Naruto © Masashi Kishimoto

Pair: Madara x Fem Naruto.

Warning: OOC, AU-Semi Canon, Typo, dan semua kesalahan yang ada di Fict. '-')


Kesempatan

Bonus Special Naruto's Birthday.

Enjoy it!

Madara Pov

Kalau kalian bertanya apa yang membuatku bahagia, mungkin akan aku jawab. Mempunyai sebuah keluarga yang sangat mencintai dirimu. Ya, jawaban yang sederhana. Aku, Uchiha Madara telah memiliki sebuah keluarga kecil yang mungkin terlihat bahagia. Entah aku harus menyebutnya apa.

Yah, ini pertama kalinya aku merasakan sebuah kehangatan yang sama seperti keluargaku dulu. Aku yang biasanya berwajah datar nan dingin, kali ini memperlihatkan sisi keramahannya, dan itu semua karena Naruto Uchiha. Istriku, orang yang dulunya mengalahkanku dan membuatku masuk ke dalam penjara Konoha.

Sebenarnya, aku di hukum seumur hidup di dalam penjara. Tapi karena Istriku yang keras kepala ini, aku dibebaskan dengan syarat membantu para Shinobi di seluruh dunia membangun kembali desa mereka.

"Madara, sudah makan siang?"

Aku mendongak menatap Naruto yang sekarang ini sedang berdiri dengan wajah manisnya. Walaupun sudah menjadi Ibu, dia masih tetap manis. "Hn, kau tidak tahu jika aku sedang membuat laporan?"

Dia mengerucutkan bibirnya, ingin aku untuk menciumnya. "Kan aku Cuma ingin mengajakmu makan siang. Apa tidak boleh?" ia meletakkan kotak makan itu di atas meja Hokage. Pekerjaan yang membosankan. "Sekarang, kau duduk disana, lalu makan bersama."

Aku mengangguk, lalu berdiri dari tempatku duduk sekarang. Aku mengikutinya berjalan ke sebuah sofa panjang yang tersedia di kantor Hokage. "Omong-omong, kau memasak apa? Apakah Sup Tomat kesukaanku?"

Dia terkikik geli, Naruto beberapa kali mengatakan kalau aku mirip dengan Uchiha Sasuke. Yah, trademark Uchiha memang begitu sih. "Ya, ada sup tomat kesukaanmu. Lalu aku juga membuat beberana onigiri sebagai pelengkap. Aku tidak mau kalau kau harus pingsan disini saat kehabisan tenaga."

Aku tersenyum, kemudian mengusap kepala kuningnya. Dia sungguh imut dengan Yukata berwarna putih dengan aksen bunga sakura di sekitarnya, Obi yang digunakannya berwarna merah muda cerah. Rambut pirangnya di ikat pony tail dan dia terlihat seperti anak kecil yang baru saja beranjak remaja.

"Madara? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Entah aku selalu tersenyum saat menatapnya. Dia begitu ceria dan memancarkan kehangatan, tidak seperti diriku yang pemuh akan kegelapan. Tapi sekarang Naruto telah menuntunku ke jalan yang sebenarnya. Aku pun kembali mengusap kepalanya, sambil mencium keningnya.

Wajahnya bersemu merah sekarang.

"Su-sudahlah! Cepat makan sana!"

"Kita sudah beberapa tahun menikah, dan kau masih malu-malu seperti kucing." Aku kembali mengambil onigiri yang disediakan Naruto. "Hey, aku kan hanya memujimu. Kenapa malah mengalihkan wajah?"

"Bodoh, malu tahu!" Aku tertawa kecil mendengarnya.

Tanggal 10 Oktober adalah hari ulang tahun Naruto, dan dia tidak ingat sama sekali. Apa dia lupa atau... Memang terlalu lupa untuk memikirkan hari kelahirannya? "Naruto, kau tahu ini hari apa?"

"Hm? Hari Senin kan? Apa kau tidak melihat hari?"

Ingin sekali aku menepuk dahiku. Dia benar-benar tidak ingat. "Benarkah? Berati aku lupa." Ujarku sambil memutar kedua bola mata.

