Arco Iria Present

KINGS

Enjoy!


"Aku akan memenjarakanmu. Dan aku akan membuatmu menjadi penghasil anak bagiku! Kau akan melahirkan anak ini, dan aku akan menyetubuhimu lagi hingga hamil, lalu kau akan melahirkan, dan akan terus begitu hingga akhir hayatmu! Inilah perjanjian awal kita dimana rakyatmu akan selamat selama kau menuruti perintahku."


"HOEK! Uhuk! Uhuk! Hkggh!" Baekhyun membuang ludahnya ke dalam bejana yang ada di ujung ruangannya. Seperti biasa, pada pagi hari rasa mual dan muntah selalu menyerangnya, dan itu terjadi hampir setiap hari. Dengan sedikit terhuyung Baekhyun terduduk di lantai yang terbuat dari tanah. Dadanya sesak dan perutnya sakit, terlebih lagi dengan denyut-denyut perih di kepalanya.

Baekhyun menatap langit-langit kamarnya yang berwarna kelabu. Masih dengan napas terengah-engah, Baekhyun memukul pelan dadanya, memberi dorongan untuk dirinya sendiri agar tetap kuat. ia kemudian menatap nanar pada bejana yang setiap hari akan ia isi dengan muntahannya sendiri.

Dan di dalam situ, hanya ada air. Karena rasa mual itu menyerang tepat saat ia tidur, dan malamnya Baekhyun tidak mengonsumsi apapun, sehingga membuatnya hanya muntah air saja. Sambil sedikit terbatuk, Baekhyun berusaha keras untuk berdiri, memandang ke arah jendela yang ditutupi oleh besi jeruji yang kokoh.

Pagi telah menyapa.

Dan dengan langkah terseok, Baekhyun membawa tubuhnya ke seberkas sinar mentari yang masuk ke dalam kamar gelapnya. Setidaknya, hanya dengan merasakan sinar matahari, ia mampu untuk merasakan sedikit rasa tenang.

"Sembilan." Baekhyun bergumam dengan suara serak, ia menggoreskan sebuah arang ke dinding, menggambar sebuah garis di mana ia selalu menghitung keberadaannya di penjara itu.

Sudah Sembilan hari lamanya. Baekhyun berada di penjara ini.

Sebuah penjara yang berupa ruangan tertutup, hanya dengan satu jendela dan pintu besi kokoh yang hampir tak pernah terbuka. Lantainya terbuat dari tanah, dan di dalam sana hanya ada sebuah tikar dari jerami, dan selimut yang sungguh tipis.

Hampir tak mungkin untuk tidur nyenyak saat malam di ruangan ini. Sebab dinginnya malam sungguh menusuk hingga ke sumsum tulang. Malam-malam itu membuat Baekhyun bahkan tak mampu untuk tidur hingga pagi, dan melakukan beberapa gerakan bela diri untuk terus menghangatkan badannya. Karena, jika ia tidak bergerak, mungkin ia akan mati beku.

Jatah makannya hanya sekali sehari. Dan tidak ada waktu menentu kapan makanan itu akan di antar. Di suatu hari makanan-makanan ini diberikan pada subuh saat mentari bahkan belum bersinar , namun untuk keesokan harinya Baekhyun harus menunggu hingga petang. Membuat Baekhyun harus mati-matian menahan rasa laparnya.

Lucunya, meskipun ia hanya diberikan makan sehari sekali. Makanan yang diberikan adalah makanan sehat dan bergizi dalam porsi yang cukup banyak. Jadi−Baekhyun kadang menyiasati rasa laparnya dengan makan sedikit-sedikit untuk menyimpannya di lain waktu.

Yang paling menyiksa adalah bagaimana tak seorang pun berkomunikasi dengannya. Tak seorang pun. Dan itu adalah sebuah hantaman untuk Baekhyun. Menyadari bahwa ia sungguh kesepian. Dan rasa kesepian, mampu membunuhnya.

Baekhyun kadang terisak di tengah malam. Ia menangis sebisa yang ia mampu−hingga tertidur. Tubuhnya mungkin kuat menahan siksaan fisik yang diberikan penjara itu. Namun mentalnya, ia tak sanggup. Ia tak mampu, menahan rasa bersalah akan rakyatnya dan Chanyeol.

Wajah Chanyeol yang menangis kala itu terus berputar di kepalanya. Begitu juga sepercik rasa penyesalan akan tindakannya.

Dan ribuan 'jika' yang terus mendesak pemikirannya.

Bagaimana jika, ia tidak kabur ke luar istana pada hari berhujan itu?

Bagaimana jika ia tidak berusaha membunuh Chanyeol pada malam itu?

Bagaimana jika, malam itu−bukan sebuah upaya pembunuhan melainkan pembalasan cintalah yang Baekhyun berikan?

Akankah semua akan berbeda?

Sambil memikirkan itu semua, Baekhyun hanya dapat menangis sunyi sambil mengusap perutnya. Jika sungguh ada bayi yang hidup di tubuhnya, maka anak itu adalah satu-satunya yang Baehyun miliki sekarang. Satu-satunya' teman' di dalam penjara yang telah dibuat olehnya sendiri.


...

"Penyerangan akan dilakukan dalam dua hari lagi. Jenderal Jung telah siap dan akan segera berangkat ke lokasi pengintaian di mana pasukan telah menunggu lebih dari satu minggu yang lalu. Kemudian, terhadap masalah pajak yang terjadi di ibu kota pekan ini− yang mulia? "

Sehun menghentikan perkataannya untuk sementara, dengan teliti memandang wajah Chanyeol yang nampak lesu. Perdana menteri Exordium itu menunggu sebentar akan reaksi raja-nya.

Namun nihil. Chanyeol tetap terdiam dengan mata kosong dan pikiran yang entah di mana. Ia tidak memperhatikan sama-sekali tentang laporan yang diberikan oleh perdana menterinya itu.

Sehun menghela napas, " yang mulia!" ia kembali memanggil, kali ini dengan nada menyentak. Dan sukses membuat Chanyeol terlonjak sedikit karenanya. Dengan air muka kesal Chanyeol memutar bola matanya sinis kepada Sehun.

Sehun menunduk, " yang mulia. Hamba mohon untuk tidak memikirkan apapun selain masalah rakyat saat ini. Maafkan hamba jika diriku lancang, namun yang mulia tidak diperkenankan untuk mencampurkan masalah pribadi dan masalah Negara."

Chanyeol mendengus, mengambil pena bulu angsa yang ada di sampingnya. Menyibukan diri dengan berkas-berkas kerajaan yang harus ditandatangani. "Aku sedang memikirkan rakyatku Sehun . Kekhawatiranku kepada mereka membuatku hilang di dalam pikiranku sendiri." Bohong Chanyeol.

Padahal di dalam kepalanya hanya ada orang itu.

Ya. Baekhyun.

Dan Chanyeol tidak dapat berhenti memikirkannya sejak hari di mana ia mengasingkan Baekhyun. Sosok Baekhyun dengan wajahnya yang menderita selalu muncul di pikiran Chanyeol tanpa henti. Terus-terusan.

Bahkan saat Chanyeol tidur pun, ia memimpikan pemuda itu. Berusaha menggapainya namun kemudian terbangun dalam kesendirian dan tanpa kehangatan.

Terkadang, Chanyeol ingin mencabut perintahnya kembali ,mengingat keadaan Baekhyun yang saat ini sedang mengandung anaknya. Chanyeol ingin membawa pemuda manis itu kembali kepadanya, Lalu memerangkap tubuh mungil itu selamanya. Namun−upaya pembunuhan yang dilakukan Baekhyun kembali mendinginkan hatinya.

'kau tidak bisa mengampuni orang yang berusaha membunuhmu' ulang Chanyeol bagai mantera di dalam pikirannya. Menendang segala belas kasihan dan rasa sayangnya untuk Baekhyun.

Tapi apapun yang Chanyeol lakukan, bayang-bayang Baekhyun akan selalu ada.

'aku akan melihat keadaannya setelah ini− untuk memastikan apakah ia sudah cukup menderita.'Chanyeol berkata dalam hatinya.

Namun jauh di dalam lubuk hati milik raja Exordium itu. Terdengar suara−

'kuharap ia baik-baik saja.'

Chanyeol berjalan sedikit demi sedikit. Ia terus saja berjalan tanpa mengetahui kemana arah tujuannya.

"Yang Mulia, mengapa kita pergi ke arah ini?" sebuah suara menyahut dari pelayannya.

Chanyeol mengedipkan matanya cepat. Ia terlonjak kaget saat menyadari bahwa ia tanpa sadar pergi ke bagian istana di daerah utara. Bahkan , ia sudah berjalan di lorong-lorong bangunannya. Istana bagian utara sangat terangsingkan dan mempunyai bangunan yang kecil−hanya digunakan untuk menyimpan arsip-arsip Negara.

Dan Baekhyun ada di bangunan ini.

Chanyeol menggeram, " perjalanan kaki dari istana utama ke bagian utara memakan waktu 10 menit, mengapa dari kalian tidak ada yang mengatakan kepadaku?!" bentaknya.

Dan sontak para pelayannya langsung bersujud takut di tanah. "Maafkan kami Yang Mulia! Kami pantas mati karena kebodohan kami!"

Chanyeol mendengus seraya mengusap wajahnya, lalu setelah berpikir sebentar, raja Exordium itu melanjutkan langkahnya ke dalam istana itu.

Ya, dia ingin melihat keadaan Baekhyun.

Setidaknya melihat, apakah ia sudah cukup menderita?


Para prajurit yang menjaga ruangan Baekhyun terlonjak kaget saat melihat raja mereka−Chanyeol , datang dengan wajah yang keras. Ini adalah pertama kalinya setelah Sembilan hari.

"Bagaimana keadaannya?" Chanyeol mengintip dari jendela kecil yang dibuat untuk memantau keadaan Baekhyun di dalam. Napasnya tercekat sebentar saat melihat sosok pemuda mungilnya di dalam.

Di dalam sana, Baekhyun terduduk diam di bawah sinar mentari. Matanya memandang kosong ke arah jendela yang mana telah memberikan cahaya untuknya. Baekhyun memang terlihat sedikit kotor.

Namun dia luar biasa cantik.

Kulitnya bersinar keemasan di bawah sinar mentari. Ia bagai sebuah ukiran patung yang dibuat oleh tangan yang sempurna. Dia−menakjubkan dan terlihat begitu rapuh.

Chanyeol meremat dadanya, merasakan sesak tidak tertahankan di sana, raja Exordium itu memperhatikan tingkah Baekhyun yang mengusap perutnya.'a-apa bayiku baik-baik saja?' pemikiran itu masuk ke pikiran Chanyeol bagai wabah epilepsi. Chanyeol ingin sekali masuk dan memeluk lelaki mungil itu.

'tapi Ia adalah orang yang ingin membunuhmu!'

Dan lagi-lagi, Chanyeol akan mengulang kalimat itu di dalam hati, berusaha memperingatkan dirinya bahwa perasaan kasihan yang muncul adalah salah.

Chanyeol berbalik, hendak pergi dari tempat itu. Ia tak sangup berlama-lama melihat keadaan Baekhyun di dalam sana. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang pelayan menggeret kereta makanan di depannya.

Pelayan yang membawa makanan itu berhenti untuk membungkukan badannya kepada Chanyeol. Entah apa yang raja Exordium itu pikirkan, ia membuka tutup saji dari makanan yang ada di atas kereta.

Dan bukan main kagetnya Chanyeol.

Sebab, di dalam sana, tersusun makanan-makanan mewah. Makanan yang hampir sama dengan yang disajikan untuknya. Daging, sayur, susu, dan buah-buahan tersaji lengkap di sana dengan porsi yang besar.

Chanyeo menggeram, kemarahan menguar di dalam hatinya. "Siapa yang dengan lancang memberikan makanan seperti ini kepada seorang tawanan berdosa!?" raungnya.

Chanyeol marah. Ia sangat marah. Mengetahui bahwa di dalam sana Baekhyun yang hampir membunuhnya tetap memakan makanan layak sungguh membuatnya murka. "SIAPA YANG BERBELAS KASIHAN KEPADA TAWANAN ITU!?SIAPA DI ANTARA KALIAN YANG BERANI MENGINGKARI PERKATAANKU!?" Chanyeol kembali berkata dengan suara lebih keras, dan membuat seluruh orang di sana bergetar ketakutan.

"Ya-yang mulia, ha-hamba tidak tahu. para juru masak dari kelas ketiga lah yang bertugas untuk menyiapkan makanan untuk para budak dan tahanan." Pelayan itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai dengan penuh ketakutan.

Masih dengan wajah sinis, Chanyeol memandang prajurit-prajurit yang erjaga di depan ruangan pengasingan Baekhyun.

"Apa selama ini, dia selalu mendapatkan makanan seperti ini?!"

Kedua prajurit itu terdiam, nampak ragu untuk menjawab.

"JAWAB AKU!" Chanyeol mendesak, dan dibalas dengan anggukan pelan dari prajurit-prajuritnya.

