Hari itu minggu ketiga di musim panas saat Sung Min menemani teman kecilnya di bandara. Cuaca sangat terik ditemani desau mesin pesawat dan kebisingan di Bandara Incheon. Beberapa orang berlalu-lalang di sekitarnya, menggeret koper-koper besar dari berbagai merek, ada juga segrombolan pramugari yang baru saja landing dari jadwal rutin mereka.

Tangannya digenggam erat oleh seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun, Sung Min meringis kecil mendapati anak laki-laki itu belum juga melepaskan cekalan pada tangannya sejaki dua puluh menit terakhir. Hari ini ia harus mengantarkan teman kecilnya—yang tiga tahun lebih muda, untuk berangkat ke Itali.

"Kyu Hyun-ah, pesawatmu akan take-off sebentar lagi." Mengulurkan tangan, Sung Min mengusap lembut kepala Kyu Hyun.

"Sung Min noona~" Kyu Hyun kecil merajuk memanggil nama Sung Min. Wajahnya tak lepas dari sorot kesedihan, ia benar-benar tak ingin berpisah dari Sung Min noona-nya.

Sung Min tersenyum dan melambaikan tangan saat Kyu Hyun beranjak mengikuti orang tuanya untuk segera masuk ke dalam pesawat. Ia yakin akan merindukan teman kecilnya itu, biar bagaimanapun mereka sudah bersama untuk waktu yang lama dan menghabiskan banyak waktu bersama juga. Andai saja bukan karena pekerjaan Tuan Cho—Ayah Kyu Hyun, yang harus pindah tugas ke sana, ia dan Kyu Hyun pasti sedang menghabiskan cup besar ice cream rasa coklat dan strawberry.

.

.

.

He Said He Won't Wait

©Jejae Present

Cho Kyu Hyun

Lee Sung Min

Teen Romance/Mature Content/Twoshoot

Warning!

GS! (Gender Switch), Typo(s), Out Of Caracter

SJ's member are belong to their self, GOD, and family. Remake dari komik karya Miki HATTORI dengan judul yang sama, terbitan 3L

Don't Like, Don't Read! And Don't be Silent Reader^^

.

.

.

Mentari pagi yang hangat menyinari dari sela-sela tirai tipis yang belum sepenuhnya tersingkap, menghantarkan cahaya pagi memenuhi hampir sebagian kamar. Ruangan yang begitu sepi walau diisi oleh dua orang, bahkan suara tik tok dari jam weker terdengar nyaring.

Cho Kyu Hyun.

Bergelung nyaman di samping gadis manis yang menjadi tetangganya semenjak ia masih di bangku sekolah dasar. Sebenarnya ia sudah bangun sejak tadi hanya saja pemuda itu terlalu malas untuk sekedar membuka mata, merasa nyaman akan kehangatan dari tubuh dalam kungkungannya. Namun itu hanya berselang beberapa menit sebelum suara jam weker berdering nyaring dari seberang ranjang.

"Berisik." Bibirnya melontarkan umpatan sementara tangannya terulur untuk menghentikan suara pengganggu atas kenyamanannya. Dan ahl itu sukses membuat gadis di sampingnya menggeliat tak nyaman, "Nghhh..."

Lee Sung Min

Menggeliat dan mengusap kedua mata dengan punggung tangannya, menggeliatkan tubuhnya merenggangkan otot yang kaku. Ia menyernyit saat mendapati sebuah pemandangan asing di depan mata, itu seperti...sebuah dada?

"Cho Kyu Hyun?" Sungmin terkesiap dan memekik kaget setelahnya, saat mendapati Kyu Hyun berada di atas ranjangnya tanpa pakaian atas, memamerkan tubuh atasnya yang putih pucat dengan sedikit otot, hanya sedikit.