"Dasar pikun."

Kau yang pikun bodoh! Baiklah, aku ikuti permainannya. "Oke, ganti topik." Aku kembali memakan Onigiri yang dimasakkan Naruto. "Menma kemana?"

"Ah, dia sedang berlatih membuat Hiraishin. Kau tahu, anakmu jenius sekali."

Aku tersenyum bangga dengan perkataan yang di ucapkan Naruto. Memang benar, Menma di usianya yang ke-9 sudah bisa mengaktifkan Sharingan miliknya. Ngoming-ngomong, matanya sama persis seperti Naruto. "Apa tidak terlalu dini kau memberikan formula itu?"

Dia menggeleng, kemudian memindahkan kotak makan itu ke tempat lain. "Tidak... Dia jenius, dan aku tidak akan meragukan kejeniusannya." Ujar Naruto yang sekarang ini duduk menyandakan kepalanya di dadaku.

Aku dengan reflek memeluk bahu kecilnya. "Aku bangga terhadapnya. Jenius yang datang seribu tahun sekali. Mirip dengan Minato dan Itachi, mereka sama-sama Jenius dibidangnya."

Anggukan Naruto sebagai jawabannya untuk menyetujui perkataanku.

.

..

...

..

.

Hari ini aku pulang cepat, siapa tahu Naruto ada dirumah. Aku sendiri sudah membelikan hadiah untuknya, hadiah ulang tahun. Cukup sederhana untuk wanita kuning itu. Kalung berlambang Uchiha yang terbuat dari emas.

Aku bukan sultan yang punya uang banyak. Tapi ini bayaranku ketika mengerjakan misi bersama Sasuke dulu.

"Hn, Madara."

Aku menoleh ke belakang, dan bisa melihat seorang pria dengan rambut raven yang mulai memanjang. Tumben dia berada di depan mansionku. "Oh, kau bocah? Ada apa kau kemari?"

"Hanya mengantarkan keponakanku untuk pulang, dan menyapa ibunya yang sedang ulang tahun." Aku langsung menatap tajam Sasuke, "Bulan selingkuh dasar Uchiha tua!"

Aku menghela nafas lega, aku kira dia akan memperkosa Naruto-ku. "Baik, kau boleh pergi sekarang!"

Hanya sebuah gumaman tidak jelas yang aku dengar ketika Sasuke menghilang. Kakiku mulai berjalan lagi untuk masuk ke dalam Mansion Uchiha milikku. Pimtu geser tradisional itu kubuka.

"Aku pulang!"

Tidak ada jawaban. Tumben, atau dia tidak mendengarnya? Aku pun terus melangkah sampai tiba di kamar utama yang menjadi tempatku dan Naruto tidur bersama. Pintu kamar itu mulai kubuka, di dalam sana menampilkan seorang wanita berambut pirang dan hanya memakai handuk saja untuk menutupi tubuhnya.

"Madara? Kau sudah pulang? Maaf aku tidak menyambutmu tadi, aku sedang mandi saat itu. Apa Menma sudah pulang?"

"Mungkin ada di kamarnya. Tadi Sasuke sudah mengantarkannya."

Wanita ini hanya mengangguk saja untuk menjawab pernyataanku. Tunggu, jika tadi Sasuke ada di rumah, terus... "Naru-chan tadi apa kau tahu kalau Sasuke ada di rumah?"

"Aku hanya merasakan Chakra miliknya saja. Lagipula aku tadi sudah bersiaga jika ada penyusup."

Oh, jadi Sasuke di curigai penyusup oleh Naruto. Hm, dimatanya juga tidak ada sedikit kebohongan, ataupun dengan Chakranya. Teratur seperti biasa. Berarti dia benar.

Cemburu? Kalau iya memang kenapa? Aku sendiri tidak mau jika barang milikku disentuh oleh orang lain, begitupula dengan Naruto. Dia tidak bisa disebut barang ataupun benda—tunggu, itu sama saja kan?

"Memangnya ada ap—Oh, kau pasti cemburu ya?"