Chanyeol tersenyum menertawai kebodohannya sendiri, ia berjalan pelan dan mengangkat nampan berisi makan yang awalnya ditujukan untuk Baekhyun. "Bukakan pintunya untukku!" Chanyeol memerintah.

"Ta-tapi yang mulia−" kedua prajurit itu bersikap panik, namun tak mampu berbuat apapun saat memandang wajah murka milik pemimpin mereka.

Baekhyun membuka matanya saat ia mendengar suara amukan di luar. "C-Chanyeol?" Baekhyun bergumam. Mengenal dengan sangat jelas suara berat dan gagah itu. Namun, dari nada suaranya, Baekhyun tidak merasakan sesuatu yang baik.

BRAAAKKK!

Baekhyun terbelalak sedikit saat melihat pintu ruangannya terbanting dan Chanyeol masuk dengan wajah murka penuh kemarahan. Ia memegang sebuah nampan yang diatasnya penuh dengan makanan dan buah.

PRANNGGG! PRAAAKKK!

Chanyeol melempar nampan beserta makanan di atasnya itu di hadapan Baekhyun. Hingga raja Persei itu harus memundurkan tubuhnya ketakutan saat makanan-makanan itu terhambur keluar dan mengenai bajunya.

Dengan wajah tak mengerti Baekhyun memandang Chanyeol.

Dan pemuda mungil itu terhenyak, sebab Chanyeol memandangannya dengan tatapan yang sangat dingin.

"Jangan menatapku dengan wajah seperti itu!" Chanyeol memaki Baekhyun, tangannya terulur−

"Hngghkk!"

Baekhyun menahan napasnya penuh derita saat Chanyeol menangkup kedua pipinya dengan tangan besarnya. Baekhyun ingin melawan, namun ia sadar akan posisinya.

"Kau−apa yang membuatmu berpikir dapat memakan makanan enak setelah berusaha membunuhku, apa kau tidak mengetahui di mana posisimu!?" Chanyeol mengeratkan cengkraman jari-jari panjangnya di pipi Baekhyun. Chanyeol menahan napas putus-putus saat melihat wajah kesakitan dari Baekhyun.

"a-aku, hngg! tidak punya pilihan lain. Makanan itu diberikan begitu saja kepadaku.." Baekhyun menjawab dengan susah payah di bawah cengkraman Chanyeol.

BRUKK−Chanyeol melepaskan cengkraman jemarinya dari wajah Baekhyun. Raja Exordium itu memandang lelaki mungil yang tersungkur di bawahnya dengan pandangan kejam seolah kesetanan. "Kalau begitu makan ini!"

Chanyeol menendang piring-piring yang ia jatuhkan di tanah tadi. Beberapa makanannya tercampur di tanah. Dan Baekhyun memandang penuh ketakutan pada makanan-makanan itu. Baekhyun tergagap, tidak percaya atas apa yang dikatakan Chanyeol.

"Mengapa kau ragu? Bukankah ini adalah makanan yang diberikan kepadamu!" Chanyeol menahan napasnya saat menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Otak dan hatinya memberontak. Otaknya berkata untuk membuat Baekhyun menderita sesakit-sakitnya. Sedangkan hatinya−mengatakan untuk memeluk dan mencium pemuda mungil yang sedang mengandung anaknya ini.

Baekhyun menggeleng kuat saat Chanyeol mendesak dirinya untuk memakan makanan kotor yang telah bercampur dengan tanah itu. Matanya panas karena kekhawatiran akan bayinya. "Kau−mengapa kau melakukan ini?!"tanyanya dengan suara parau pada Chanyeol. Sudah cukup diperlakukan bagai budak seraya mengurus seorang bayi di perutnya, dan sekarang ayah dari bayinya itu memperlakukannya bagai binatang.

"Kau menuai apa yang kau tanam. " sahut Chanyeol cepat. Sikapnya sudah tak peduli lagi.

Dan Baekhyun tertawa mengejek, satu buah bulir air mata jatuh dari pelupuk matanya " kata-kata itu berlaku juga untukmu yang mulia." Dan Baekhyun pun mengambil segumpalan nasi yang terdapat butir-butir pasir, lalu memasukannya ke mulutnya.

"Ughh! Hkkh!"Baekhyun menutup mulutnya, menahan napsu untuk tidak memuntahkan isi perutnya. Dan segumpal nasi itu berhasil ia telan. Raja Persei itu kemudian bersusah payah untuk tetap membiarkan nasi itu berada di perutnya, meskipun organ-organ pencernaannya memaksa makanan tidak layak itu untuk dibuang.

Baekhyun mengambil napas dengan terengah-engah. Air matanya mengalir banyak sebab tubuhnya merasa sangat sakit. Baekhyun mengigit bibirnya, ia menunduk dan membiarkan air matanya menetes.

Ia tidak bisa.

Dan saat Chanyeol melihat bulir-bulir air mata yang perlahan jatuh ke tanah. Juga bahu Baekhyun yang nampak bergetar. DANG−Chanyeol merasa kepalanya bagai dihantam oleh batu besar.

Dan raja Exordium itu tercengang atas apa yang telah ia lakukan.

'apa yang kulakukan?' Chanyeol berteriak dalam hati seraya berjalan mendekati Baekhyun. Menahan tubuh ringkih itu yang bergetar dalam penderitaan.

"Muntahkan !" Chanyeol berkata pelan, ada penyesalan di dalam hatinya. Baekhyun menggeleng, dan mencoba meraih sebuah gumpanan nasi lagi.

Chanyeol menggeram murka, "Aku bilang muntahkan!" bentar Chanyeol samba menarik Baekhyun berdiri dan menyeretnya ke arah gentong besar.

Baekhyun menggeleng, ia masih menutup mulutnya dengan kedua tangan. Namun Chanyeol dengan segera menahan tengkuk Baekhyun dan memijatnya pelan.

"HUEKK!" rangsangan tangan Chanyeol yang memijat tengkuknya pun membuatnya mampu memuntahkan makanan tidak layak itu. Setelah muntah, Baekhyun terduduk di tanah dengan bahu surut dan wajah lelah.

"Maafkan aku," Bekhyun mengusap sisa saliva yang ada di sudut bibirnya, " aku akan memakan makanan sisa yang lain." Ujar pemuda itu sambil berusaha bangkit dari duduknya. Namun Chanyeol yang mendengar itu pun sontak naik pitam.

PRAKKK!

Dan ia menendang mangkuk nasi yang ada di tanah untuk mengekpresikan kemarahannya. "hentikan!"

Baekhyun Terdiam, ia mengangkat kepalanya dan memandang Chanyeol dengan penuh keheranan. Matanya mengilap karena air mata. Cantik sekaligus menyakitkan.

Chanyeol berdecak. Jantungnya berdebar kencang. Dan perasaannya seolah-olah diremas saat melihat wajah menyedihkan milik pemuda mungil di depannya. Chanyeol ingin membencinya, ingin melihatnya tersiksa hingga ke sumsum tulang, mempermainkan perasaannya. Namun, semuanya hanya omong kosong.

Karena Chanyeol tidak mampu melakukan apapun untuk menahan cintanya akan Baekhyun.

Chanyeol berbalik, ia berjalan cepat keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Baekhyun sendiri.

"Bawakan kembali makanan utnuk tawanan itu!" Chanyeol memerintahkan dayang yang awalnya mengantarkan makanan untuk Baekhyun tersebut.

"Ba-baik Yang Mulia. Jika ha-hamba boleh bertanya, makanan seperti apakah yang berkenan untuk tawanan ini?"

Chanyeol terdiam sejenak untuk beberapa saat. Lalu kemudian memutuskan, "bawakan dia makanan yang sama dengan yang kau makan." Putus Chanyeol. Membiarkan Baekhyun memakan makanan yang sama dengan apapun yang juru masaknnya makan.


"Yang mulia−"

Chanyeol membuka matanya dengan tenang, merasakan semilir angin musim dingin menerpa wajahnya. Ia melihat dedaunan yang mulai mengugur di tanah.

"Sebentar lagi kita akan sampai di desa Yang Mulia." Ujar salah satu ajudannya.

Hari ini memang Chanyeol merencanakan untuk melakukan perjalanan ke desa-desa setempat, untuk melakukan inpeksi dan mengetahui keadaan masyarakat bawah. Namun−setelah ia berhadapan dengan Baekhyun, Chanyeol sama sekali tak mampu memikirkan apapun selain laki-laki itu.

Chanyeol menganguk, "kalau begitu, bukakan tirai keretanya." Ujarnya dengan nada tenang. Kereta kuda yang membawanya pun diberhentikan oleh sang kusir.

"Tapi, udara di luar terlalu dingin Yang Mulia." Ujar ajudannya itu dengan wajah khawatir.

Chanyeol terkekeh, " orang-orang telah berkumpul bersama-sama dengan pakaian terbaiknya berjam-jam hanya untuk melihatku. Bagaimana mungkin aku mengecewakan mereka?"

Ajudan Chanyeol itu pun tersenyum lembut seraya menganguk. Memerintahkan para pelayan untuk membukakan tirai di samping kiri dan kanan juga di depan. Lalu memerintahkan kusir untuk mempesut tali kekang kuda-kudanya, hingga kemudian rombongan kerajaan itu berjalan lagi. tidak sedikitpun mempermasalahkan angin dingin yang sudah merongrong ganas.

"HIDUP SANG RAJA! HIDUPLAH NEGERI EXORDIUM!"

"HIDUP SANG RAJA! HIDUPLAH NEGERI EXORDIUM!"

Chanyeol terdiam senang dengan wajah datar, melihat rakyat-rakyatnya yang ada di desa menyambut dan mengelu-elukan namanya. Orang-orang sangat ramai dan bersemangat, dan para gadis bangsawan melambai-lambaikan tangannya dengan centil ke arah Chanyeol.

Beras, perhiasan, berbagai bunga-bungaan dan minyak wangi ditebarkan sepanjang jalan yang dilewati Chanyeol. Membuat keseluruhan desa itu tampak seperti ada perayaan festival. Chanyeol melihat bahwa seluruh orang-orang tampak bersenang-senang, para laki-laki dan wanita menari dengan gerakan apapun yang mereka ingini, dan para pemain musik memainkan alat-alatnya dengan sukacita.

Chanyeol tersenyum dalam hati melihat itu, senang saat melihat rakyatnya nampak bahagia. Dari sudut matanya, pemuda tampan yang telah menjabat menjadi seorang raja itu melihat seorang anak yang terdesak di antara kerumunan. Ia kemudian jatuh dan tersungkur di dekat rombongan kerajaan.

Chanyeol mendengar anak itu menangis, dan seorang prajurit murka dan hendak memukul anak itu pergi. Namun Chanyeol menghentikan mereka, dan kemudian memangil anak itu untuk mendekatnya.

"Siapa namamu nak?" tanyanya dengan nada lembut, memandang anak perempuan yang terlihat sedikit lusuh namun memiliki wajah yang sangat cantik.

"Na-namaku Aeris Yang Mulia." Ujarnya dengan nada segan dan ketakutan saat menghadap Chanyeol. Ia menundukan sedikit tubuh sambil mengangkat gaunnya. Meskipun anak itu nampak seperti anak yang berkekurang, ia tetap bertingkah sopan seperti seorang lady.

Chanyeol mengelus surai anak itu, menyematkan sebuah bunga yang tidak sengaja masuk ke dalam keretanya tadi. Entah dilemparkan oleh siapa. Lalu memberikan 2 keping koin emas. "Pulanglah Aeris, dan sampaikan berkatku kepada seisi rumahmu."

Gadis cantik itu pun tersenyum lebar dan cantik sekali. Ia menundukan tubuhnya dengan semangat dan berlari-lari pulang ke rumahnya. Meninggalkan Chnayeol dan rombongan kerajaannya dalam hati damai.

"ikuti gadis kecil itu,"Chanyeol memandang ajudannya, " dan lihat apakah ada sesuatu yang dapat kubantu sebagai seorang raja."

Ajudannya itu menganguk, dan kereta kembali berjalan menyusuri jalan-jalan yang penuh dengan warga.

Namun tiba-tiba,−

"KIIIIKKKKKKHHHH!", kuda-kuda yang membawa kereta Chanyeol tiba-tiba meringkik keras, menaikan kaki-kakinya ke udara sehingga menyebabkan sang kusir terjatuh dari tempat duduknya. Kereta Chanyeol pun terguncang hebat. Suara derap langkah tak beraturan terdengar.

Chanyeol mendengar prajuritnya berteriak dan orang-orang memekik panik.

Indera pendengaran Chanyeol sangat jelas, dan ia mendengar kata-kata seperti 'penyusup!' dan 'lindungi raja!'. Chanyeol sempat tak sadar beberapa saat ketika ia mendengar suara ledakan dan pekikan kesakitan seolah seseorang meregang nyawa.

Namun, hanya dalam sepersekian detik, Chanyeol pun sadar akan situasi. Ia menarik pedang di pinggangnya dan berputar dari tempatnya. Menghindari sebuah panah besi berukuran besar yang kemudian menancap di tempat duduknya.

