep mami Mikoto dan papi Fugaku saat membuat Sasuke? Kenapa, kenapa bisa ada makhluk rese—baca: tampan aduhai menipiskan iman—seperti Sasuke? Apa mereka membuatnya saat mati lampu 'kah? Hujan 'kah? Atau, goyangan dengan ritme yang diatur 'kah?
Sial, otaknya mulai kotor.
"Ah, tidak tidak! Pasti bukan!"
Sebelah alis Sasuke menekuk, ia membuka kedua matanya dan mendapati Sakura versi tomat sepenuhnya matang. Merah merona bagai buah delima, hanya saja kedua kelopak mata gadis itu tertutup, seperti sedang berpikir ekstra keras.
"Jika bukan saat hujan, pasti dengan resep goyangan..."
Heh?
"...tapi, pfftt—aku tidak bisa membayangkannya."
Apa yang gadisnya pikirkan?
"Pelan, pelan, hentakkan." Sakura tertawa cukup kencang, belum sadar bahwa makhluk didepannya membatu melihat Sakura yang bicara sendiri.
Otak gadis itu mulai bergeser.
"...resep goyangan membuat anak. Pfftt—"
Hah?
Jakunnya seakan jatuh.
Sakura—
"Membuat anak?"
EH!
Sakura melotot dalam hitungan detik.
"Kau memikirkan goyangan membuat anak?" Sasuke menyeringai, oh tidak jangan senyum miring itu! Tidak! JANGAN! TOLONG!
SAKURA KECEPLOSAN OMG, WTH—ASDFGH—KOK BISA.
SAMBADI! SIAPKAN PEMAKAMAN UNTUKNYA!
"T-T-TIDAK! Ka—kau salah dengar!"
"Pelan... pelan... hentakkan. Nikmat hn?"
CROT!
Sakura nosebleed, ia loncat dari sofa dan bersiut kepojok ruang tamu saat Sasuke berkata dengan menjilat bibirnya sendiri, menggoda, mendebarkan, sungguh sangat sayang dilewatkan.
TIDAK TIDAK!
Bosnya mulai memasuki mode gila. Haus akan surga dunia. Cepat kabur atau Sakura takkan selamat.
Analisis!
Jarak kamar, jauh. Senjata pelindung, tidak disiapkan. Tempat sembunyi, tidak tersedia. Sasuke, berada tepat didepan mata.
Bunuh saja ia sekarang.
"Kemari sayang, kita praktekkan metode pelan pelan hentakkan seperti yang kau katakan barusan."
Wajahnya memerah total, Sakura 10% panik dan 90% malu. DIA TERLIHAT SEPERTI GADIS MESUM TADI, DEMI KAMI-SAMA DAN PARA DEWA MAHARATA!
"S-Sasuke, kau salah d-d-dengar!"
"Kau mesum Sakura..."
Mimpi buruk.
Sasuke menarik pergelangan tangannya dan sesaat kemudian mengangkatnya ke atas meja makan. Kedua mata Sasuke berubah sayu, kepala pria itu sedikit miring dan dengan jarak serta posisi yang sangat au ah gelap seperti ini. Sakura terdiam.
..
'CEPAT KABUR BODOH, TIDAK ADA WAKTU UNTUK TERPESONA!'
..
Innernya berteriak, tapi Sakura tetap diam di tempat. TENTU SAJA! BAGAIMANA IA BISA KABUR?! Sasuke di atasnya, Sakura di bawah. Terhimpit antara meja dan tubuh menggoda. Sakura tidur terlentang, dengan kaki mengangkangi tubuh Sasuke. Terkunci, tanpa harapan bisa pergi.
Apa ini saatnya bertemu sang ilahi?
"J-j-jangan..."
Sasuke masih dengan seringainya, ini saatnya mendapatkan apa haknya sebagai suami. Innernya menari-nari.
'HAJAR GAN!'
"Sasuke—"
.
.
.
.
.
"Kamar keluarga Uchiha ada di lantai teratas, kamar paling ujung, Tuan."
"Makasih." Bapak dengan tatanan rambut badai itu tersenyum hensem, seraya mengedipkan sebelah matanya yang mulai ngeblur, "Oh ya, saya juga minta nomor kunci sandi pintu kamarnya ya."
"Err—maaf. Jika boleh tahu, dengan bapak siapa?"
Bapak itu tersenyum—lagi, yang dirinya sebut sebagai obat bius para gadis. Ia mendekatkan bibirnya pada sang resepsionis. "Saya adalah.."
