.

.

.

The Royal Engagement

.

.

.

.

bts fanfiction, bxb with taekook (top!tae) as the main characters.

Kingdom!AU

.

.

.

.

I do not own BTS (even if I wanted to). Inspired by: Princess Diaries 2: Royal Engagement.

I've modified the plot so it didn't follow its original plot from the movie.

.

.

.

.

Kim Taehyung, seorang pemuda biasa pada awalnya, tinggal di pinggiran kota dan mengisi hari-harinya dengan menyibukkan diri di peternakan kecil miliknya, tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi salah satu kandidat penguasa Morova; negeri yang ia cintai. Pemuda itu sudah menyandang gelar sebagai seorang Earl, yakni pangeran garis keturunan ketiga di bawah Prince dan Duke. Memiliki kesempatan yang sama untuk naik tahta sebagai seorang penguasa.

Hari-harinya yang hanya terisi oleh kuda dan anjing peliharaannya kini tergantikan oleh hidup mewah tiba-tiba yang didapatnya. Semua itu tak lain adalah jasa dari sang paman, seorang anggota senat kerajaan. Terkadang ia merindukan hewan peliharaannya.

Pemuda bersurai coklat tua itu berjalan menuju jendela di dalam kamarnya, bersandar sembari menatap ke luar. Taman di wilayah Timur istana memang yang terbaik, ia sangat suka memandangi keberagaman tumbuhan hijau yang tumbuh di hamparan taman.

"Yang Mulia, saya membawakan Anda setelan jas,"

Sebuah suara terdengar dari balik daun pintu yang berwarna senada dengan surainya. Begitu tangan besarnya membuka pintu, ia segera mengambil setelan jas miliknya.

"Terima kasih." Ujarnya singkat setelah sang maid memberikan pakaiannya. "Apakah Anda mau saya bantu?"

Taehyung menatap wanita berperawakan muda di hadapannya. Maid ini termasuk jajaran pembantu istana berusia muda, sepertinya seorang anak dari kepala pelayan.

Dengan cepat pemuda itu menolak, belum terbiasa dengan segala kemudahan yang ditawarkan kehidupan istana.

"Terima kasih, tapi aku bisa memakainya sendiri,"

Sejenak air muka sang pelayan berubah sedih. Ia hendak undur diri dari hadapan Taehyung sebelum berkata, "Tuan Kim menunggu Anda di istal kuda, Yang Mulia.." Ucap sang pelayan sebelum menghilang dari pandangan Taehyung.

Yang Mulia mengerutkan kening, pangeran itu mengedikkan bahu dan memutuskan untuk segera berganti pakaian. Meski dirinya sempat bertanya-tanya; apa yang diinginkan pamannya saat ini.

"Wow, kau memang tampan, Taehyung." Mematut dirinya di depan cermin, Taehyung berujar. Memuji penampilannya yang sudah dalam balutan setelan jas mewah, hitam dengan sedikit renda di bagian kerah. Menambah ketampanan sang Earl tersebut.

Ia beranjak dari dalam ruangannya saat namanya terlantun dari luar sana.

"Yang Mulia, acara penyambutanmu dan Prince Jungkook akan segera dimulai."

Sebuah senyumㅡlebih tepatnya seringai terulas di atas bibirnya. Betapa rindungnya ia dengan sosok Pangeran berparas indah itu. Keindahan parasnya sungguh tidak mampu diutarakan dalam dua puluh enam susunan alfabet.

Taehyung melangkah cepat mengikuti ke mana dirinya akan dibawa oleh para pengawal istana.

.

.

.

Sisi lain, Jungkook, cucu dari penguasa Morova nampak mematut dirinya di depan cermin. Tidak ada yang salah dari penampilannya; rambut sudah ditata rapi, pakaian sudah sempurna, sepatu sudah tersedia. Namun, sedaritadi ia tidak berhenti mengusap bibir kemerahannya.

"Lain kali akan kugigit bibir si Earl kurang ajar itu jika ia menciumku lagi!"

"Eh, itu berarti aku berharap bahwa ia akan menciumku lagi? Tidaaak!"

Begitulah yang terdengar, perdebatan diri sang Pangeran di depan cermin. Beruntung, tidak sampai menghancurkan penampilannya.