BRUAK!

Chanyeol menendang seorang berpakaian hitam yang menyusup ke kereta dan menerjangnya dengan pedang yang tersemat di tangannya. Chanyeol pun tanpa ragu menggoreskan pedang tajamnya di leher orang tersebut.

"PEMBERONTAKAN! LINDUNGI SANG RAJAA!" kembali Chanyeol dengan pekikan frustasi itu. Dan setelah Chanyeol sadari, orang-orang sudah terkapar mati di jalan-jalan. Beberapa dari mayat itu adalah prajuritnya, beberapa yang lain adalah warga sipil.

Chanyeol menggeram, "BERANI-BERANINYA KAU!" lalu menerjang seorang pemberontak yang datang ke arahnya. Mereka bertarung beberapa saat, namun Chanyeol tentu saja unggul. Saat Chanyeol berhasil memenggal seorang lagi pemberontak, ia berbalik.

Dan SWUSSSHHH!

Sebuah panah menancap dan melewati perut Chanyeol.

"YANG MULIAAA!"

Chanyeol menarik napas, ia bergetar dan tiba-tiba segala yang ia dengan menjadi bising. Darah merembes keluar dari pakaian sutera miliknya yang mahal. Chanyeol mengigit bibirnya, dengan tangan bergetar ia mengengam panah itu dan mencabutnya keluar.

Namun−swusshhh! −Swuusshh! Chanyeol pun merasakan sebuah−bukan! dua buah panah menancap di punggungnya, ia terjatuh di tanah. Chanyeol tersenyum getir saat merasakan rasa anyir darah yang ada di mulutnya. Mata Chanyeol berkunang-kunang, namun ia dapat melihat sekilas bahwa beberapa prajurit dan ajudannya mendatangi ia.

Mengelilingi dan melindunginya.

"YANG MULIAA! BERTAHANLAH!"

Chanyeol sayup-sayup mendengar teriakan itu. Tubuhnya sudah tak merasakan apapun, dan pandangannya gelap. Chanyeol tersenyum getir, " a-aku tidak−uhuk, selemah itu bodoh." Ujarnya lemah menjawab prajurit-prajuritnya.

Chanyeol pingsan di antara kepungan prajurit-prajuritnya. Ia tak mampu merasakan dan melihat apapun.

Seluruhnya gelap.

Namun Chanyeol dapat mendengar seseorang memanggil-manggilnya.

'Baek−hyun?'


Baekhyun membuka mata dari meditasinya, membiasakan diri dengan sinar dari matahari senja. Mata bulat pemuda mungil itu memandang jendela dengan mata kebingungan. Ia tertengun sebentar, merasakan suatu keanehan yang menyergap.

"Mengapa di luar ribut sekali?" Baekhyun menggumam. Ia mendengar samar-samar suara orang yang memekik, berteriak−dan menangis. Baekhyun juga dapat mendengar derap langkah terburu-buru yang dipenuhi oleh kepanikan.

Dan seketika. Perasaan gugup menyerang Baekhyun hingga dadanya sesak. Baekhyun memukul dadanya pelan. Keringat dingin mengaliri pelipisnya.

Ada sesuatu yang tidak beres. Dan raja Exordium yakin bahwa ini adalah hal besar.

Baekhyun berdiri, ia masih setia memandang jendela dengan pendengaran yang terpasang tajam. Suara keributan itu menghilang−namun Baekhyun masih mendengar suara tangis. Baekhyun merasakan sesuatu menyerang perasaannya.

Hal yang dirasakannya ini sama, dengan perasaan di mana ia menghawatirkan hal-hal yang disayangi.

Baekhyun menelan ludah.

"A-APA! ITU TIDAK MUNGKIN!?"

Baekhyun tersentak, ia mendengar seorang prajurit berteriak tepat di depan pintu ruang pengasingannya. Dengan gerakan sigap, Baekhyun berlari dan menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Berusaha mendengarkan perkataan-perkataan prajurit itu.

"Terjadi pemberontakan di desa. Dan Yang Mulia terluka parah."

Bagai petir, Baekhyun merasakan seluruh tubuhnya disengat dan jantungnya pun seketika rusak dan berhenti bekerja. Pemuda itu pun tidak bernapas.

"He-hei, Yang Mulia pasti akan selamat kan?" suara seorang prajurit terdengar lagi, perkataannya bermakna positif namun dikatakan dengan nada ragu.

"Sang Raja tertembak oleh 3 buah panah saat mengunjungi desa. Dan sialnya terdapat racun mematikan di panah-panah itu. Ya-Yang Mulia mungkin tidak akan selamat."

"Oh Tuhan."

Percakapan kedua prajurit itu berlanjut. Namun Baekhyun tak mendengarkan. Ia berdiri dan berjalan terseok-seok ke tikar tempatnya terlelap. Tubuhnya tiba-tiba begitu lemah.

Namun, hanya beberapa langkah, pemuda mungil itu terjatuh ke tanah. Pandangannya kosong.

Tes.

Sebuah air mata jatuh ke tanah, menuruni pipi mulus Baekhyun. Raja Persei itu mengedipkan matanya, dan lebih banyak air lagi yang turun dari pelupuk matanya.

"Ke-kenapa?" Baekhyun tidak mengerti. Mengapa dia menangis. Ia harusnya senang di saat Chanyeol celaka. Sebab ia tidak akan menderita lagi. Ia hanya perlu mencali celah, kabur, dan kembali ke Persei untuk hidup bahagia.

Namun di dalam dirinya hanya ada ketakutan, kecemasan, dan kesedihan. Baekhyun terisak. Bahunya bergetar seraya air mata mengalir deras dari pipinya.

"Chan−yeol!" Baekhyun memanggil dengan suara parau.

"Chanyeol." Sekali lagi Baekhyun memanggil, pemuda mungil itu menutup matanya dengan telapak tangan. Berusaha mencegah agar air matanya tidak terus keluar.

"Chanyeol!−jangan mati."

Baekhyun menekan dadanya, berusaha menghentikan tangis dan rasa sakit yang menghantam dadanya. Tapi ia tak bisa. Benar-benar tidak bisa.

Baekhyun membuka matanya perlahan. Lalu kemudian menyadari keadaannya yang ternyata tertidur di tanah tanpa sadar, hari pun sudah mulai gelap. Baekhyun menghapus bekas air mata yang ada di wajahnya. Dan raja Persei itu dengan susuah payah menopang tubuhnya untuk bangkit.

Ia berniat untuk pindah tempat dan mengistirahatkan tubuhnya di tempat yang lebih nyaman−tikar jerami. Namun urung dilakukannya saat ia tiba-tiba mendengar suara pekikan dan gedebak-gedebuk. Baekhyun memundurkan tubuhnya, dan instingnya mengatakan bahwa ada suatu pertarungan di luar sana.

BRUAK!

Tubuh Baekhyun bergetar sedikit saat ia mendengar suara hantaman yang paling keras, dan beberapa saat kemudian semuanya hening.

KLEK! KLEK!

Baekhyun berjengit waspada saat seseorang berusaha untuk membuka pintu ruang tahanannya. Baekhyun segera berdiri dan memasang kuda-kuda bela diri. Namun, saat pintu terbuka, Baekhyun melihat seorang pemuda dengan wajah rupawan masuk ke dalam ruangannya.

Baekhyun terdiam. Memperhatikan sosok berbaju jirah ringan yang berjalan perlahan-lahan kepadanya. Wajah pemuda itu sangatlah cantik, wajahnya putih bersih dan bibirnya berwarna merah delima.

Baekhyun mengira bahwa seorang di depannya ini adalah seorang ksatria wanita.

Namun sosok itu berhenti tepat di depan Baekhyun dan raja Persei itu dapat melihat jakun yang berada di leher pemuda itu. Baekhyun menahan napasnya sebentar saat pemuda itu mengulurkan tangannya.

Sekilas, Baekhyun merasa bahwa ia pernah melihat wajah dari pemuda ini.

Tapi ia tidak tahu. Ia tidak mengingatnya.

"Tuan Baekhyun. Namaku adalah Luhan, aku telah diperintahkan oleh para menteri untuk membawamu ke tempat yang aman."

Baekhyun terdiam sambil memperhatikan pemuda di depannya lekat-lekat. Ia beringsut mundur saat pemuda dengan wajah cantik itu melangkah ke arahnya. "Me-mengapa aku harus mempercayaimu?" ujar Baekhyun berusaha untuk tenang.

"Sebab sang Raja akan mati." Jawab pemuda bernama Luhan itu dengan wajah yang datar.

Baekhyun terkesiap. Jantungnya seolah berhenti saat ia mendengar kabar itu. "La-lalu, mengapa para menteri memerintahkanmu untuk membawaku pergi?" Baekhyun bertanya. Ia tidak mampu berpikir karena di dalam otaknya hanya ada Chanyeol dan Chanyeol saja.

"Yang Mulia saat ini tidak mempunyai seorang pasangan sah atau pewaris tahta. Jika sang raja mati, maka akan ada banyak pihak yang mencoba untuk mendapatkan tahta kerajaan yang kosong. Untuk saat ini, bayi yang sedang kau kandung adalah satu-satunya pewaris kerajaan yang ada. Hanya kau. Bahkan tidak seorang selir pun yang kedapatan mengandung darah daging Yang Mulia. "

Luhan menatap Baekhyun tajam. "Jika seseorang mengetahui keberadaanmu, kau akan dibunuh segera. Tidak akan ada ampun. Kau seharusnya mengetahui itu!"

Baekhyun terdiam dan membenarkan dalam hati. Raja Persei itu mengelus perutnya dan menganguk. "Ta-tapi " Baekhyun membuka bibirnya, " biarkan aku bertemu dengan Chanyeol terlebih dahulu."

Kyungsoo terdiam di sebelah ranjang sang raja. Matanya menatap sendu akan sosok Chanyeol yang terbaring lemah di ranjang.

Di sana. Chanyeol tertidur di ranjangnya dengan keadaan yang sama sekali tidak baik. Wajahnya pucat, bibirnya membiru, dan perban membalut hampir seluruh dadanya. Terlebih lagi, Chanyeol hanya tinggal menunggu waktu sampai racun di tubuhnya menyebar dengan sempurna.

Kyungsoo menundukan kepalanya. Ia merasa marah dan kehilangan arah. Ia begitu marah kepada tabib-tabib istana yang tidak dapat melakukan apapun. Tidak ada penawarnya? Omong kosong! Seluruh racun memiliki penawar, tapi tabib-tabib itu cukup bodoh dengan tidak mengetahui penawar dari racun tersebut.

"mmmh."

Kyungsoo menaikan kepalanya saat ia mendengar desisah lirih. Matanya terbelalak saat ia mendapati Chanyeol tengah membuka matanya. Kyungsoo terkesiap dan mencoba menenangkan sikapnya.

"Ya-yang mulia? Engkau telah sadar? Apa engkau merasa sakit?" Kyungsoo bertanya dengan lembut, berusaha untuk memperluas ruang untuk sang raja dengan menggeser tubuhnya menjauh.

Chanyeol menggerakan matanya untuk melihat ke sekeliling. Lalu mengingat-ingat kejadian yang mengalaminya. Chanyeol menarik napas dengan susah payah. Dan menyadari bahwa tubuhnya sungguh tidak baik sama sekali. Ia kemudian menoleh pada Kyungsoo. "A-aku butuh air." Ujarnya dengan suara serak.

Dan Kyungsoo memberinya air.

"A-apa ada lagi yang kau butuhkan Yang Mulia?" Dan Chanyeol hanya menggeleng lemah.

Keadaan hening untuk sementara. Dan Kyungsoo sudah mengambil ancang-ancang untuk pergi menemui tabib kerajaan.

Namun Chanyeol kembali memanggilnya, dengan suara yang begitu lemah seolah nyawanya hendak tercabut. "K-Kyungsoo."

"Ada apa Yang Mulia?" Kyungsoo menjawab.

"A-apakah kau−yang memberikan makanan-makanan sehat itu kepada Baekhyun?"

Kyungsoo menutup matanya dan menganguk lemah. " B-benar Yang Mulia. Orang itu adalah hamba." Dalam hatinya Kyungsoo sudah siap untuk mendapat hukuman dari Chanyeol. Ia menunggu sebentar untuk mendengar respon Chanyeol.

"Terima kasih Kyungsoo."

Dan Kyungsoo membuka matanya kaget. Berusaha mencerna arti dari kata-kata tuannya itu. Namun nihil, Chanyeol kembali terdiam dan hanya memandang langit-langit kamar mewahnya.

Suasana pun kembali menjadi dingin.

Chanyeol memperhatikan Kyungsoo yang sibuk merapikan teko dan cangkir-cangkir gelas teh yang awalnya dibuatkan untuk Chanyeol. Chanyeol berkedip dengan lambat, dan tanpa ia sadari, tangannya telah terulur untuk mengelus perut Kyungsoo yang mulai membuncit.