Kelopak matanya melebar.
"...sang legendaris penakhluk para gadis, Om Uchiha dengan senyum termanis."
—coret—lebih tepatnya,
Uchiha ternarsis.
.
.
.
.
.
Napasnya terengah, Sakura melotot galak meski dengan wajah versi tomat. "C-cukup, Sasuke. Menyingkir dari atasku!" Emeraldnya mulai gagal fokus, sebenarnya sudah benar-benar tidak fokus, Sasuke di atasnya sungguh sungguh memancarkan aura engh au ahn dengan level tinggi sampai bocor-bocor.
Lain kali, ingatkan Sakura untuk membawa Sasuke berobat agar tingkat kemesumannya hilang.
Oh lihat saja!
Keadaan mereka berdua berantakan, bisa kalian deskripsikan atau bayangkan? Sakura dengan kancing-kancing kemejanya yang entah melayang kemana, dan Sasuke dengan dadanya yang penuh dengan tanda ruam kemerahan. Bukan kissmark, ew sorry, Sakura mencubit serta mencakar dada—uhuk mulus—itu bagai kucing keiblisan.
Poor Sasuke.
"Oh shit. Bisa kau biarkan aku melakukannya dengan tenang Sakura? Ini sakit kau tahu? Pasrah sajalah."
"Tidak mau tahu! Dan aku tidak akan pernah mau berada di bawahmu!"
"Jadi kau ingin posisi woman on top, begitu?"
Hasemeleh!
"Bu-bukan itu idiot! Aku belum siap untuk sekarang!"
"Tapi joni bilang dia ingin sekarang."
"Siapa itu joni?!"
Sasuke terdiam sejenak, lalu berdeham. "I-itu, bukan apa-apa." Tapi sesaat kemudian ia kembali menekan bagian bawahnya ke arah Sakura. "Lagipula kau yang pertama menggodaku."
Sakura menggigit pipi bagian dalamnya, oh wew ia bisa merasakan bagaimana kerasnya Sasuke sekarang. Sial, kedua kakinya tidak berhenti gemetar disko. "A-aku tidak menggodamu. Se-serius!"
"Halah, lalu apa maksudmu dengan goyangan membuat anak?"
JDAR!
"I-i-i-itu..."
"Apa juga dalam keadaan hujan?"
CTAR!
"Bukankah dari sana terlihat jelas, bahwa kau lebih mesum dariku."
Ba—dum—tes!
'Habis sudah image suci tanpa penuh dosamu di hadapan Sasuke, Sakura bodoh.' Inner Sakura bergalau ria. Ia sekarang mulai penuh dosa.
"Tolong..."
Kedua alisnya menekuk bingung, Sasuke—masih dengan posisi setengah menindihnya—menatap Sakura yang kini terpejam tak paham.
"...malaikat, aku sekarat."
Otak istrinya masih saja geser, bahkan disaat seperti ini.
Sedangkan otak liciknya masih memiliki seribu list misi nista ilahi yang harus terkabuli malam ini juga. Sasuke menyeringai, "Hehe—"
BRAK!
"HELO SAMBADI, SAY HAI TO PAPA!"
Tubuh Sasuke menegang,
Watdepak, dia hapal betul suara berat dengan irama kenarsisan luar biasa kental ini.
Sakura yang melihat perubahan wajah Sasuke ikut bingung. "Siapa yang masuk, dan—"
Emeraldnya membulat saat melihat siapa yang sedang berlari penuh semangat empat lima ke arah mereka, sosok kakek keriput dengan rambut mirip landak berduri, serta lubang hidung yang kembang kempis bagai nahan pipis.
Yang Sakura pikirkan saat itu juga adalah,
Kakek jomblo panti jompo kabur.
"—WAAAA!"
.
.
.
.
.
Ketiganya duduk melingkar di meja ruang tamu, seperti mengadakan rapat penting dadakan. Jantung Sakura deg degan, ini bukan cinta, juga bukan rasa kasmaran. Ia tidak menyangka kakek keriput dengan rambut landak berduri ini adalah kakek dari si Uchiha mesum. Oh yeah man, hidupnya sungguh berbagai rasa seperti nuna nuna nuget permen kesukaannya, cucunya gila, ternyata kakeknya lebih gila, ia sekarang menjadi ikut gila.
Oh senangnya dunia, orang gila dimana-mana.
Sasuke mengelus dada, "Kakek... apa yang kakek lakukan di sini?"
