Mereka kembali bertemu dipengadilan keluarga Malfoy yang dihadiri oleh cukup banyak orang penting. Beberapa diantara mereka adalah rekan bisnis keluarga Malfoy dan juga beberapa keluarga pureblood lain yang berkerabat dekat dengan keluarga Malfoy. Mereka hadir dan mencoba memberikan dukungan pada keluarga Malfoy. Sementara Hermione dan Harry―hadir sebagai saksi disana.
Hermione bernapas lega begitu kesaksiannya dan Harry atas Draco dan Narcissa membuahkan hasil yang baik. Keduanya dibebaskan dari segala tuduhan. Namun mereka tak berhasil membebaskan Lucius Malfoy dengan kesaksian mereka.
Pada akhirnya, Lucius Malfoy tetap dijatuhi hukuman 1 tahun di Azkaban―lalu setelah bebas pria itu harus tetap berada dalam pengawasan hingga Kementerian meyakini jika pria itu benar-benar sudah bersih.
Walaupun begitu, Narcissa dan Draco sudah sangat bersyukur. Hukuman Lucius sudah sangat ringan ketimbang Pelahap Maut lainnya. Ada yang 12 tahun Azkaban, seumur hidup di Azkaban, bahkan ada yang mendapat ciuman Dementor. Hermione bergidik ngeri mendengar hukuman yang terakhir itu.
"Mr. Potter, Ms. Granger," Hermione tersentak saat Narcissa memeluknya diluar ruang sidang. Ia tak pernah menyangka seorang Narcissa Malfoy akan memeluknya seperti itu. Draco memang memintanya dan Harry untuk tidak langsung pergi seusai sidang karena Narcissa ingin bertemu. Namun Hermione tak pernah membayangkan jika Narcissa akan memeluknya dengan hangat seperti ini, "Aku sangat berterima kasih atas apa yang kalian lakukan untuk keluargaku hari ini."
"Sama-sama, . Saya juga tak akan berada disini tanpa bantuan anda." Harry menjawab sopan. Pria itu sudah menyeritakan pada Hermione apa yang sudah dilakukan Narcissa Malfoy untuknya. Bagi Harry, itu semua mengingatkannya pada ibunya.
Lily Potter memberikan nyawanya untuk menyelamatkannya. Sedangkan Narcissa membahayakan nyawanya dengan berkhianat demi mengetahui keadaan Draco. Itu semua sudah cukup untuk mengubah penilaian Harry atas nyonya Malfoy yang juga merupakan sepupu ayah baptisnya itu.
"Kau berlebihan, Mr. Potter." Narcissa memandang Harry dan Hermione bergantian, "Datanglah ke Manor nanti malam. Aku akan menyiapkan makan malam spesial sebagai ucapan terima kasihku yang tak seberapa untuk kalian."
"Dengan senang hati, Mrs. Malfoy." balas Hermione begitu melihat tatapan bertanya Harry padanya. Ia tahu maksud tatapan sahabatnya itu, tapi ia juga tak ingin mengecewakan Narcissa yang sepertinya ingin memulai hubungan baik dengan mereka.
"Bagus," Narcissa terlihat sangat senang. Dan Hermione bisa melihat Draco yang sedari tadi berdiri tak jauh dari wanita itu ikut tersenyum mendengar jawabannya. Narcissa mencium pipi kiri dan kanannya lalu berkata, "Sampai ketemu nanti malam kalau begitu, dear."
Dan begitu wanita itu pergi dengan Draco mengekorinya, Harry nyengir menatapnya.
"Apa?" tanyanya.
"Sepertinya kau sudah direstui dikeluarga Malfoy."
"Diamlah, Harry!" Hermione merona. Oh, sial.
―
Hermione ber-apparate kegerbang Malfoy Manor seorang diri. Kingsley tiba-tiba datang dan mengatakan membutuhkan bantuan Harry di Kementerian petang tadi sehingga Harry tidak bisa menemaninya makan malam di Manor. Tadinya Hermione ingin tidak datang saja tapi―ia tak ingin mengecewakan Narcissa dan Draco. Seburuk apapun Manor dalam ingatannya―Hermione berusaha mengabaikannya begitu mengingat Narcissa yang begitu ramah padanya dan Draco yang terlihat senang melihatnya menyetujui makan malam ini.