Kyungsoo terkesiap kaget dan menundukan kepalanya malu. Tangan Chanyeol yang besar masih mengelur perutnya dengan begitu lembut. "Bagaimana keadaan anakmu?" tanyanya dengan suara lemah

Kyungsoo tersenyum kecut, " dia tumbuh dengan sehat, Yang Mulia dan telah menjadi anak yang pintar."

"Itu kabar baik. Kupikir bayi ini akan seperti ayahnya yang nakal dan merepotkan." jawab Chanyeol diiringi dengan kekehan sayu. Kyungsoo yang mendengar itu hanya terdiam dan menganguk.

Dan kekehan Chanyeol semakin lama semakin memudar tatkala suatu perasaan yang begitu menyakitkan menghantamnya. Tubuh Chanyeol bergetar, dadanya berdenyut perih, dan setetes air mata jatuh perlahan mengaliri pipinya.

Kyungsoo terkesiap. Saat melihat orang nomor satu di Exordium meneteskan air matanya. Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan kepanikannya. "Y-Yang Mulia. Apa Yang membuatmu menangis?"

Chanyeol diam. Namun air matanya mengalir. "Aku merasa sedih−dan marah."

Kyungsoo mengambil sebuah kain lembut yang dicelupkan ke air hangat. Mengusapnya pelan pada pipi Chanyeol untuk menghapus air matanya. "Apa yang engkau risaukan Yang Mulia?" Kyungsoo bertanya.

"Aku−" setetes demi setetes air mata Chanyeol berjatuhan, " –aku akan mati, sebelum dapat melihat anakku."

Kyungsoo menundukan kepalanya, matanya berair. Itu berarti bahwa Chanyeol telah mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya.

"Yang Mulia. Semuanya akan baik-baik saja."

Chanyeol menggeleng pelan, ia tahu akan keadaan yang terjadi saat itu. "Aku menginginkan Baekhyun di sisiku. Bawakan ia kepadaku."

Kyungsoo menggeleng, "Yang Mulia, Para Menteri telah memerintahkan untuk memindahkan Baekhyun ke tempat yang aman."

Dan Chanyeol mengigit bibirnya pelan untuk menelan rasa kecewa yang menyeruak di dadanya. Chanyeol ingin marah dan mengamuk. Tapi sekarang ia bagaikan seorang lumpuh yang tak mampu melakukan apapun. Ia tidak boleh bertindak egois saat ini.

"Aku mengerti." Chanyeol menjawab dengan pelan namun tegas.

Chanyeol begitu merindukan Baekhyun. Pertemuan terakhirnya dengan Baekhyun adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Setidaknya, Chanyeol ingin mengatakan pada Baekhyun bahwa ia–

Menyesal.

Ia sungguh menyesal atau apa yang telah ia perbuat pada Baekhyun dan bayi mereka.

Chanyeol menutup mata, memikirkan bayang bayang Baekhyun yang menatapnya dengan penuh tawa. Bahkan hanya dengan menghayalkan Baekhyun, Raja Exordium itu telah bahagia.

"Aku akan mengistirahatkan tubuhku lagi." ujar Chanyeol. Yang kemudian ditanggapi Kyungsoo dengan sigap, juru masak istanan itu segera menarik selimut untuk menutupi tubuh Chanyeol.

Chanyeol ingin tidur kembali, sebab hanya dalam mimpilah ia dapat bertemu Baekhyun.

"Kyungsoo, jika kau bertemu dengan Baekhyun. Tolong katakan kepadanya dan anakku bahwa aku minta maaf."

−dan siapa tahu. Bahwa ia akan beristrihat selamanya. Bahwa mungkin saat ini adalah terakhir kalinya ia membuka mata.

Kyungsoo menganguk lembut. Dan Chanyeol tertidur kembali.

Baekhyun melihat pemandangan di depannya dengan wajah sendu. Matanya panas ingin menangis dan dadanya seolah diremas-remas oleh tangan kasat mata. Tubuhnya ia rapatkan ke balik pintu agar ia dan Luhan tidak ketahuan mengintip.

"Juru masak itu dan Yang Mulia terlihat 'intim'." Luhan menyahut dari belakang Baekhyun.

Baekhyun terdiam kaku seraya memandang Kyungsoo dan Chanyeol yang tampak sedang berbincang-bincang. Kyungsoo merawat dan menemani Chanyeol dengan sepenuh hati. Tak dapat dipungkiri, Baekhyun merasakan dadanya mencelos saat melihat interaksi antara Chanyeol dan Kyungsoo.

"Apakah Tuan masih ingin menemui Yang Mulia?"

Baekhyun terdiam sebentar untuk mempertimbangkan, namun ia memutuskan dengan cepat. Raja Persei itu menganguk, sebab mungkin ini adalah terakhir kalinya ia dapat melihat Chanyeol. Tidak ada yang tahu−apa yang akan terjadi selanjutnya pada Chanyeol.

Luhan menganguk setuju, ia dan Baekhyun kemudian menunggu hingga juru masak istana bernama Kyungsoo itu membereskan hal-hal di dalam ruangan Sang Raja dan pergi.

"Masuklah, aku akan berjaga di sini." Luhan bersandar di pintu kamar Sang Raja yang terbuat dari kayu ebony dan memiliki ukiran rumit. Baekhyun nampak tegang, tapi kakinya tetap membawanya masuk ke dalam ruangan itu.

Baekhyun merasakan jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya bergetar hebat. Ia berjalan seperti siput dan ia bahkan tidak bisa mendengar langkahnya sendiri. Baekhyun kemudian membuka tirai putih yang mengelilingi seluruh ranjang Chanyeol. Menemukan sang Raja tertidur di sana.

Pemuda mungil itu merasakan napasnya berhenti. Dan dadanya dipenuhi oleh kesakitan. Di tempat tidur itu, ia dapat melihat keadaan Chanyeol yang begitu menyedihkan. Manik Baekhyun menelusuri seluruh tubuh Chanyeol, wajahnya pucat, dan bibirnya membiru, luka-luka di tubuh bagian atasnya begitu parah sehingga perban hampir menutupi seluruh dadanya.

Napas Chanyeol terdengar begitu berat, putus-putus dan sangat tidak teratur. Wajahnya yang tampan itu mengernyit kesakitan. Dan Baekhyun sungguh tidak sanggup melihatnya.

Pemuda mungil itu perlahan mengelus wajah Chanyeol. Memberikan sentuhan lembut seolah menenangkan. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, kernyitan di dahi Chanyeol hilang dan tidurnya terlihat sedikit tenang.

Tes!

Baekhyun mengigit bibirnya saat merasakan setetes air mata lolos. Ia tidak ingin menangis. "Chanyeol, kau itu−adalah seorang paling brengsek yang pernah kukenal." Baekhyun berbicara pelan, air matanya terus berjatuhan.

"Kau telah menjajah kerajaanku, membunuh rakyatku, memperkosa dan membawaku ke negeri yang brengsek ini. Menghamiliku dan melakukan hal-hal kejam lainnya kepadaku−" Baekhyun mengusap air matanya yang terus berjatuhan, " –dan kau berani-beraninya ingin pergi sebelum menebus dosa-dosamu?!"

"Aku tidak akan memaafkanmu Chanyeol!"

Beekhyun terjatuh ke lantai. Ia lalu menangis tanpa suara di ranjang Chanyeol. "Chanyeol−" Baekhyun berbisik, " –kau tidak boleh mati."

"A-aku tidak mau kau mati." Baekhyun melanjutkan. Masih berusaha menahan gejolak kesedihan yang menguasai tubuhnya.

Baekhyun kemudian merasakan tepukan lembut di pundaknya. Itu adalah Luhan. Mengisyaratkannya untuk segera pergi.

"L-Luhan−" Baekhyun menolehkan kepalanya pada Luhan. Dan Luhan terkejut saat melihat mata Baekhyun. Di sana, di mata itu, Luhan dapat melihat sebuah kesedihan besar yang kekhawatiran yang begitu tulus.

"Luhan, apakah tidak ada cara untuk menyelamatkan Chanyeol?"

Luhan menggeleng pelan, " kecuali ada yang mampu membuatkan penawarnya, mungkin Yang Mulia akan selamat. Tapi−bahkan para tabib pun tidak mengetahui racun apa yang diberikan pada Yang Mulia."

Baekhyun terdiam sebentar saat mendengar perkataan Luhan. Pemuda mungil itu memandang Chanyol dengan wajah kosong sambil berpikir keras. Dan dalam sekejab, ia berdiri, lalu memperhatikan seluruh aspek yang ada di tubuh Chanyeol.

"Bibirnya membiru dan wajahnya memucat, tapi lehernya sangat merah," Baekhyun bergumam, lalu membuka mulut Chanyeol dan menghirup napasnya, " napasnya berbau anyir." Kemudian pemuda mungil itu melihat telapak tangan dan kaki Chanyeol, menemukan bahwa tidak ada satu pun bintik hitam yang ia cari.

"Kau menemukan sesuatu?" Luhan bertanya cepat saat melihat Baekhyun yang menginvestigasi tubuh Chanyeol.

Baekhyun tidak menjawah pertanyaan Luhan, ia malah membuka selimut Chanyeol dan berusaha melepas perbannya. "Luka tusukan panahnya tidak membiru atau menghitam." Baekhyun mengernyitkan matanya kaget saat menyadari keanehan yang di temukan.

Mungkin tebakannya benar−

"Luhan, tolong bantu aku untuk mempertahankan tubuh Yang Mulia dan tahan kepalanya. Aku ingin melihat punggungnya."

Luhan menganguk dan membantu Baekhyun. Mereka berdua mengangkat tubuh Chanyeol yang terbilang besar dan Baekhyun menelusuri punggung Chanyeol. Ada luka yang berasal dari panah di sana. Namun kecil. Pasti sangat sakit untuk Chanyeol saat tertembak oleh 3 panah sekaligus.

Dan Baekhyun menemukan apa yang dia cari. Bercak hitam. Letaknya ada daerah sekitar tulang punggung Chanyeol. Berukuran sangat kecil seperti tahi lalat.

"Dragon's silks" Baekhyun bergumam, dan terdiam kaku. "Mereka memakai racun dari bunga Dragon's silks."

Luhan mengernyit, " itu tidak mungkin! Dragon's silk adalah bunga langka yang hanya ada di pegunungan dua musim di kerajaan Pendragon. Bunga ini sama sekali tidak beracun. Bahkan, digunakan oleh para pemuda untuk melamar gadis pujaannya karena melambangkan keabadian."

Baekhyun memandang Luhan tajam, " Dragon's silks tidak akan beracun−jika kau tidak tahu bagaimana cara membuatnya beracun."

Luhan terdiam.

"Rebus bunganya dalam air yang diberi asam dan fermentasikan selama lebih dalam 3 tahun di dalam kuali besar yang dikubur di dalam tanah. Maka Dragon's silks akan jadi racun yang paling membuatmu menderita di dunia ini. Racunnya pertama-tama akan menyerang tulang punggung dan membuatmu lumpuh selama berbulan-bulan, lalu memakan seluruh tubuhmu sedikit demi sedikit dalam perderitaan. " Baekhyun tersenyum pahit, " siapapun yang ada dibalik perberontakan itu, pastilah sangat dendam kepada Sang Raja."

Baekhyun pun kembali menidurkan Chanyeol dan memperbaiki letak perbannya. "Luhan, di mana tempat terdekat untuk mendapatkan laba-laba Tigrihorn. Kau tahu, laba-laba beracun yang kepalanya sangat besar dan corak seperti harimau."

"Mereka hidup di hutan kabur di tenggara Exordium. 4 jam jika berkuda dengan kecepatan penuh." Jawab Luhan.

Baekhyun menganguk "Kalau begitu, mungkin belum terlambat. " Lalu kemudian berjalan melewati Luhan untuk keluar dari ruangan itu.

"Ma-mau kemana kau, Tuan Baekhyun?" Luhan memanggil.

Raja Persei itu berhenti di depan pintu, ia membalikan badannya dan mendapati Luhan terdiam kaku sambil memandang lurus kearahnya. Wajahnya tegas, dan tidak ditemukan sedikitpun keraguan ataupun ketakutan di sana. "aku akan pergi menangkap laba-laba itu. "

Baekhyun pergi ke arah perkebunan istana dengan sedikit berlari. Melewati hutan-hutan yang penuh bunga sendirian. Bulan telah membumbung tinggi di langit dan menjadi penerang satu-satunya. Raja Persei itu segera melangkahkan kakiknya ke kandang kuda dan menemukan Bacon di sana.

Kuda itu meringkik saat bayangan gelap Baekhyun mendatanginya, namun bersikap tenang dalam sekejab saat Baekhyun menyentuh tubuh kuda putih itu. Baekhyun mencium Bacon dan membisikan kata-kata lembut untuk menyambungkan ikatan antara ia dan kudanya itu.

"Kita akan pergi untuk beberapa saat." Baekhyun bergumam seraya memasang pelana dan mengencangkan tali kekang pada kudanya itu. Namun saat ia ingin naik ke atas punggung Bacon, sebuah tangan menahan pergerakannya. Baekhyun menoleh dan mendapati Luhan yang melihatnya dengan tajam.