"Dear, sudah selesai? Ayo, Mingyu menunggumu di bawah." Suara sang nenek menyadarkan Jungkook dari lamunan kesalnya. Dengan cepat, raut wajah itu berubah drastis. Dadanya berdebar begitu mendengar nama calon suaminya nanti. Ia begitu merindukan sosok tinggi dan tegap dari Duke Venesia itu.

"I'm coming, grandma!"

.

.

.

.

Cuaca pagi hari itu terasa begitu bersahabat. Semilir angin bertiup, seakan ikut berbahagia atas kemeriahan Morova. Burung-burung berkicau dengan indahnya, menambah kesejukan di dalam hati.

Namun itu tak berlaku untuk Kim Taehyung. Pangeran ketiga tersebut beberapa kali tertangkap kamera tengah memasang wajah masamnya. Paparazzi yang haus akan berita sudah berkumpul dari pagi buta, hendak mengabadikan momen bersejarah Morova ke dalam memori abadi. Menangkap ekspresi bahagia dari dua kandidat pewaris tahta, tak terkecuali ekspresi masam sang Earl.

Tidak ada yang mengetahui bahwa jauh di dalam hatinya sang Earl menyimpan rasa ingin memukul Duke of Venesia, Mingyu, tepat di wajahnya. Karena demi Tuhan, ia tak suka jika Duke itu berdekatan dengan miliknya.

Ia tahu 'miliknya' bukanlah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan seorang Jeon Jungkook, akan tetapi, ia bersikukuh akan menjauhkan Jungkook dari Mingyu.

Setelah selesai dengan segala blitz kamera, Taehyung sengaja memisahkan diri dengan Jungkook yang masih tersenyum bahagia; mengenalkan Mingyu kepada para wartawan, menjawab pertanyaan dengan riang, merespon segala aksi dari orang-orang di sekelilingnya. Sementara Mingyu sesekali ikut membantu Jungkook menjawab beberapa pertanyaan, walau ia lebih banyak bungkam dan hanya melayangkan senyumannya.

Taehyung memutar bola matanya malas saat melihat Jungkook mencium pipi Mingyu di hadapan paparazzi atas permintaan mereka.

Apa tidak ada permintaan yang lain? Pikirnya. Jika ia naik tahta akan dipastikan bahwa ia akan memecat semua paparazzi yang menyimpan foto mesra Mingyu dan Jungkook.

Baru saja ia hendak mendudukkan bokongnya di atas kursi yang terletak lumayan jauh dari pusat keramaian istana, ia mendengar suara bisik-bisik.

Tak takut dengan yang namanya makhluk halus, Taehyung mencari-cari keberadaan suara itu.

"Ternyata memang benar, istana penuh dengan berbagai makhluk. Menyenangkan," ucapnya tanpa ada nada takut sedikit pun. Oke, ia memang nampak ngeri, namun persetan dengan semua itu. Ia sudah sampai di titik tertinggi pencapaian hidup rata-rata semua orang di dunia; menjadi pangeran; dan ia tidak akan terpengaruh dengan segala jenis gangguan. Ia berpikir bahwa ini adalah permainan kotor dari pihak lawannya dalam perebutan tahta.

Namun ternyata tidak.

Setelah berhasil menyusuri labirin; yang terletak di belakang kursi tempat Taehyung berada; ia menemukan sosok yang tidak asing baginya.

"Wonwoo? Sedang apa di sini? Yang Mulia Jungkook di sanaㅡ"

"Y-Yang Mulia! Sst.."

Belum sempat Taehyung menyelesaikan ucapannya, Wonwoo sudah meletakkan satu jari di atas bibirnya. Menyuruh Pangeran itu untuk bungkam atas keberadaannya.

"M-maafkan saya, Yang Mulia.. Saya akan segera kembali, mohon jangan katakan pada siapapun.." Dengan pose memohon, Wonwoo berujar kepada Taehyung. Permintaan yang cukup aneh, mengapa seorang Wonwoo berada jauh dari Jungkook? Pastilah ada alasan tertentu.

"Mengapa kau jauh dari Jungkook? Menyembunyikan sesuatu?"

