Chapter 01

Hack The Brain

End

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Sci-fi, Romance, Angst, Crime, Adventure

RnR Please

Happy Read ^_^

Langit masih berwarna biru gelap dengan taburan bintang bagaikan jutaan permata yang ditebar diatas permadani berwarna hitam. Ayam jantan yang biasanya bangun pagi pun sekarang masih menutup matanya, menunggu sinar mentari yang mungkin saja akan mengintip di ufuk timur esok hari.

Dalam kegelapan malam itu, sebuah mobil porche hitam tampak menembus kegelapan malam dengan suara mesinnya yang halus. Bagaikan burung hantu yang sedang berburu, porche tersebut tampak benar-benar terkamuflase dengan baik di gelapnya malam.

"Ck" Terdengar suara decakan kesal dari kursi kemudi porche tersebut. Gadis dengan rambut gelap yang hampir senada dengan warna langit malam itu tampak berkali-kali membanting setir, meliuk-liuk melewati jalanan yang banyak lubangnya.

Dia adalah Hinata, Hyuuga Hinata. Seorang gadis yang bekerja di perusahaan security yang cukup terkenal di amerika saat itu dan menjadi andalan bagi produk IT yang lain.

"Kenapa aku harus ikut andil dengan apa yang telah diperbuat oleh Kiba-kun sih" Keluh Hinata. Mobil itu pun kemudian melaju dengan kencang begitu keluar dari jalan tikus dan kemudian dia berbelok ke arah sebuah gedung besar bertingkat banyak dan segera memarkirkan mobilnya di tempat parker.

Seorang cowok dengan tato taring merah di pipinya menyambutnya dengan tatapan khawatir dan langsung mengajaknya untuk masuk dengan cepat. Hinata pun mengikuti Kiba menuju ke arah elevator dan kemudian menekan beberapa kombinasi tombol untuk menuju ke ruang bawah tanah di gedung tersebut.

"Jadi…" Tanya Hinata sambil mengangkat sebelah alisnya pada cowok bernama Kiba tersebut.

"Aku telah memaksa servernya untuk shutdown selama satu jam. Tapi client kita yang satu ini tidak mau menunggu sampai pagi untuk mengatasi masalah ini" Kata Kiba.

"Jelaslah, ini client penting bego" Gumam Hinata tanpa terdengar oleh Kiba. Tak berapa lama, pintu lift pun terbuka dan menampakkan sebuah ruangan besar dengan banyak sekali mesin kotak-kotak yang terhubung oleh banyak sekali kabel rumit.

"Seperti yang kuduga dari IMF" Gumam Hinata sambil memeluk dirinya sendiri. Sebuah ruangan server dimana banyak komputer beroperasi memerlukan suhu dingin setidaknya tujuh belas derajat celcius.

"Ayo…! Kau benar-benar bisa tersesat kalo jalan sendirian di server sebesar ini" Kata Kiba. Kalian tahu seberapa besar IMF? International Monetary Federation, sebuah perusahaan yang mengatur lalu lintas ekonomi dunia. Mengembangkan mata uang yang berlaku di seluruh dunia dalam bentuk digital, bukan uang kertas. Selain itu, server ini juga menjadi incaran banyak hacker sehingga keamanan dan stabilitas menjadi hal yang sangat krusial disini.

Sekali server down, mungkin banyak orang akan mengalami kerugian. Yah…! Bisa diibaratkan seperti membakar uang besar-besaran lah. Dua insan berbeda jenis itu pun berkeliling menjelajahi server yang nampak seperti labirin tersebut dengan Kiba yang bertindak sebagai pemimpin.

"Itu, letak komputer pusatnya" Kata Kiba sambil menunjuk ke arah komputer kecil yang menjadi pusat dari server tersebut. Seorang pria berambut hitam panjang dengan mata kekuningan tengah melihat beberapa baris di layar komputer hitam tersebut. Pria tersebut rupanya menyadari kehadiran mereka berdua sehingga dia pun menoleh kearah KibaHina.

