First collaboration!
Summerlight92 & Cactus93
Present
.
ɛɜ
.
ᴥ PRETTY WOMAN ᴥ
.
ɛɜ
.
Main Cast: Chanyeol x Baekhyun
Supporting cast: Sehun, Luhan, Jongin, Kyungsoo
.
Genre: Romance, Fluffy, Humor, Drama, Hurt/Comfort
Length: Multi chaptered
Rate: Mature
.
.
-oOo-
.
.
HAPPY READING
.
.
-oOo-
.
.
Prologue
Suasana tegang mendominasi ruang kerja CEO agensi hiburan ternama—PCY Entertainment. Sosok pria dengan ciri khas telinga layaknya peri itu tengah duduk sembari menatap tajam pada dua orang bawahannya. Kedua sikunya bertumpu pada meja dengan jemari tangan saling terkait di bawah hidung. Matanya sesekali melirik sosok wanita cantik yang tengah duduk santai di sofa dengan wajah tenang tanpa dosa. Seolah tak menyadari bahwa dirinya adalah sumber perang dingin ini.
"Oppa, sudahlah. Jangan marah lagi. Kasihan Sehunnie ..."
"Apa kau tidak kasihan juga padaku, Luhannie?"
Luhan berjengit mundur mendengar pertanyaan pria berkulit tan. Alisnya terangkat naik memandang aneh pria itu, "Kau siapa, ya?" tanyanya dengan mata berkedip polos.
"Aku Kim Jongin dan kau model ternama Park Luhan." Jongin memutar bola matanya jengah dengan bibir bersungut kesal.
DUGH!
"Ouch!" Jongin melotot pada sosok pria berkulit pucat yang baru saja menghadiahi sikutan mematikan di perutnya. "Apa yang kau lakukan?!"
"Diamlah, Hyung! Kau selalu saja terpancing omongan pacarku! Diam atau nyawa kita habis detik ini juga!"
Oh Sehun—pria yang mengklaim sebagai kekasih Luhan, menatap Jongin dengan wajah datarnya. Tetapi kemudian ia menyadari ada yang salah dengan ucapan sahabat sekaligus rekan kerjanya.
"Barusan kau memanggilnya Luhannie? Ya, mana boleh begitu! Dasar brengsek!" Sehun bersiap memukul kepala Jongin, akan tetapi—
PLETAK!
—satu jitakan manis lebih dulu mendarat di kepalanya. Sehun mengaduh kesakitan, menoleh untuk memaki si pelaku pemukulan, namun urung saat ia mendapati sepasang mata menatapnya tajam dengan api kemarahan.
"Kau sama saja brengsek, Oh Sehun! Bisa-bisanya kau menghamili adikku!"
Glek! Sehun menelan ludahnya gugup usai menerima dua kalimat pedas yang dilayangkan oleh kakak Luhan, Park Chanyeol. Jongin tertawa saat melihat Sehun mati kutu di hadapan bos mereka.
"Siapa yang menyuruhmu tertawa?!"
Seketika Jongin menutup mulutnya rapat-rapat. Ia melirik Sehun yang diam-diam mengeluarkan senyum mengejek, membuat kekesalannya terpancing namun sebisa mungkin ia redam. Jika bukan karena sahabat sekaligus rekan kerjanya yang satu ini, Jongin tak perlu berada dalam situasi sulit seperti sekarang.
"Hhhhh ..."
Sehun dan Jongin kembali membatu saat mendengar dengusan panjang milik Chanyeol. Kedua pria itu berubah layaknya anak kecil yang tengah menunggu hukuman dari guru karena kesalahan mereka.
"Aku sudah mengambil keputusan. Kalian—"
"Oppa, jangan pecat Sehunnie, ya? Mau makan apa anakku nanti?" Luhan dengan santai berjalan mendekati Sehun, merangkul lengan kekasihnya, dan mengusap lembut perutnya yang masih rata. Tak lupa ia memberi binar mata layaknya puppy kepada Chanyeol. Sama sekali tidak peduli jika ia baru saja memotong ucapan pria itu.
"Bisakah kau duduk diam sebentar saja, Park Luhan?" Chanyeol sudah letih menghadapi adik sekaligus salah satu modelnya yang sangat gemar membangkang perintahnya.
Luhan mengerucutkan bibirnya seraya berjalan menghentak mendekati sofa.
"Hannie, jangan berjalan menghentak! Kasihan baby kita," jerit Sehun panik melihat tingkah Luhan.
