Hey! I'm gonna eat you!

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rated: M

Pair: NaruSasu, Slight: NaruShion

Warning: AU, Typo(s), OOC, Multi-chap ,Lime, Chapter 2, lil-bit gore,

AN: Terimakasih banyak buat yg udh rev/fav/fol! #Hug_Satu2, Ah ya untuk fisik lamianya ane ngambil dari Mia lamia di anime monmusu, bila penasaran, silahkan search gmbarnya di mbah G. Pliss jangan banyangin abah orochi lagi XD #Merinding. Dan Sett dunianya masih fantasi, dimana naga, monster absurd dkk, ada.

Semoga ceritanya gk aneh ya, feel yaoi ane udh berkurang banyak T_T

.

\(^o^)Enjoy reading! (^o^)/

.


[DarkVia Lake]

.

Disisi lain, racun Hydra mulai menunjukan efek pada Sasuke. Keringat mengalir deras dari pori-pori. Pandangan menjadi buram beserta tubuh yang telah dipenuhi debu dan luka. Sasuke tidak tahu akan sanggup bertahan sampai kapan. Pergerakan Sasuke melambat, padahal dialah yang bertugas untuk mengalihkan perhatian Hydra.

Bwosh!

Sekali lagi semburan nafas beracun menerpa Sasuke. Ia spontan membekap hidungnya meski terlambat. "Cepatlah Naruto! Ugh-!" Sasuke muntah darah.

Cairan merah kental terus keluar dari tenggorokannya. Paru-parunya semakin sesak seiring ia menarik nafas. Bila dibiarkan terlalu lama, tidak menutup kemungkinan bahwa Sasuke akan mati disini. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak lantas membuat Sasuke menyerah. Semangat untuk mengalahkan Hydra semakin membara. Dibuktikan oleh perubahan iris hitam menjadi merah gelap dan pupilnya hitam vertical.

Namanya Valsha, kekuatan mata ras lamia. Mode Valsha dapat membantu Sasuke memprediksi pergerakan musuh 5 detik lebih cepat, meningkatkan akurasi sihir, menghipnotis, dan mengetahui informasi lawan secara akurat. Kelemahan mode ini hanya dua. Valsha dapat menghabiskan mana pengguna dalam waktu hitungan menit. Batas maksimal penggunaannya, satu bulan tiga kali. Bila pengguna melanggar, efeknya yaitu kebutaan permanen.

Sasuke meningkatkan kewaspadaannya, memprediksi terus menghindar. Setelah mendapat celah, Sasuke tidak segan untuk merubah setengah mananya menjadi elemen petir.

"[Thunderbolt!]" Sasuke berteriak sembari menembakan sihir petir skala kecil ke langit di atas Hydra. Langit yang semula cerah berubah menjadi gelap. Berselang 1 detik suara guntur yang menggelegar disusul dengan tembakan petir yang berpuluh kali lebih besar mengenai Hydra secara akurat.

Duarr!

"GROOOAARGH!" raungan Hydra akibat syok oleh serangan Sasuke semakin menjadi, dan cukup memekakan telinga. Lalu, suasana mendadak berubah sunyi. Tidak ada raungan kesakitan dari Hydra. Sangat sunyi sampai hembusan angin pun terdengar.

Rupanya efek paralyzed dari sihir petir Sasuke mulai bekerja. Untuk sementara, seluruh saraf Hydra lumpuh total. Anggota tubuhnya sulit untuk digerakan dan mati rasa. Hydra diam membatu di tengah-tengah danau. "Naruto Sekarang!"

"Oke!" Naruto spontan berteleport ke depan kepala Hydra yang diduga asli. "[Autotomize: Sylvateinn]"

Kapak besarnya telah menghilang, tertelan kobaran api. Digantikan oleh pedang sepanjang dua meter. Mengenggam gagangnya erat, Naruto menyalurkan sejumlah mana pada Sylvateinn. Aura perak nampak menyelubungi bilahnya. Menjadikan pedang itu dua puluh kali lebih tajam daripada kondisi normal.

