OUR SWEET MOCHI
Deck Disclaimer:
Member NCT punya Tuhan dan orang tua masing-masing.
Aku cuma orang yang punya cerita ini gak lebih.
Rating: T
Genre: Romance. Fluff.
Pair: TaeYu
…
Taeyong mendengus kesal, ia bahkan menendang krikil yang dilewatinya. Semua ini berawal dari Taeyong yang kalah saat bermain monopoli. Sebagai hukumannya, Taeyong harus membelikan ayam untuk member satu grubnya.
Taeyung mendengus lagi, bisa-bisanya ia kalah dalam permainan bodoh itu? Ini Taeyong yang terlalu payah dalam permainan monopoli atau member lain yang terlalu jago? Taeyong mengangkat bahunya tidak perduli.
Taeyong sebenarnya ingin protes, tapi karena Taeyong tidak mau kena semprot Johnny maka dari itu Taeyong tidak bisa menolaknya. Jika boleh jujur Taeyong sebenarnya tidak benar-benar takut dengan Johnny.
Tapi kebetulan sekali Yuta ada di sana dan ikut bermain juga bersama mereka jadi Taeyong harus apa? Membantah? Hell no, Taeyong tidak mau imagenya buruk ya. Bangsat-bangsat begini juga Taeyong punya tata karma. Terutama di depan Yuta ya.
" Jangan cemberut begitu. Kamu itu sudah jelek nanti malah tambah jelek loh."
Taeyong menatap Yuta dengan tajam. Oh, jangan lupakan juga kerutan di dahinya yang tampak jelas. Tapi Taeyong tersenyum setelahnya. Taeyong tidak bisa marah dengan Yuta bagaimanapun keadaannya. Entah kenapa, Taeyong sangat menyukai Yuta. Ah tidak, Taeyong sangat mencintai Yuta bahkan sejak pertemuan pertama mereka.
Yuta itu berkilauan.
" Begitu dong, kan jadi tambah ganteng."
Taeyong terkekeh kecil, melihat Yuta yang sibuk tertawa itu benar-benar terlihat menyegarkan. Taeyong seperti melihat apa ya? Ah, Taeyong tidak tahu, otak Taeyong tidak bisa menjangkaunya. Tapi kalau kata Taeyong sih seperti melihat surga.
Surganya Taeyong itu Yuta setelah surga di telapak kaki Ibunya. Melihat Yuta itu seperti melihat bidadari dari surga. Cantik sekali, putih dan bersih. Hah, Taeyong janji Taeyong tidak akan pernah menyakiti Yuta dan akan melindungi Yuta bagaimanapun caranya.
Taeyong sepertinya harus berterimakasih pada Johnny setelah ini karena Johnny yang memberikannya hukuman dengan Yuta sebagai sukarelawan yang mau membantunya.
Taeyong bernapas lega. Untung saja yang mengantarnya Yuta, kalau member yang lain? Taeyong tidak yakin. Tapi mungkin saja dompetnya akan benar-benar terkena kanker jika member yang lain ikut. Hah, Taeyong tidak mau membayangkan semua itu. Sudah cukup Jaehyun dan Haechan yang menguras isi dompetnya minggu lalu. Heran, perut mereka itu karet atau apa? Makanan apa saja kok ya bisa masuk semua.
" Yuta, ada yang menjual es krim di sana. Kamu mau?"
" Eh? Boleh?"
" Tentu saja boleh. Kamu ingin rasa apa?"
" Aku suka rasa apa saja. Jadi terserah kamu saja."
" Baiklah, tunggu di bangku itu dulu ya! Jangan pergi kemana-mana! Nanti diculik aku yang repot."
Yuta cemberut, ia menghentakkan kakinya dan berjalan kearah bangku yang Taeyong maksud. Taeyong tersenyum, Yuta ini kenapa bisa imut sekali sih? Padahal Taeyong yakin sekali kalau Doyoung itu member paling imut di hyung line. Untuk magnae line ya sudah pasti itu Chenle dan Jisung. Doyoung mah apa atuh jika dibandingkan dengan kedua magnae super imut itu.
Yuta juga sangat cantik. Ah, bukankah Taeyong tadi sudah bilang? Melihat Yuta seperti melihat bidadari di surga.
" Paman, aku pesan vanilla dan coklatnya satu."
" Mau toping apa?"
" Choco chips saja."