Hermione langsung bernapas lega begitu melihat Draco-lah yang menjemputnya digerbang. Wajah Hermione merona ketika Draco mengecup punggung tangannya lembut sebelum menarik tangannya dengan lembut juga ke dalam Manor.
"Potter kemana?" Draco akhirnya bertanya. Tapi nadanya tidak terdengar seperti pemuda itu penasaran. Bahkan Hermione tak yakin pemuda itu sebenarnya peduli dengan jawabannya.
"Ada urusan mendadak dengan Kingsley di Kementrian."
"Mom pasti sedih tamunya hanya satu yang datang."
"Err―aku bisa menyusulnya ke Kementerian kalau kau mau." Draco berhenti melangkah lalu tertawa mendengar penuturan gadisnya itu.
"Granger, Granger," Draco tiba-tiba menatapinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya―Hermione mengenakan dress pink selutut dengan riasan tipis. Butuh sejam lebih untuk memilih dress yang tepat yang bisa ia gunakan untuk malam ini. Hermione takut sekali jika ia memberikan kesan yang buruk dihadapan Narcissa.
"Apa ini sangat buruk?" tanya Hermione begitu Draco hanya menatapinya tanpa berkata apa-apa.
"Pernakah kau berkaca, Granger?"jawab Draco membuat Hermione merasa ketakutannya semakin menjadi. Hermione jadi ingin ber-apparate kembali ke The Burrow sekarang. Draco terkekeh geli melihat Hermione yang semakin pucat karena kata-katanya akhirnya kembali berkata, "Kau lebih dari sekedar menawan. Bahkan kata cantik-pun tak akan cukup untukmu, Mione."
Tiba-tiba, Hermione ingin sekali mengutuk pria Malfoy dihadapannya ini.
"Terima kasih, Malfoy. Rayuanmu sangat membantu." kata Hermione sakratis. Walaupun ia merasa lega dan sedikit merona karena pujian Draco tapi tetap saja tidak bisa menghilangkan ketegangannya saat ini. Ia akan makan malam bersama ibu dari kekasihnya. Wajar kan jika ia merasa gugup?
Draco kembali menggandeng tangannya untuk masuk ke dalam Manor-nya. Hingga mereka sampai dimeja makan, Narcissa menyambutnya dengan sangat baik.
Makan malamnya berlangsung cukup lancar. Hermione bernapas lega karena kekhawatirannya tentang menghancurkan makan malam itu tidak terjadi. Meski beberapa kali Draco harus menggenggam tangannya dahulu barulah ia merasa lebih rileks.
"Jadi Ms. Granger, apa rencanamu setelah ini?" Narcissa bertanya setelah mereka menghabiskan makanan penutupnya.
"Saya berencana kembali ke rumah saya di dunia muggle lalu mulai mencari orang tua saya, Mrs. Malfoy." Hermione menjawab sopan. Hermione tahu ia terdengar sangat kaku sekarang tapi ia tak tahu harus bersikap seperti apa didepan Narcissa.
"Tak perlu terlalu formal padaku, dear," Narcissa tersenyum ramah menyadari ketegangan kekasih putranya itu, "Dan, oh, Draco sudah menceritakan padaku yang terjadi pada orang tuamu. Aku sudah menyuruh orangku untuk mencarinya di Australia. Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku atas kesaksianmu, dear."
"Anda tidak perlu melakukannya untuk saya, Mrs. Malfoy," Hermione menggigit bibir bawahnya ragu. Sulit sekali untuk bersikap tidak formal dalam situasi seperti ini.
"Panggil aku Narcissa jika itu bisa membuatmu lebih nyaman, dear. Dan aku akan tetap membantu mencari orang tuamu dan apa kau yakin akan tinggal seorang diri di dunia muggle?"
"Tentu saja, err―Narcissa. Kurasa lebih baik menjauh dari dunia sihir untuk sementara waktu. Setidaknya sampai perang tak lagi membayangiku." kata Hermione jujur. Alasannya memilih kembali ke dunia muggle sebenarnya memang itu. Ia ingin menjauh dari dunia sihir untuk sementara waktu. Ia masih memiliki trauma pasca perang besar.
"Aku akan menemaninya." kata Draco yang sedari tadi diam. Hermione menatap pemuda itu terkejut sementara Narcissa tersenyum aneh menatap putranya.