Insting Taehyung sangat kuat, pemuda itu mulai menebak-nebak kemungkinan apa saja yang bisa terjadi antara seorang kepercayaan pangeran terhadap pangerannya sendiri. Biarpun status mereka adalah rival, Taehyung tetap peduli dengan diri Jungkook. Ia tak tahu mengapa dirinya sangat memedulikan keselamatan Yang Mulia itu.

Wonwoo menunduk, tidak berani beradu pandang dengan pangeran di depannya. Taehyung memiliki tatapan yang amat tajam, sepertinya bisa digunakan untuk mengiris sesuatu.

Sedikit bergetar, Wonwoo menjawab, "Tidak ada, Yang Mulia.. Saya hanya ingin berjalan-jalan di labirin yang indah ini,"

"Di saat Jungkook sedang memberikan speech-nya? Kau tahu, aktingmu payah." Satu ucapan Taehyung menyebabkan Wonwoo kehilangan seribu alasan di kepalanya. Ia harus ingat bahwa calon rajanya ini memiliki kemampuan analisa yang tinggi.

"A-anu, saya.." Wonwoo menelan salivanya berat-berat, sejujurnya ia hanya tidak ingin menyaksikan adegan Yang Mulia-nya bermesraan dengan seseorang yang amat ia sayangi.

Akan tetapi, Wonwoo tidak boleh egois. Ia lebih memilih untuk memendam segala rasa sesak di hatinya. Ia mencintai negeri dan pangeran serta ratunya, semua itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan mengapa ia mau mengorbankan perasaan cintanya.

"S-saya.." Entah mengapa, Wonwoo kehilangan kontrol atas dirinya. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, menyalurkan rada kepedihan mendalam yang selama ini disembunyikan olehnya. Membiarkan cairan bening turun membuat jejak di atas pipinya.

Pangeran yang masih berada di hadapannya kini membelalakan kedua mata. Masih tidak mengerti alasan Wonwoo menangis. Akan tetapi, ia tidak mau membiarkan Wonwoo yang amat disayang oleh Jungkook terlihat semakin menyedihkan.

Ia mendekap tubuh Wonwoo, memberinya sebuah pelukan hangat; bertujuan untuk membantu mengurangi kesedihan dalam diri sang penasihat pribadi. Hanya sebentar, namun memiliki makna yang kuat.

Wonwoo membungkuk dalam pada Taehyung, mengucap beribu-ribu "Maafkan atas kelancangan saya," yang tentu saja tidak disukai oleh Taehyung. Pemuda itu membaca suasana yang terjadi, lalu secara lantang mengucapkan hipotesisnya.

"Apakah kau menangis karena Jungkook atau karena pangeran Venesia itu?"

Wonwoo membulatkan kedua manik kembarnya. Hampir saja ia kehilangan kekuatannya untuk berdiri.

"Jika reaksimu seperti itu maka sudah pasti itu adalah Pangeran Mingyu, benar?" Lanjut Taehyung, menerka dengan pintar rahasia Wonwoo.

Pemuda sipit berkacamata bulat menunduk kenbali, hendak berlutut di depan Taehyung sebelum pangeran itu menolaknya.

"Hey, tidak usah begituㅡ" membawa tubuh Wonwoo berdiri, menepuk kedua pundak yang terbiasa membawa beban.

"ㅡaku tahu kau pasti menderita saat ini,"

Sang Earl kembali menepuk pundak Wonwoo, bahkan pemuda itu bisa melihat sebuah seringai muncul dari bibir Yang Mulia-nya.

"Apa kau tidak ingin mendapatkan kembali Mingyu-mu?"

Wonwoo terdiam. Tak pernah terpikirkan dalam hidupnya jika ia harus dihadapkan dengan dua pilihan seperti sekarang ini. Tidak mungkin ia memilih Mingyu, kerajaannya dalam keadaan genting dan ia sangat mendukung Jungkook untuk mendapatkan mahkota. Namun jika ia tidak memilih Mingyu, ia pasti akan menyesal selamanya.

Membayangkan bila Jungkook akan disambut oleh senyuman manis Mingyu setiap pagi ia membuka mata membuat Wonwoo kembali resah. Bagaimanapun juga ia tidak ingin menyerahkan Mingyu untuk orang lain.

"Saya.. Sangat ingin Mingyu kembali ke pelukan saya, namun jika itu untuk mensejahterakan Morova, saya sudah merelakannya.."