Dalam diam, Luhan menyematkan jubah hangat pada Baekhyun dan mengikatnya. Dan memasang satu untuknya sendiri. "Udara malam sangat dingin. Dan aku yang akan mengendarai kuda. Engkau cukup beristirahat di belakangku."

Baekhyun tergagap hendak membantah. Namun Luhan dengan cepat menyingkirkan keberadaannya dan naik ke atas Bacon. Baekhyun pun pada akhirnya menyerah dan membiarkan Luhan membawa kudanya.


...

Kuda putih milik Baekhyun itu berlari membelah padang rumput dengan kecepatan yang luar biasa. Baekhyun merapatkan jubahnya karena angin malam yang begitu dingin. "Apa kita sampai?" Baekhyun bertanya

Luhan berdecak, "tentu saja belum Tuan. Kita baru saja melewati perbatasan kota dan masih ada tiga setengah jam perjalanan. Sebaiknya kau beristirahat."

"Tapi− aku tidak bisa beristirahat sama sekali."

Luhan menggeleng prihatin saat mendengar jawaban Baekhyun. "Kau harus beristirahat. Demi kandunganmu. Memang saat ini rahimmu sangat kuat karena masih berada di bulan-bulan awal kehamilan, tapi kau tetap tidak boleh gegabah?"

Baekhyun mengernyit tidak mengerti saat mendengar celetukan Luhan, " rahimku kuat di awal-awal kehamilan? Apa yang engkau maksud?"

" Tuanku tidak mengetahuinya? Ini hal yang penting untuk kau ketahui karena kau sekarang sedang mengandung!"

Baekhyun menggeleng. Menunggu penjelasan dari Luhan.

Perlahan, Luhan pun tertarik untuk menjawab rasa penasaran Baekhyun. "Dahulu, anatomi rahim wanita dan rahim yang ditumbuhkan oleh kacang Graviar di dalam tubuh laki-laki benar-benar sama. Kebanyakan laki-laki yang mengandung tidak mengetahui bahwa dia hamil dan tanpa disadari melakukan aktivitas-aktivitas berat.−kau tahu, seperti berpedang, berburu dan mengikuti pertarungan. Itu membuat anak mereka tak dapat bertahan dan mati bersama induknya. Lalu entah bagaimana, kacang Graviar berevolusi dan membuat rahim laki-laki begitu tebal, kuat, dan aman di awal-awal kehamilan. Sehingga resiko bayi untuk mengalami keguguran bisa dikurangi. Nyatanya, keadaan ini hanya bertahan hingga kandungan berusia 5 bulan. Selanjutnya, kau harus berhati-hati, sedikit tindakan gegabah akan membuatmu kehilangan bayimu!"

Baekhyun berkedip takjub. Ia mengeratkan gengaman tangannya pada jubah Luhan. " Kau tau banyak soal masalah ini rupanya−"

Luhan terdiam sesaat, " tentu, aku pernah merasakan hal itu−" ia menjawab dengan suara lemah. Sangat lemah sampai-sampai segera tertutup oleh hembusan angina sesaat setelah ia diucapkan.

Namun Baekhyun dapat mendengarkan suara Luhan.

"Kau mempunyai anak? "

Luhan mengeratkan pegangannya pada tali kekang kuda. Suaranya penuh keraguan, "Ya, aku melahirkan seorang anak laki-laki 3 tahun yang lalu."

Baekhyun menahan napas, di antara gelap dan dinginnya udara malam ia kembali bertanya, " di mana anakmu sekarang? Apa ia bersama ayahnya?"

Luhan terdiam.

"Aku membuangnya."

Baekhyun terdiam seketika setelah mendengar perkataan dari Luhan. "A-apa maksudmu?"

Luhan mengigit bibirnya, mengingat akan bayang-bayang bayinya yang sungguh tampan bertahun-tahun lalu. Pemuda cantik itu berusaha menahan tangisnya. " aku memberikannya kepada orang lain, sebab aku tidak menginginkannya."

"Ta-tapi−mengapa?"

"Tidurlah." Luhan menjawab dengan nada tegas, suaranya lantang dan membelah malam dengan sempurna. "Kau akan kekurangan tenaga saat berburu laba-laba itu. Tidurlah!"

Baekhyun merengut dan kemudian meringsut di punggung Luhan. Raja Persei itu menutup matanya sambil merasakan belaian angin. Baekhyun berusaha melupakan perkataan Luhan dan membiarkannya saja. Namun, ia tidak mampu.

Sebab suara Luhan tampak begitu tertekan dan sedih saat membicarakan itu.

"Baek−Baekhyun. Tuan Baekhyun."

Baekhyun membuka kelopak matanya yang terasa begitu berat saat seseorang mengguncang tubuhnya.

"Tuan Baekhyun, kita sudah sadar."

Dan Baekhyun langsung sadar sepenuhnya saat mendengar perkataan dari Luhan, ia menegang dan memperhatikan ke sekitar. Hari masih begitu gelap, dan bulan menjadi satu-satunya penyinaran.

Namun Baekhyun akhirnya sadar, betapa horrornya hutan kabut itu. Pohon-pohon di hutan itu tampak mati, dan tanahnya terbuat dari gambut yang kering, Bekhyun menutup hidungnya saat merasakan bau minyak dan bangkai hewan dari antara gambut itu. Malam itu kabut tidak terlalu pekat, sehingga Baekhyun masih dapat melihat pemandangan 10 meter di depannya.

Luhan dan Baekhyun memasuki hutan itu lebih dalam lagi. Dan mereka berdua benar- benar waspada saat mendengar suara kerikan serangga dan desau menyeramkan dari hewan-hewan lain di dalam hutan itu. Hanya sedikit cahaya dari bulan yang mampu menembus kebalnya kabut, namun itu sudah cukup untuk Baekhyun dan Luhan yang telah terlatih untuk menghadapi situasi seperti itu.

"Tuan Baekhyun−" Luhan menyodorkan Baekhyun busur beserta anak panahnya. "Laba-laba Tigrihorn bergerak sangat cepat, segera setelah kita menemukan keadaan mereka, kau harus langsung memanahnya."

Baekhyun menganguk mengerti. Ia menerima busur itu dari tangan Luhan. Dan mereka berdua memasuki bagian hutan kabut yang lebih dalam lagi.

Awalnya Baekhyun dan Luhan mengalami kesusahan ketika mereka menemukan sebuah sungai yang lumayan besar, untunglah sungai itu tidak memiliki arus yang deras sehingga Bacon−kuda cantik Baekhyun yang ternyata pemberani itu dapat melawatinya dengan tenang.

Setelah beberapa puluh menit menyusuri hutan itu dan menemukan beberapa hewan aneh dan mengerikan. Baekhyun menghentikan langkah kuda mereka. Ia terdiam sambil menanjamkan indera pendengarannya kepada suara sekecil apapun.

"Tuan−bersiaplah." Luhan memperingatkan.

Baekhyun menganguk, dan mempersiapkan panah Luhan. Memegangnya erat-erat dan bersikap waspada. Mereka berdua diam tak bergerak, menajamkan telinga saat suara gemerisik di dahan-dahan pohon terdengar.

SShkk!

"DISANA!" Luhan berteriak.

Dan Baekhyun melepas anak panahnya. SHUTT!

Sayangnya, tembakan raja Persei itu meleset. Laba-laba itu bergerak dengan cepat dan berpindah tempat, dan Baekhyun mengumpat dalam hati.

Sekali lagi, Baekhyun menarik anak panah, dan mengeker laba-laba berwarna orange hitam dan berukuran sekepalan tangan laki-laki dewasa itu. Laba-laba itu berpindah ke antara dahan-dahan pohon yang lebih tinggi dan Baekhyun tidak akan membiarkannya kabur.

SYUT!

Anak panah kembali dilentingkan, namun lagi-lagi meleset dan hanya melewati dedaunan. Laba-laba itu pun kembali bergerak dan menghilang di balik dedaunan.

Luhan berdecak kesal melihat upaya sia-sia Baekhyun dan kesempatan yang telah dia buang. Sungguh suatu kesalahan mempercayakan panah itu pada Baekhyun.

"Berikan padaku!" Luhan merebut busur dan panahnya kembali dari tangan Baekhyun. Ia merentangkan busurnya dan mengeker, bersiap untuk menembak laba-laba itu.

"Tapi Luhan, laba-laba itu sudah menghilang di balik dedaun−"

SYUTTT! PRAK!

Baekhyun terbelalak, saat mendengar jeritan tercekik. Perlahan, panah itu jatuh ke tanah namun di ujungnya terdapat laba-laba mengerikan dan besar yang akan menjadi penawar racun bagi Chanyeol.

Baekhyun takjub bukan main. Ia bersorai dan memuji-muji Luhan. "Kau sungguh hebat Luhan. Padahal, laba-laba itu tadi sama sekali tidak terlihat.

"Itu memang keahlianku." Luhan menggedikkan bahunya bangga sambil turun dari atas kuda milik Baekhyun, ia mengambil panahnya dan memasukan laba-laba itu ke dalam kantung dari kulit lembu. "Kita sudah dapatkan laba-laba ini, Sekarang kita harus kembali ke Exordium dan membuat obat penawarnya."

Baekhyun menganguk dari atas kudanya. Bersiap-siap untuk kembali ke Persei.

SShhkk−Ssshhk−Sssskkkk!

Namun mereka berdua sontak terdiam saat mendenga suara gemerisik yang terdengar cukup keras. Perlahan, mereka berdua menoleh ke asal suara, dan menemukan ratusan−ribuan laba-laba Tigrihorn merayap ke arah mereka.

"LUHAN! NAIK KE ATAS KUDA SEKARANG!" Baekhyun berteriak lantang. Ia segera melompat ke depan dan mengambil tali kekang kudanya. Luhan pun tanpa pikir panjang langsung melompat ke atas punggung Bacon. Kuda itu meringkik keras sebelum akhirnya berlari kencang.

DRAP! DRAP! DRAP!

"Tuan! Mereka begitu cepat!" Luhan berteriak dari belakang, menyadari bahwa laba-laba itu mengikuti mereka dengan kecepatan yang luar biasa.

Baekhyun mengumpat, ia berkonsentrasi menuntun kudanya untuk melewati pohon-pohon yang tumbuh tak beraturan, terutama dengan cahaya yang terbatas dan kabut yang mengangu pengelihatan.

"Tahan mereka Luhan!"

Luhan menganguk, dan mulai menembakan anak panahnya sebanyak yang ia bisa. Namun Laba-laba itu sangat banyak sehingga tembakan panah Luhan bukanlah apa-apa.

Baekhyun mengigit bibirnya, " kita pasti bisa!' ia bergumam, terus berusaha menuntun Bacon melewati tanah-tanah berlumpur, kudanya mulai kehabisan napas, namun tetap berusaha mempertahankan kecepatannya.

Baekhyun berdecak. Ia hampir putus asa.

Namun kemudian ia menemukan sebuah ide.

"Luhan! Apa kau mempunyai bahan peledak!?"

Luhan terdiam, lalu menganguk cepat, "Ya! Aku punya! Aku berencana untuk meledakan mereka jika mereka sudah terlalu dekat!"

Baekhyun menggeleng, "Itu tidak perlu!" Lalu menarik tali kekang kudanya dan berjalan ke arah lain. Dengan senyum percaya diri, Baekhyun berusaha menuntun kudanya agar sampai ke tempat 'itu'.

"Tuan, apa yang kau rencanakan!?"

Baekhyun menyeringai, " persiapkan bahan peledakmu Luhan, Kita akan membakar seluruh laba-laba itu!"

Luhan menganguk patuh, Ia memandang khawatir atas ribuan laba-laba yang mendatang mereka dengan begitu cepat. "TUAN! mereka datang!"

Baekhyun menganguk, " Luhan, nyalakan bahan peledakmu!"

Dan Luhan kemudian menyadari bahwa mereka telah berada di bagian hutan yang dipenuhi gambut kering yang beraroma tidak sedap itu!

"LUHAN! LEMPAR PELEDAK ITU!" Baekhyun memberi perintah.

Luhan menurut, melepaskan bahan peledak itu dari tangannya. Dan−BLARRRR!

Luhan menganga saat melihat kobaran api yang begitu besar, bahan peledak itu meledak dan percikan apinya membakar tanah gambut kering yang dikenainya. Hasilnya adalah erangan api yang sangat-sangat besar seperti sebuah dinding raksasa. Api itu Melahap habis seluruh koloni laba-laba yang mengejar mereka.

Apinya menyebar cepat di daerah yang tanahnya dalah gambut, dan tidak ada satu hewanpun yang bisa mengangu mereka berdua. Diam-diam Baekhyun menghela napas lega sambil melecut tali kekang kudanya untuk segera keluar dari hutan itu.

"Kita kembali ke Exordium." Baekhyun berkata final.

Luhan menganguk puas. Lalu memperlihatkan kantung yang di dalamnya terdapat seekor laba-laba Tigrihorn yang cairan di dalam tubuhnya dapat menjadi penyembuh racun bagi Chanyeol.

