Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto. Cerita ini dibuat hanya untuk hiburan dan meramaikan fandom NaruSasu. Tidak ada keuntungan material apapun, selain kepuasan penulis dan pembaca.

[Chaptered]

Title : Sapi Hamil

Chapter : 01 / 03

By : Gatsuaki Yuuji

Genre : Humor / Fantasy

Main Cast : Uzumaki Naruto & Uchiha Sasuke

Rating : T

Sum : Aku Uchiha Sasuke, terkenal dengan sebutan 'Sapi Hamil', karena aku memiliki postur tubuh yang sangat gemuk. Aku menyukai seorang alpha bernama Uzumaki Naruto. Meskipun dia membenciku, mengibasku karena jijik melihatku, aku tetap menyukainya. Aku ingin dia menikahiku.


Didesikasikan dalam rangka ultah Naruto dan NS Day 2016.

Selama ini, aku selalu pake Naruto PoV dan Naruto mesum yg sibuk ngejer2 Sasuke yg tsundere. Di ff ini, ak balik semuanya. Eits, ini tetap NaruSasu kok!

Ff tema omegaverse pertama ak. Masih kurang paham sih ama omegaverse, tapi coba2 buat aja.


Hallo! Namaku Uchiha Sasuke. Umurku kini mmm~ sekitar 16 tahun.

Aku mempunyai orang tua yang galak-galak sayang padaku. Juga seorang kakak laki-laki yang ganteng-ganteng seringgila. Kakak terlalu menggilai omega yang bernama Hana, padahal Hana telah menjadi milik Baozi. Kakak tidak pernah menyadari bahwa adiknya ini lebih moe dari Hana.

≤( ˘͡ ^˘͡)≥

Aku tinggal di sebuah pulau yang bernama Konoha. Penduduk di sini terdiri dari berbagai macam ras. Ada yang pure siluman, pure manusia dan juga campuran, seperti keluargaku.

Ibu berasal dari ras manusia, sedangkan ayah pure dari ras Hitsuji -siluman kambing. Uchiha Itachi -kakakku mewarisi 100% darah ayah, sehingga kakak pure siluman kambing juga. Kakak memiliki sepasang tanduk kokoh di kepalanya, itu membuatnya terlihat kuat dan keren sebagai seorang alpha. Sedangkan aku, hanya mewarisi 20% darah ayah. Aku juga memiliki tanduk di kepala, walaupun hanya sebelah. Aku terlahir sebagai omega, sama seperti ibuku. Sebagian besar ras manusia adalah omega.

Kami sekeluarga hidup bahagia walaupun sederhana. Mereka selalu memanjakanku, memberiku buanyak sekali makanan, agar aku cepat tumbuh. Ibuku selalu berkata bahwa omega yang kurus itu tidak sexy. Pipi tembem dan badan gempal, itu lebih disukai para alpha. Ibuku berani berkata seperti itu karena ibu dan ibu-ibu tetangga lainnya suka mencubit pipiku. Mereka tidak tahu, bagaimana rasanya dicubit. Sakit!

Well, aku tidak akan banyak cerita tentang keluargaku. Karena mereka sudah damai di surga. Ayah, ibu dan kakak telah meninggal lima tahun yang lalu karena kecelakaan mobil. Peristiwa itu terjadi saat mereka akan menghadiri upacara kelulusan SD-ku. Rasanya sangat sedih, ditinggal mereka bertiga sekaligus. Berat badanku juga ikut bertambah karena stress. Tapi, aku tetap terlihat menggemaskan di mata ibu-ibu tetangga.

Kini, aku tinggal bersama Uchiha Madara, kakekku yang pelit. Walaupun umurnya sudah ratusan, tapi fisiknya masih terlihat 30an di umur manusia. Kakekku gemar meracik obat. Hampir 70% obat yang diraciknya gagal. Beruntung obat awet muda yang diraciknya ini sukses.

Karena kakekku adalah orang yang pelit, maka obat awet muda itu tidak akan dibagikannya kepada siapapun. Kecuali, jika ada yang memberinya tawaran selangit, mana mungkin kakek akan menolak? Sehijau-hijaunya mata Kakuzu, lebih hijau mata kakekku!

