Loveable

Haikyuu! © Furudate Haruichi

Pairing: Ushijima Wakatoshi/Tsukishima Kei

Rated: T

Warning: Boys love, OOC, absurd, typo-typo bertebaran, plot ancur, dll (lol)

.

.

.

Sejak awal Tsukishima sudah memprediksinya, cepat atau lambat segalanya akan terungkap. Walau… ia sama sekali tidak menduga bahwa Hinata yang pertama mempergokinya. Lebih masuk akal jika itu Yamaguchi, Suga, Sawamura, atau minimal, Kageyama. Yah, tapi sepertinya keberuntungan ikut ambil bagian dari ini semua, karena Tsukishima tidak punya kepercayaan pada intuisi Hinata sedikit pun.

.

.

.

Berawal dari luka di celah antara jari manis dan kelingking kanannya musim semi kemarin. Ushijima Wakatoshi sang pelaku, ia dengan spike-nya yang unblockable.Tsukishima mendapat pemohonan maaf setelahnya, tidak hanya dengan gestur kecil sang spiker di lapangan pada akhir set kelima, namun juga di satu lorong di dalam gedung.

Tsukishima tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu, Ushijima terlihat serius padahal Tsukishima tidak terlalu memperdulikan lagi lukanya.

Si kacamata menjadi makin kesal ketika Ushijima menjabat tangannya beberapa detik lebih lama ketimbang dengan member Karasuno lainnya.

Hanya kali ini,batin Tsukishima mencoba menahan kekesalannya.

.

Keluar dari lapangan, Tsukishima berhembus lega, berpikiran bahwa ia tidak akan lagi melihat si kekar dari Shiratorizawa itu untuk waktu yang—semoga saja—cukup lama.

Tidak sampai ia mendapat undangan training campuntuk para murid kelas satu terbaik se-Miyagi beberapa waktu kemudian. Dan oh, tidak perlu diterka lagi, Ushijima ada di sana. Tidak, Ushijima memang bukan anak kelas satu, ia dan beberapa anggota dari Shiratorizawa diundang oleh pelatih mereka yang juga melatih untuk training camp tersebut—sebagai lawan latih tanding.

Mungkin saat itu Ushijima sudah tidak terlalu memperhatikan Tsukishima lagi, dan sang middle blockerKarasuno itupun sama tidak pedulinya.

Atau, itu hanya apa yang ada dalam kepala Tsukishima saja.

.

Tsukishima kembali bertemu dengan siswa kelas tiga dari Shiratorizawa itu sewaktu ia berada di toko sepatu. As expected, mereka tinggal di prefektur yang sama, dan dengan terkenalnya toko itu di kalangan atlet, si blonde tidak terlalu terkejut.

"Kau, nomer 11 Karasuno kah?"

Tsukishima menoleh ke sumber suara, "Dan kau kapten Shiratorizawa."

"Tidak, aku—mantan kapten."

"Ahsou, sumanai."

"Ushijima Wakatoshi," Ushijima menawarkan tangannya.

Beberapa saat Tsukishima terpaku, kemudian dengan ragu menjabat uluran Ushijima, "Tsukishima Kei."

.

Ini tidak mungkin terjadi, batin Tsukishima. Ushijima menawarkan untuk mengantarnya pulang, dan sekarang entah setan apa yang merasuki Tsukishima, ia berakhir di dalam mobil sang mantan kapten. Dan sial, Tsukishima tidak pernah tahu jika Ushijima sekaya itu. Oh Tuhan, tolong bantu Tsukishima yang malang, ia sungguh tidak mengerti dirinya sendiri, merasa dirinya yang sekarang bukanlah Tsukishima selama ini. Astaga—

"Jadi, Tsukishima-san," Tsukishima menoleh, "sampai disini, arah mana yang harus kuambil?"

Tsukishima melihat ke jalan, "Ah, uh, kiri."

Ushijima mengikuti arahan si blonde sampai di depan rumahnya. Dengan Tsukishima membungkuk sopan setelah melayangkan ucapan terimakasih begitu sampai.

"Um, apa kita akan bertemu lagi?"

"Karena kita punya hobi yang sama, itu mungkin."

Ushijima mengangkat sudut bibirnya naik, "Kalau begitu sampai jumpa, Tsukishima-san."

"Sampai jumpa."

Tsukishima tidak tahu jika perpisahannya dengan Ushijima kali itu adalah apa yang mendasari hubungannya dengan pria itu sekarang. Selama hanya dengan beberapa minggu, intensitas pertemuannya dengan Ushijima terus naik. Hingga pada pertengahan musim semi, tepat seminggu sebelum Karasuno berangkat ke nasional, Ushijima menyatakan perasaannya pada si kacamata.

Dan Tsukishima tidak lagi bisa menolak laki-laki yang perhatian, lembut, dan baik seperti Ushijima.

Dari situlah Tsukishima mulai meragukan pilihannya. Bukan, itu bukan salah Ushijima. Tsukishima hanya merasa tidak pantas. Untuk orang seperti Ushijima yang menurutnya, sempurna; bisa menyukainya. Beberapa kali Tsukishima berpikir keras—apa yang Ushijima lihat darinya?