Baekhyun berjalan dengan begitu pelan memasuki ruangan pribadi sang Raja , suara langkahnya bahkan tidak terdengar. Pemuda manis itu memandang dengan gusar akan sosok Chanyeol yang terbaring lemak di atas ranjangnya.

Baekhyun tersenyum lemah. Ada perasaan lega saat menyadari bahwa ia dapat melihat Chanyeol kembali. Meskipun ia hanya beberapa jam pergi. Perlahan, Baekhyun mengeluarkan sebuah tabung kristal dari balik jubahnya. Di dalam tabung itu, ada ekstrak dari cairan dari dalam tubuh laba-laba Tigrihorn. Ia meraciknya sendiri.

Tangan Baekhyun terulur, mengelus kulit pipi Chanyeol yang terasa dingin. Perlahan jemarinya turun, menyentuh bibir Chanyeol yang retak, Baekhyun mengusap bibir itu dengan pelan. Jemarinya kemudian berusaha membuka mulut Chanyeol.

Namun entah bagaimana, Chanyeol nampak tak nyaman dan membuang mukanya.

Baekhyun mencoba lagi, namun Chanyeol seperti anak kecil yang tidak mau diberi minum obat.

Pemuda mungil itu menghela napasnya, ia memikirkan cari lain untuk memberikan obat kepada Chanyeol. Dan dengan sebuah ide gila, Baekhyun memasukan ramuan itu ke dalam mulutnya dan mencium bibir Chanyeol.

Mentransfer ramuan itu.

Dan secara ajaib. Chanyeol terdiam tenang dan menerima saja apa yang Baekhyun lakukan kepadanya.

Baekhyun melepas ciumannya, mengusap bibirnya yang terdapat sisa ramuan itu. Ia menghela napas puas. Selanjutnya, ia tahu bahwa Chanyeol akan baik-baik saja untuk kedepannya. Baekhyun pun membalikan badannya. Bersiap untuk pergi.

Namun Baekhyun tersentak saat merasakan tangannya digengam oleh seseorang.

"Apa ini mimpi?"

Bulu kuduk Baekhyun meremang. Baekhyun menoleh ke belakang dan mendapati Chanyeol memandangnya dengan mata lemah namun penuh akan harapan. Baekyun tergagap.

"B-Baekhyun. Apa itu kau?"

Baekhyun membisu. Tubuhnya bergetar dan ia menundukan kepalanya dalam-dalam. Ia takut bahwa Chanyeol akan murka mengingat dirinya yang hanya tawanan hina ini dengan lancang berada di dalam kamarnya.

"Mendekatlah."

Baekhyun mengangkat kepalanya. Ia ragu. Namun tarikan lemah tangan Chanyeol membuatnya melangkah maju. Baekhyun menurunkan tubuhnya ke lantai, dan hati Baekyun benar-benar diremas ketika Chanyeol mengecup jemarinya.

"Baekhyun, apa itu benar dirimu?"

Baekhyun menundukan kepalanya, " itu benar, Yang Mulia."

Dan pemuda mungil itu terkesiap kaget saat Chayeol mengeluarkan setetes air mata. "A-aku senang kau baik-baik saja."

Baekhyun menganguk. Menahan perasaan hangat yang menjalar di dalam tubuhnya.

"Baekhyun- maafkan aku." Chanyeol berkata dengan suara parau. Sangat lemah. " Maafkan aku atas segala yang kulakukan."

Tubuh Baekhyun bergetar, matanya memerah dan tangisnya mendesak untuk keluar, " kesalahan yang engkau perbuat begitu besar dan banyaknya." Jawab Baekhyun.

Chanyeol terkekeh kecut, "−dan hanya kematianku yang mampu membayarnya."

Baekhyun menggeleng . Gengaman tangannya pada jemari Chanyeol menguat. " Aku tidak ingin kau mati."

Chanyeol terdiam. Lalu menarik tubuh Baekhyun ke arahnya hingga mereka berdua begitu dekat. " A-apa itu artinya. Kau mencintaiku?"

Baekhyun kembali membuang mukanya, pipinya merah bukan main seperti buah delima lagi-lagi jari-jari Chanyeol membelai wajahnya. Napas hangat dari lelaki tampan di depannya menerpa kulit Baekhyun. Pemuda mungil itu merinding bukan main.

Terutama saat bibir Chanyeol menyentuh bibirnya.

Baekhyun bagai terhipnotis. Ia tiba-tiba saja sudah berada di atas ranjang Chanyeol, dengan lengan pemuda itu yang melingkar di tubuhnya.

"Baekhyun, tetaplah di sini bersamaku." Chanyeol berbisik. Suaranya melemah. " Jangan tinggalkan aku."

Dan Baekhyun tak mampu mengatakan apapun. Otaknya mengatakan ingin pergi. Namun hati dan tubuhnya tak mampu melepaskan dekapan putus asa yang telah diberikan oleh Raja Exordium itu.

Chanyeol mengendus harum tubuh Baekhyun. "Tetaplah bersamaku Baekhyun." Ujarnya, suaranya kian melemah Karena kesadarannya yang mulai menghilang.

Baekhyun menganguk lembut. Mengusap surai Chanyeol dengan penuh kasih sayang.

"Baekhyun." Dalam tidurnya, Chnayeol memanggil nama pemuda mengingau, namun igauan benar-benar membaut hati Baekhyun kedat-kedut.

"Baekhyun, Aku sunguh mencintaimu."

Baekhyun menahan napas. Mengecup dahi Chanyeol. "a-aku−mungkin juga mencintaimu."

Chanyeol mendengar perkataan Baekhyun itu dalam hidupnya. Ia merasa damai lahir batin. Ia sungguh berharap bahwa mimpi di mana Baekhyun membalas cintanya ini tidak akan berhenti.

Chanyeol membuka matanya. Dan ia berusaha membangunkan dirinya. Suara kicau burung terdengar di telinganya. Chanyeol terdiam sebentar, merasakan tubuhnya lebih ringan meskipun ia masih merasa kesakitan karena luka bekas panah di tubuhnya.

Chanyeol menoleh ke samping. Ia tidak menemukan seorang pun. Padahal−kehangatan itu masih ada. Hati Chanyeol mencelos saat menyadari bahwa kejadian yang terjadi malam itu hanyalah sebuah mimpi.

Ilusi yang dibuat oleh pikirannya yang terlalu merindukan Baekhyun.

Chanyeol mengusap matanya yang lelah, lalu kemudian mendengar derap langkah ke arah ruangannya. Ia menemukan para tabib dan pelayan istana dengan wajah gembira mendatanginya.

"Yang Mulia. Sungguh sebuah berkat bagi kami semua mendapati bahwa dirimu baik-baik saja." Ujar salah satu dari mereka sambil bersujud di depan Chanyeol. Raja Exordium itu menganguk, lalu berusaha membangkitkan tubuhnya, dibantu dengan beberapa pelayan.

"Aku pikir−aku tidak akan dapat membuka mataku lagi. " ujar Chanyeol. Merapatkan jubah mewah yang diberikan pelayan kepadanya.

"Ka-kami juga berpikir seperti itu tuan. Melihat betapa mematikannya racun yang telah diberikan. Ta-tapi, entah apa yang terjadi, tuanku dapat melawan racun itu. Sungguh hebat dirimu yang mulia!"

Chanyeol terdiam. Lagi-lagi dia memikirkan mimpinya semalam. Tentang ciuman yang lembut dan cairan berbau amis yang diberikan kepadanya. "Siapa yang mengambil alih tugas kerajaan pada saat ini?"

"Perdana menteri Oh Sehun lah yang dengan murah hati menggantikan tugas anda yang mulia."

Chanyeol menganguk, " kalau begitu, lekas buatkan aku ramuan-ramuan yang dapat mempercepat kesembuhanku. "

Para tabib yang mendatanginya itu menganguk. Mereka mohon undur diri setelahnya. Beberapa dayang dan pelayan pribadinya kemudian membawa segentong air hangat untuk membasuhnya.

"Apa dari kalian mengetahui ke mana Baekhyun dibawa?" tanya Chanyeol kemudian, sebab seingatnya, Baekhyun di bawa pergi agar nyawanya tidak terancam.

"Baekhyun−tahanan itu−dia, sama sekali tidak beranjak dari ruang pengasingannya Yang Mulia. Ia menolak saat dibawa pergi."

Chanyeol menahan napasnya. Jantungnya berdetak tak karuan saat otaknya memberikan sinyal bahwa ia begitu merindukan sosok itu. Tubuhnya gatal ingin berlari dan menemui pemuda mungil yang manis itu.

"Aku mengerti. " ujar Chanyeol. "Tetap awasi apapun yang dilakukan oleh tahanan itu, pastikan bahwa ia tidak melakukan hal yang aneh pada bayi di tubuhnya." Ujarnya kemudian.


"Bagaimana mungkin otak dari pemberontakan ini tidak ditemukan!? Apa kau pikir aku memperkerjakanmu hanya untuk memenggal kepala para penjahat?!"

Chanyeol menggebrak meja dengan begitu kuat, suaranya tegas dan menusuk tatkala ia membentak ketua dari tim investigasi. Menteri pertahan Negara, Kim Jonghyun kemudian berusaha menjelaskan, " Yang Mulia. Pemberontakan ini adalah pemberontakan yang terstruktur dan terorganisir. Dalang dari pemberontakan pastilah seseorang yang memiliki kuasa dan kedudukan yang tinggi."

Menteri Hukum dan Peradilan, Xiumin menganguk, " dalang di balik pemberontakan ini pastilah seseorang yang telah menaruh dedam lama kepada paduka. Melihat racun yang ia gunakan adaah racun yang baru terbentuk setelah di fermentasi selama bertahun-tahun.

"Pelaku di balik pemberontakan ini pastilah kakak anda yang mulia!" Menteri pertanian, Kim Namjoon angkat suara, " racun yang digunakan adalah racun dari bunga dragon breath yang hanya di temukan di pegunungan di kerajaa Pendragon."

Chanyeol menggeleng tenang, tangannya terangkat untuk mendiamkan para menteri yang mulai terlibat. "Kakakku tidak akan menggunakan cara pengecut seperti itu. Kakakku adalah seorang−yang jika ia mampu, ia akan membunuh sendiri musuhnya." Ujar Chanyeol. Matanya kemudian berkeliling sambil menatap tajam para menterinya. "Lagipula−jika aku mati. Pihak yang akan mendapatan keuntungan pertama kali adalah kalian. Para Menteri!"

Seketika, suasana di ruang rapat langsung riuh.

"Yang Mulia!" Menteri Hukum dan Peradilan, Xiumin berdiri dari tempat duduknya, " dengan segala hormat, hamba mohon, tolongcabut perkataan anda!"

Menteri yang lain mengiyakan. Mereka tidak setuju atas tuduhan yang dilayangkan oleh Raja Exordium tersebut.

"Yang Mulia−"Sang Perdana Menteri, Sehun akhirnya menyahut, " tolong berhati-hatilah dalam berkata."

Chanyeol menatap Sehun tajam, " Jangan mengguruiku Sehun!" ujarnya tenang namun menusuk. "Seluruhnya tenang! Xiumin! Kembali ke tempat dudukmu!" Chanyeol memerintah. Xiumin awalnya menolak untuk duduk di kursinya kembali, namun aura mengintimidasi Chanyeol membuatnya tak berkutik.

"Saat ini, posisi ratu tidak diisi oleh siapapun. Dan karena itu−aku tidak mempunyai pewaris yang sah. Hanya Baekhyun−tawanan dari kerajaan Persei itu saja yang saat ini mempunyai darah dagingku. Menurut peraturan kerajaan−jika aku mati, dan anak yang dikandungnya itu tidak selamat. Maka, tahta kerajaan akan jatuh kepada perdana menteri−" Chanyeol melirik Sehun yang ada di sebelahnya.

"Namun, jika perdana menteri tidak sanggup menjalankan tugasnya, maka tahta akan jatuh kepada salah satu menteri dengan berbagai pertimbangan." Chanyeol menyelesaikan kalimatnya, mengedarkan pandangan kepada seluruh menterinya, " ada yang ingin menyampaikan pendapatnya?"

Xiumin kembali membuka mulutnya, " maka dengan kekhawatiran itulah−kami para menteri segera memberikan perintah untuk membawa tawanan Persei itu ke tempat yang aman." Xiumin meremat perkamen-perkamen yang dipegangnya. " Yang Mulia, kami para menteri telah bersumpah untuk terus patuh dan mengabdi kepadamu. Ha-hamba, menteri hukum dan peradilan, bersama dengan divisiku akan sekuat tenaga mencari dalang di balik pemberontakan ini. Maka dengan itu, nama para menteri akan bersih dari pandangan Yang Mulia." Xiumin merendahkan kepalanya. Berharap Chanyeol menimbang perkataannya.

Chanyeol memandang Xiumin dengan datar, " kalau begitu, kau rela jika aku memengal kepalamu seandainya ternyata otak dari pemberontakan ini adalah salah satu diantara kalian? Kau tampak begitu membela." tanya Chanyeol.