" Tunggu sebentar." Taeyong mengangguk.
Taeyong menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan Yuta. Siapa tahu Yuta diculik sungguhan. Orang cantik itu rawan penculikan ingat. Apalagi selain cantik yuta itu juga manis. Wah, bisa dapat bonus plus-plus penculiknya kalau semua itu terjadi. Taeyong menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pikiran anehnya. Tapi tetap saja biarpun Yuta bisa karate, Yuta kan tetap saja rawan diculik.
" Semuanya berapa paman?"
" Tidak usah."
" Maksudnya?"
" Ini gratis kok. Lagi pula ini juga sedang dalam masa promosi. Cepat berikan pacarmu sebelum es krimnya meleleh!"
" Hah? Dia bukan pa…"
" Sudah cepat pergi!"
Taeyong sebenarnya ingin meralat omongan paman tadi. Tapi karena paman itu sudah sangat baik padanya jadi Taeyong mengurungkan niatnya.
Taeyong terenyum cerah. Paman tadi mengira Yuta adalah pacarnya kan? Padahal kan bukan, lebih tepatnya belum. Taeyong masih dalam tahap pendekatan sedekat-dekatnya. Emm, mungkin sebentar lagi Taeyong akan mengungkapkannya. Iya, sebentar lagi. Sungguh sebentar lagi.
Taeyong menatap Yuta yang menatap bunga di tangannya dengan pandangan lucu. Bunga yang dipegang Yuta itu berwarna putih dan terlihat cantik. Sepertinya bunga itu jenis dandelion.
" Yuta." Taeyong memberikan es krim rasa vanilla itu pada Yuta yang masih saja memegang dandelion itu. Taeyong heran, bagaimana mungkin bunga semacam ini bisa tumbuh dengan liar di taman seperti ini?
" Terimakasih. Wah banyak sekali choco chipsnya." Taeyong hanya tersenyum. Ia memakan es krimnya dengan pelan, dan sesekali menatap Yuta yang memakan es krimnya seperti seorang anak kecil, imut sekali.
Taeyong menelan ludahnya gugup begitu melihat noda es krim di sudut bibir Yuta. Sialan, jantung Taeyong jadi berdetak sepuluh kali lebih cepat sekarang. Taeyong menyerah pada egonya, mengambil es krim di tangan Yuta dan membuangnya. Taeyong mendekatkan wajahnya pada Yuta dan membersihkan noda di sudut bibir Yuta dengan menggunakan lidahnya.
" Eh?" Yuta mengerjabkan matanya, sepertinya pemuda itu masih belum sadar sepenuhnya.
" Kalau makan itu yang pelan! Jadi belepotan begini kan."
Kini Taeyong mengusap permukaan bibir Yuta dengan ibu jarinya. Yuta membulatkan matanya begitu sadar dengan apa yang Taeyong lakukan. Yuta menunduk, wajahnya memerah sampai ke telinga. Ia bahkan tak berani menatap Taeyong yang terus menatapnya dengan tajam dan lembut disaat yang bersamaan. Yuta menundukkan kepalanya semakin dalam.
Lagi-lagi Taeyong tersenyum. Yuta terlihat sangat lembut sekarang. Seperti apa ya? Seperti bunga dandelion yang dipegang Yuta? Iya, kurang lebih seperti itu. Atau mungkin saja lebih lembut dari bunga itu?
" Yuta."
"N-nde?"
Taeyong tersenyum pada Yuta dengan pandangan yang sulit diartikan. Entah kenapa, Taeyong selalu melihat Yuta seperti ini. Apa karena rasa cintanya yang semakin lama semakin membuncah? Taeyong tidak tahu, yang pati ia sangat mencintai Yuta melebihi apapun.
" Menurutmu dandelion itu sepeti apa?"
" Emm… putih?" Jawab Yuta ragu.
" Selain itu?"
" Cantik."
" Ada lagi?"
" Lembut."
" Yang lain?"
" Sepertinya tidak ada lagi. Memangnya kenapa?"
" Tidak kenapa-kenapa."
" Emm, menurut Taeyong sendiri dandelion itu seperti apa?"
" Sepertimu."
" Eh? Bagamana bisa?"
" Tentu saja bisa."
Yuta mengerucutkan bibirnya lucu. Ia membuang wajahnya kesal. Yuta merasa dipermainkan oleh pemuda tampan ini entah karena apa. Sejujurnya perdepatan tentang magna bunga itu maalah sepele kan?