Mendorong tubuh Kyu Hyun yang hampir tanpa jarak, Sung Min melotot lucu—dalam pengelihatan seorang Cho Kyu Hyun. "Apa yang kau lakukan? Sudah berapa kali kukatakan jangan masuk ke dalam kamarku seenaknya! Kau masuk darimana hah?" Sung Min menoleh ke sekeliling kamar, pintu—terkunci, karena kunci dengan gantungan kelinci miliknya tersampir di dinding tempat ia menggantung kunci selama ini, jende—Aaakh, Cho Kyu Hyun sialan!

Sung Min mendelik galak ke arah Kyu Hyun, "Kau masuk dari jendela, lagi?"

"Kalau sudah tau kenapa bertanya." Kyu Hyun menjawab kalem, ia berbaring menyamping menghadap Sung Min dengan kepala ditopang tangan. "Lagi pula dulu kita sering tidur bersama kan?" Kyu Hyun mengerling jahil yang dihadiahi tatapan heboh dari Sung Min.

Beranjak dari tempatnya, Sung Min menyingkap tirai, membiarkan sinar matahari pagi menyinari ruangan kamarnya dengan sempurna. Diam-diam ia melirik ke arah ranjang, memperhatikan Kyu Hyun yang terlihat masih begitu enggan untuk beranjak dari kasurnya yang nyaman.

Kyu Hyun itu teman masa kecilnya, mereka selalu menghabiskan waktu kanak-kanak yang menyenangkan bersama-sama. Rumah mereka yang bersebelahan membuat hubungan mereka juga semakin dekat. Kyu Hyun kecil sangat manis dan menggemaskan, Kyu Hyun juga sudah seperti adiknya, itu kenapa Sung Min selalu tanpa sungkan mengajaknya main dan tidur bersama di kamarnya. Tapi... Cho Kyu Hyun jadi sangat berbeda setelah lima tahun ini.

Suaranya... "Sung Min Noona?"

Bahkan tu—

Grep!

Kyu Hyun memeluk Sung Min dari belakang tiba-tiba, menumpukan dagunya pada pundak sempit Sung Min, memenjarakan gadis itu dengan sesuatu yang terasa nyaman, yang tak pernah ia tahu jika itu bisa berasal dari seorang Kyu Hyun. "Noona~" Kyu Hyun memanggilnya dengan manja.

—buhnya. Semuanya terasa berbeda. Sung Min sampai dibuat pusing dengan perubahan Kyu Hyun yang begitu besar.

Mengeratkan pelukannya, Kyu Hyun berbisik di telinga Sung Min. "Noona, aku sudah tidak tahan~"

"Hah?" Sung Min menoleh ke belakang, mendapati wajah Kyu Hyun begitu dekat dengan wajahnya. Ia bahkan dapat merasakan hembuasan nafas lelaki itu. "Aku sudah tidak tahan, noona tahukan masalah saat pagi hari." Menarik-turunkan alisnya, Kyu Hyun semakin mengeratkan pelukannya sambil sesekali menggesekan hidung mereka, dan itu sukses membuat Sung Min melongo dibuatnya.

"Ka-kau apa?" Sung Min bertanya linglung dengan wajah merona, terlebih ucapan ambigu yang Kyu Hyun lontarkan.

"Aku lapar, buatkan aku makanan ya~" Dengan jahil Kyu Hyun menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, membuat Sung Min mengikuti pergerakannya juga.

"Apa?"

Kyu Hyun terkikik geli melihat ekspresi menggemaskan gadis yang masih dalam pelukkannya. "Aku lapar noona." Ia melepaskan pelukannya pada Sung Min dan memposisikan gadis itu untuk menghadapnya. "Memangnya apa yang noona pikirkan heum?"

Dengan refleks Sung Min memundurkan wajahnya saat Kyu Hyun dengan jahil melakuakan sebaliknya. Dengan wajah yang ditekuk Sung Min menyentil dahi Kyu Hyun. "Pulang ke rumahmu sana! Dasar mesum!"