"Draco, tapi ini dunia muggle. Kau tak bisa menggunakan sihir―"
"Aku tahu, Granger. Tapi aku akan tetap menemanimu. Perang bukan hanya berpengaruh padamu saja ngomong-ngomong."
Hermione beralih menatap Narcissa Malfoy untuk mendengar pendapat wanita itu tentang keinginan anaknya. Dan jawaban Narcissa membuat Hermione kembali terkejut, "Aku setuju dengan Draco."
Oh, apa Narcissa selalu begitu? Mendukung semua perkataan Draco? Kalau iya, pantas saja Draco terkadang manja.
"Kalau kau tidak keberatan menampung Draco dirumahmu tentu saja, dear." lanjut Narcissa. Dan Hermione tahu ia tidak bisa menolak permintaan wanita itu. Ditambah tatapan kedua Malfoy tersebut padanya―jadilah Hermione hanya mengangguk.
"Bagus. Terima kasih sekali lagi, dear. Aku akan mengabarimu jika ada perkembangan soal orang tuamu."
Dan Hermione berusaha memikirkan cara yang tepat untuk memberi tahu para Weasley dan sahabatnya tentang kabar ini.
Ia dan Draco akan tinggal bersama dirumahnya hanya berdua.
Pikirkan sendiri bagaimana itu terdengar ditelinga sahabatnya dan para Weasley yang sudah ia anggap sebagai keluarganya juga.
―
Disinilah mereka sekarang. Mereka, Hermione dan Draco, kini berada dihalaman rumah Hermione dengan koper masing-masing. Mereka sengaja ber-apparate dari Malfoy Manor ke rumah Hermione pagi hari untuk menghindari dipergoki saat muncul tiba-tiba oleh muggle. Hermione sangat bersyukur karena tetangganya belum terlihat dimanapun saat ini.
"Alohomora!"
Pintu rumah itu terbuka. Hermione hendak membawa kopernya masuk―namun Draco lebih cepat membawa koper mereka berdua dengan sihirnya kedalam rumah. Hermione menatap pria itu kesal.
"Well, Malfoy, berhubung kau tinggal dirumahku, kau harus mengikuti peraturan dirumahku sekarang."
"Peraturan apa?" kening Draco berkerut.
"Dilarang menggunakan sihir. Pengecualian dalam keadaan darurat."
"Peraturan macam apa itu?" Draco merengut tak suka. Ia terbiasa menggunakan sihir sejak kecil dan kini ia harus terbiasa tanpa sihir? Hermione pasti bercanda!
Hermione memutar bola matanya malas, "Aku sudah bilang kau tak akan suka disini. Aku bisa mengirimmu kembali ke Manor kalau kau tak sanggup memenuhi peraturannya."
"Baiklah, Granger." kata Draco mengalah lalu menyimpan tongkatnya kembali.
Hermione tersenyum penuh kemenangan lalu berjalan mendekati pintu kamar tamu dilantai pertama rumahnya. Tangannya membuka kenop pintu itu lalu menyalakan lampu kamar tersebut.
"Maaf jika ini jauh dari ekspetasimu."
"Ini bahkan tidak sebesar kamar mandi pribadiku di Manor." komentar Draco membuat Hermione mendengus sebal. Rumahnya memang jauh sekali jika dibandingkan dengan Malfoy Manor tapi kesal juga mendengar komentar seperti itu dari orang yang akan menumpang dirumahnya.
"Kalau begitu, sana kembali ke Manor!"
Draco menaikkan sebelah alisnya, "Dua kali kau mengusirku, Granger. Kau yakin tidak ingin bersama kekasihmu sendiri disaat seperti ini?"
Hermione menghela napas saat Draco memberikan tatapan yang selalu membuatnya luluh. Licik sekali pria itu. Setelah membuatnya kesal, pria itu menggunakan pesonanya untuk membuat Hermione memaafkannya bahkan tanpa harus meminta maaf.
"Aku kekamarku dulu." Hermione memilih untuk tidak mengindahkan ucapan Draco. Namun tangan Draco yang menahan tangannya membuatnya mengurungkan niatnya. Ia menatap pemuda itu dengan tatapan tanyanya.