"Berhenti berbohong."

Geraman sang pangeran terdengar begitu dominan, begitu gelap dan menyimpan getaran tersendiri begitu melewati gendang telinga.

"Dengarkan aku, kau harus menbantuku menjalankan rencana. Kau bisa percaya padaku, jika tahta itu menjadi milikku silakan tagih janjiku saat ini; membahagiakan Morova. Itu 'kan janji seorang Pangeran Jungkook?"

Wonwoo menggelengkan kepalanya, "Maafkan saya tetapi saya tidak bisa, tidak ingin merusak kepercayaan Prince Jungkook pada sayaㅡ" "Dengar, Jungkook pun akan menjadi istriku nanti, seorang Ratu boleh ikut memimpin,"

Pernyataan Taehyung membuat Wonwoo harus menganga. Mulutnya terbuka begitu lebar, maniknya mengerjap-ngerjap. Menangkap ekspresi Taehyung yang akan kembali menjelaskan maksudnya.

"Iya, aku akan membuat Jungkook jatuh cinta padaku. Mingyu akan kembali padamu, kau tenang saja. Aku akan membiarkan Jungkook memerintah nantinya, jadi cita-citanya akan tetap terwujud,"

Wonwoo tidak tahu bahwa sebelum bertemu dengannya, pangeran Taehyung telah lebih dulu menyusun rencana bersama sang paman di dalam istal kuda.

.

.

.

"Heh, ke mana pangeran sombong itu pergi?"

Jungkook dan Mingyu telah usai bercengkrama dengan wartawan yang menggila akibat penampilan perdana mereka ke hadapan publik. Tak henti-hentinya suara dan kilatan cahaya kamera menyoroti pasangan baru di Morova tersebut.

Jungkook hendak memamerkan Mingyu kepada Taehyung, sembari berusaha agar pangeran gila itu tidak melakukan perbuatan asusila padanya lagi. Jungkook tentu menyembunyikan kenyataan itu dari Mingyu, ia tak mau bila pangeran itu tidak jadi menikahinya nanti.

Manik bulatnya menangkap sosok yang ia cari. Dengan segera menarik tangan Mingyu, berlari mendekat. Tak ia sadari jika sosok Taehyung tengah berdiri dengan ditemani seseorang.

"Hey, EarlㅡWonwoo? Eh?"

Baru saja Jungkook memanggil nama Taehyung, sebuah kata yang terlontar dari bibirnya adalah nama Wonwoo. Asisten pribadi yang merangkap menjadi penasihat serta 'babysitter'-nya terlihat sedang bersama Taehyung. Jungkook yang khawatir akan Wonwoo segera menarik tangannya.

"Wonwoo! Jangan dekat-dekat Earl ini, virusnya menular," begitu ucap Jungkook. Namun sayang, usahanya menarik tangan Wonwoo digagalkan oleh Taehyung. Pemuda itu menatap Jungkook dengan tatapan datar; tak berekspresi; yang malah menambah kadar ketampanan di wajahnya itu.

Masih lebih tampan Mingyu-ku!

"Yang Mulia ingin memberitahu saya sesuatu, bukan? Kebetulan sekali, saya pun hendak melakukan hal yang sama." Ucap Taehyung, sangat terkesan gelap dan tegas. Jungkook akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengambil Wonwoo.

Alisnya bergerak naik, sebuah senyum terulas di bibirnya. Ia merangkul lengan besar Mingyu, "Kalian harus mengenal calon suamiku ini, Duke Mingyu dari Venesia!" Nada riang terdengar jelas dari ucapan Jungkook.

Mingyu sudah memasang wajah tenang sedaritadi. Ia menjabat tangan Taehyung yang saat ini pun sama tenangnya dengan dirinya. Akan tetapi pemuda tinggi itu nampak begitu kesulitan untuk beradu pandang dengan Wonwoo meski pria itu tidak mengalihkan tatapannya pada Mingyu.

"Kalau begitu.."

Jungkook membulatkan kedua maniknya saat mendengar ucapan Taehyung yang sengaja dipotong. Ia kembali tersentak tatkala Taehyung menggenggam tangan Wonwoo secara tiba-tiba.