"Tsukishima," yang dipanggil menegadah, netranya langsung bertemu dengan milik Ushijima, "ada sesuatu yang membebanimu?"

Tsukishima menatap strawberry shortcake di hadapannya yang masih utuh, kemudian kembali ke wajah kekasihnya. Memaksakan senyum.

"Bukan hal yang tidak biasa, sebentar lagi, turnamen musim semi dimulai," jawabnya.

Tsukishima dapat melihat ekspresi curiga Ushijima, namun ketika ia mulai menyantap cake favoritnya, ekspresi Ushijima berubah lebih tenang.

.

.

.

"Tsukki, kau terlihat sedang terkena masalah, ada apa?" kini Yamaguchi yang menanyakan, ia sedari tadi melihat Tsukishima yang tidak seperti biasanya, terus-terusan memperhatikan jendela kelas tanpa memperdulikan penjelasan sang guru—bahkan, ia tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru Bahasa Jepangnya yang selama ini merupakan hal mudah bagi si blonde.

Kini Tsukishima tidak bisa memakai alasan 'ujian tengah semester' lagi karena yang dihadapinya adalah Yamaguchi, temannya sedari kecil. Tsukishima pun hanya bisa lari dari pertanyaan itu dengan mengalihkan topik.

Namun yang menyadari perubahan Tsukishima bukan hanya Ushijima dan Yamaguchi saja, itu juga mencakup pelatih Ukai dan teman setimnya di Karasuno—Kageyama yang paling bersemangat mengejeknya.

Dan hal itu berlanjut sampai pada kencan berikutnya dengan Ushijima.

"Tsukishima, kau tahu, kau harusnya bicara padaku jika kau punya masalah," kata Ushijima, khawatir pada ekspresi kesusahan yang selalu ditunjukkan oleh kekasihnya.

Tsukishima menggeleng, dan nampaknya hal itu membuat Ushijima marah.

"Tsukishima, jika kau memang merasa ini semua terlalu cepat, kau seharusnya tidak menerimaku. Kau bahkan lebih terasa jauh ketimbang sebelum kita mulai pacaran."

Ushijima berdiri membuat Tsukishima menegadah, "Ini sia-sia," ucap Ushijima kemudian, "Pikirkan kembali pilihanmu, anggap ini adalah waktu dimana aku menyatakan perasaanku padamu, dan datang jika kau sudah menemukan jawabannya."

Ushijima pergi setelah menyelesaikan kalimatnya, meninggalkan Tsukishima terpaku di tempat duduknya, strawberry shortcake utuh dan segelas teh yang tadinya hangat di hadapannya.

.

.

.

"Hei Tsukki, ada apa dengan matamu?" Tsukishima berani bersumpah, pertanyaan yang diajukan Yamaguchi untuk mengawali harinya itu adalah kalimat paling menyebalkan dalam hidupnya. Ia tidak suka menunjukkan kelemahannya, namun sekarang ia tertangkap basah. Tsukishima hanya bisa berharap Yamaguchi tidak sepintar itu untuk menyadarinya, atau ia cukup pintar untuk menyadari suasana hati Tsukishima.

Dan entah Yamaguchi masuk ke kategori yang mana, Tsukishima bersyukur temannya langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka, "Ah, kudengar dari Suga-senpai, lusa kita ada latih tanding dengan Shiratorizawa."

Tsukishima ingin kembali menangis.

.

.

.

Di hari pertandingan, Tsukishima tidak bisa mengalihkan fokusnya dari Ushijima. Matanya terus mencari-cari keberadaan sang ace dari Shiratorizawa itu. Namun ketika Ushijima balik menatapnya, Tsukishima membuang muka.

Pada set ke-3, pelatih Ukai mengganti Tsukishima usai melihat performanya yang buruk di latih tanding kali ini. Dan Tsukishima yang duduk di bangku cadangan membuat Yamaguchi khawatir, namun yang tidak ia ketahui, seseorang yang lain juga ikut khawatir.

.

Pertandingan selesai dengan Shiratorizawa yang memenangkan semua dari empat set sesi latih tanding mereka. Tendou sempat mengejek absennya Tsukishima dari lapangan sehingga timnya bisa dengan mudah mencetak skor. Ushijima yang juga mendengar ejekan yang ditujukan Tendou pada Hinata itu hanya bisa bungkam.

.

.

.

Tsukishima menatap wajahnya di cermin, ia terlihat menyedihkan. Dibasuhnya lagi wajah itu dengan air, berharap alirannya ikut membawa kekesalannya, namun tentu itu adalah hal sia-sia. Yamaguchi sudah beberapa saat yang lalu meninggalkannya, dan kini ia sendiri di dalam toilet pria Shiratorizawa.

"Tsukishima," suara berat itu kembali terdengar, tiap bunyi suku katanya menggelegar di dalam toilet.

Tsukishima telah mempermalukan dirinya sendiri.

Ia menutup matanya sambil mengenakan kembali kacamatanya, manik emasnya tidak berani menatap Ushijima.