"[Flash Strike!]" Naruto mengayunkan pedangnya dalam kecepatan kilat untuk memenggal kepala Hydra dalam sekali tebas.

Slash! Bruk!

Bertepatan dengan efek paralyzed yang mulai habis, kepala Hydra yang diduga asli berhasil terputus dari lehernya. Kedelapan sisa kepala Hydra meraung kesakitan. Pergerakannya menjadi kacau. Mereka berdua menunggu. Jarak interval lima detik telah habis, dan tidak ada lagi kepala baru Hydra yang muncul. Berarti benar, kepala tersebut adalah yang asli. Naruto kembali berteleport ke atas untuk serangan penutup.

Sebelah tangannya yang bercahaya merah terangkat, bola api perlahan muncul. Setelah mana mencukupi, Naruto melemparkan bola berukuan sedang tersebut tepat di tengah Hydra. "[Fire blast!]"

Blar!

Tubuh besar Hydra seketika hancur menjadi serpihan daging kecil karena efek dekstruktif bola api.

.

.

Senyum kelegaan mengembang, Naruto mengangkat kedua tangannya seraya bersorak kegirangan. Misi rank S-nya berhasil. Kini, Naruto bisa membuktikan pada Shion bahwa dirinya masih mampu menyelesaikan tugas dengan cepat. Yah, walaupun pada kali ini, Naruto mendapat bantuan dari seekor lamia. Mungkin tidak ada salahnya, untuk memberikan sedikit hadiah misi pada Sasuke.

Naruto berlari menuju Sasuke. Agak terkejut saat melihat kondisi Sasuke yang cukup mengkhawatirkan. Penuh luka dan apa itu bercak ungu yang menyebar di seluruh tubuhnya? Mungkinkah akibat racun Hydra?

"Kita berhasil, Naruto."

Seulas senyum tipis terukir di bibir Sasuke. Sang Uzumaki melongo, jadi seperti itu senyum tulus Sasuke. Pasalnya baru pertama kali Naruto melihat, bahkan di mimpinya Sasuke selalu mengukir senyum palsu.

"Ugh-"

Sasuke pasti tersungkur ke tanah, kalau Naruto tidak spontan menarik lengannya. Ia mendekap Sasuke, meskipun lamia itu memberontak dengan tenaga yang cukup lemah. Naruto lalu memeriksa keningnya dan terasa begitu dingin.

"Kau baik-baik saja?" tanya Naruto sekedar berbasa-basi. Sudah jelas Sasuke dalam keadaan sebaliknya. Rasa khawatir bertambah saat Sasuke berubah lebih pucat daripada tadi.

"Aku ti-"

"SASUKE!" Naruto berubah panik, ia menepuk-nepuk pipi Sasuke.

Tidak ada jawaban. Sasuke telah kehilangan kesadarannya. Perasaan yang seharusnya tidak boleh Naruto rasakan, muncul. Baru pertama kali Naruto merasa seperti ini, padahal biasanya dia selalu yang paling tenang dalam segala kondisi.

Tetapi ketika menyangkut Sasuke, ia..

Naruto menatap Sasuke miris. Seandainya ia menolak bantuan Sasuke. Mungkin lamia tersebut tidak harus menderita seperti ini. Naruto terus saja menyalahkan dirinya. Saputangan kesayangan, Naruto gunakan untuk menghapus sisa darah dari mulut Sasuke.

Kemudian, kedua tangan kekarnya mengangkat tubuh lemah Sasuke. Naruto sudah memutuskan untuk membawa Sasuke kedesa. Meskipun resiko menyelusupkan monster kedesa sangat besar. Tidak apa, Naruto sanggup menanggung semuanya, asalkan Sasuke bisa selamat.