Xiumin menelan ludahnya. Ia gugup. "Ha-hamba rela melakukan apapun untuk yang Mulia. Bahkan mati pun hamba bersedia."

Chanyeol menganguk, ia tersenyum miring melihat tingkah Xiumin. " kalau begitu, aku mempercayaimu." Ujarnya.

Xiumin menganguk. Ada perasaan lega namun juga ketakutan di dalam hatinya.

"Yang Mulia. Kita punya masalah lain yang harus di balas." Di sampingnya, Sehun menyahut. Mata elang dari perdana menterinya itu menatap Chanyeol. "Ini mengenai pernikahan Yang Mulia."

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa dengan itu?"

Sehun menundukan kepalanya hormat, " hamba harap, Yang Mulia segera memilih seorang puteri yang terhormat dan bersahaja untuk segera mendampingi Yang Mulia. 3 bangsawan besar, keluarga Lee, Kim, dan Choi bersedia untuk memberikan puteri terbaik mereka."

Kim Namjoon menteri pertanian dan Kim Jonghyun menteri pertahanan Negara mengangukan Negara, " Itu benar Yang Mulia. Keluarga Kim siap mengirimkan puteri terbaik kami untuk menjadi pendampingmu."

Chanyeol mengernyit tajam dan menampakan wajah tak suka kepada seluruh orang yang ada di ruangan itu. " bukankah sudah kukatakan−bahwa aku berniat untuk menjadikan tawanan Persei itu sebagai ratuku." Ujar Chanyeol dengan nada tegas tanpa keraguan.

"Tapi, mengangkat seorang yang hampir membunuh Yang Mulia menjadi seorang ratu sungguh akan mengundang tanda tanya dari orang-orang." Sehun kembali berkata. "Kepercayaan rakyat kepada Yang Mulia berkurang sejak meninggalnya permaisuri Irene, dan mereka bertanya-tanya mengenai datangnya pewaris. Namun hingga saat ini, Yang Mulia tidak juga memberikannya kepada mereka. "

Xiumin menganguk, " lahirnya seorang pewaris akan menstabilkan keadaan Negara dan juga adalah salah satu tugas besar seorang raja. Selain itu, mungkin−pemberontakan dapat sedikit diredam dengan adanya pewaris." Ujarnya, " Yang Mulia. Hamba mohon untuk memikirkan permintaan kami." Ujar Xiumin.

"Kami mohon dengan sangat Yang Mulia," para menteri kemudian bersama-sama memohon kepada Chanyeol.

Chanyeol terdiam. Ia menarik napasnya berusaha merendam emosi yang ada di hatinya. "Anak dari tawanan Persei itu akan menjadi pewaris tahtaku." Ujanya tegas.

"Yang Mulia, maafkan kelancangan hamba, namun−mengambil seorang ratu dari keluarga bangsawan yang berpengaruh jauh lebih baik daripada mengambil seorang tawanan dari wilayah yang telah kita jajah. Status kehormatan seorang tawanan begitu rendah, dan akan mempermalukan keluarga kerajaan jika pemuda itu naik sebagai seorang ratu. " Sehun berbicara di sebelah Chanyeol. Berusaha mengubah pemikiran Chanyeol.

Wajah Chanyeol berubah datar. Namun tangannya terkepal erat, ini adalah pertama kalinya ia ingin meninju wajah perdana menterinya. "Sehun, apa kau lupa dari mana kau berasal?"

Sehun mengangkat kepalanya. Memandang Chanyeol dengan ekspresi tak terbaca.

"Keluargamu terdahulu, sebelum kau naik sebagai perdana menteri, berada pada tingkat bangsawan terendah. Keluargamu adalah bangsawan, namun dipandang seolah hanya rakyat biasa oleh orang-orang. Tapi−apakah ayahku pernah meragukan kemampuanmu dan mempermasalahkan latar belakangmu? Tidak. Ia membiarkanmu bersekolah dan bergabung bersama-sama dengan para bangsawan besar, lalu membuatmu berada di posisimu sekarang. Seseorang tidak boleh ditutup jalannya hanya karena kehormatannya. Kau tahu itu bukan?" Chanyeol memiringkan kepalanya. Menunggu jawaban dari Sehun.

Sehun tetap diam membisu. Dan Chanyeol tersenyum lembut.

"Baekhyun adalah orang yang kucintai. Maka rakyatku juga akan senantiasa mencintainya. Sikap Baekhyun dalam saat mengasihi rakyatnya melebihi kehormatan itu sendiri. "

Chanyeol berdiri. Memberi hormat kepada para menterinya, kemudian Raja Exordium itu memandang menteri hukum dan peradilannya, Xiumin. Mereka berdua bertukar pandangan penuh teka-teki. Raja Ke-4 Exordium itu kemudian pergi dari ruangan itu.

Pertemuan dengan para menteri pada hari itu . Selesai.


...

...

Baekhyun memandang jendela tinggi yang ada di ruang pengasingannya itu. Malam sudah begitu larut dan dingin benar-benar menusuk sanubari. Satu-satunya penerangan adalah cahaya bulan yang masuk dari arah jendela.

Seharusnya pemuda mungil itu mengistirahatkan tubuhnya. Namun Baekhyun tidak mampu untuk terlelap sedikit pun. Pikirannya berkecamuk dan itu semua karena sosok itu.

Si brengsek yang membuat Baekhyun selalu memikirkannya setiap saat.

Seorang yang membuatnya menderita namun sikapnya begitu memabukan.

Chanyeol. Raja dari bangsa yang telah menjajah kerajaannya. Entah apa yang terjadi, Baekhyun selalu memikirkan dan memimpikan Chanyeol. Sudah 5 hari berlalu semenjak kejadian di mana Baekhyun tertidur bersama Chanyeol stelah memberikannya ramuan penawar racun.

Yang Baekhyun curi dengar dari para penjaga adalah bahwa Chanyeol berhasil sembuh dan mulai akan mengurus urusan kerajaan lagi pada hari ini. Baekhyun senang saat mendengar kabar itu, namun tetap saja ia merasa khawatir. Khawatir akan nasib Chanyeol dan dirinya sendiri−juga bayinya.

Baekhyun mengelus perutnya sayang. Ia merasakan perutnya yang masih sangat datar. Baekhyun bahkan tidak benar-benar yakin akan keadaan bayi di dalam tubuhnya. Apakah ia sungguh benar benar ada di sana?

Namun, entah karena gejolak apa. Mungkin itu adalah insting keibuannya. Baekhyun selalu mengelus perutnya dengan sayang. Tak dapat dipungkiri, bahwa Baekhyun sudah mulai menerima Bayi di dalam perutnya. Bahkan kadang Baekhyun dapat bernyanyi dan berbicara dengan perutnya sendiri.

KLANG!

Baekhyun terlonjak dan bangkit dari posisi tidurnya. Ia berubah menjadi waspada saat mendengar suara pintu yang dibuka. Tak lama kemudian, Baekhyun dapat mendengar suara langkah yang terdengar berat dan terseret-seret. Seolah-olah seseorang itu ragu untuk melangkah.

Bulu kuduk Baekhyun meremang saat suara langkah itu semakin dekat kea rah ruang pengasingannya.

Seseorang mengincar dirinya. Itu yang Baekhyun pikirkan. Hal ini hampir sama dengan apa yang Luhan lakukan kepadanya beberapa hari lalu. Datang di tengah malam dan membuatnya ketakutan.

CKLEKK! CKLEKK!

Napas Baekhyun tercekat. Ia beringsut mundur saat mendengar kunci pintu ruangannya dibuka. Pintunya pun tergeret ke belakang. Menampilkan seseorang yang tidak terlihat begitu jelas di antara kegelapan. Namun sosoknya melekat begitu kuat dalam benak Baekhyun.

"Cha-Chanyeol." Baekhyun tak mampu memikirkan apapun. Apa yang dilakukan oleh Raja Exordium di tempat yang hina ini? Pada saat tengah malam.

Wajah Chanyeol terkena sedikit oleh Cahaya Bulan. Wajahnya berkilauan dengan cahaya perak. Chanyeol melangkah, dan Baekhyun menyeret tubuhnya ke belakang. "Baekhyun−" Chanyeol memanggil, meraih tangan Baekhyun yang masih berusaha menjauh dari ia. "Tak apa. Janganlah takut kepadaku."

Baekhyun menundukan kepalanya dengan penuh ketegangan. Raja Persei itu menelan ludahnya gugup saat merasakan sentuhan lembut di telapak tangannya, " a-apa yang membawamu kesini Yang Mulia? Ke tempat yang hina ini?"

Chanyeol menggeleng, lalu mengusap pipi Baekhyun "aku−aku hanya ingin memastikan sesuatu." Jawab pemuda tinggi nan gagah tersebut. Memandang lekat-lekat wajah cantik Baekhyun yang bermandikan cahaya bulan.

"Malam itu, di saat aku di batas antara hidup dan mati. Apakah engkau yang membawaku 'pulang' kembali?"

Baekhyun kembali menundukan wajahnya, kali ini lebih dalam. "I-itu bukanlah hamba Yang Mulia."

Jemari Chanyeol menaikan dagu Bakhyun hingga mereka berdua saling bertatapan. Dengan belaian dan kasih sayang, Chanyeol mengecup bibir Baekhyun. "jangan berbohong kepadaku. Aku mengetahui semuanya."

Seketika, Wajah Baekhyun merah padam. Tubuh pria mungil itu bergetar dalam dekapan Chanyeol. Baekhyun pun mencoba lepas dari cengkraman 'mematikan' itu. Namun Chanyeol menariknya secepat kilat, dan membaringkan tubuhnya dengan lembut di atas tikar jerami yang tipis.

Baekhyun terlena, memandang wajah tampan Chanyeol yang ada di depannya. Baekhyun membuang mukanya,menganguk sedikit. Ia sungguh tidak mau menatap Chanyeol sedikitpun. "Engkau sudah mengetahui. Apa lagi yang kau inginkan yang mulia?" Baekhyun bertanya dengan terbata-bata.

"Aku membutuhkan kejujuranmu." Chanyeol kembali mengecup kening Baekhyun. Mereka berpandangan satu sama lain untuk beberapa detik, bertukar impuls-impuls romantis yang memabukan. "Kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan wajah indahnya, kedua lengannya tersampirkan di bahu Chanyeol. Chanyeol pun kemudian membuka mulutnya, " apa kau marah jika diriku mengambil seorang wanita dan membuatnya menjadi ratu?"

Baekhyun tergagap. Menahan napas dan rasa sakit yang menjalar di dadanya. "Ha-hamba tidak mungkin berani Yang Mulia." Ujar Baekhyun, ia melepaskan ikatan mata mereka berdua.

"Mengapa Baekhyun?" Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Baekhyun. Tangannya turun untuk mengelus perut pemuda mungil di bawahnya. Membuat Baekhyun menahan napasnya. Sebab gesture itu seolah-olah mengelus bayi yang dikandungnya dengan sayang.

"A-aku, aku hanyalah seorang tawanan. " ujar Baekhyun. Tangannya berusaha menggapai jemari Chanyeol yang mengelus perutnya dengan gerakan sensual.

Chanyeol menyeringai seksi, jemarinya kemudian masuk ke dalam pakaian Baekhyun dan mengelus kulit lembut tawanannya itu. Wajah Baekhyun yang menahan sentuhan itu berpendar cantik karena cahaya bulan. " Lalu, apa menurutmu segala yang kulakukan kepadamu adalah omong kosong?"

Chanyeol menyikap kain baju Baekhyun ke atas. Memberikan kecupan di atas perut, lalu naik perlahan ke dadanya. Baekhyun menghembuskan napas tidak karuan saat merasakan Chanyeol memainkan dadanya. "Apa belas kasihan dan kasih sayang yang kuberikan kepadamu tidak membuatmu merasa istimewa?"

"Hnng. Ya-Yang Mulia!" Baekhyun memanggil. Merasakan tubuhnya bergetar penuh nikmat saat Chanyeol mengigit dan mejilat putingnya. Ia menggeleng, berusaha menarik tubuhnya pergi dari Chanyeol.

"Apa menurutmu, seorang raja akan rela pergi di tengah malam, mendatangi seorang tawanannya yang berada di tempat pengasingannya yang kotor dan kumuh?"

Baekhyun terdiam, ia mendesis saat Chanyeol lagi-lagi membelai tubuhnya dengan penuh godaan. "Kumohon. He-hentikan−HNGH!" Baekhyun mendesah tertahan, merasakan Chanyeol yang menjilat perutnya dan mengecup setiap inci dari kulitnya.

"Kau menjaga anak kita dengan baik." Gumam raja Persei itu, dan Baekhyun membuang mukanya. Menahan perasaan sakit yang mana disebabkan oleh jantungnya yang berdetak terlalu kencang. Sebab Chanyeol mengatakan bahwa bayi di dalam perutnya itu adalah anak mereka berdua.

"Yang Mulia. Aku bukanlah siapa-siapa. Kumohon jangan mempermainkanku." Baekhyun menjawab tegas.

