Akashi Seijuro selalu benar, dan Kuroko Tetsuya harus rela menjadi pihak yang salah.

.

.

Kuroko no basuke © Fujimaki Tadatoshi

.

.

FF written by May_Angelf

.

.

~Televisi~

Saat ini hujan turun dengan sangat lebat, petir menyambar dan guntur menggelegar. Kegiatan Tetsuya menonton televisi harus terjeda, takut tersambar petir katanya.

"Akashi-kun, kabel antenanya dicabut tidak?" tanya Tetsuya pada pemuda crimson yang tengah bobo manja di pangkuannya.

Bukan apa-apa, Kuroko Tetsuya hanya takut salah seperti tahun sebelumnya. Tahun lalu, televisi mereka tersambar petir hingga memercikan api dan mengeluarkan asap dikarenakan Tetsuya tidak-mencabut-kabelnya-diwaktu-yang-tepat. Ya, saat itu juga hujan turun dengan lebat disertai petir dan guntur seperti sekarang. Namun, saat Tetsuya hendak mencabut kabel antena televisinya, Akashi mencegahnya dan mengatakan, "Tunggu sampai acara favoritku selesai." Dan tepat 2 detik setelah acara favorit Akashi selesai, insiden itu terjadi.

Mungkin kalian berpikir itu salah Akashi, tapi menurut Akashi itu salah Tetsuya yang terlambat dua detik mencabut kabel antena televisinya.

"Cabut saja Tetsuya." Akashi menjawab tanpa membuka mata, dia masih menikmati nyamannya paha Tetsuya.

"Sekarang Akashi-kun?" tanya Tetsuya lagi, dia tidak mau disalahkan jika waktunya tidak tepat lagi.

"Tunggu sampai televisinya tersambar petir." Akashi menjawab malas.

Kriik Kriik

Beberapa menit telah berlalu, tidak adanya tanggapan dari Tetsuya membuat Akashi terpaksa membuka mata untuk mencari tau apa yang dilakukan kekasihnya. dia mendongak dan mendapati Tetsuyanya malah asik melanjutkan menonton televisi.

"Tetsuya, kau bilang ingin mencabut kabel antenanya?" Akashi bertanya heran.

"Jangan bilang kau menganggap serius apa yang aku katakan barusan." Lanjutnya kemudian.

Kuroko Tetsuya hanya melirik sekilas pemuda yang masih menjadikan pahanya sebagai bantalan tidur dan melanjutkan kegiatannya menonton televisi, menandakan dia benar-benar menganggap serius candaan Akashi.

"Astaga Tetsuya! aku hanya bercanda. Cepat matikan televisinya dan cabut kabel antenanya sebelum tersambar petir!" Titah Akashi dengan suara agak meninggi.

Mendengarnya, Tetsuya segera beranjak dari tempatnya untuk mencabut kabel antena televisi tanpa memperdulikan Akashi yang masih berbaring dipangkuannya.

Duak Brugh

Sudah jatuh, terantuk meja pula. Itulah yang terjadi pada Akashi setelah Tetsuya beranjak dari Kursinya.

"Tetsuya." Akashi menggeram marah, menyebut penuh penekanan nama kekasihnya.

"Kau kenapa Akashi-kun?" dan Tetsuya malah bertanya dengan polosnya.

"Aku terjatuh karena kau Tetsuya." Jawab Akashi masih geram.

"Kenapa aku? Salah sendiri kenapa Akashi-kun jatuh dari situ." Sambil mencoba mencabut kabel antena dari pantat televisi, Tetsuya menjawab santai si surai merah yang mulai muncul tanduk di kepalanya.

"Kalau kau tidak bangun tiba-tiba, aku tidak akan tersungkur begini Tetsuya." Padahal kalau dipikir-pikir, Akashi sendiri yang meminta Tetsuya untuk cepat.

"Baiklah, aku yang salah." Tetsuya memutar bola matanya malas, memaklumi tingkah kekasihnya yang tak pernah mau mengaku salah.

"Akashi-kun, ini sulit," ujar Tetsuya lagi tak berapa lama.

"Sulit apanya?!" beranjak dari lantai pembaringannya, Akashi masih menjawab emosi.

"Kabel antenanya sulit dicabut Akashi-kun." Tetsuya menarik-narik kabel antenanya hingga televisinya ikut bergoyang, menunjukkan pada Akashi betapa kuat cengkraman kabel antena di pantat televisi.

"Tarik lebih kuat lagi Tetsuya." Saran Akashi.

"Baiklah."

Dan...

Ctak

Bukannya tercabut, kabel antena televisi yang Tetsuya tarik malah terputus.

"Kabelnya putus Akashi-kun." Dengan watados kuroko menunjukan Untaian kabel yang tidak lagi menyatu dengan kepala colokannya pada Akashi.

Akashi menepuk jidatnya, tidak habis pikir kenapa yang dilakukan Tetsuyanya selalu salah. Tak ingin salah bicara karena emosi dan menimbulkan pertengkaran diantara mereka, Akashi hanya diam dan mengambil alih kabel di tangan kekasihnya.

"Biar aku betulkan," ujarnya.

"Nanti saja Akashi-kun, petir masih menyambar diluar sana. Bagaimana kalau Akashi-kun tersambar karenanya?" cegah Tetsuya.

"Mana mungkin petir menyambarku Tetsuya."

"Tapi Akashi-kun, kabelnya kan terhubung dengan antena diluar sana, kalau petir menyambar lalu aliran listriknya menyengat Akashi-kun bagaimana?" gitu-gitu Akashi tetaplah kekasih tercintanya, dan Tetsuya tidak ingin dia kenapa-napa.

"Selama tidak ada aliran listrik, sambaran petir tidak akan berpengaruh Tetsuya." Kekeh Akashi pada pendiriannya.

"Tapi Akashi-kun—"

"Aku selalu benar Tetsuya."

Tidak lagi perduli pada ocehan Tetsuya, dengan perlahan Akashi mulai menyambung kembali kabel antena televisinya. Hingga tiba-tiba…

Jdeerr

Drrrtrrrt

"AKASHI-KUN!"

"I-ini semua.. ga-gara-gara kau.. memutuskan kabelnya Tetsuya." Dan Akashi ambruk seketika.

"Aku salah lagi ya?" Kuroko Tetsuya hanya bisa garuk-garuk kepala.

.

.

-Fin-

.

.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa review ya ^^

Sebenarnya ini kisah nyata saya sama Papa saya, tapi tidak semesra Akashi dan Tetsuya, dan tidak sampai tersengat juga. Semoga dapat menghibur readers semuanya :D