Well, mata kakekku masih hitam kok! Sama sepertiku. ^_^


SMU Konoha adalah satu-satunya SMU di pulau ini. SMU ini cukup luas dan besar sehingga sanggup menampung banyak murid di pulau ini.

Di sekolah, aku selalu menjadi pusat perhatian dan juga menjadi orang yang paling dicari. Kemanapun aku bersembunyi, mereka dengan mudahnya menemukanku.

"Aha! Aku menemukanmu!" seorang siswa bertubuh raksasa bernama Jiroubo, menendang tumpukan kardus yang menjadi tempat persembunyianku. Lalu dengan kasarnya dia menjambak rambutku, menyeretku keluar dari tempat persembunyian. Aku meringis merasakan kulit kepalaku yang nyaris lepas.

"Mengapa kau suka bersembunyi?" tanya Jiroubo, seorang alpha dari ras Asura -raksasa.

"Karena kalian selalu mencariku." Aku mencoba melarikan diri, tapi ternyata aku tidak bisa. Aku memang omega yang terlemah dari yang terlemah.

BuuuuG

Jiroubo lagi-lagi menjadikan tubuhku sandsack tinju. Jiroubo marah karena aku tidak memberinya uang. Aku juga perlu uang untuk keperluanku, aku tidak mungkin terus-terusan memberinya uang.

BuuuuG BuuuuG

Pukulan demi pukulan kuterima tanpa perlawanan. Awalnya memang sakit, tapi lama-kelamaan aku sudah terbiasa. Sejak kecil, aku sudah terbiasa dicubit. Hingga beranjak remajapun, aku sudah terbiasa dipukul. Aku selalu dijadikan tempat pelampiasan saat mereka marah. Beginilah nasib menjadi omega lapuk. Tidak ada satupun yang mau mengajakku bergabung di kelompok mereka. Ras manusia takut bahwa aku bisa melukai mereka, karena aku memiliki rupa seperti siluman -aku tidak bisa menyembunyikan wujud asliku seperti siluman lainnya. Sedangkan ras siluman, menganggapku beban karena aku tidak punya skill atau sihir.

Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat, aku selalu dipukul dengan berbagai alasan. Beruntung Sabtu dan Minggu libur sekolah, jadi aku bisa istirahat dan menyiapkan fisik untuk dipukul lagi.

Hari-hariku di sekolah, memang sangat menyakitkan. Tapi, karena ada dirinya, aku mampu bertahan. Dia matahariku, Uzumaki Naruto -sang alpha dari ras rubah.

Ayo, ikut aku! Akan kuperkenalkan dia pada kalian!


Aku menyeret langkahku menuju kelas 2A, kelas Naruto. Pukulan Jiroubo tadi masih terasa nyeri.

Aku membawakan Naruto satu cup ramen instan, karena rasanya tidak enak jika bertamu ke kelas orang tanpa membawa apa-apa. Jika saja, aku sekelas dengannya, mungkin aku tidak perlu berjalan melewati tatapan sinis orang-orang di sepanjang koridor.

"Hai, Naru! Apa kabar?" sapaku tanpa basa-basi. Naruto sedang bermain kartu bersama teman-temannya.

"Mau apa kau, sapi hamil?" dengus Naruto yang tidak suka melihatku.

Karena aku memiliki tinggi ideal dan juga bertubuh sangat gemuk, maka mereka semua memanggilku 'sapi hamil'. Jadi, selain omega terlemah, aku juga menyandang predikat omega terlemak.

"Aku bukan sapi, aku kambing," ralatku. "Mana ada sapi yang bertanduk?"

"Kau contohnya!" Naruto menunjukku tanpa ragu.

"Aku kambing, Naru sayang~"

Whoooss!

Naruto mengibaskan ekor besarnya, hingga tubuhku melanting keluar jendela. Aku jatuh dari lantai dua dan mendarat di rerumputan. Walaupun tubuhku dibaluti banyak lemak, yang namanya jatuh itu pasti sakit, kawan!

BRuuuuK

Sudah jatuh, tertimpa meja.