"Biar saya saja yang mengurusi masalah ini, Orochimaru-sama" Kata Hinata sambil berjalan ke arah Orochimaru dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa. Pria berambut panjang itu pun hanya mengeluarkan sebuah seringai yang terkesan licik sambil berjalan menjauhi komputer server tersebut.

"Aku berharap banyak padamu, nona Hinata" Kata Orochimaru ketika dia berpapasan dengan Hinata sebelum akhirnya dia berjalan menuju ke arah lift yang tadi di masuki oleh dua orang tersebut.

"Haha...! Jangan khawatir, Orochimaru-sama. Hinata adalah teknisi terbaik kami. Semua akan beres bila ditangani oleh cewek yang satu ini" Kata Kiba. Hinata hanya nyengir kecil mendengar ocehan Kiba yang terdengar seenaknya tersebut. Dia pun kembali untuk mengecek komputer tersebut ketika suara Kiba bersama Orochimaru sudah tidak terdengar lagi.

Sunyi... Hanya terdengar suara ketukan merdu dari jari lentik Hinata yang dengan cepat mengetikkan perintah di layar komputer dengan background hitam dan teks hijaunya tersebut.

Wajah putihnya tampak semakin pucat setelah di sedang dengan suhu ruangan sebesar 17 derajat Celsius tersebut. Bibir merah itu kini tampak membiru dan sudah sedikit bergetar meskipun dia masih tetap gigih memperbaiki server untuk mencari virus yang telah menyebar diantara para server yang ada di sana.

Biji lavender itu tampak bergerak kesana-kemari meneliti berbagai baris tulisan hijau sambil sesekali tertutup oleh bulu mata lentik yang melengkapi mata indah nya tersebut. Raut wajahnya yang serius benar-benar mempesona dan ekspresinya yang tidak berubah seperti menunjukkan sebuah karya seni yang luar biasa yang sudah di ciptakan oleh sang maha kuasa ini.

"Hm...! Cukup keren juga kau bisa menembus sistem keamanan kami" Gumam Hinata ketika dia telah menemukan virus yang mengganggu server tersebut. Bahkan bagi seorang polisi cyber se ampuh Hinata sekalipun perlu waktu sekitar setengah jam untuk menemukan virus tersebut. Ini menunjukkan betapa hebatnya seseorang yang mampu menembus sistem Bank dunia.

"Baiklah. Tinggal aku hapus aja file yang satu ini dan server bisa on lagi" Kata Hinata dengan ekspresi lega di wajahnya. Dia pun memberikan sebuah perintah hapus kepada komputer. Perlu diketahui juga sebuah komputer server biasanya tidak memakai mouse sehingga untuk menghapus sebuah file, admin harus mengetikkan sebuah perintah di komputer.

"Eh...!" Gumam Hinata begitu melihat sebuah peringatan ketika dia sedang menghapus file virus tersebut.

Apakah anda yakin akan menghapus saya T_T? (Y/N)

Alis tipis Hinata tampak bertaut begitu melihat pesan yang tampak memohon tersebut. Dia pun segera menekan tombol Y untuk konfirmasi. Mata lavender itu tampak sedikit ragu ketika dia akan menekan tombol enter untuk menghapus file tersebut.

Bibir merah kebiruan tersebut sekarang tampak bergetar lebih hebat karena gugup dan rasa ingin tahu dengan pembuat virus tersebut. Tapi pekerjaan dan karir sebagai seorang polisi cyber tidak bisa dia abaikan begitu saja. Apalagi ini adalah IMF, jika dia salah sedikit saja dia bisa membakar jutaan uang milik orang tidak bersalah.

Biji lavender miliknya kembali melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mengawasinya saat ini.

"Huh...! Aku benar-benar minta maaf untuk ini" Kata Hinata sambil menekan tombol esc dan membatalkan penghapusan.

Terima kasih atas kebaikanmu. Saya akan memasuki mode sleep kali ini ^_^

"Hah...!" Hinata tampak kaget dengan pesan tersebut. Di bawah pesan tadi tercatat dua buah angka dengan ketelitian empat belas angka di belakang koma. Hinata pun mencatat angka tersebut dan kemudian menghapus pesan tesebut. Dia pun merenggangkan jari nya sampai bunyi gemertak buku buku jarinya terdengar cukup keras.