"..Perkenalkan juga, Wonwoo yang akan menjadi calon istriku, Yang Mulia."

Baik Jungkook maupun Mingyu tidak mampu untuk menahan dagu mereka agar tidak terbuka lebar. Bahkan Mingyu, lelaki tinggi itu sempat mengepalkan tangannya.

Apa yang terjadi? Mengapa tidak sesuai rencana..

"T-tunggu dulu, aku tidak tahu kalian menjalin hubungan? Kapan itu? Bukankah Wonwoo seharusnya belum lama mengenal Taehyung?" Protes Jungkook, masih belum mempercayai ucapan Taehyung sepenuhnya sebab ia yakin jika Earl itu gemar bermain fakta.

Sang Earl memicingkan tatapannya pada Jungkook, "Bukankah Yang Mulia juga sama? Menjalin ikatan dengan seseorang yang baru Anda kenal? Mengapa saya tidak bisa seperti Yang Mulia juga?"

Mendengar ucapan itu Jungkook terdiam. Sedikit lama. Otaknya memproses dalam-dalam ucapan Taehyung dan ia akhirnya membenarkan segala yang dilontarkan oleh Taehyung. Toh, jika memang Wonwoo bahagia bersama Taehyung itu tidak menjadi masalah untuknya sebab ia sudah punya Mingyu danㅡ

Oh, tidak. Taehyung itu 'kan mesum!

"Tidak, tidak. Biar bagaimanapun Wonwoo berada di bawah kuasaku. Aku tidak mengizinkan ia menjalin hubungan denganmu, Pangeran Taehyung yang tampan!" Jungkook menekankan pada kata 'tampan' yang seharusnya ia ganti dengan 'mesum'.

Taehyung kembali menyeringai. Nampaknya pemuda itu bersorak di dalam hati karena targetnya telah menyambut umpan yang ia berikan.

"Baru saja saya dan Wonwoo menghabiskan waktu berdua, seperti yang Anda berdua lakukan. Jika Yang Mulia mau saya bisa meluangkan waktu untuk Anda juga sementara Wonwooㅡ" Taehyung mendorong pelan tubuh Wonwoo ke arah Mingyu yang terkejut.

"ㅡbisa mengurus urusannya dahulu." Tanpa memberi waktu untuk respon Jungkook, Taehyung segera membawa pergi sang Pangeran. Menulikan pendengarannya saat Jungkook berteriak minta dilepaskan.

Ia berbalik ke belakang, melemparkan sebuah 'jempol' pada Wonwoo serta sebuah wink, isyarat khusus mereka berdua yang baru saja dibuat oleh Taehyung. Meninggalkan Wonwoo yang menunduk; menyembunyikan rasa gugup dalam dirinya terhadap Mingyu, kekasih lamanya.

"Hyung, kau tahu betapa aku sangat merindukanmu?"

Mingyu yang telah memastikan kepergian Jungkook serta tak ada orang yang mengawasi mereka akhirnya angkat bicara. Tak mungkin untuk dibantah, jika ia merindukan kekasihnya yang sangat ia cintai. Bukan Jungkook, melainkan Wonwoo.

Sungguh dirinya tidak ingin semua ini terjadi, namun ia telah kalah oleh permintaan Wonwoo. Sosok Wonwoo yang menangis dan meminta dirinya untuk mempersunting Jungkook, sang Pangeran yang sangat ia sayangi, membuat Mingyu harus merelakan kekasihnya memendam rasa cemburu dan sakit sendirian.

Begitu inginnya Mingyu merengkuh tubuh Wonwoo saat ini. Memberitahunya bahwa semua akan baik-baik saja. Melayangkan barisan kata cinta yang tentunya hanya ia lontarkan pada yang terkasih. Hanya pada Wonwoo.

"Katakan padaku, Pangeran Taehyung sudah mengetahui rencana kita, bukan?"

Tak berapa lama, Wonwoo menarik Mingyu menjauh. Menuju istal kuda yang sepi untuk menghabiskan waktu mereka berdua selagi sempat.

.

.

.

"Hey pangeran gila! Lepaskan akuu!"