"Kakek?!" dia melotot pada Sasuke, membuat si bungsu Uchiha itu bergidik dan segera mengoreksi panggilannya menjadi 'om' meskipun tidak sudi sebenarnya. "Aku Uchiha Madara, sedang memantau langsung ke tempat kejadian, karena merasa bahwa di sini belum terjadi situasi panas..." Madara ikut mengelus dada, "Ternyata aku salah.. kalian... luar biasa, tapi Sasuke, di atas meja? Sungguh? Untuk apa ada kasur di kamar? Kasihan menantuku kesakitan, berapa ronde barusan? Apa kau melakukan pemanasan terlebih dulu seperti amanatku diwaktu lampau?"
OYESBEBI, TENTU SAJA SASUKE PEMANASAN. LEBIH TEPATNYA KESETANAN.
"Tentu ka—om, amanatmu tentang—selalu membuat wanita merasa enak, adalah kewajiban bagi seorang pria—itu selalu aku ingat setiap saat."
Tolong bawa kabur Sakura dari sini. Sekarang.
"K-kakek..." Sakura mencicit bagai burung kejepit. Ia tak kuasa di sini, ia tidak tahan, ia ingin pulang, ia ingin kembali menjadi jomblo bahagia luar dalam. Madara melotot padanya, oh kakek jompo. "Anu, maksudku... O-om, bagaimana om bisa masuk ke sini?"
"Aku menggunakan..." Madara menggerak-gerakan jari jemari tangannya bagai membuat sebuah sihir tak kasat mata, otak kakek landak berduri so ngartis itu mulai koslet, tidak, tapi sudah koslet. "...ilmu hitam, berhati-hatilah padaku wahai anak perawan."
WAT?!
Sakura gemetar, kakek ini, kenapa bisa tahu bahwa ia masih perawan? "B-bagaimana..."
"Aku tahu, gerak gerikmu masih menunjukkan bahwa Sasuke belum berhasil menjebol kesucianmu."
MENJEBOL?! APA SEMUA UCHIHA SE-SINTING INI DEMI KAMI?!
Sasuke memijat pelipisnya, jika kakeknya sudah memasuki mode gila—Sasuke juga mengakui bahwa kakeknya sudah geser—maka akan sulit baginya untuk menormalkan situasi. Oke ayo pintar, jangan buat Sakura semakin ilfeel pada keluarganya. "Om, ini serius. Ada perlu apa kau sampai harus datang kemari?" raut wajahnya mulai serius, sebenarnya Sasuke sedang menahan diri di hadapan sang kakek.
Madara berdeham, "Baiklah, aku juga tidak terlalu senang berbasa-basi. Wanita penggilaku menunggu di atas ranjang. Jadi aku kemari untuk memberi kalian petuah amanat, dengarkan atau kalian berdua ku hancurkan."
Sasuke maupun Sakura mengangguk gugup.
"Kalian, sebagai pengantin baru, bukankah seharusnya melakukan anu-anuan? Apa tidak terasa hambar jika terus tidak saling telanjang? Kau Sasuke, sebagai pria cobalah untuk membujuk Sakura, paksa atau apapun itu. Dan kau Sakura, sebagai wanita kenapa tidak pasrah saja? Toh dia adalah suamimu. Pernikahan akan terasa indah jika kalian bisa mengenal lebih jauh, bukan begitu?"
Sasuke memberi ejekan pada wanita merah muda di depan sana, dan di balas pelototan membunuh ala nyonya muda.
"Jadi aku, akan memberimu ini Sasuke." lanjut Madara seraya menyerahkan sebuah ransel besar yang entah apa isinya. "Gunakan sebaik-baiknya, waktuku tidak banyak, aku harus pergi sekarang, atau nyawaku sebagai ancaman."
Tunggu, kakek ini bukanlah seorang kriminal kan? Kenapa jadi pakai ancam-ancam segala? Pake nyawa lagi. Seketika Sakura bergidik merinding, gile aja bro kalau bener.
"Wanita itu ganas, mereka akan mengamuk jika aku tidak datang sesegera mungkin."
Bayangan Sakura tentang sosok mengerikan si kakek musnah sudah.
Mati aja sana.
Sasuke meraba-raba ransel pemberian sang legendaris Uchiha ternarsis, tidak ada sesuatu yang aneh memang, tapi firasatnya mengatakan bahwa ini adalah awal rezeki nomplok baginya. "Tapi, om. Apa ini?"