Naruto juga berharap agar Shion dapat mengabulkan permintaanya. Karena hanya sang istrilah, satu-satunya elf yang memiliki sihir penyembuh terhebat didesa.


[Guild]

.

Akhirnya selesai!

Shion menatap puas hasil kerjanya. Berkas penting telah tersusun rapi di laci. Lantai guild sudah disapu dan dipel. Kini guild lebih bersih lima kali lipat dibanding tadi. Berhubung anggota yang lain tengah menjalankan misi, mau tidak mau Shionlah yang bertugas membersihkan guild dikala senggang.

Ah! Shion tersentak, ia merasakan mana familiar mendekat. Senyuman lembut tak pelak terukir, dia berbalik untuk menyambut ramah kedatangan pria yang ia kasihi. Namun, sedetik itu pula ekpresinya berubah keruh. Bukan karena sosok Naruto yang berdiri panik dibelakangnya, melainkan sosok yang tengah digendong sang Uzumaki. Lamia berekor hitam yang tengah tak sadarkan diri.

Shion tidak mengerti jalan pikiran Naruto. Bukankah pria itu sudah hafal betul peraturan penting di desa ini? Yaitu, setiap monster yang masuk harus segera dibunuh. Dan sekarang, Naruto malah membawa monster pemakan daging yang sudah masuk kedalam blacklist berbahaya. Shion yakin, suaminya sudah gila!

.

.

"[Ice Shards!]" bongkahan Es tajam keluar dari lantai, pasti menusuk Naruto. Bila elf tersebut tidak cepat menghindar.

"Tu-tunggu! A-aku bisa jelas-!" Naruto melotot horor pada sepasang kakinya telah diselimuti es tebal. Dugaan Naruto benar, Shion pasti akan marah besar. Tapi ia tidak menyangka. Shion malah langsung menyerangnya.

"Kau pasti tahu konsekuensinya kan, Naruto?" Ucapan Shion begitu tenang. tetapi, hawa dingin yang ia keluarkan semakin menusuk.

Naruto mengangguk cepat. Jelas dia tahu! Tapi sekarang, kasusnya berbeda. Dia nekat membawa Sasuke kesini karena lamia itu telah membantunya. Naruto berhutang budi, padanya.

"Baguslah jika kau paham." Shion mendongakkan kepalanya, yang sedari tadi menunduk. Suhu di dalam Guild mendadak menurun drastis. Naruto sampai menggigil kedinginan.

"Kalau begitu, jangan halangi aku untuk melenyapkannya!" Ratusan tombak Es seketika tercipta di sekeliling Shion. Melayang dan bersiap menusuk mereka berdua.

"Aku tidak mungkin membiarkan mahluk yang telah membantuku, mati Shion!" Naruto berujar cepat. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Karena Naruto tahu, Shion tidak pernah ragu akan tindakannya.

Naruto mengernyit, heran. Ia tidak merasakan sakit apapun. Kelopak mata Naruto yang semula menutup, perlahan terbuka. Dia menemukan ratusan tombak Shion hanya berjarak 3 centi dari mereka. Disana, Shion nampak terperanjat. Jari tangannya menunjuk Sasuke, kasar.

"Mustahil! Monster ganas sepertinya mau membantumu? Berhenti membelanya, Naruto!"

"Ini fakta Shion! Apakah kau tidak percaya padaku?!" Nada suara Naruto naik beberapa oktaf. Mendapati sikap Shion yang belum melunak, kesabaran Uzumaki pun habis. Ratusan tombak es Shion lalu menguap oleh hawa panas yang dikeluarkan Naruto.

Pikiran Shion berubah kalut. Dari dulu, ia sangat mempercayai Naruto, namun disatu sisi. kewajiban dan peraturan jelas menyuruhnya untuk membunuh sang lamia. Baru kali ini, Shion merasakan dilema.

Naruto membaringkan Sasuke diatas sofa panjang berwarna krem."Ini terakhir kalinya aku meminta padamu. Tolong selamatkan Sasuke untukku, Shion!"