"Eh, iya. Aku lupa," cengir Luhan tanpa dosa, "Maafkan aku, Hunnie~"
Sehun menghela napas lega melihat Luhan mengubah cara berjalannya. Ia pandangi wanita itu yang kini sudah duduk manis di sofa sembari mengelus perutnya penuh kasih sayang.
Chanyeol semakin pusing menghadapi tingkah Sehun yang sama sekali tak menganggap dirinya ada di sini. Sedangkan Jongin hanya menggelengkan kepala melihat drama picisan yang dilakukan pasangan kekasih itu.
Semua amarah Chanyeol bersumber dari sebuah surat dari dokter, yang menerangkan bahwa salah satu dari top model yang ia miliki dinyatakan positif hamil. Satu jam lalu, dengan wajah tanpa dosa, Luhan mengganggu acara makan siang Chanyeol di ruangannya. Adik sekaligus modelnya itu melenggang masuk dengan senyuman manis, sembari menyerahkan amplop putih kepadanya, dan berkata, "Biarkan aku cuti hamil ya, Oppa?"
Sungguh, Chanyeol benar-benar tak habis pikir bagaimana Luhan bisa 'kebobolan' oleh salah satu orang kepercayaannya. Dan yang membuat Chanyeol kian frustasi, Luhan lebih memilih berkeluarga daripada karir gemilang yang sudah ia raih. Jika Luhan bukan adiknya, Chanyeol tak segan-segan menuntut kontrak Luhan yang masih berlaku 1 tahun lagi.
Satu-satunya cara yang harus Chanyeol lakukan saat ini adalah mencari model pengganti untuk Luhan. Ia bisa saja mengambil salah satu trainee yang dimiliki agensinya, tetapi kebanyakan para trainee adalah gadis usia remaja yang belum matang. Chanyeol juga bisa mengoper model lain untuk menggantikan posisi Luhan. Sayangnya, semua artis, model bahkan grup idola yang ia miliki sudah mempunyai jadwal masing-masing dalam kurun 1 tahun ini.
Chanyeol bukan pimpinan kejam yang memaksa artisnya bekerja dengan jadwal yang berlebihan. Ia tidak bisa memaksakan kehendak pada mereka untuk menggantikan posisi Luhan.
Itulah sebabnya, Chanyeol memanggil orang yang bertanggung jawab karena sudah menghamili adik sekaligus modelnya, juga satu lagi orang kepercayaannya, agar mereka bisa mendiskusikan jalan keluar dari masalah Luhan yang dipastikan vakum karena kehamilannya.
"Keputusanku ..." sudut bibir Chanyeol terangkat naik, mengeluarkan seringai andalannya saat melihat wajah tegang Sehun dan Jongin, "Carikan aku model baru dengan image polos seperti Luhan. Kalian mengerti?"
Kedua pria itu mengangguk kaku layaknya robot.
"Dan aku menginginkan model itu dalam waktu satu minggu."
"APA?!"
.
OoooO
.
Lima hari sudah berlalu semenjak Chanyeol memerintahkan Sehun dan Jongin untuk mencari model pengganti Luhan. Mereka sudah mencari ke mana-mana, mulai dari kampus, mall, taman kota, pusat keramaian, namun hasilnya nihil. Setiap calon model baru yang mereka bawa, selalu ditolak mentah-mentah oleh Chanyeol.
"Waktu kita tinggal tersisa 2 hari lagi," desah Sehun frustasi. "Ke mana lagi kita harus mencari model pengganti Luhan?"
"Aku tidak tahu," Jongin meneguk minumannya hingga habis, "Ini semua salahmu! Kalau saja kau memakai pengaman, dia tidak akan hamil!"
"Sssst! Jangan bicara keras-keras, Hyung!" protes Sehun kesal lantaran seisi kafe tengah memandang ke arah mereka. Saat ini keduanya sedang beristirahat di sebuah kafe langganan mereka yang berlokasi di kawasan Cheongdam. Mereka mengambil tempat di dekat jendela. Sehun tengah menatap jalanan yang ramai dilalui kendaran, sementara Jongin membaringkan kepalanya pada meja. Keduanya sudah kehabisan cara untuk menemukan kandidat model pengganti Luhan yang sesuai dengan kriteria Chanyeol.
"Hyung?"
"Hm?"
"Gadis incaranmu datang."
Begitu mendengar ucapan Sehun, Jongin langsung menegakkan posisi duduknya. Ia merapikan kerah kemeja serta rambutnya yang sedikit berantakan. Melihat tingkah sahabatnya yang dilanda mabuk asmara, Sehun memutar bola matanya jengah, sebelum kembali memusatkan perhatian pada sosok gadis yang sedang memesan kopi.