"Biar aku bawakan kopermu kekamarmu." Draco langsung berjalan mendahului Hermione untuk mengambil koper wanita itu. "Tanpa sihir, tenang saja." Draco melanjutkan ketika Hermione hendak mengingatkannya.
Hermione tersenyum tipis. Draco memang terkadang menyebalkan. Tapi pria itu juga bisa bersikap manis disaat yang bersamaan. Seperti apa yang dilakukan pemuda itu sekarang. Memilih mengangkat kopernya yang cukup berat ke kamarnya dilantai atas tanpa sihir. Hermione bahkan tak yakin pemuda itu pernah mengangkat kopernya sendiri sebelumnya. Mengingat, pemuda itu sudah terbiasa menggunakan sihir.
―
Hermione terbangun dengan keringat yang mengalir dipelipisnya. Matanya mengisyaratkan ketakutakan dan kelelahan. Ia lelah dengan semua mimpi buruknya. Dan ia takut jika mimpi itu akan terus menghantuinya seumur hidupnya.
Hermiome mengusap keringat dipelipisnya, lalu memeluk lututnya sendiri. Rasanya sulit sekali menghempaskan bayang-bayang perperangan. Itu selalu muncul dalam mimpinya―dan terasa semakin menakutkan semakin lama. Dan itu cukup untuk membuat Hermione frustasi.
Hermione menatap lengan kirinya yang kini berhiaskan tulisan 'Mudblood'. Hermione tahu itu permanen. Seberapa keras ia mencoba menghilangkannya, itu tetap tak akan hilang. Dan Hermione hanya bisa berharap agar mimpi buruknya tidak sama permanennya seperti tulisan itu.
Hermione bangkit dari ranjangnya begitu teringat dengan pria yang kini tinggal dikamar tamu rumahnya. Mungkin, melihat wajah pria itu bisa membuatnya lebih baik. Pria itu sering membuatnya merasa lebih baik dalam banyak hal. Jadilah Hermione memutuskan untuk mengunjungi kamar pemuda itu.
Hermione berusaha memelankan langkahnya agar Draco tidak terbangun. Ia tak ingin mengganggu istirahat pemuda itu. Ia hanya ingin menatapi pemuda itu beberapa saat saja.
Kening Hermione mengerut begitu membuka pintu kamar pemuda itu. Lampunya masih menyala dan Hermione mendapati pemuda itu masih terbangun dan kini sedang bermain dengan sihirnya pada benda-benda dikamar itu. Namun pemuda itu langsung berhenti dan berusaha menyembunyikan tongkatnya dibelakang tubuh bagian atasnya yang kini tak tertutupi sehelai benangpun begitu melihat Hermione. Sedikit membuat Hermione merona karena ini pertama kalinya melihat tubuh bagian atas kekasihnya itu.
"Err―Granger, aku hanya―"
"Bermain dengan sihirmu?" Hermione memotong ucapan Draco dengan nada sakratis. Membuat Draco berdecih sebal.
"Kenapa kau belum tidur?" Draco berusaha mengalihkan pembicaraan begitu menyadari sesuatu. Ini tengah malam dan rasanya aneh melihat gadis yang disiplin seperti Hermione belum terlelap diranjangnya sendiri saat ini.
Hermione menghela napas lelah. Mungkin berbagi bebannya dengan Draco bukanlah pilihan yang buruk saat ini, "Mimpi buruk."
"Mau cerita?" tawar Draco sambil melirik sisi ranjang yang kosong disebelahnya―bermaksud mempersilahkan Hermione untuk duduk disampingnya.
Hermione mengangguk sekilas lalu berjalan mendekati ranjang pemuda itu. Ia duduk lalu menidurkan tubuhnya disana―setelah menarik lengan kiri Draco untuk menjadi bantalnya. Draco terlihat terkejut awalnya―namun tak lama ia langsung tersenyum dan ikut kembali menidurkan dirinya menghadap Hermione.
"Wajahmu memerah, Granger." kata Draco begitu menyadari gadis disebelahnya diam-diam merona.
Hermione langsung membuang mukanya kearah lain―lalu hendak beranjak bangkit menjauhi Draco yang mulai tertawa meledek. Namun Draco lebih sigap untuk menahan tubuh gadis itu agar tetap disampingnya.
"Malfoy, aku tak akan bercerita kalau kau terus tertawa!"