Taeyong memegang dagu Yuta dan menatap mata coklat besar itu dengan sangat dalam. Taeyong semakin tenggelam dengan apa yang dilihatnya. Mata Yuta sangat jernih, Taeyong menyukainya sangat menyukainya.
Taeyong mendekatkan wajahnya ke wajah Yuta yang sekarang tengah membeku. Hidung mereka bersentuhan, Tayong bahkan dapat merasakan napas Yuta yang menerpa wajahnya dengan sangat jelas. Terasa hangat dan sangat manis, Taeyong akui itu.
"T-taeyong?"
" Kamu tahu? Kamu itu cantik seperti dandelion. Tahu kenapa?"
Yuta tidak menjawab karena posisi mereka sangat rawan sekali, bergerak sedikit saja Yuta yakin bibir mereka bisa saja bersentuhan. Wajah Yuta yang awalnya memerah semakin memerah saja sekarang. Taeyong tersenyum, ia menatap Yuta dan mengelus pipinya dengan lembut.
CUP
Yuta membulatkan matanya terkejut. Taeyong? Taeyong menciumnya?
Taeyong melumat bibir itu dengan sangat lembut. Bibir Yuta terasa sangat manis, seperti perpaduan antara gula dan madu, Taeyong juga dapat merasakan aroma morfin di sana. Taeyong bukan pecandu, melihat morfin secara langsung saja Taeyong tidak pernah. Taeyong hanya mencari alasan yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya saat ini. Taeyong rasa Yuta adalah narkobanya. Membuat kecanduan hingga Taeyong enggan melepas sepasang bibir lembut itu.
Taeyong melepas ciumannya. Terlihat benang saliva terputus di dagu Yuta begitu ciuman mereka selesai. Taeyong menatap Yuta yang menundukkan wajahnya yang memerah. Taeyong mengangkat dagu itu lagi dan mengecup bibir itu dengan singkat tanpa adanya niatan sedikitpun untuk melepas dagu pemuda cantik itu.
" Sejujurnya aku tidak mengerti arti bunga. Tapi ada satu fakta yang perlu kamu ketahui bahwa aku sangat mencintaimu."
"T-tae ..."
CUP
"Jangan menyela apa yang aku katakan! Aku belum selesai."
Yuta mengangguk patuh. Lagi-lagi Taeyong tersenyum. Taeyong jadi heran sendiri, sudah berapa kali ia tersenyum hari ini? Dan sudah berapa kali pula Taeyong mencium Yuta hari ini? Seingat Taeyong, ini ciuman pertama mereka. Beruntungkah Taeyong? Taeyong rasa ini lebih dari sekedar beruntung.
" Jadilah kekasihku!"
Taeyong tidak bertanya tapi itu sebuah perintah. Taeyong memeluk tubuh mungil Yuta dengan sangat erat. Hangat, tubuh Yuta terasa hangat dan Taeyong menyukainya. Entah kenapa Taeyong merasa semakin yakin kalau Yuta memang diciptakan untuknya.
" Boleh kuralat ucapanku?"
"Eh?"
" Jadilah istriku!"
Yuta menenggelamkan wajahnya semakin dalam di dada bidang Taeyong. Yuta sangat malu, ia tidak tahu harus menjawab apa. Maka dari itu Yuta lebih memilih menghindari tatapan Taeyong.
" Tidak usah dipirkan! Aku sudah tahu jawabannnya."
Yuta menggesekkan kepalanya dengan dada bidang Taeyong. Taeyong juga mengeratkan pelukannya dan sesekali mengecup surai coklat itu. Taeyong tersenyum, tanpa Yuta jawab pun Taeyong sudah tahu Yuta akan menjawab apa.
" Terimakasih. Aku mencintaimu."
END
AKU GAK BISA BIKIN PURE ROMANCE WOI. Btw, aku gak yakin bisa update OSM cepet. Aku udah mulai foku ke UN nanti soalnya.
Terimakasih untuk MyNameX, Yuta Noona, haraaaaa24, Yuta yang Tersakiti, Kim991, BaconYoda, Hobi hyung, BlueBerry Jung, Misharu Rin, Mifta Jannah, JenTababy, kira, kihyun kim, dan reader sekalian yang sudah mau merievew. Btw sekali lagi terimakasih.
salam sokyu