"Itu seperangkat alat BDSM. Tenang, bisa dibayar ngutang, tapi ingat, sebulan bunganya lima puluh persen."
Sakura melotot, ANJIR APAAN?!
"Gunakan sebaik-baiknya ya, Sasuke. Aku pergi."
Secepat landak yang berguling, sosok aneh itu pergi. Meninggalkan Sakura yang pucat pasi. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi padanya? Apa salahnya? Apa salah nasibnya? Apa ini takdir? Ia hanya bisa mengelus dada, dan berkata. 'Kalian memang bangsyaaatt—' inner Sakura meraung dan memborbardir tempat kediamannya sendiri.
"Sakur—"
"Kau sapi diam saja."
Sasuke melotot dan sontak menoleh ke samping, "Sapi?!" tetapi jari telunjuk Sakura yang menempel di hidungnya membuatnya diam.
Sakura menoleh secara slow motion dengan raut wajah sedih, dibuat-buat atau asli? Entahlah. "Sasuke... kakekmu benar." ia tersenyum kecut. "Sebuah pernikahan akan terasa indah jika kita bisa mengenal lebih jauh." lanjutnya membuat Sasuke benar-benar diam seribu bahasa. "Jadi, lakukan."
Oniksnya melotot saat Sakura mengarahkan telapak tangan kanannya pada dada wanita itu sendiri. GILE NDRO SAKURA INSYAF AKHIRNYA. Sasuke menelan ludah gugup, kenapa ia gugup? Ini yang ia inginkan, tapi kenapa... rasanya kurang ya? Sasuke menjauhkan telapak tangannya, "Tidak... Sakura."
PLAK!
"TAPI KAU SEBELUMNYA MAKSA MAKSA, KAU ITU MAUNYA GIMANA SIH?!"
"Sakit... Kenapa tiba-tiba menamparku?!"
"KAU INI PLIN PLAN! DISAAT AKU BERSEDIA, KAU TIDAK MAU. OKE FINE! KAU UHUK UHUK SAJA DENGAN SABUN, DASAR SAPI!"
Perempatan siku-siku mampir di keningnya. "Ap—" Sakura berdiri dan berjalan menuju kamar, membanting pintu dari dalam setelah mengucapkan 'TIDUR DI LUAR!' pada Sasuke. Sedangkan si raven melamun, apa itu tadi? Sakura memanggilnya sapi? Apa tubuh Sasuke memang sebesar sapi? Dan juga... uhuk uhuk dengan sabun?
Najis ew.
Lalu tunggu tunggu, tidur di luar?
WHAT?!
.
.
.
.
.
Sakura melangkahkan kakinya ke luar dengan sangat perlahan, di atas sofa sana ada singa—tampan—yang sedang tertidur, sedikit saja ia bersuara, tamat sudah riwayatnya. Sakura sudah mandi, sudah wangi, dan sudah hampir pagi, Sasuke benar-benar tidur di luar tanpa selimut. Yaampun, dosa ga sih jahat gini sama suami? Ampuni Sakura ya Tuhan, ia khilap.
Sukses menuju dapur tanpa gangguan, Sakura memulai praktek memasaknya, sedikit melihat-lihat internet agar Sasuke tidak keracunan oleh masakannya lagi. Kasian juga sih. Tapi di rumah, Sakura adalah nyonya, dan Sasuke adalah orang yang ia jajah. Hah karma bekerja eh bos?
Tanpa diduga, sepasang lengan putih melingkar di perutnya, membuat Sakura refleks mengarahkan sendok sup yang sedang ia pegang kebelakang. "WATA!"
BLETAK!
"Aduh."
Eh?
"Sasuke?!" Sakura berbalik, dan melihat kening sang suami yang memerah. Aw itu pasti sakit, Sakura tadi kelepasan memukul dengan kekuatan penuh. "A-a-ap—maaf, maaf! Aku tidak sengaja. Aduh, lagipula apa yang kau lakukan?! Kaget tahu! Untung aku tidak jantungan!" Ia mengusap-usap kening Sasuke, sedikit berjingjit karena tinggi keduanya yang berbeda. Aduh kok jadi romantis gini ya?
Cuih, big no.
Sasuke tersenyum lebar. "Khawatir?"
"Tidak!" Sakura mendengus kemudian kembali menghadap ke arah eksperimennya, mengabaikan lengan Sasuke yang kembali melingkar di perutnya. Gugup sih emang, tapi harga diri lah coy, cewe itu harus jual mahal, ahay. "Diam, aku mau memasak. Kau lebih baik mandi sana, baumu bagai mayat ayam."