Draco berusaha menghentikan tawanya lalu menatap Hermione serius, "Ceritalah, Granger."
Hermione memilih menatap kearah lain begitu melihat tatapan serius Draco. Ia terdiam beberapa saat untuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk bercerita, "Aku lelah, Malfoy. Mimpi buruk itu selalu datang. Tentang kematian Remus, Tonks, Fred. Teman-teman kita yang lainnya saat perang besar. Dan yang paling sering―Bellatrix."
Hermione melirik lengan kirinya yang bertuliskan 'Mudblood', membuat Draco juga menatapi lengan gadis itu dengan tatapan bersalahnya.
"Maafkan aku, Mione. Aku tak seharusnya diam saja waktu itu. Aku seharusnya―"
"Draco!" Hermione menghentikan ucapan pria itu. Ia tak pernah menyalahkan Draco atas kejadian itu. Ia tahu pemuda itu sama takutnya dengan dirinya, "Itu bukan salahmu."
Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat―lalu Draco berganti melirik kearah lengan kirinya yang memilikitanda Death Eaters. Ia tersenyum kecut.
"Aku juga bermimpi buruk, Granger." Hermione bisa melihat tatapan sedih pemuda itu saat mengatakannya, tatapan yang sama dengan tatapan yang selalu ia lihat saat mereka ditahu keenam. "Kematian Dumbledore, Mrs. Burbage, Goyle. Dan hari dimana bibi Bella menyiksamu―itu juga selalu menghantuiku."
"Draco, itu bukan salahmu."
Draco balas menatap Hermione mendengar ucapan gadis itu. Ia tersenyum kecut begitu mendengar pembelaan dari gadis itu walau pada kenyataannya ia yang salah. Jika saja ia lebih berani―Bellatrix tak akan pernah melukai gadis yang dicintainya itu seujung jaripun. Dan Hermione tak perlu memiliki mimpi buruk tentang Bellatrix dan Malfoy Manor.
Dengan perlahan Draco mendekatkan wajahnya dengan wajah Hermione ―mempersempit jarak diantara mereka. Hermione refleks menutup matanya begitu bibir Draco menyentuh bibirnya. Tangannya terangkat untuk memeluk leher pemuda itu begitu pemuda itu melumat bibirnya lembut.
Tak ada yang membuat Hermione jauh lebih tenang selain Draco saat ini. Dan sepertinya membiarkan Draco tinggal dirumahnya sementara sama sekali bukan ide yang buruk.
―
Hermione membuka matanya begitu sinar matahari yang menerobos jendela kamar tersebut menyilaukan matanya. Ia mendongak dan mendapati Draco yang masih terlelap dengan posisi memeluknya. Wajah pemuda itu begitu damai―membuat Hermione tak bisa menahan senyum kecilnya.
Dengan perlahan tangan Hermione terangkat menyusuri wajah pemuda itu. Mulai dari dahi hingga ke rahangnya sambil berusaha keras untuk tidak membangunkannya karena pemuda itu pasti akan meledeknya habis-habisan jika memergokinya saat ini.
Pandangannya teralih pada jam dimeja nakas yang berada dibelakang Draco. Jam tersebut menunjukkan pukul 9 pagi. Itu berarti ia tidur hampir selama kurang lebih 8 jam. Dan itu rekor tidur terlama yang pernah ia dapatkan setelah perang usai. Biasanya, ia hanya akan tidur selama 2 atau 3 jam. Selebihnya ia akan terbangun karena mimpi buruknya selalu datang dan datang lagi.
Apa ini karena err―berada dipelukan Draco? Apa pelukan pemuda itu yang membuat mimpi buruknya pergi?
Apapun itu, Hermione rasa ia harus berterima kasih pada Draco. Dengan perlahan, Hermione bangkit ranjang itu―lalu berjalan menuju dapur rumahnya.
Sebuah sarapan spesial sepertinya cukup untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.
TBC
Hello, ada yang masih inget cerita 'Our Story'?
Well, waktu itu saya janjiin sequelnya dan ini dia hasil chapter 1nya. Ini bakalan lebih panjang dari pada 'Our Story' saya rasa.
Gimana chapter 1 ini? Jelek? Ngebosenin?
Tolong kasih saran dan masukan di review ya biar kedepannya ff ini bisa lebih bagus lagi.