"Dasar menjijikkan!" seringai salah satu teman sekelas Naruto -pelaku pelemparan meja.

Aku menyingkirkan meja yang menimpa dadaku. Berbaring sejenak menatap langit biru. Aku suka warna biru, warna yang gentle seperti warna mata Naruto. Aku tidak akan menyerah, sampai aku jadi milikmu!

"Yosh!" Aku bangkit berdiri, walaupun tubuhku sangat sakit, aku harus tetap bersemangat!

"HEY! UZUMAKI NARUTO! MENIKAHLAH DENGANKU! AKU JANJI AKAN MELAYANIMU EVERYNIGHT, EVERYDAY, EVERYTIME, EVERYWHERE!" teriakku sekuat mungkin.

"TEME!" maki Naruto.

Melihat mata Naruto berubah menjadi merah, aku langsung lari menyelamatkan diri. Tidak kusangka, Naruto melompati jendela dan mengejarku. Sungguh mendebarkan seperti dikejar anjing kudis di film Resident Evil. Well, ini hanya perumpamaan, tidak bermaksud mengatai Naruto 'anjing kudis'.

"Jangan lari kau, teme!"

Aku malah mengerahkan semua kekuatanku untuk berlari. Kalau aku punya skill merubah wujud menjadi bola, aku akan mengglinding tanpa perlu berlari. Sungguh tersiksa berlari dengan tubuh sebesar dan seberat ini. Ditambah lagi, dada dan perutku sangat sakit.

"Uhuk! Uhuk!" Aku terbatuk mengeluarkan darah berwarna merah. Darah yang sama seperti ras manusia.

Belum sempat terkejut, tiba-tiba Naruto sudah menerjangku dari belakang. Kami sempat berguling-guling di tanah, sebelum dia menduduki tubuhku. Tangan kanannya terkepal hendak meninjuku, tapi tidak jadi setelah melihatku batuk berdarah.

Naruto langsung menyingkir dari tubuhku. Aku sengaja memperbanyak batukku. Bertingkah seperti orang yang sekarat. Well, aku memang sekarat.

"Sakit~" lirihku mengambil kesempatan untuk menggenggam tangannya, "Ta...ta...uhuk uhuk...tanggung jawab..."

"Diamlah!" Naruto langsung menggendongku ala bridal. Memelukku dengan erat agar aku tidak terjatuh. Dia sungguh alpha yang kuat, dia sanggup menggendongku yang berbobot dua atau tiga kali lipat darinya.

Well, aku sangat terkejut melihat aksi heroik Naruto. Ini pertama kalinya dia tidak jijik berada di dekatku. Biasanya dia selalu mengibaskan ekornya saat aku melakukan pendekatan. Hari ini, aku sungguh beruntung! Ihihihihi...

Aku menyandarkan kepalaku di dadanya, memejamkan kedua mataku untuk mendengarkan detak jantungnya yang menggebu-gebu. Suhu tubuhnya yang hangat, membuatku nyaman.

"Aku...suka..." tanpa sadar kalimat itu terucap.

Hn! Aku menyukaimu, Uzumaki Naruto!


Naruto tidak membawaku ke rumah sakit, melainkan membawaku pulang ke rumah. Naruto berkata pada kakek bahwa aku terjatuh saat memanjat pohon. Naruto memang salah memberi alasan, tetapi aku tidak bisa menyalahinya.

"Kau ini kambing! Bukan monyet! Jangan panjat pohon lagi!" kakek marah dan menjitakku.

Sementara kakek meracik obat, kakek meminta Naruto untuk membawaku ke kamar. Setelah itu, dia berniat pergi. Dengan cepatnya aku menuruni ranjang, hendak memeluk pinggangnya. Tiba-tiba, ekor besar berbulu orange lebat melilit tubuhku. Rasanya geli sekaligus menghangatkan. Bulu Naruto memang lembut.

"Hatttchiuuu!" bulu-bulunya masuk ke hidungku.

"Jangan mendekatiku lagi!" ketus Naruto.

"Mumpung kita di kamar... Apa sebaiknya kita melakukan itu? Ehehehe.."

Kening Naruto mengerut, kemudian ekornya mengibasku ke ranjang.