—oOo—

Pintu kamar mandi dengan cat soft pink itu terbuka, menampakan seorang gadis manis delapan belas tahun yang terlihat lebih segar. Rambut ravennya yang basah ia keringkan dengan handuk berwarna kegemarannya. Sung Min mendesah sebal melihat kasurnya yang berantakan dengan selimut hampir terjatuh ke lantai dan bantal guling yang tak beraturan.

Sung Min melangkah menuju lemari pakaian dan mengambil setelan untuk kuliah pagi ini, beruntung jadwalnya dimulai lebih siang dari hari kemarin, kalau tidak ia pasti tidak akan mendapat tempat untuk sekedar menaruh bokongnya di dalam kelas mengingat hari ini jadwal pertamanya diisi oleh guru killer yang tidak mentoleransi ketidak disiplinan.

Meraih hair dryer dengan tangan kanannya sementara tangan yang lainnya ia gunakan untuk memegang sisir, Sung Min begitu terampil merawat rambut kebanggaannya yang panjang. Setelah selesai dengan pengering rambut ia kemudian meraih beberapa alat makeup dan memoles tpis di wajahnya yang ayu.

Untuk sesaat ia kembali memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu. Kyu Hyun kecilnya yang manis bertransformasi menjadi remaja yang tampan—walau tak diakuinya secara terang-terangan, tapi sifat dan sikapnya jauh dari ingatan tentang teman kecilnya lima tahun yang lalu. Dan sudah seminggu sejak kepulangannya dari Itali, pagi harinya diisi oleh kejahilan Kyu Hyun yang mengendap-endap masuk lewat jendela dan berakhir di atas ranjangnya, bergelung nyaman di sampingnya berbagi selimut dengannya.

Sebenarnya ia merasa senang dengan kepulangan Kyu Hyun—walaupun terkesan mendadak, tapi biar bagaimanapun mereka tidak bertemu untuk waktu yang lama, melewatkan banyak kejadian dan cerita. Dulu ia masihlah anak kecil yang tidak begitu paham bagaimana cara bertukar kabar dengan teknologi yang memang tidak semudah saat ini, dan sialnya lagi ia tidak bertanya alamat Keluarga Cho tinggal untuk sekedar berkirim surat. Sehingga ia tidak pernah bertukar kabar apapun dengn laki-laki kelahiran Februari tersebut.

Sung Min mendesah malas setelah semua persiapan paginya telah selesai, menuruni tangga menuju meja makan yang berhadapan langsung dengan pantry. Duduk mengisi kursi meja makan yang telah ditempati oleh ayah, ibu, dan adik laki-lakinya.

"Selamat pagi." Sung Min menghampiri ibunya untuk sekedar mengecup pipik wanita yang telah melahirkannya ke dunia. "Aku akan langsung pergi ya umma."

"Kau tidak ingin sarapan dulu?" Ayahnya menyahut heran, mengingat putri kesayangannya itu tak akan pernah absen untuk melakukan sarapan bersama.

"Aku akan ke tempat Kyu Hyun, appa." Sung Min menyahut dan hampir beranjak sebelum suara jahil adiknya mengintrupsi langkahnya.

"Menemui calon suamimu, noona?" Sung Jin—adik laki-laki Sung Min bertanya jahil, menaik turunkan alisnya demi menggoda kakak perempuannya yang hampir selalu heboh setiap pagi selama seminggu ini.

Sung Min mendelik galak ke arah Sung Jin, "Tutup mulutmu bocah." Mendesis lirih yang tak dihiraukan sang adik.

"Ahh... rasanya baru kemarin kita melihat Kyu Hyun kecil yang menangis karena tidak ingin berpisah dari uri Sung Min-ie." Nyonya Lee tersenyum geli menerawang jauh ke dalam kenangan masa kecil putrinya.

