NarutoMasashi Kishimoto

Pair: Madara x Fem Naruto.

Warning: OOC, AU-Semi Canon, Typo, dan semua kesalahan yang ada di Fict. '-')


Kesempatan

Enjoy it!

Madara Pov!

Ini sudah tahun ke empat aku mendekam di penjara paling dalam Konoha. Aku, seorang Uchiha Madara dengan kekuatan bak dewa sekarang hanya seongok sampah yang di penjara. Aku berpikir kalau Kamisama menghukumku di tubuh 22 tahun, dan mendekam di penjara setelah keluar dari tubuh busuk Kaguya.

Cih, memalukan sekali.

Memang benar kan? Ini adalah hal yang paling mamalukan. Harga diriku hancur saat aku mendekam di balik jeruji besi, dan di cap sebagai penjahat. Tapi memamg benar, aku adalah penjahat pertama di dunia Shinobi ini.

"Madara..."

Dan sekarang aku mendengar panggilan dari suara lembut, aku mengangkat wajahku dan melihat sosok yang memanggilku tadi. "Hn."

"Ini, aku membawakan makanan untukmu. Makanlah!"

Dia gadis yang sekarang ini menjadi pahlawan Shinobi setelah berhasil mengalahkanku. Gadis yang dulunya di benci warga Konoha serta diberi sebutan Monster oleh para warganya. "Sudah 4 tahun, dan kau terus saja memberiku makanan? Apa kau tidak bosan menatap wajahku bocah?"

Dia menggeleng, rambut pirangnya melambai lembut mengikuti arah gelengan kepalanya. "Tidak. Aku hanya tidak ingin kau kesepian."

Kesepian? Jangan bercanda. Aku selalu menyendiri seperti sekarang ini. "Jangan bercanda. Aku musuhmu, dan kau masih tetap memberiku makan walaupun aku telah membunuh orang yang berharga bagimu. Kau naif. Terlalu naif Uzumaki Naruto."

"Aku hanya ingin memberikan kesempatan kedua bagimu Madara. Mungkin semua orang menganggap dirimu penjahat, tapi aku tidak. Kau masih memiliki hati Nurani di dalam tubuhmu itu."

Aku terdiam dengan ucapannya. Nampan yang di letakkan Naruto itu aku ambil untuk mendekati diriku. "Sekarang kau pergilah. Daripada ada penjaga yang mencurigaimu."

Dia mengangguk paham, lalu pergi meninggalkanku sendirian.

"Heh, hati nurani... Aku sendiri tidak ingat bila memiliki hati Nurani." Aku tersenyum menatap makanan yang di berikan Naruto Uzumaki. Ia mengingatkanku dengan Hashirama. "Kau memang sama saja dengan Hashirama."

Seharusnya aku bersyukur karena mempunyai orang yang peduli terhadapku. Tapi semuanya berubah saat diriku haus akan kekuatan dan kekuasaan. Nafsuku memang sangat besar bila menyangkut kekuasaan.

Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara, aku menghentikan acara makanku dan melihat siapa yang membuat suara gaduh seperti itu.

"Madara! Kau ikut aku sekarang!"

Aku mengerutkan dahi karena tingkah Naruto yang menyuruhku untuk ikut dengannya. "Untuk apa? Kau tidak bisa melihatku yang sedang makan?"

Dia berjalan mendekat, kemudian menarik tanganku. Rasanya hangat, dan—aku tidak bisa mengatakan apapun saat dia menyeretku dengan paksa. "Kau ikut aku kabur dari penjara ini."

... Yang benar saja!

"Kau mau di jadikan buronan saat pemimpin desa ini tahu kalau kau mengeluarkan penjahat paling berbahaya di dunia?"

"Guru Kakashi sudah memberikan izinnya."

Aku kembali mengerutkan dahi, Hokage tidak mungkin mengizinkannya kan? "Kau berbohong?" Dia berhenti, sambil menundukkan kepalanya. "Jadi benar. Kau berbohong."

Sekarang aku bisa merasakan kalau tangannya bergetar hebat. Diam menangis dalam diam. "Kalau aku berbohong, memang kenapa?" Aku terdiam dengan pertanyaannya. "Aku... Aku..."