"Tidak, Kau yang teristimewa bagiku Baekhyun." Chanyeol berbisik. Dan Baekhyun bergetar dalam perasaan sayangnya pada Chanyeol. Raja Exordium itu kemudian menelusupkan jari-jari panjangnya ke dalam celana Baekhyun, membuat pemuda yang lebih kecil mengejang kaget. "−dan karena itu, aku benar-benar ingin menyutubuhimu."

Baekhyun megnatup mulutnya. Wajahnya panas dan sudah pasti berwarna merah padam. Sebab perkataan Chanyeol begitu vulgar. Baekhyun ingin menolak, namun ia mengingat bahwa posisinya hanyalah tawanan yang harus menuruti perintah tuannya. Lagipula−jauh di dalam lubuk hati Baekhun, ia pun merindukan Chanyeol jua.

"La-lakukan seperti kehendakmu. Yang Mulia."

Chanyeol menyeringai. Menurunkan tubuhnya dan mengecup hidup mungil milik Baekhyun. Bibirnya kemudian turun dan menghisap bibir pemuda yang menggeliat resah di bawahnya. Chanyeol melepas satu persatu helai kain yang ada di tubuh Baekhyun.

"Hngg! AH! AH! MMhhh!" Baekhyun mendesah kencang. Matanya berkunang dan tubuhnya yang penuh peluh bergetar hebat. "NGAHH!" Baekhyun menutup matanya, tak sanggup merasakan kenikmatan beruntun yang diberikan oleh tubuh kekar yang sedang memompa penis ke lubangnya.

Chanyeol mengeluar masukan penisnya dengan lambat, namun kuat dan tepat sasaran. Dan itu membuat Baekhyun benar-benar merasakan kenikmatan di seluruh dinding lubangnya. Baekhyun menggeleng, gaya bercinta Chanyeol saat itu benar-benar membuatnya frustasi. Chanyeol kadang memompa tubuhnya dengan cepat, namun setelah Baekhyun ingin keluar ia melambatkan gerakannya.

Itu membuat Baekhyun tidak dapat melakukan pelepasan.

"HMMHH! NGAH! Ahh! Anghh!" Baekhyun memukul pelan dada telanjang Chanyeol saat raja Exordium itu lagi-lagi mempercepat pompaan penisnya. Chanyeol menarik napas dalam-dalam dan melenguh saat merasakan cengkraman lubang Baekhyun sangat ketat.

Chanyeol menyeringai seksi. Lalu meraih penis Baekhyun dan mengocoknya. Membuat submisif di bawahnya kalang kabut.

Baekhyun mengumpat dalam hati. Merasakan dirinya sebentar lagi akan sampai. Baekhyun memandang Chanyeol yang berada di atasnya. Tubuh Chanyeol penuh akan keringat dan ia begitu menggairahkan. Baekhyun menelan ludah dan kembali mendesah. Ada perasaan yang hangat di hatinya saat merasakan kecupan Chanyeol yang lagi-lagi dihadiahkan di bibirnya.

Baekhyun mengakui. Bahwa ia sudah mulai menaruh kasih sayang kepada penjajah negerinya ini.

"Baekhyun..ah! Aku− aku mencintaimu!" Chanyeol menjilat telinga Baekhyun dan membisikan kata-kata itu dengan syahdu. Menyatakan sekali lagi perasaannya di tengah-tengah persetubuhan mereka.

Baekhyun tersentak. Wajahnya merah padam saat mendengar kata-kata yang keluar dari Chanyeol. Chanyeol menggejotnya kian cepat dan Baekhyun merasa ia akan pingsan. Namun kehangatan Chanyeol menariknya kembali.

Baekhyun terlena. Saat ia menatap mata bulat Chanyeol yang melihat lurus ke arahnya seolah-olah dia adalah dewi yang begitu dipuja.

Baekhyun tiba-tiba saja merasa lengkap.

Ia jatuh cinta.

"Hmmhh! C-Chanyeol- a-aku juga−ngah! −mencintaimu! Ah!AHHNNHH!" Baekhyun berusaha membalas pernyataan cinta Chanyeol. Namun Chanyeol benar-benar tidak bisa membiarkan Exordium itu menghentakan penisnya dengan kuat hingga Baekhyun langsung keluar saat itu juga.

Ia mencium bibir pemuda mungil itu dan melumatnya. Tubuh besar Chanyeol memeluk Baekhyun yang bisa terbilang kecil, memerangkapnya dalam kehangatan.

Baekhyun merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Ada rasa nyaman yang menyusup di dalam hatinya saat merasakan tubuhnya dipeluk dengan sedemikian rupa oleh Chanyeol.

Chanyeol mencium Baekhyun, "Ini akan menjadi terakhir kalinya kita bercinta−"

DEG

Baekhyun menahan napas. Ia terdiam dan jantungnya seolah berhenti berdetak. Dalam hati, Baekhyun bertanya apa maksud dari perkataan Chanyeol? Apa itu artinya Chanyeol akan menikahi seorang wanita dan ia akan dibuang?

Sungguh?

Setelah Baekhyun membalas cintanya?

"A-aku mengerti Yang Mulia. Engkau memang membutuhkan seorang ratu." Baekhyun ingin menangis. Ia merasa dipermainkan. Dengan segera, Baekhyun menggeliat resah di dalam pelukan Chanyeol. Meminta raja Exordium itu untuk melepaskannya.

Chanyeol yang mengerti akan perubahan suasana hati Baekhyun itu hanya tersenyum simpul dan melepaskannya. Ia memberikan sebuah kecupan lembut di kepala Baekhyun. "Tidurlah."

Baekhyun tidak menjawab. Ia tidak mau memandang wajah Chanyeol. Perlahan, Baekhyun dapat mendengarkan bahwa Chanyeol mengemasi pakaiannnya dan keluar dari ruangan itu. Setelah itu, ia tidak bisa menahan lebih lama akan tangisnya.

Baekhyun terisak di kegelapan. Merasa marah atas takdir yang menimpanya.


...

Baekhyun mengernyitkan dahinya bingung. Ia tiba-tiba merasakan tubuhnya berada di posisi yang tidak nyaman dan suara kaki kuda menyapa telinganya. Belum lagi tentang matanya yang seolah-olah langsung mendapat sinar.

Dengan perlahan, Baekhyun membuka matanya. Dan tersentak kaget saat mendapati bahwa ia sedang berada di padang rumput. Baekhyun sontak meluruskan tubuhnya, dan ia hampir saja merosot jatuh dari atas kuda jika saja tidak ada tangan yang menahannya.

Masih dengan pikiran kosong dan penuh kekagetan, Baekhyun memandang ke arah sekitar. Lalu menemukan bahwa tangan kekar yang menahan tubuhnya itu adalah Chanyeol. Chanyeol memandangnya dengan lembut, " perbaiki postur tubuhmu Baekhyun, kau bisa jatuh."

Kemudian, Baekhyun pun menyadari bahwa ia, entah sejak kapan tertidur di dekapan Chanyeol yang sedang mengendarai kuda. Kuda hitam ini adalah kuda yang sama dengan yang digunakan Chanyeol saat menjajah kerajaannya. Baekhyun mengenalnya karena postur tubuh kuda ini yang begitu tinggi dan gagah.

Berada di atas kuda hitam ini membuat Baekhyun merasa seolah-olah menjadi pemimpin dunia karena kegagahannya.

Tak berapa lama, Baekhyun menyadari bahwa Bacon−kuda putih miliknya mengikuti di belakang mereka dengan menarik sebuah kereta yang Baekhyun tidak tahu isinya apa. Baekhyun kemudian juga mendapati, bahwa mereka juga diikuti oleh satu regu prajurit sebanyak kira-kira 150 orang.

Baekhyun terlonjak, menahan napas, " ke-kemana kita akan pergi, Yang Mulia?"

Chanyeol memandang Baekhyun, ia menyeringai, " kita akan kembali ke Persei." Ujarnya singkat.

Baekhyun menegang. Ia panik saat mendengar jawaban dari Chanyeol. "A-apa−!" Baekhyun hendak bertanya, namun Chanyeol menutup mulut Baekhyun dengan telunjuknya.

"Baekhyun, percayalah kepadaku." Jawab Chanyeol, wajahnya tegas dan penuh dengan keyakinan, sehingga membuat Baekhyun terdiam.

Namun di dalam hatinya, Baekhyun benar-benar takut. Bahwa Chanyeol akan membuangnya begitu saja setelah mereka sampai di Persei.


Jongdae mengusap peluhnya yang membasahi seluruh keningnya. Ia kembali memfokuskan pekerjaannya untuk menyusun batu-bata yang akan selesai menjadi dinding sebuah rumah. Ini adalah salah satu rumah yang akan menjadi salah satu tempat tinggal bersama untuk rakyatnya.

Segera setelah penjajahan yang mereka rasakan beberapa bulan lalu, Jongdae berusaha untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas umum di kerajaan itu. Membuatkan rumah dan menutupi persedian bahan makanan adalah salah satu hal yang sudah ia lakukan.

Setelah Baekhyun mempercayakan rakyat Persei kepadanya. Jongdae berusaha melakukan yang terbaik. Sebab para rakyat bergantung di pundaknya. Di samping itu, Jongdae berharap Baekhyun dapat kembali bersama mereka lagi.

"TUANKU!"

Jongdae mengernyit bingung saat merasakan salah satu bawahannya memanggil. Mendatanginya seolah-olah sedang dikejar oleh hantu. Jongdae kemudian memberhentikan pekerjaannya dan menaruh perhatian pada prajuritnya.

Melihat betapa paniknya anak buahnya itu membuat Jongdae merasa khawatir.

"Ada apa?" tanyanya.

Anak buahnya itu terengah-engah, dan wajahnya memandang Jongdae horror, " Ra-Raja dari para penjajah itu datang dan saat ini sedang berada di perbatasan kerajaan. Da-dan juga, Yang Mulia bersama mereka!"

Jongdae membelalakan matanya. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendengar kejutan itu. Jongdae kemudian berbalik dan mengambil pedangnya, menyematkan di pinggang. "Panggil seluruh prajurit yang tersisa! Kita akan menyambut bedebah itu.

Jongdae memandang tanpa rasa takut ke arah Chanyeol yang masih duduk di atas kudanya yang gagah. Ia menggeram penuh benci saat melihat raja mereka−Baekhyun, duduk di atas kuda yang sama dengan bedebah itu.

"Katakan apa yang kau inginkan!" Jongdae memerintahkan Chanyeol.

Chanyeol menyeringai, Ia kemudian turun dari atas kudanya dengan gaya yang elegan. Diikuti dengan Baekhyun yang turun dengan inisiatifnya sendiri. Mata Baekhyun menyorotkan sinar khawatir dan penuh ketakutan.

Chanyeol kemudian berjalan mendekati Jongdae, dan tangan kanan Baekhyun itu sudah menarik pedang dari sarung. Prajurit Chanyeol yang ada di belakang pun bergerak waspada, namun prajurit-prajurit Persei yang masih selamat dari kejadian penjajahan kemarin ikut maju untuk memberikan gertakan. Dan tidak hanya prajurit, rakyat Persei pun bergabung karena mereka mendengar bahwa raja mereka kembali. Jadi, mereka berjumlah lebih dari 1000 orang.

150 orang prajurit yang dibawa oleh Raja Exordium ini adalah jumlah pasukan yang mampu dikalahkan dalam sekejab. Dan karena itu, Jongdae yakin bahwa Chanyeol tidak datang untuk untuk berbuat masalah. Melainkan untuk bernegosiasi.

Chanyeol berdiri gagah di depan Jondae. Lalu mengedarkan pandanganya pada seluruh prajurit dan rakyat Persei yang ada di belakang Jondae.

"Aku datang dengan damai!" Chanyeol berteriak lantang. Raja Exordium itu tersenyum dan berbalik sebentar untuk melihat Baekhyun.

"Aku datang, untuk mempersunting rajamu!"

Baekhyun terlonjak kaget sambil menahan napas. Diikuti oleh Jongdae dan ribuan rakyatnya.

Chanyeol menyeringai saat melihat wajah penuh kebingungan yang ditampakkan oleh Jongdae. Raja Exordium itu kemudian menundukan kepalanya.

"Kumohon, berikan raja kalian kepadaku."

.

.

.

To Be Continued


A/N:

Halo para readerku semua. Aku benar-benar berterima kasih atas kesetiaan kalian dalam menunggu ffku hingga saat senang banget kalian nunggu-nunggu ffku, dan terus mengingatkan aku buat update. Benar-benar berterima kasih. Aku juga senang banget karena ff KINGS udah dapat lebih dari 1000 likes dan 2000 review. Rasanya kayak mimpi karena sewaktu awal membuat cerita ini, aku ngak pernah nyangka bakal dapat antusiasme yang begitu besar.

Terakhir, aku juga berterima kasih banget untuk para reader yang udah dengan rela ngingatin aku update, sekaligus nyemangatin aku. Kak Restika Dena, Aisyah1, Vava1487, Azurekkaka, Sehunluhan0905, dll. Juga kepada reader setia yang meramaikan kotak review dengan permintaan updatenya.

Love you guys~

Haha.

See u next time~