"Kau sungguh membuatku jijik!" Naruto langsung pergi sambil membanting pintu kamarku.

Apakah aku begitu jijik di matamu?

NYuuuuT

Dada dan perutku sakit lagi.

"Kakek~ cepatlah~"

Seharusnya Naruto membawaku ke rumah sakit.


"Kau sungguh membuatku jijik!"

Karena ucapan Naruto yang sangat menusuk itu, membuatku ingin langsing. Aku meminta kakek untuk membuatkanku obat pelangsing tanpa diet dan olahraga. Aku tidak sanggup berolahraga, karena tubuhku sangat berat. Aku tidak bisa diet, karena aku hobby makan.

Bermacam-macam ramuan telah kuminum, tapi berat badanku tidak kunjung berkurang. Aku hanya bisa bersabar, karena langsing itu butuh proses yang cukup lama.

"Memangnya siapa yang kau taksir?" tanya kakek mulai kepo.

"Ra-ha-si-a."

"Sepertinya kau sangat menyukainya."

"Hn! Tentu! Dia matahariku! Penyemangat hidupku!" ucapku dengan sangat lebay.

"Lalu? Siapakah dia?"

"Uzumaki Naruto!" Saking semangatnya, aku malah keceplosan.

"U, uzumaki? Bocah rubah itu?"

"Iya." Aku terpaksa mengaku. Semoga kakek tidak marah karena cucu satu-satunya ini juga gay.

Kakek menepuk kuat bahuku.

"Seleramu tidak begitu tinggi, cucuku! Tapi kakek akan membantumu!"

"Heh?! Benarkah?"

"Hn! Kakek kenal betul dengan kakeknya."

Apa hubungannya denganku?

"Kapan kau ingin dinikahinya?"

"Kakek serius?"

"Hn! Kakek ingin segera menimang cucu." Gaya kakek seperti pasien RSJ yang sedang menimang bayi. Itu membuatku merinding membayangkannya.

"Tapi aku berpotensi mandul. Aku takut Naruto tidak bisa menghamiliku."

"Kakek akan meracik obat pasti hamil untukmu."

Kalau aku hamil anak Naruto, Naruto pasti akan menikahiku! Kami akan menjadi keluarga kecil yang bahagia! Iyey!

"Secepatnya, kek! Aku ingin menikah dengan Naruto secepatnya!" pintaku penuh harap.

"OK, cucuku tersayang~ Ayo peluk kakek!"

Entah mengapa aku dengan mudahnya terpancing dengan imingan kakek? Padahal belum tentu kakek bisa membuat Naruto untuk menikahiku?

Aku benar-benar konyol.

Tapi, aku senang kakek ikut membantu. Kadang aku merasa, berjuang sendirian itu capek. Aku sangat bersyukur, kakek ada di pihakku.


Akhir-akhir ini, Naruto terlihat semakin akrab dengan Hyuuga Hinata, sang omega dari ras Neko *kucing* sekaligus primadona di sekolah. Orang-orang memanggilnya Hime karena dia memiliki paras yang cantik dan berhati lembut. Banyak alpha berjuang untuk menarik perhatiannya, termasuk Naruto.

Tapi, aku tidak akan tinggal diam melihat mereka berduaan. Sebisa mungkin aku menjadi tembok Berlin pemisah hubungan mereka.

"Apa maumu, sapi hamil!" Ekor Naruto melilit kuat tubuhku, lilitannya sekuat anaconda.

Aku baru saja mengganggu piknik Naruto bersama Hinata di tepi danau.

"A, aku hanya ingin kau memperhatikanku!"

SPLaaaaSH!

Ekor itu melemparku ke danau. Beruntung aku bisa berenang, jika tidak, aku sudah pasti mati tenggelam dan Naruto akan tersenyum puas melihat kematianku.

"Menyerahlah! Karena kau bukan tipeku!"

Setelah melemparku ke danau, Naruto pergi begitu saja sambil merangkul Hinata yang terlihat mencemasiku.