"Orang mesum sepertimu tak cocok dengan gadis polos seperti dia, Hyung," celetuk Sehun.
Jongin melotot. "Memangnya kau sendiri tidak mesum? Kau bahkan sudah menghamili anak orang."
Sehun meringis lebar dengan wajah tanpa dosa.
"Dengar ya, dia itu meskipun terkesan polos tapi penampilannya sangat menawan," Jongin tersenyum lebar memuji gadis incarannya, hingga kemudian tersadar akan sesuatu, "Tunggu—"
"Polos!" Baik Sehun maupun Jongin berteriak kompak seolah baru saja menemukan peti harta karun.
"Kau atau aku yang—"
"Aku saja yang maju!"
Sekian lama Jongin mengagumi gadis manis bermata bulat, yang juga merupakan pengunjung setia kafe langganannya, baru kali ini ia mempunyai keberanian untuk mendekati gadis itu. Kali ini Jongin berani bertindak karena sebuah alasan dan ia berharap alasan yang ia gunakan untuk berkenalan bisa lebih mendekatkan gadis itu padanya.
"Ehem." Jongin berdiri di samping meja, berdeham menarik perhatian gadis yang sedang fokus pada ponselnya.
Seakan menyadari suara orang lain, gadis itu mendongak, hingga pandangannya bertemu dengan Jongin. Mata gadis itu membulat sempurna, lalu secepat kilat ia menundukkan kepala.
Jongin mengernyitkan dahi. Ia mendapati telinga gadis itu memerah. Mungkinkah ...
Satu asumsi menyeruak masuk dalam benak Jongin, menambah kadar kepercayaan diri pria itu. "Bolehkah aku duduk di sini?"
Gadis itu mengangguk pelan. Jongin terkekeh melihat tingkahnya, namun ia mencoba menjaga sikap. Ia pun menarik kursi kosong di depan gadis itu.
"Aku membutuhkan bantuanmu."
.
OoooO
.
Do Kyungsoo—gadis bermata bulat itu tidak mengerti kenapa dirinya bisa berakhir di sebuah ruangan CEO agensi ternama. Seingatnya ia baru saja berkenalan dengan Jongin, pria yang sudah lama ia perhatikan secara diam-diam karena sering mendatangi kafe favoritnya di kawasan Cheongdam.
Entah apa yang merasuki otaknya, Kyungsoo dengan mudah mengangguki permintaan Jongin agar ia bersedia menjadi model pengganti di agensi tempat pria itu bekerja.
Dan sekarang, gadis itu sedikit menyesali keputusan yang ia ambil. Salahkan saja ucapan Chanyeol yang membuat emosi Kyungsoo terpancing.
"Lumayan." Chanyeol mengangguk-angguk, membuat Jongin dan Sehun hampir berteriak kegirangan jika saja Chanyeol tidak berkata, "Sayangnya dia pendek dan terlalu montok."
Perempatan gadis siku imaginer tertempel pada kening Kyungsoo. Ia bersiap maju untuk membalas ucapan Chanyeol, sebelum Jongin menghentikan pergerakannya.
"Jadi kau menolak Kyungsoo, Hyung?" tanya Jongin memastikan.
Chanyeol mengangguk, "Kenapa? Mau protes lagi?"
"Tidak, aku justru senang."
Jawaban Jongin membuat Chanyeol dan Sehun saling memandang dengan kerutan samar di dahi masing-masing. Keduanya kini mengamati sosok Jongin yang tengah mendekati Kyungsoo dengan senyuman lebar.
"Daripada kau menjadi model, bagaimana jika kau menjadi istriku saja?"
Kyungsoo menatap Jongin terkejut, Chanyeol membelalakkan matanya, sedangkan Sehun hanya bisa membiarkan mulutnya terbuka lebar secara dramatis. Setelah kesadarannya kembali, Sehun memukul pelan lengan Jongin yang dianggapnya sudah tidak waras.
"Kau ini apa-apaan, Hyung?!" desis Sehun tajam sambil tersenyum kecut pada Chanyeol yang sekarang tengah berkacak pinggang di balik meja.
Jongin mengabaikan kalimat protes Sehun. Ia tetap fokus memandangi Kyungsoo. Semburat merah tampak menghiasi pipi tembam gadis itu.