"Hahahaa... kau benar yeobo, dia bahkan meminta uri Sung Min untuk ikut bersamanya." Tuan Lee menimpali, tertawa hampir terbahak mengingat Kyu Hyun kecil merengek kepada Sung Min.

Mendelik lucu dengan wajah merona malu, Sung Min melayangkan protes kepada kedua orangtuanya. "Ayolah appa, umma~ Itu sudah lama sekali, sudah lima tahun."

"Baiklah-baiklah, segera urus Kyu Hyun-mu itu sebelum ia kembali merusuh di sini." Nyonya Lee mengerling jahil yang dibalas dengusan jengah oleh Sung Min. "Issh.. Umma ini."

Sung Min melangkah cepat menuju rumah Kyu Hyun, meninggalkan suara-suara tawa yang begitu jelas di belakangnya. Mereka itu, bukannya menolongku dari setan menyebalkan itu, justru menjadikanku tumbal—inner Sung Min mengumpat dongkol. Tangannya terulur ragu saat sebuah pintu berpernis coklat kini telah berada di hadapannya. Kapan ya terakhir aku masuk ke dalam? Sung Min menghela nafas sebelum mengetuk pintu di hadapannya. Menunggu beberapa menit sebelum suara langkah terdengar di telinganya.

Cklek!

Pintu terbuka menampakan sosok Kyu Hyun yang masih sama seperti terakhir kali ia mengusirnya dari kamar miliknya. "Ah... Noona akhirnya datang juga." Senyum sumringah menghiasi wajah Kyu Hyun, lelaki itu menghela Sung Min untuk masuk dan menuju dapurnya.

"Biasanya kau sarapan bersama kami." Sung Min melangkah dengan terus menggerutu.

"A-ah, itu..." Kyu Hyun menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum canggung saat Sung Min memandangnya menyelidik. "Noona bisa melihatnya sendiri." Dengan cengengesan lelaki lima belas tahun itu menunjuk ke arah dapurnya yang sukses membuat Sung Min melotot horor.

"Cho-Kyu-Hyun." Sung Min berdesis garang, tangannya terangkat di udara siap melayangkan pukulan maut ke arah Kyu Hyun.

Sepersekian detik sejak Kyu Hyun menyadari keadaan berbahaya yang tertuju padanya, ia hampir-hampir berlari menghindar jika saja tangan Sung Min yang lain tidak dengan menyebalkannya sudah mencekal pergelangan tangannya entah sejak kapan. Dan itu sukses membuat Kyu Hyun menjadi bulan-bulanan Sung Min untuk lebih dari sepuluh menit, menjadi sasaran pukulan dan jambakannya. Kyu Hyun benar-benar tidak tahu kalau Sung Min bisa begitu mengerikan jika sudah mengamuk.

Lalu kini setelah menit-menit melelahkan untuk Sung Min—tentunya karena Kyu Hyun terus bergerak menghindar, menghajar habis teman kecilnya itu, juga menit-menit menyiksa untuk Kyu Hyun, kini keduanya berada di dapur, dengan Kyu Hyun yang duduk tenang merasakan sisa-sisa rasa sakit di kepala dan tubuh bagian atasnya, sementara Sung Min—dengan apron biru muda bergaris-garis, mengelilingi ruangan dapur yang seperti baru saja terkena bencana alam.

"Kau!" Sung Min menunjuk Kyu Hyun tepat di wajahnya, membuat lelaki itu mendelik kaget dan memasang sinyal waspada kalau-kalau gadis kelinci itu melancarkan serangan kedua. "Kau apakan dapurmu hah? Dan ini—" Gadis berambut raven itu mengangkat sebuah cup ramen bekas—yang lagi-lagi, tepat di depan wajah Kyu Hyun. "Kau hanya makan ini selama seminggu? Kau kehabisan uang atau bagaimana?"