Tubuh rampingnya kemudian berdiri dan melangkah menuju ke arah komputer client yang berada di sekitar mesin server tersebut.

"Syukurlah. Kukira aku akan dipecat hanya karena permohonan sebuah virus" Gumam Hinata ketika mendapati bahwa server sudah bisa di hidupkan lagi. Dia pun berjalan menuju ke arah lift tempat dia masuk dan segera menekan tombol untuk naik ke lantai atas.

-0-

Berbeda dengan suasana di ruang server yang dingin tadi, di daerah pinggiran kota tampak sangat panas sekali. Banyak pria dengan punggung yang sudah menghitam terkena sinar matahari sedang berusaha mati-matian untuk menghidupi keluarganya. Beberapa wanita juga tampaknya sibuk dengan urusan rumahnya yang tampak kumuh tersebut.

Inilah daerah pinggiran kota, dimana mereka masih menggunakan sistem uang fisik untuk jual beli dengan hanya beberapa dari mereka saja yang mampu membeli dengan uang digital. Termasuk seorang pemuda yang sekarang tengah duduk sambil menghabiskan sebotol cairan berwarna coklat muda.

Dengan jaket abu-abu buluk dan kaos hitam sebagai dalamannya, pria yang satu ini tampak sangat berbeda dengan pria yang ada di sekitarnya. Kulitnya putih bersih dengan rambut raven yang tampak masih segar di kepalanya.

Pria tersebut tampak sedang duduk santai sambil meneguk minuman yang ada di dalam botol yang dibawanya. Tidak, dia tidak mabuk, hanya minuman bersoda biasa.

"Hei...! Ngapain kamu?" Hardik pria tersebut ketika dia melihat seorang gadis cantik sedang membawa sebuah smartphone sambil sesekali mengamati keadaan di sekitarnya.

Gadis berambut indigo tersebut menoleh ke arah pria yang menghardiknya. Mata lavender lembutnya tertangkap oleh biji onyx yang sekarang sedang menatap tajam ke arahnya. Gadis yang ternyata adalah Hinata itu tampak terdiam sejenak melihat pria yang berada di depannya tersebut.

"Kalo ditanya itu jawab..." Biji onyx tersebut tampak membulat bahkan sebelum dia menyelesaikan kata-kata dari mulutnya. Tanpa peringatan dia langsung menerjang ke arah gadis tersebut.

Hinata yang waktu itu masih terdiam tampak tidak siap dengan serangan dari pria tersebut. Pria tersebut langsung merampas Smartphone milik Hinata dan memegang tangan Hinata. Tanpa rasa kasihan dia memelintir lengan tersebut ke belakang punggung Hinata dan membanting tubuh Hinata sehingga sekarang dia sedang terbaring dengan pria tersebut mengunci pergerakannya dari atas.

"Aduh…! Ei…Ei…Ei…!" Hinata mengerang kesakitan merasakan lengannya dipelintir kebelakang oleh Sasuke. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri kenapa dia sampai terpesona oleh cowok yang tinggal di pinggiran kota dengan tampilan yang cukup kusut ini.

"Apa-apaan sih yang kau lakukan?" Teriak Hinata sambil menoleh ke belakang. Dilihatnya pria berambut raven itu tengah mengutak-atik smartphone miliknya dengan raut wajah serius. Hinata hanya melongo heran melihat pria tersebut.

"Mungkin dia gak tau apa itu smartphone" Pikir Hinata. Gadis itu pun mulai tenang mengira bahwa Sasuke hanya penasaran dengan benda yang ada di tangannya tadi sehingga dia menggila.

"Kalo kau lepaskan aku, akan aku kasih tahu cara menggunakannya" Kata Hinata dengan nada yang tenang. Mendengar hal yang sama sekali berbeda dengan perkiraannya membuat pria itu mengarahkan onyx tajamya menuju Hinata yang berada di bawahnya.

"Apa aku terlihat seprimitif itu ya? Masa bodoh deh, aku harus ambil nih anak" Batin Sasuke. Dia pun merunduk untuk membisikkan sesuatu pada Hinata.