Bibir Sehun berkomat-kamit, ia menebak Kyungsoo pasti akan menolak lamaran Jongin. Gadis mana yang akan menerima lamaran dari pria yang bahkan baru dikenalnya kurang dari 24 jam. Pasti hanya gadis gila yang kehabisan akal karena menerima lamaran Jongin dengan sangat mudah.
"Iya, aku mau."
Dan gadis yang dimaksud Sehun adalah Kyungsoo.
Pria berkulit pucat itu menepuk keningnya frustasi, kontras dengan Jongin yang seketika melakukan selebrasi konyol karena lamarannya diterima oleh sang pujaan hati. Gadis yang sudah lama ia incar untuk menjadi pendamping hidup—bukan sekedar kekasih.
"Oh Sehun ... Kim Jongin ..."
Suara bass yang terdengar menggelegar membuat suasana ruangan kembali tegang.
"Aku tidak mau tahu," Chanyeol merasa umurnya kian memendek lantaran kinerja Sehun dan Jongin yang dianggapnya tidak becus. "Kalian harus membawa model baru itu dalam waktu kurang dari 24 jam!"
"APA?!"
.
OoooO
.
Jongin meringis lebar di hadapan Sehun yang kini tengah mengeluarkan amarahnya. Sesekali ia mengernyit karena suara keras dari musik yang tengah diputar dalam sebuah klub malam.
Buntut dari kejadian lamaran Jongin di ruangan Chanyeol tadi siang, membawa petaka bagi Sehun dan Jongin karena waktu mereka hanya tersisa kurang dari 24 jam. Bukan hanya itu, Chanyeol bahkan memberikan ancaman pada hubungan mereka dengan pasangan masing-masing jika tidak segera mendapatkan model sesuai kemauan Chanyeol.
Untuk meredam emosi Sehun, Jongin membawa pria itu ke sebuah klub malam yang terletak di pinggiran distrik Gangnam. Sayang, bukannya mereda emosi Sehun malah kian menjadi.
"Kau benar-benar sudah keterlaluan, Hyung!"
Jongin mulai bosan mendengarkan umpatan kesal Sehun yang tak kunjung berhenti. Pelan-pelan ia mulai menyesap cairan dari red wine yang ada dalam gelasnya. Mengabaikan Sehun yang bersikap layaknya anak kecil yang merengek tak bisa mendapatkan permen.
Jongin tidak mendengarkan ucapan Sehun. Ia lebih fokus berkutat dengan ponselnya, berkirim pesan pada Kyungsoo usai mereka bertukar nomor ponsel.
Melihat sikap cuek Jongin, Sehun dengan penuh kasih sayang menghadiahi jitakan manis di bagian belakang kepala pria itu.
"YA!"
"Pokoknya kau harus bertanggung jawab!"
"Iya, cerewet!" Jongin berdecak kesal. Ia berniat membalas pesan Kyungsoo lebih dulu, tetapi perhatiannya teralih pada sosok gadis yang baru saja keluar dari ruangan yang dikhususkan untuk pekerja di klub malam tersebut.
Menyadari arah pandangan Jongin, Sehun ikut menolehkan kepalanya. Pria berkulit pucat itu memperlihatkan reaksi yang serupa dengan Jongin.
Tepat di dekat pintu bar coboy, sosok gadis berdiri di sana dengan dress warna merah super ketat di atas lutut. Gadis itu benar-benar terlihat sangat seksi dengan dress tanpa lengan, terlebih dengan belahan dada yang sedikit menyembul di bagian atas.
Yang membuat Sehun dan Jongin tercengang, bagaimana gadis dengan hiasan eyeliner tipis di wajahnya itu bisa tersenyum bak malaikat. Sangat kontras dengan penampilannya layaknya iblis yang mampu menggoda para pria di luar sana.
"Hun-ah, apa kau memiliki pemikiran yang sama denganku?" Jongin bertanya usai mendapati reaksi Sehun tak jauh berbeda dengannya.
"Ya," jawab Sehun singkat tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun pada sosok gadis yang kini tengah melenggang dengan santai, mendekati salah satu pengunjung pria yang duduk seorang diri di sofa. Kembali, keduanya di hipnotis oleh senyuman gadis itu yang sangat menawan.
Sehun dan Jongin saling menatap kemudian mengeluarkan seringai mereka.
"Kita sudah mendapatkan modelnya."
TO BE CONTINUED
.
.
.
A/N
Berawal dari permintaan kolaborasi Summerlight92 dan Cactus93 grup FFN di Line kemarin senin… terciptalah ff ini^^
if you like, please leave review^^
see you next chapter~