.

.

.

"Shi-shion?!" Naruto tercengang, ketika Shion malah menghampiri dirinya. Ekpresi Shion juga kembali normal. Jangan-jangan Shion-

Setelah beberapa menit berpikir, Shion memutuskan untuk mengalah. "Bukankah kau ingin aku menolongnya?" Ya, dia sudah memutuskan untuk menolong Sasuke. Anggaplah sebagai ucapan terimakasih karena Sasuke sudah mau membantu Naruto.

Cengiran khas Naruto langsung terukir. Rencananya berhasil, Shion dapat luluh juga. "Bagaimana? Apa ia-"

"Kondisinya sangat kritis, mungkin peluangku untuk menyembuhkannya sekitar sepuluh persen. [Recover!]" Jelas shion seraya meletakan telapak tangan di perut Sasuke.

Sinar biru muda seketika menyelimuti Sasuke. Menggunakan skill bishop-nya, yakni 'Recover'. Pengguna dapat memulihkan berbagai status abnormal dengan mengorbankan sejumlah mana beserta energi. Skill pengobatan ini hanya bisa dilakukan oleh bishop rank A ke atas.

Sepuluh, dua puluh menit.. Shion masih berusaha mengobati, Sasuke. Keringat deras mengucur dari pelipisnya. Menjaga konsentrasi sembari menyalurkan mana cukup besar, bukanlah perkara mudah. Begitu melelahkan dan menguras tenaga. Sedangkan, Bercak ungu Sasuke hanya berkurang tujuh puluh persen. Sementara di belakang mereka, Naruto menunggu dengan cemas. Ia berjalan kesana-kemari dan terkadang duduk di sofa.

"Oh ya, Naruto! Aku lupa memberitahu, bahwa ketua tengah menunggumu dirumah kita." Netra Naruto sedikit melebar.

Ibunda ingin bertemu dengannya?

Sejenak atensi Shion beralih pada Naruto. Shion mengerti, bahwa Naruto selalu ragu bahkan tidak suka bertemu dengan ketua. Kesalahan Naruto di masa lalu, membuat hubungan diantara ibu dan anak itu merenggang. Dan Shion ingin sekali melihat mereka kembali rukun seperti dulu.

"Aku ti-"

Menangkap gerak-gerik penolakan, Shion segera menyela ucapan sang uzumaki. "Jika tidak sekarang, kapan lagi? Sudah waktunya kau minta maaf. Selalu menghindar tidak akan menyelesaikan masalah, Naruto!"

Naruto memalingkan wajahnya kesamping. Tidak berani, menerima tatapan tegas Shion. Sejujurnya, perkataan Shion memang benar. Tapi rasa ego, telah menguasai hatinya sejak lama.

Hening...

"Sudah berapa tahun kalian tidak bertegur sapa? Apa kau tidak kasihan padanya? Beliau sudah memaafkanmu dan malah sangat merindukanmu, Naruto."

Naruto termenung cukup lama.

"Sesekali tidak ada salahnya, kan? Pergilah! Temui ibumu!" Elf berumur seratus delapan puluhan, tersenyum lembut. Hati Naruto menghangat. Senyuman Shion memang ampuh menenangkannya disaat kalut.

Meskipun masih ragu, namun untuk kali ini saja Naruto akan menemui ibunya. Semua ini hanya demi Shion. Naruto menarik nafas panjang. "Baiklah, aku akan kesana sekarang. Tolong jaga Sasuke untukku Shion."


[Naruto house]

.

"Akhirnya kau pulang, Naruto."

Mendengar suara tersebut, pria bersurai blonde itu langsung berhenti berjalan tepat sepuluh langkah sebelum ia menaiki tangga. Menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan Kushina baru saja keluar dari arah dapur.