Delikan galak gadis yang lebih tua tiga tahun darinya itu membuat nyali Kyu Hyun hampir saja menciut namun Kyu Hyun dapat mengatasi itu dengan mudah, ia kembali membuat mimik wajah setenang mungkin. "Aku tidak bisa memasak, lagi pula aku malas melakukan panggilan untuk memesan makanan." Jawabnya cuek.

Sung Min mengerling malas lalu segera berbalik dan memunguti bekas-bekas cup ramen yang bertebaran dimana-mana. Dia ini tau tempat sampah atau tidak sebenarnya? Kenapa seenaknya begini, mentang-mentang rumah ini miliknya, lalu yang membersihkan siapa sekarang? Aku! Dasar menyebalkan!

Kyu Hyun mengulum senyum demi menahan tawa melihat Sung Min terus mengomel tanpa suara, bibir mungilnya berkomat-kamit tidak jelas, dan ia makin melebarkan senyumnya saat dapur miliknya benar-benar sudah bersih. Ahh...menggemaskan sekali~

Mengulurkan tangan, Sung Min membuka pelastik belanjaan yang sebelumnya ia bawa dari rumah, ia sudah menebak jika isi kulkas Kyu Hyun tidak akan bisa diandalkan. Tangan terampilnya mulai berkutat membuat sarapan yang mungkin cukup untuk Kyu Hyun dan dirinya, mengingat dia juga belum memakan apapun tadi di rumah.

"Kau seharusnya pulang bersama orangtuamu, itu kan hanya beberapa bulan lagi. Memangnya hidup sendiri itu mudah? Kau ini, selalu saja keras kepala." Kyu Hyun merengut tak suka mendengar omelan Sung Min yang seperti tidak mengharapkan kehadirannya. Ia akui ia terburu-buru tapi hal itu ia lakukan hanya demi Sung Min, dan meskipun orang tuanya sempat melarangnya mereka tidak bisa berbuat banyak mengingat putra mereka sangatlah keras kepala. Melangkahkan kaki jenjangnya untuk menghampiri Sung Min, wangi dari aroma sabun dan parfum gadis itu menyapa indra penciumannya.

Kedua tangannya terulur memenjarakan tubuh Sung Min dari belakang—di antara dirinya dan kabin dapur, "Apa noona tidak senang?" dapat Kyu Hyun rasakan tubuh Sung Min menegang namun ia tidak ambil pusing. "Dengan kepulanganku?" lelaki itu berbisik melanjutkan tepat di telinga Sung Min.

Sung Min terkesiap dengan perlakuan Kyu Hyun. Disepanjang umurnya ia tidak pernah begitu intim berdekatan dengan seorang laki-laki, apalagi dengan Kyu Hyun, pengecualian saat mereka kecil dulu.

"Apa noona tidak senang?"

"Ti-tidak, bukan begitu maksudku. Aku hanya—" Tergagap Sung Min menjawab Kyu Hyun. Demi Tuhan ia bukannya tidak senang dengan kepulangan Kyu Hyun, hanya saja menurutnya lelaki itu terlalu terburu-buru hingga mengabaikan fakta bahwa ia terbiasa hidup bersama kedua orang tuanya yang serba tercukupi dan mudah.

Mengulurkan tangan meraih sebelah wajah Sung Min, Kyu Hyun dapat merasakan dengan jelas hembusan nafas gadis itu menerpa wajahnya dari jarak yang begitu dekat. Sementara Kyu Hyun seperti sudah begitu ahli dan terbiasa, Sung Min menjadi pihak yang terlihat amatir. Gadis itu terlihat begitu gugup dalam dekapan Kyu Hyun.

Sung Min tersentak saat Kyu Hyun tiba-tiba menciumnya begitu saja. Ia akui itu bukanlah ciuman pertamanya, tapi tetap saja, berciuman dengan seseorang yang sudah dianggap adik sendiri—ditambah tidak bertemu untuk waktu yang cukup lama, tidak pernah terlintas dalam benak Sung Min.