Aku langsung menatapnya tajam. "Aku memang cemburu, idiot. Karena kau satu-satunya hartaku yang tersisa." Dia menundukkan wajahnya yang sudah memerah. Heh! Malu akan perkataannya sendiri. "cepat berpakaian, dan duduklah di sebelahku." Dengan cepat, Naruto mengganti pakaiannya. Dia memakai Yukata favoritnya yang tadi pagi dipakainya.

"Memang apa yang akan kau bicarakan?"

"Kau ingat tanggal ulang tahunmu?"

Dia terlihat berpikir sejenak. "Tanggal 10 Okto—Jangan bilang—!?"

"Bodoh, selamat ulang tahun." Dia sangat terkejut sekarang, aku tersenyum tipis kemudian memberikan sebuah kotak berwarna merah, didalamnya ada sebuah kalung yang baru kudapat tadi. "Bukalah. Kamu pantas memakainya."

"Madara—aku... Ini... Ah, maaf aku kesulitan untuk merangkai kata-kata yang mau ku keluarkan."

Aku kembali tersenyum, kemudian mulai memasangkan kalung itu di leher putihnya. Cantik dan sangat cocok untuknya. "Selamat ulang tahun yang ke 35 Naruto. Walaupun kau sudah kepala tiga, tapi kecantikanmu bisa mengalahkan Mito Uzumaki."

Ia tersenyum dengan wajah merahnya. Manis sekali.

"Ibu... Selamat ulang tahun. Maaf aku tidak bisa memberikan hadiah padamu." Aku melihat pintu masuk kamarku yang terbuka dan menampilkan Menma—Bocah dengan Usia 9 tahun. "Tapi aku memberimu Hadiah yang akan membuat kalian terkejut."

"Memangnya apa Uchiha Menma?"

Bocah laki-laki itu tersenyum lima jari. "Aku berhasil menguasai Hiraishin dan sudah bisa menggunakan sharingan."

Aku langsung tersenyum bangga terhadapnya. Sementara Naruto sudah shock berat mendengarnya. "Itu baru anakku."

"Astaga... Dia terlalu Jenius..."

"Kemarilah bocah!"

Menma berlari kecil kepadaku. Dia langsung memeluk ibunya dengan sayang. "Selamat ulang tahun ibu... Aku menyayangimu!"

"Terima kasih sayang." Naruto mengelus surai raven Menma sambil mengecup lembut dahi anakku. Ah, aku dilupakan.

"Hey, mana balasan setelah aku memberikan hadiah."

"Sabarlah Madara, kamu akan mendapatkannya nanti. Tapi sebelum itu..." ia mengecupku lembut tepat di bibir. "...Terima kasih hadiahmu, aku menyukainya."

"Hn."

Kalian tahu, impianku dari dulu adalah. Bisa memiliki Keluarga kecil dan berbahagia seperti ini. Entah kenapa aku bisa membuang semua ego dan apapun yang berhubungan dengan kebencian, dan mengubahnya menjadi rasa cinta.

Memang benar, aku masih memiliki hati nurani.

.

..

...

End

...

..

.

Catatan: Sorry, enggak ada Lemon untuk saat ini. Blank semua kalau saya mikirin Lemon, haha...

Yep, ini edisi telat Ulang tahun Naruto, 11 hari dari tanggal 10 October.

Ah iya, saya punya Rencana untuk membuat Keluarga Madara ke Dimensi DxD. Apa bagus? 12 Chapter mungkin, dan Pairnya. Menma Uchiha X Sarada. Kemungkinan begitu, tapi ini masih rencana, belum pembuatan. Kalau memang sudah bulat, pasti akan saya buat—tapi dengan bantuan beberapa orang mungkin. Soalnya saya terlalu sibuk RL.

Yang menunggu The Sekiryuutei milik Istri saya, masih dalam penulisan. Dia sendiri masih bingung dengan plotnya. Spoiler, Team Gremory akan memiliki empat orang Guru,: Naruto, Issei, Sasuke, dan Azazel. Kemudian akan ada beberapa Fakta yang mungkin akan membingungkan Reader.

Oke, selesai Curcolnya!

Shinn out! Adios!