"Maaf," ucapnya lirih buru-buru mencoba keluar dari ruang yang dirasanya semakin sempit.

"Kei."

Kurang selangkah lagi untuk Tsukishima bisa keluar dari toilet, namun panggilan tegas dari siswa kelas tiga itu membekukannya.

"Bagaimana," Ushijima berjalan mendekati si murid kelas satu hingga ia memerangkap Tsukishima dengan kedua tangannya di dinding, "pendapatmu mengenaiku?"

Tsukishima masih dalam keterpakuannya mencoba untuk membuka mulutnya, namun ia tidak bisa memaksakan satu katapun keluar dari sepasang plump merah mudanya.

Merasakan bahwa Tsukishima tidak mungkin menjawabnya, tatapan Ushijima melunak, "Kau tahu?" mulainya, "Kau sangat manis dan aku selalu ingin membuatmu tersenyum;" jeda, "Itu semata-mata bukan karena penampilanmu saja," senyum kecil menghiasi wajah Ushijima yang biasanya datar itu.

"Kau sarkastik, menyebalkan dan pesimis, kupikir aku maso, sampai sifat introvet dalam dirimu membuatku tidak merasa cukup untuk terus mengeksposmu."

Mendengar itu, bunga Sakura mekar di wajah Tsukishima.

"Aku," jeda, "menyukai segala yang ada pada dirimu, jika kau menanyakannya."

Kalimat ragu-ragu keluar dari bibir Tsukishima, dengan wajahnya yang merah padam dan maniknya yang masih tidak berani menatap milik Ushijima.

"Aku juga,"

Menyukaimu.

"menyukaimu."

.

.

.

Itu mendekati akhir dari kunjungan mereka ke Shiratorizawa, dan satu anggota tim mereka belum kembali dari toilet. Sawamura hendak menyuruh Tanaka untuk menjemput Tsukishima, namun tepat setelah Tanaka mengiyakan, Tsukishima datang.

Lirik.

Hinata sekejap bungkam seperti ia baru saja melihat hantu, lirikannya tajam mengintai tiap pergerakan dari Tsukishima—yang menyadarinya, Kageyama pun tidak bisa berkata apa.

"Maaf jika aku membuat kalian menunggu," ucap Tsukishima datar.

Tanaka memukul keras punggung sang adik kelas, memaksa protes keluar dari bibir Tsukishima "Yahh, kekalahan ini bukan salahmu Tsukishima! Ayo kita kalahkan mereka lain kali!" ucapnya penuh semangat seperti biasa.

Semua anggota tim voli pria Karasuno tersenyum pada ucapan Tanaka, tidak menyadari Hinata yang tiba-tiba sudah berada di depan Tsukishima.

"Hei Tsukishima, sejak kapan kau pacaran dengan Ushiwaka?"

Pertanyaan polos itu membuat tak hanya seluruh anggota tim voli Karasuno terpaku, namun juga anggota tim voli Shiratorizawa yang mempelototkan mata mereka tidak percaya.

"NANIIIIIIIIIIIIIII?!"

.

.

.

END

.

.

.

A/N: AHAHAHAHAHAHAHA, HAI SIAPAPUN, LAMA GA POST, UDAH SETAHUN LEBIH SEJAK FF YANG KUPOST DI AKUN INI HAHAHA.

Aku kembali dengan obsesi baru ;)UshiTsuki is precious!Yah walau KuroTsuki tetap di hati tapi UshiTsuki juga kiyot, nggak kalah sama KageTsuki. Dan dengan sikap Ushijima yang udah kayak cowok idaman setiap cewek, kebayang terus kalo Ushijima pasti bakalan jadi tipe pacar setia yang romantis.

Dasarnya sih emang Tsukki-nya aja yang shipable banget, kalo sama Kuroo pasti konyol, sama Kageyama berantem terus, sama Ushijima jadi penurut, sama Yamaguchi errm, jadi fleksibel(?)lol. Intinya emang Tsukki dengan kekuatantsuderesupernya itu cocok sama siapa aja dah wkwk (ini apa?)

Makasih udah baca,reviewjangan lupa /wink/

.

.

.

OMAKE

Hinata hendak pergi ke toilet, dengan tangan memegang celananya sudah tidak tahan, namun langkahnya memelan ketika ia mendengar suara decapan, "U-Ushijima-sa—"

Dan kemudian ia merasa matanya ternodai oleh pemandangan sang kapten kelas tiga dari Shiratorizawa sedang mencium teman setimnya, Tsukishima.

Tunggu, APA?

Hinata melebarkan sepasang matanya tidak percaya. Pintu toilet tidak tertutup, jadi Hinata dapat melihat dengan jelas kejadian di hadapannya kini, dan buruknya, sepasang orang yang sedang menghisap bibir satu sama lain itu tidak menyadari adanya pihak ketiga yang menyaksikan.

Kembali berpikir jernih, Hinata pun cepat-cepat pergi sebelum ada salah satu dari pasangan itu yang melihatnya, sekejap tidak lagi merasa ingin kencing.

.

.

.

OMAKE END