"Cih. Menyusahkan saja." Tanpa sadar aku memeluk tubuh mungilnya. "Biarlah aku di dalam penjara untuk menebus senua dosa. Aku memang pantas mendapatkannya." Dia menangis sekencang-kencangnya saat aku mengatakan itu. Ini pertama kalinya dalam hidupku memeluk seorang perempuan. "Pergilah! Aku akan kembali ke Sel tahanan ini."

Dia mengangkat wajahnya, dan menatapku sengit. "TIDAK! Kau harus bersamaku, kita pergi dari Konoha. Sasuke sudah memberi jalan untuk keluar dari desa ini."

Aku mengangkat sebelah alis heran. Uchiha Sasuke, keturunanku? Reinkarnasi Indra memberi jalan? "Kau pas—"

"Kali ini aku tidak berbohong."

Ini akan menjadi hari yang paling Gila dalam hidupku.

"Bocah Uchiha, kau mau membawaku kemana?"

Untuk sekian kalinya, dia menjawab pertanyaanku hanya dengan dua huruf saja. Cih, dingin sekali. Apa semua Uchiha memang begini? "Diam, dan ikuti aku!" Heh, datar dan dingin sekali.

Kami bertiga berjalan menyusuri hutan di negara api. Aku sendiri tidak percaya kalau Uchiha itu membuat jalan agar semua rencana Uzumaki ini berjalan lancar. Di luar dugaan memang.

Empat tahun, dan aku sekarang sudah bebas. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang. Menghancurkan dunia pun tidak bisa kulakukan sekarang, aku terlalu malas untuk melakukan itu. Hal-hal jahat akan membuatku kembali menjadi Madara yang dulu.

"Madara?"

Aku menoleh ke samping, gadis cebol berambut pirang ini terus menatap. "Ada apa?"

"Sasuke, tinggalkan kami!"

Sasuke langsung bergerak menatap tajam Naruto, dan aku hanya diam saja menanggapi percakapan dua orang itu. "Kau gila! Dia berbahaya, dan kau ingin aku meninggalkanmu bersamanya!?"

Aku bisa melihat kalau Naruto menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Sasuke. Gadis ini sangat keras kepala, sama seperti Hashirama. "Semua orang harus diberi kesempatan kedua Sasuke. Kau juga, kau diberi kesempatan kedua untuk menebus semua dosa yang telah kau lakukan selama ini. Begitu juga Madara."

Aku terus diam mendengarkan setiap perkataan yang di ucapkan oleh bocah pirang ini. Aku juga merasa kalau Kamisama memberikan kesempatan untukku. "Uzumaki Naruto, kembalilah ke Konoha!"

Mereka berdua langsung menatapku tajam. "Kau mau kemana memangnya?" tanya Uzumaki Naruto dengan raut wajah khawatir.

Aku pun berbalik membelakangi mereka. "Aku... Akan menebus semua dosaku, dan membantu pembangunan semua desa Ninja. Karena aku sendiri mempunyai Kekkai Genkai Mokuton." Aku mengeratkan jubahku, dan bersiap untuk melompat ke dahan pohon. "Kau jadilah Hokage yang seperti Hashirama, dan jagalah desa yang sudah aku bangun dengan susah payah itu."

"Ta-tapi..."

"Bocah Uchiha, kau ikut mengembara bersamaku, sekaligus kau yang akan menjadi pengawas bagiku."

"Hn."

"Kau harus berusaha untuk membangun desa itu lagi, Naruto..." aku berbalik menatapnya untuk yang terakhir kalinya, kemudian tersenyum tipis. "Aku akan kembali bila saatnya tiba."

.

..


... 3 tahun kemudian...


..

.

Normal Pov!

Sudah tiga tahun, dan Naruto sudah menjadi Hokage menggantikan Guru Kakashi yang mundur dan menikmati masa tuanya. Selama itu pula Naruto tidak melihat Sasuke maupun Madara, beberapa kali mereka berdua mengirimkan surat dan itu bersamaan dengan para desa besar yang juga mengirimkan surat kepada Konoha.

Para Kage bilang kalau Madara memperbaiki semua rumah-rumah yang hancur akibat peperangan, dan itu membuat Naruto tersenyum mendengarnya. Bagaimana tidak? Madara yang dulunya seorang penjahat, kali ini membantu para warga desa lain yang tidak mempunyai rumah tinggal.

Senyum Naruto terus mengembang, membuat Sakura yang notabenya adalah asisten Hokage menjadi terheran-heran. "Naruto? Kau tidak gila kan?"