Di sisi lain, Jungkook tidak berhenti mengumpat pada sosok tinggi di depannya yang masih setia mencengkram lengannya. Ia bisa saja menendang Taehyung namun ia tahu, jika ia melawan secara fisik hasilnya akan sama seperti tempo hari.

Di saat Taehyung menciumnya di dalam gudang.

Sial, Jungkook merona!

"Orang gilaaaaa lepaskan aku cepaaat!"

Taehyung terus berlari menuju taman labirin yang terletak cukup jauh dari keramaian. Keadaan rumput yang belum sempat terawat oleh para tukang kebun membuat labirin ini tertutup dari jangkauan orang-orang. Tempat yang tepat untuk melancarkan rencananya.

Tidak banyak yang tahu bahwa jika kau menyelesaikan setengah labirin kau akan menemukan sebuah air mancur indah yang terletak tepat di tengah. Air mancur dengan sebuah patung angsa berdiri di tengahnya. Berukuran cukup besar untuk orang dewasa duduk di atas dinding pembatasnya yang berwarna putih.

Taehyung melepaskan cengkramannya pada Jungkook, menunggu pangeran itu mengatur nafasnya kemudian menatapnya secara intens.

"Pangeran gila, bisa jelaskan mengapa kau membawaku pergi dari Minㅡa-astaga!"

Hazel Jungkook menangkap pemandangan indah di depannya sekarang. Oh, betapa ia sangat menyukai air mancur serta tanaman bunga menjalar di sekitar dinding labirin.

Taehyung tersenyum kecil melihat reaksi Jungkook. Tidak menyangka bahwa pangeran kecil itu begitu mudahnya terpesona akan sesuatu.

"Suka 'kan?"

Jungkook terperanjat, sadar dari kekagumannya atas di mana ia berada. Kembali memasang wajah sangar di hadapan Taehyung.

"Mengapa kau ini suka sekali menggangguku?! Jika kau pikir dengan mengajakku ke sini aku akan memaafkanmu kau salah besar! Aku semakin tidak suka kepadamu! Kupikir walaupun kita rival kita bisa berteman namun aku harus menarik kata-kataku itu sebab kau tidak mungkinㅡ" "Sudah marahnya?"

Taehyung mendekati wajah Jungkook, membuat pangeran itu bungkam. Jungkook tidak suka ini, ia tidak suka saat Taehyung mengeluarkan pancaran dominasi miliknya dan menerobos dinding pertahanan Jungkook. Tubuhnya tak mampu menolak pesona Taehyung.

"D-diam! Aku masih berbicara! Dengarkan orang jika sedang berbicara-hh.." Hembusan nafas Taehyung sudah berada tepat di hadapannya. Pipi gembilnya merasakan nafas hangat menyapu secara perlahan. Semakin menggoyahkan pertahanan baja Jungkook.

Jungkook tahu pangeran ini sangat gila dan sudah hilang akal, namun entah mengapa ia suka mendapatkan perlakuan seperti ini.

Yang bisa memacu detak jantungnya dan meningkatkan debaran di dadanya.

Tentu, Mingyu dapat melakukan itu. Akan tetapi, Taehyung, sang Earl memberinya sensasi berbeda dari Mingyu. Jungkook selalu merasakan dirinya terbuai dengan sempurna oleh gerakan abstrak dari seorang Taehyung.

Ia merutuki dirinya yang nampak bodoh dan murahan. Ia tidak mau orang-orang mengecapnya sebagai Pangeran yang tidak tahu diri. Jungkook tak mau merebut atensi Taehyung dari Wonwoo, sebab ia pun tak mau jika atensi Mingyu teralihkan darinya.

Ia tidak bisa terus menerus menerima rangsangan dari Taehyung, Earl mesum. Maka ia mendorong dada pemuda di hadapannya, menghentakkan kakinya kesal, kemudian pergi dari sana. Beruntung, ia masih mengingat rute awal labirin hingga ia pikir tidak akan tersesat.

"Aku tahu kau menyukaiku,"

Sebelum membiarkan Jungkook pergi, Taehyung menahan tangannya.

"Mingyu tidak bisa memberimu getaran cinta seperti aku memberimu, Prince Jungkook."

Rasa hangat di wajah Jungkook kembali muncul. Ingin sekali ia berkata tidak, namun hati kecilnya melarang ia melakukan itu. Ia tak tahu mengapa, seakan-akan mencegahnya untuk melakukan hal yang bisa saja merugikan dirinya kelak.