Sasuke menjawabnya dengan gumaman, dan memilih meletakkan kepalanya di antara lekukan bahu dan leher sang istri. Aduhai mb, wangi Sakura emang dabest. "Sakura."
"Hm?"
Suasana tiba-tiba jadi romantis, mereka layaknya pasangan suami—istri muda yang sedang kasmaran.
—OHOK!
Jangan konyol, Sakura. Sasuke tetaplah jelmaan singa iblis yang mesumnya tak pernah habis. Sakura menjerit miris, inikah rasanya menikah dengan keturunan Uchiha yang kabarnya hot and cold bagai dispenser? Najis abis, itu dusta.
"Belajarlah untuk mencintaiku."
"Hm, oke."
..
..
..
Tunggu, apa katanya tadi?
..
..
..
CROT!
"Sakura hidungmu berdarah."
"T-T-TISU, AKU BUTUH TISU!"
.
.
.
.
.
Haruno—coret—Uchiha Sakura kini berjalan anggun serasa berjalan di atas karpet merah, wajahnya garang seperti hanoman versi perang, gadis yang menganut sistem senggol bacok itu mengambil udara melalui hidungnya, dan mengeluarkan melalui mulut.
Oke, you can do it.
Ia mengetuk pintu besar di hadapannya perlahan dengan formal. Setelah menerima komando bahwa ia bisa masuk, Sakura membukanya perlahan. Pemandangan aduhai pertama yang tersuguhi di depan sana adalah Sasuke yang bertelanjang dada, seraya melakukan olahraga fisik yaitu mengangkat beban tubuhnya dengan kedua tangan pada tiang besi. Setiap kali Sasuke mengangkat tubuhnya ke atas, saat itu pula otot-otot tangan serta punggungnya bergerak erotis.
Sakura menelan ludah gugup.
Oh syiet, niatnya untuk stay cool jika melihat Sasuke topless hancur sudah. KENAPA DIA BEGITU MENGGODA? Sakura ingin kayang dan berteriak, bahwa Sasuke sekarang adalah miliknya. Tapi, no no no, harga dirinya lebih tinggi dari tower dekat tempat tinggal mereka. Sekali lagi, ia kalah oleh sosok lezat di hadapannya.
"S-Sasuke."
Pria yang ia panggil melepaskan pegangannya pada tiang besi, dan berbalik badan. Keringat yang membanjiri tubuh dan kening Sasuke membuat Sakura salah fokus. Tolong, jangan buat Sakura kembali mimisan. "Hn. Kenapa diam di sana? Kemari."
"Tidak mau."
Alisnya mengernyit, Sasuke mendekat, dan Sakura mundur. "Kenapa?"
"Kau berkeringat."
Seketika, ide setan melintas di kepalanya. Sasuke tersenyum geli, mengelus dadanya yang berkeringat hingga telapak tangannya ikut basah. "Aku punya hadiah. Sini."
Sakura memiringkan kepalanya, namun menurut, ia mendekat, dan langsung dihadiahi sebuah sapuan basah pada pipinya. Wajahnya memerah karena marah atau... malu? Asoy. "A-a-a-apa?! SASUKE!"
Si pelaku tertawa, membuat amarah si korban surut. Oh, bisa tertawa juga ya? Kok baru sadar.
"Kau tahu." Sasuke menunduk, berbisik tepat di telinga sang istri. "Suatu hari nanti, bukan hanya aku yang berkeringat. Tapi kau juga, berkeringat dan menjeritkan namaku, kita berdua, di atas ranjang yang sama."
OH MY,
OH MY,
Tanpa permisi, Sasuke mencium bibirnya lembut, tanpa paksaan, hanya sekedar dua kali kecupan. Dan itu sangat amat membuat Sakura meleleh.
"Ya?"
PLAK!
"NOOOOO! D-D-DASAR MESUM! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENJERIT KARENAMU!"
BRAK!
Sasuke mengusap keningnya, kemudian beralih pada pipinya yang mulai berubah warna, memerah.
Ia salah lagi.
Mungkin istilah peraturan wanita selalu benar adalah benar, dan akan selalu benar.
Sasuke mengusap dadanya, sabar.
Namun sesaat kemudian ia tersenyum manis. Menatap pintu di depannya yang tertutup rapat, jalur Sakura kabur barusan. "Kau memang unik dan juga... lucu."