Aku bertemu dengan Naruto saat SMP, kelas 2. Dia adalah siswa pindahan dari pulau Kiri. Penampilannya berantakan bak preman pasar, hobby berkelahi, membuatnya disegani. Tidak ada yang berani mendekatinya, kecuali aku. Karena aku dan dia sama-sama dikucilkan, tidak ada salahnya mengajaknya berteman.

"Mau apa kau, sapi hamil?" Itu kalimat yang diucapkannya saat aku mendekatinya. Julukan 'sapi hamil' pertama kali dicetuskan olehnya.

"Kau terluka." Aku memberinya plester Hello Kitty, tapi malah dibuangnya. Kupungut lalu menempelkannya langsung ke keningnya yang tergores, "Ini tanda jadi pertemanan kita!"

"Apa maksudmu?"

"Kau temanku!"

"Aku tidak ingin berteman dengan sapi hamil yang jelek sepertimu!"

"Aku bukan sapi hamil! Namaku Uchiha Sasuke!"

"Dasar sapi hamil!"

Begitulah awal pertemanan kami. Sungguh so sweet, bukan?

Ah! Ada lagi yang ingin kupamerkan pada kalian!

Saat aku terjebak di sekolah karena hujan, Naruto meminjamkanku payung, lalu berlari menerjang hujan. Dia sungguh keren! Dan saat itu, perlahan aku mulai menyukainya. Payung itu masih tersimpan di lemariku. Aku tidak berniat mengembalikannya, dan Naruto juga tidak menagih payungnya.

Aku selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Menjadi tameng saat dia kewalahan menghadapi musuh. Tidak ada ruginya memiliku tubuh besar yang seperti sapi hamil.

Seiring berjalannya waktu, kupikir kami berteman, tapi ternyata dia membenciku. Dia jijik berada di dekatku. Dia selalu mengibaskan ekornya saat aku merayunya.

It's OK! Aku mencintainya apa adanya, hatiku tidak pernah lelah untuk mengejar cintanya. Aku sangat senang mendekatinya.

Lihat saja, Uzumaki Naruto! Kau pasti akan klepek-klepek saat sapi hamil ini melahirkan, err maksudku langsing! Aku kan omega mandul..ehehehe...

Tapi, kapan ya aku bisa langsing?


Tibalah saat yang mendebarkan bagiku. Memejamkan mata dan meneguk ludah karena leherku kering.

"92 kg!" ucap kakek membaca angka yang tertera di timbangan, "Turun dua kg."

"Iyey!" Aku langsung melompat dan memeluk kakek. Senangnya hatiku, turun berat badanku, kini aku bermain dengan riang (~′0`)~

"Jika seminggu turun dua kg, maka beberapa bulan lagi, kau akan langsing singsret!"

"Apa tidak bisa turun lebih cepat?" jika menunggu terlalu lama, bisa-bisa Naruto menikahi omega lain.

"Bisa. Tapi itu terlalu beresiko."

"Aku bisa melakukannya, kek! Ayo lah~ Cucumu ini ingin langsing singsret kayak Itachi-nii."

"Ah! Itachi cucuku...uhuhuhu..." Kakek mendadak melow saat aku menyebut nama kakak. Kakak adalah cucu kesayangan kakek. Ah~ Aku jadi rindu kakak.


Kakek tidak menyinggung tentang kakek Naruto, sepertinya negosiasi gagal. Kakek malah menyarankanku untuk berdiet dan berolahraga, karena itu adalah cara yang cepat langsing.

Dimulai dari sit up saat bangun pagi. Tidak sarapan, kemudian berlari menuju sekolah. Makan siang dengan dua porsi sallad. Berlari beberapa putaran di lapangan saat pulang sekolah. Malamnya hanya mengkonsumsi empat buah apel. Sebelum tidur, sit up lagi.

Capek dan menyiksa! Tapi ini semua untuk Naruto!

Yosh (҂'̀⌣'́)9


Di kantin, aku melihat Naruto dan Hinata makan semeja. Tembok Berlinpun beraksi. Aku langsung duduk berbaur dengan mereka. Naruto mendecak tidak suka, sedangkan Hinata tersenyum lembut. Hinata memang manis, tapi sayang aku hanya tertarik pada Naruto.