Suara berdesis dari pan dan aroma gosong dari omlate memenuhi dapur, namun itu tak membuat keduanya tersadar dari kegiatan mereka untuk sekedar mematikan kompor. Kyu Hyun—sekali lagi, berperan dengan begitu handal, seperti itu adalah hal yang biasa untuknya, memenjarakan Sung Min dalam gelenyar aneh yang menyenangkan. Menempelkan bibirnya begitu saja dan setelahnya ia bergerak begitu konstan, melumat secara perlahan dan begitu lembut.

"Nghh..." Sung Min melenguh tertahan dalam ciuman Kyu Hyun. Ia hampir-hampir lemas dalam dekapan pria itu. Rasanya begitu hangat dan memabukan. Menginvasi setiap jengkal di sudut bibirnya yang mungkin saja sudah membengkak.

Hanya beberapa menit sebelum Sung Min berpikir ia mungkin saja akan pingsan karena kekurangan pasokan oksigen, ia hampir mengulurkan tangan untuk melepaskan ciuman mereka,mendorong tubuh Kyu Hyun untuk menjauh darinya. Namun lagi-lagi Kyu Hyun bertindak lebih dulu, satu langkah di depannya, berlaku seperti dominan yang membuat Sung Min kepayahan.

Sung Min bernafas lega saat Kyu Hyun mengakhiri ciuman mereka—atau bisa dibilang ciumannya, karena pada kenyataannya Sung Min tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi. Lalu ia kembali dikagetkan dengan gerakan tiba-tiba Kyu Hyun yang mengeliminasi jarak mereka sekali lagi, hingga obsidiannya bersibobrok dengan obsidian tajam Kyu Hyun.

"Meski hanya satu menit, atau bahkan satu detik, sejak aku berada di sana, rasanya aku ingin segera kembali dan bertemu denganmu." Ucap Kyu Hyun lirih, tangannya meraih pundak Sung Min untuk ia genggam. Melesakan wajahnya pada ceruk leher gadis itu untuk ia kecup. "Selama ini aku selalu merindukanmu."

"Kyu-Hyunn... Mmhhh..." Tubuh Sung Min meremang, menyadari Kyu Hyun saat ini tidak hanya mengecup lehernya. Kyu Hyun dengan bibir tebal dan lidah panasnya bergerah menyusuri tulang selangkanya, dan bergerak semakin berani.

Sung Min hampir mati rasa saat—sekali lagi, Kyu Hyun dengan tiba-tiba menghentikan jarahannya dan memandang wajahnya dari jarak dekat. "Ngomong-ngomong..." Kyu Hyun memandang wajahnya menelisik. "Noona, kau masih saja sangat sensitif."

Matanya mengerjap lucu melihat seringai tampan yang dilancarkan Kyu Hyun. Wajahnya terasa panas dan mendadak ia tidak mampu untuk sekedar memandang wajah Kyu Hyun. "Kita lanjutkan ini nanti, sekarang aku benar-benar sudah lapar." Sung Min melirik Kyu Hyun dari sudut matanya, mendapati laki-laki itu tersenyum geli ke arahnya. Kenapa dia tersenyum begitu?

"Jadi Sung Min noona..." Kyu Hyun melukis senyum di wajahnya kelewat manis, membuat Sung Min mau tak mau memikirkan kemungkinan yang lain dalam kepalanya. "Segerahlah buat sarapan, oke?" Sung Min ternganga tak percaya saat Kyu Hyun dengan santainya melenggang meninggalkan dapur dan juga dirinya yang berdiri mematung seperti orang idiot.

CHO KYU HYUN BODOOOHH!

To be continiue...

.

.

.

.

.

Halo.. halo..

Ini adalah karya perdana saya untuk ff GS dan pertama kali nemplok di ffn, saya gak tau apakah cerita ini kurang panjang atau gak... Mohon kritik dan sarannya ya^^

Tolong tinggalkan jejak...

Oktober 2016