.
.
.
.
.
Sakura berjongkok, ia harus bisa pergi di hari libur ini jika tidak ingin berduaan dengan Sasuke. Harus. Tapi, kemana? Ia tidak mau menjadi gembel di jalan dan luntang-lantung tanpa tujuan. Tapi di sini berbahaya, keselamatan jantungnya terancam mati, Sakura bisa saja overdosis karena virus pesona suaminya sendiri.
Kok jadi begini ya.
Ia menyentuh pipinya, dan sontak wajahnya memerah total.
Ah,
Ini namanya jatuh cinta?
Sakura menciut. "Masa sih?"
.
.
.
.
.
.
.
To be continued...
.
.
.
.
.
.
.
A/N:
Ada yang kangen married no ga? Maapkan aku yang sangat—telat—update ini :"")))) /diinjag karena faktor buntu ide, dan juga buntu feel humor biar kerasa. Tapi sejak awal, aku emang cuma jadiin fic ini sebagai hiburan, jadi... jangan dibawa serius, kaya hubungan kita. /NAON
Makin geje ya? Emang. HAHAHAHAHAHAH ANCOR BADAI *ngumpet diselokan* apaan lagi itu akhirnya malah jadi kek naugty gtgt. Btw ada yang nyadar ga aku hapus beberapa fic? Hehe, biar ga pusing liat utang fic yang ngantri bejibun.
Balasan review non-login:
rona337: ini udah update yaa, makasih pasokan semangatnya *lofe*
Guest: makasihh Chubby *hug* ide aku pasaran kok ini yawla :") dan juga ga terlalu bagus. Tapi makasihhh x"))
Guest 1: azekk iya nih mereka kencan, ala majikan dan pembokat /GG :")))
anna: wah iya nih bahasanya alay lebay karena akunya juga begitu :( maaf ya kalau gasuka, gausah dipaksain buat baca ehe
Guest 2: ini udah lanjut yaa
fansnya Joni: WADEPAK SAPA NIH? BUSET JONI UDAH PUNYA FANS AJA. NGAKAK ONLEN AKU KWKWKWKWKW/gelindingan/ mau nanya nih, situ tau Joni imut dari mana? JAWAP! :"""))))) Reviewmu moodbosterku, sumpah :"""" mana dua kali lagi, makasih yaaa *lofe*
Papiliona: KAMU NGAKAK? AKU BAHAGIA :"))) /GGG syukur deh kalau ngena yha :"))
Guest 3: ini udah dilanjut ya baby *ketjup* /najismil
rui: ahh lapyu tuh baby, lapyu tuh :""))) aminnn makasih doanya ya :") dan sayangnya, sekarang aku lagi kena flu *nanges*
No Name, me, dillakozo: ini udah dilanjut yaa :)))
Cherry Suke: INI KOK MERINDING DISKO YA BACANYA :"))))) serasa diancam sama yandere /ga ini udah update ya cintah, happy reading *lofe*
himechan: haiii ini udah update yaa *lofe* gatau nih Saku kapan sadarnya ya dari tsundere :")) /kamu makasih semangatnyaa :))
lacus clynce & gome gome: udah lanjut ya :))
Nur Azizah: udah dilanjut, syukur kalau menghibur xD
yuki sasami, kanata: udah dilanjut yaa :))
Alphabet 19: makazieehh :"))
Rey Uchiha: dibaca baik-baik chapter sebelumnya yaa kak, di sana aku tulis dengan jelas kok, makasih udah baca :))
Dian: ini cuma fic ringan, gamungkin panjang, aku batok sampe 3k words doang perchapternya
Guest 4: boleh silahkan, pajak lewat limapulu persen ya :)) /ggg
Saki, Guest 5, haruna, huda, guest 6: ini udah lanjut yaa :)) makasih udah nunggu *lofe*
Yumika Nabila: Saku hamil ga yaaaa, gatau atuh :" mereka gitu gituannya aja belum :" ngarep tapi sih... /nak
Terlalu banyak guest, kupusing bales yang mana tadi. Maapkan bila salah atau ketuker balesannya :"""" kasih nama atuh kalian teh :" /yh. Makasih buat respon kalian yang diluar perkiraan aku banget, aku kira fic ini gabakal disukai :") *terharu* apalagi author favorite aku sampe ikutan baca. Sumpah, jadi, doki doki kaya ketemu doi anjir /GG
Review lagi biar saya makin semangat, ya? :)) see you!