"Hai, Naru! Apa kabar?" Dua hari tidak menyapanya, serasa seperti bertahun-tahun tidak bertemu.

Naruto tidak menyahutku, bersikap seolah aku benar-benar tembok Berlin.

"Uchiha-san, apa kau sakit?" tanya Hinata.

"Tidak. Aku baik-baik saja."

"Kau agak kurusan."

"Heh?! Benarkah?!" Aku menatap Hinata dengan berbinar-binar. Hinata satu-satunya orang yang menyadari perubahanku. Kau sungguh perhatian, hime!

"Kau diet, Uchiha-san?"

"Hn! Aku harus langsing! Demi Naruto kutersayang!" Aku mengedip genit pada Naruto. Kedipanku membuat Naruto marah dan membalikkan meja.

Tiga ekor rubahnya menyembul keluar. Naruto menarik kerah seragamku. Wajahku sangat dekat dengan wajahnya. Sepasang mata biru kesukaanku, berubah menjadi merah. Tiga pasang garis di pipinya, terlihat sangat jelas. Naruto dalam kondisi siap memakanku.

"Aku sudah sangat muak diperlakukan seperti ini!" desis Naruto.

"I, itu semua karena..." Aku mencoba menjelaskan, tapi Naruto langsung melemparku hingga keluar kantin.

PRaaaNG

Kaca jendela pecah saat Naruto melemparku. Pecahan kaca itu melukai perut, lengan dan leherku. Aku mencabut pecahan kaca di leherku, sialnya darahku muncrat kemana-mana. Aku menekan lukaku agar darahku tidak mubazir terbuang.

"Rasakan itu, dasar sapi hamil!"

"Benar-benar omega murahan!"

"Tidak tahu malu!"

"Sampah Konoha!"

"Dasar menjijikkan!"

Cacian demi cacian keluar dari mulut orang-orang di sekitar.

Rasanya sakit sekali. Tanganku, punggungku, leherku, kepalaku, tubuhku, hatiku, semuanya sakit!

Ini adalah sakit yang teramat sakit dari rasa mencintai. Rasanya lebih sakit daripada dicubit ibu-ibu. Lebih sakit dibandingkan menjadi sandsack. Lebih sakit daripada jatuh dari lantai dua. Ini benar-benar sakit!

Naruto menjambak rambutku, membuatku mendongak padanya.

"Apa aku harus membunuhmu, agar kau berhenti berbuat rendahan seperti ini?"

"A..." aku terlalu takut untuk bersuara.

"JAWAB AKU, SAPI HAMIL!"

Bentakan itu, membuatku menangis, meluapkan semua rasa di hatiku.

Aku sakit karena tidak ada yang menolongku saat aku terluka. Aku malu diolok-olok di depan umum. Aku takut melihat Naruto mengamuk seperti ini. Aku kecewa pada Naruto yang selalu mengibaskan ekornya saat aku mendekatinya. Aku marah pada Naruto yang tidak pernah peduli padaku. Aku lelah mengejar cinta Naruto. Aku sudah bosan dengan semua ini.

"Aku...menyerah..." kalimat kramat itu akhirnya terucap olehku.

Aku menyerah.

Aku sudah tidak sanggup mengejarnya lagi. Dia sungguh sulit kugapai.

"Baguslah!" Naruto melepaskan jambakannya, seketika tubuhku langsung jatuh ke tanah. Aku sudah tidak punya tenaga untuk berdiri.

Punggung itu mulai menjauh dan melompat pergi. Pandanganku juga mulai menghitam. Aku mengantuk.

Kamisama, semoga ini hanya mimpi. Jika ini mimpi, tolong bangunkan aku di kehidupan sebelum aku jatuh cinta padanya. Aku tidak ingin mencintai orang jahat seperti dia.

ZaaaaZ

Langit yang cerah ini, tiba-tiba turun hujan dengan deras. Hujan menyamarkan air mataku dan menyapu darah di tubuhku. Aku sudah tidak bisa merasakan perihnya luka ini.


Terputus


Walaupun sasuke genit ngejer2 naruto.

Ini masih NS kan?

Next chapter bakal di update minggu depan.

Silakan tinggalkan jejak.