Berusaha membebaskan tangannya, Jungkook melawan, "Tidak, kumohon, mari kita bertarung secara adil.."

Ia menolehkan kepala, meneteskan bulir air mata. Menatap Taehyung dengan tatapan sedih. Meluapkan emosinya kepada sosok rival di depannya yang nampak terkejut akan penampilannya saat ini.

"Taehyung, kumohon, aku hanya ingin yang terbaik untuk Negeri ini.." Sekali lagi, bulir air mata jatuh di atas pipi sang Pangeran. Jungkook mengusapnya kasar, dengan satu tangan. Tangannya yang lain masih setia bertengger pada Taehyung.

Taehyung, sang Earl, mendadak merasakan sesuatu melintir di dalam perutnya. Sebuah rasa sesak menyelimuti dadanya ketika melihat Jungkook menangis. Ia benci itu. Ia tidak suka wajah indah sang pangeran harus terkacaukan dengan air mata.

Perlahan ia melepaskan genggamannya pada tangan Jungkook. Membiarkan pangeran itu terisak kembali. Taehyung berada dalam pergulatan terhadap dirinya sendiri; apakah ia harus memeluk Jungkook atau biarkan pangeran itu mengurus dirinya sendiri?

Ia mempertanyakan, sebenarnya apa yang dipakai oleh Pangeran Jungkook sehingga mampu menyihirnya seperti ini?

Ia lupa, lupa dengan semua rencana yang sudah disusun bersama dengan sang Paman sebelum ini.

"Kau harus bisa menggodanya lagi, Taehyung. I count on you,"

"Hal mudah, uncle. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Namun berdirilah ia di sini, melupakan segala janjinya pada sang paman demi melenyapkan tangis Jungkook. Belum pernah ia mendengar suara tangis yang begitu mengiris hatinya.

"K-kau kau sudah punya Wonwoo, aku harap kau tidak menyakitinya.. Walau aku tak tahu apa alasanmu mendekatinya. Kuharap Wonwoo akan bahagia menjadi ratumu kelak.. Aku permisi, Yang Mulia.."

Jungkook melangkah pergi, meninggalkan sosok Taehyung yang masih terdiam menatapnya. Ia dapat melihat pancaran kesedihan dari kedua onyx Taehyung, Jungkook pikir itu hanyalah tatapan kasihan jadi ia tak memikirkannya.

Ia hendak kembali melanjutkan acara yang seharusnya ia kerjakan sedaritadi.

Sementara Taehyung duduk terkulai di atas dinding pembatas air mancur. Punggungnya terpantul dengan jelas di atas permukaan air. Ia tertawa renyah sembari menutup wajahnya dengan satu tangan.

"Kau benar-benar payah, Taehyung. Hampir saja kau melukai orang yang kau sayangi.." Ucapnya, terdengar cukup miris.

Iya, Taehyung mengakui jika ia telah jatuh cinta dengan Jungkook. Ia yang sudah berjanji akan membuat sang Pangeran jatuh cinta kepadanya malah berbalik.

"Aku.. Harus membicarakan hal ini dengan uncle. Bisa saja 'kan kami menikah lalu aku biarkan Jungkook memerintah, seperti janji palsuku pada Wonwoo yang akan segera kuwujudkanㅡ" Taehyung buru-buru merogoh sakunya, mencari ponsel berwarna hitam miliknya.

Ketika membuka kunci layar, matanya terbelalak saat sebuah pesan dari Wonwoo terbuka.

.

.

.

Wonwoo
Yang Mulia, saya mohon lindungi Pangeran Jungkook.. Seseorang berencana mencelakainya saat berkuda nanti

.

.

.

TBC

Saya kambek(?)

Maaf, telah menghilang dari ffn sekian lama :")

Ohiya sekalian promosi ah, yang mau ikut wings tour taekook project dan mau cari info tentang pre-order buku pertama kita silakan cek ig thetaekookproject. Sekalian ada project yoonmin juga lho, kepoin ignya yoonminbabies. Ditunggu yaa!

Leave your comments at the review box! Favs/follows if you guys like this story!

Thank you.

Ig&wp: springyeol