Mengenakan apron kesayangan sembari membawa setoples kue kering? Bukankah ibunya tahu bahwa dia tidak suka kue? Dan sekarang malah-Naruto menahan diri untuk tidak mengumpat, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa tidak senang dalam hatinya di wajah. Naruto berjalan menghampiri Kushina, sembari menyunggingkan senyuman yang agak dipaksakan.

Kushina menyodorkan kue buatannya pada Naruto, namun ditolak halus oleh putra tunggalnya. Paras wanita itu masih terlihat muda. Padahal usianya sudah menginjak tiga ratus tahunan.

"Lama tidak berjumpa, bu." Naruto memilih menyapa sembari menunduk sopan. Kushina mengernyitkan dahi, heran dengan sikap sopan anak tunggalnya. Tapi baguslah jika dia memang berubah.

Lama sekali mereka bertatapan. Kushina meneliti anaknya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah beberapa tahun berlalu. Aura Naruto berubah menjadi lebih dewasa. Tubuhnya kian tinggi tegap. Dan yang patut Kushina syukuri, yaitu anaknya menjadi seorang pekerja keras. Buktinya adalah rumah berlantai dua yang besar ini.

Rasa haru dan bangga memenuhi hatinya. Kushina berniat maju untuk memeluk Naruto, Sayangnya, tangan Naruto telah memberi tanda stop. Dia masih tidak ingin dipeluk ibunya setelah semua yang terjadi. Sikap Naruto spontan mengundang senyuman kecut dari Kushina.

"Jadi, ada perlu apa ibu kesini?"

To the point seperti biasa. Kushina harus menahan diri untuk tidak meringis saat mendengar suara dengusan yang tidak disembunyikan. "Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu."

"Apa itu?"

Naruto berjalan menuju kamar sedangkan Kushina mengikuti dibelakang. Naruto melepas singlet hitam kotor yang membalut tubuh bagian atas. Mengambil kaos biru polos yang tersampir di rak baju, kemudian memakainya.

"Mulai sekarang, ibu akan tinggal bersamamu."

"A-apa?" Naruto langsung menoleh. Dia menatap Kushina horor. "Kenapa mendadak sekali, bu?!"

"Reaksimu berlebihan, Naruto! Ibu hanya ingin merawatmu seperti du-"

BRAK!

"Gawat kak Kushina!" elf perempuan berkacamata mendobrak pintu rumah Naruto. Raut wajahnya begitu panik, nafasnya terengah-engah. Mimik Kushina berubah serius begitupun Naruto.

"Ada apa Karin?" tanya ibu satu anak itu.

Dengan tangan gemetaran, Karin membenarkan kacamatanya yang melorot. "Guild diserang! Sekarang Shion tengah melawan monsternya!"

Deg!

Mereka berdua tak pelak terkejut. Berbagai pertanyaan memenuhi pikiran Kushina. kenapa bisa ada monster yang menyelusup kedesa? Apalagi sampai masuk ke guild. Mungkinkah penjaga tidak bisa mengalahkannya saat digerbang? Atau jangan-jangan-

Ada orang dalam yang membawa monster tersebut menggunakan sihir teleportasi?

Ekor mata Kushina melirik Naruto yang tampak paling terkejut diantara mereka. Dari gesturnya, seolah sedang menyembunyikan sesuatu. Mungkinkah Naruto- Ah tidak! Kushina menolak asumsinya. Dia tidak boleh berprasangka buruk dahulu. Hubungan mereka baru saja membaik, dan Kushina tidak ingin merusaknya lagi dengan menuduh Naruto terlibat tanpa ada bukti yang pasti.


[Guild]

.

Yang ditakutkan Naruto, benar-benar terjadi.

Markas Guild rusak parah. Dua mahluk berbeda gender dan ras masih bertarung. lima penjaga gerbang desa yang Naruto kenal, telah tergeletak tak berdaya di bawah reruntuhan guild.