"Apa kau mau pekerjaan?" Kata Sasuke tepat di telinga Hinata. Desir nafas hangat Sasuke terasa menggelikan di telinganya yang masih tertutup oleh rambut indigo miliknya. Dalam hatinya, terbersit sebuah pikiran tentang apa yang akan dilakukan oleh Sasuke kepadanya.

"Hah…! Sasuke…! Apa kau benar-benar sudah gila? Aku tahu kau sudah lama jomblo, tapi jangan memperkosa orang ditengah jalan dong" Sela seseorang ketika melihat posisi mereka berdua. Sasuke pun mengalihkan pandanganya pada seseorang yang menyela ucapannya tadi. Seorang pria dengan rambut eboni tengah memandang mereka berdua dengan tatapan shock.

"Sai…! Aku butuh bantuanmu. Kita bawa dia ke rumah bareng-bareng" Sontak Hinata dan pria yang dipanggilnya Sai tersebut langsung kaget dengan ucapan Sasuke tadi.

"Anu…! Sasuke, aku tidak begitu tertarik dengan hubungan kotor" Jawab Sai yang jadi sedikit salah tingkah dan masih shock dengan Sasuke yang nampaknya sudah berubah banyak. Hinata yang dari tadi diam aja pun sekarang mulai berontak.

"Kalian pikir aku ini mainan yang bisa kalian mainkan sesuka hati apa. Cepat lepaskan aku, dasar pria mesum berambut ayam" Teriak Hinata sambil memberontak, tapi sia-sia aja karena kekuatan tangan Sasuke benar-benar kuat sehingga gadis itu hanya menggeliat pelan di bawahnya.

"Huh…! Rupanya kalian berdua sudah salah paham ya" Kata Sasuke sambil melepaskan Hinata dan kemudian duduk di bangku yang tadi didudukinya sambil menghabiskan tetes terakhir dari minuman cola yang sejak tadi masih belum dihabiskannya. Hinata yang melihat adegan tersebut tampak menelan ludahnya melihat jakun Sasuke yang naik turun seirama dengan tegukannya.

"Aih…! Apa sih yang aku pikirkan" Batin Hinata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menolak pemikirannya tadi. Sasuke pun jongkok setelah membuang botol colanya tadi dan menatap Hinata dengan tatapan tajam dari onyx miliknya.

"Hei….! Apa kau memang suka tiduran di tanah seperti itu? Aku hanya mau membicarakan soal ini" Kata Sasuke sambil memperlihatkan layar smartphone yang sudah di rampasnya dari Hinata tersebut. Mata Hinata terbelalak melihat apa yang ditampilkan oleh layar di tangan Sasuke. Sebuah peta, atau maps yang dengan tanda panah berwarna merah sebagai lokasi yang sudah ditandai oleh Hinata.

Jari putih milik Sasuke tampak menyentuh sedikit layar tersebut dan mengusapnya ke atas. Tampilan berubah menjadi sebuah foto hutan dengan sudut pandang setinggi satu setengah meter. Kali ini biji lavender milik Hinata hampir saja keluar melihat hal tersebut (mirip sama google street view).

"Bukankah aneh jika ada hutan seperti itu di sekitar sini? Aku yakin aku memasukkan longitude yang benar" Kata Hinata sambil berdiri dan langsung merebut smartphone miliknya dari tangan Sasuke. Bibir merah milik pria itu tampak menyunggingkan seulas senyuman tipis.

"Yap...! Bukankah seharusnya kita bawa dia ke rumah, Sai?" Tanya Sasuke sambil menatap ke arah Sai yang sedang berdiri di belakangnya dengan ekspresi serius.

"Mungkin begitu, bagaimana jika kau salah target?" Tanya Sai dengan nada sedikit khawatir sambil menatap ke arah Hinata. Cowok berambut raven itu hanya angkat bahu sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Sai.

"Mungkin saja dia bisa jadi istri yang baik"

TBC

Ini sebenernya fic lama juga sih, dan idenya juga mau saya buat OneShot, tapi saya rasa kepanjangan dikit sehingga saya pisah menjadi beberapa chapter (dengan beberapa cerita pendukung juga)

Thanks for Reading

Don't Forget to Review