Shion tampak kewalahan menghadapi serbuan ribuan ular milik Sasuke. Bercak ungu ditubuh pun sudah menghilang, rupanya Shion berhasil mengobati Sasuke. Namun bukannya berterimakasih, fakta yang ada malah sebaliknya. Mungkin ada kesalahpahaman, yang menyebabkan Sasuke berniat membunuh Shion.

Bruk!

"Sasuke!" Naruto spontan berteriak. Belum sempat ia melerai mereka, Kushina sudah lebih dulu mengambil tindakan. Menggunakan kekuatan espernya, Sasuke langsung terpental jauh dan berakhir menabrak pilar guild. Sedangkan Karin, ia berlari mendekati Shion. Lalu menyembuhkan lukanya, dengan sihir pengobatan dari class cleric.

"Jadi, kau yang membawa monster itu kesini Naruto?" Kushina menoleh, matanya berkilat tajam. Tidak menyangka asumsinya benar. Rasa percayanya pada Naruto berkurang drastis. Sebelah tangan Kushina lalu melakukan gerakan seolah mencengkram sesuatu. Dan pada detik itu, ratusan rantai bercahaya keluar dari lantai, membelit Sasuke sekaligus menyerap mana.

Tentu saja, Sasuke semakin tersulut amarah. Lamia bungsu mengeluarkan berbagai sumpah serapah karena seluruh mananya berhasil diserap oleh rantai Kushina. Sasuke tidak bisa bergerak ataupun melawan balik.

"NARUTO!" Nada suara Kushina meninggi ketika Naruto mengacuhkannya, dan memilih menghancurkan rantai yang mengikat Sasuke menggunakan sihir api miliknya. Karena sang suami tidak kunjung membuka suara, Shion memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya pada Kushina.

"Tadi Naruto yang membawanya dalam keadaan kritis, dan dia pula yang menyuruhku untuk mengobatinya. Setelah sadar, Sasuke langsung menyerangku." Suasana bertambah tegang. Naruto melemparkan tatapan tidak suka pada Shion. Bukannya takut, Shion balik menatapnya tajam. Sebab Shion merasa dirinya benar, semua yang ia katakan adalah fakta.

"Apa alasanmu sehingga mau menolongnya, Naruto?" Kushina angkat bicara. Ucapannya menarik atensi pasangan suami istri tersebut.

"Dia telah membantuku dalam misi membunuh Hydra." Sahut Naruto cepat. Kushina terdiam. Ia hargai perbuatan Sasuke, tetapi tidak menurunkan rasa bencinya pada monster. Sebaik-baiknya monster, pasti ada tujuan tersembunyi dibalik aksinya tersebut.

"Sesuai peraturan yang berlaku, setiap monster yang tertangkap harus dibunuh" Tukas Kushina. Rambut merah kushina berkibar membentuk sembilan lambaian ekor. Reruntuhan guild disana lalu terangkat oleh mana violet milik Kushina.

Set!

"Naruto jangan halangi ibu!" Kushina mendadak menghentikan serangannya, karena Naruto malah menjadikan dirinya tameng untuk Sasuke.

"Aku tidak terima! Tidak bisakah ibu memberi sedikit keringanan? Tidak selamanya monster itu jahat! Sasukelah salah satunya!" sergah Naruto keras. Ia tetap teguh pada pendiriannya. Tidak gentar berhadapan dengan Kushina yang jauh lebih kuat darinya.

"Baiklah kalau itu maumu." Kushina mengibaskan tangannya. "Aku akan mengabulkannya setelah kalian mati!"

Naruto dan Sasuke terbelalak, reruntuhan yang dikendalikan sang ketua guild terbang begitu cepat kearah mereka dan- Brak! Menghantam mereka berdua tanpa ampun

.

.

-To be continued-

A/N: Terima kasih bagi yang sudah membaca. Silahkan utarakan pendapat kalian, baik berupa kritik/saran di kotak review. Setiap review/fav/follow yang kalian berikan, menambah semangat ane buat menulis. (^O^)/