Naruto langsung gelagapan mendengar pertanyaannya. "Yang benar saja. Aku masih normal tahu!" gadis pirang itu langsung mengalihkan wajahku ke laporan-laporan yang tadi di bawa Sakura.

"Kau tidak ke gerbang? Sasuke dan Madara baru saja pulang." Naruto mendongak menatap Sakura. Sejurus kemudian, dia membuat beberapa klon untuk membantuku mengerjakan laporan-laporan itu.

"Kalian, bantu aku untuk menyelesaikannya. Aku akan ke gerbang Konoha!" mereka semua mengangguk patuh, dan mengerjakan semua laporan yang ada. Naruto pun langsung bergegas pergi ke gerbang Konoha. Ia berlari dengan cepat, meninggalkan Sakura yang ikut berlari mengejar Naruto.

Entah kenapa hati gadis pirang itu sangat senang akan kedatangan dua Uchiha tersebut dari penebusan dosa mereka. "Naruto! Tunggu!" Sakura terus berlari mengejar Naruto yang sekarang ini melompati rumah penduduk dengan cepat.

Di Gerbang Konoha. Dua orang berwajah datar sedang berjalan menuju pintu masuk desa terkuat di dunia Shinobi ini, mereka berdua sama-sama memiliki marga Uchiha.

"Hey, itu bukannya Madara, dan Sasuke? Mereka sudah kembali. Kotetsu, cepat beritah—"

"Kalian tidak usah memberitahu Naruto atau siapapun. Dia pasti akan kemari dengan cepat, jadi tenang saja."

Baru kali ini mereka mendengar nada santai dari sang hantu Uchiha itu. Benar-benar langka, bahkan mereka berdua tidak pernah mendengar nada santai dari sang Uchiha terakhir yang berada di samping hantu Uchiha itu.

"O-oh, baiklah. Silahkan masuk, Madara-sama Sasuke."

Keduanya mengangguk, kemudian masuk ke dalam gerbang yang menghubungkan desa Konoha dengan dunia luar. Namun, baru saja selangkah masuk ke dalam desa, mereka berdua sudah disambut oleh gadis-gadis yang imut nan menggemaskan.

"Madara, Sasuke!" salah satunya berteriak dengan keras, jubah Hokagenya berkibar terkena angin. "Selamat datang!"

Duo Uchiha itu tersenyum menanggapi teriakan Naruto. Mereka berdua berhenti untuk menyambut kedatangan Naruto. "Kami pulang!" tanpa di duga, Naruto langsung memeluk erat Uchiha Madara, membuat keduanya terkejut akan tingkah sang Hokage ke-tujuh itu.

"Madara, akhirnya aku bertemu lagi denganmu…" Naruto tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis kecil di dada bidang Madara. "…Kau tahu, aku sangat merindukanmu, Madara…"

Madara yang menerima perlakuan itu hanya bisa terdiam untuk beberapa saat sebelum kedua tangannya secara reflek membalas pelukan yang di berikan Naruto. "Hn."

Sasuke melongo seketika, saat dia melihat adegan yang sangat langka. "Ma-madara!?"

"Hn?" pria berambut panjang itu menoleh, dan menatap Sasuke dengan penasaran. "Ada apa? Kau belum tahu kalau aku dipeluk perempuan?" Sasuke mendengus, kemudian pergi sambil menggandeng tangan Sakura. Hantu Uchiha itu sangat menyebalkan.

Kini kedua insan itu menjadi pusat perhatian dari warga Konoha. Bagaimana tidak? Naruto sang Hokage memeluk dengan mesranya Madara Uchiha yang notabenya adalah pemimpin Uchiha sekarang—walaupun cuman ada dua orang Uchiha sih.

"Lihat. Mereka serasa bukan?"

"Ya, Madara-sama dan Naruto-hime. Mereka berdua pasangan yang cocok."

Dasarnya telinga Madara yang tajam, ia menggunakan Shunshin untuk menghindari godaan dari para warga. Mereka berdua sekarang ini berada di komplek Uchiha yang sangat sepi.

"Naruto, bisa lepaskan pelukanmu. Aku risih."

Secara perlahan, Naruto melepaskan pelukannya terhadap hantu Uchiha itu. Gadis pirang itu mendongak ke atas, menatap wajah Madara yang sangat datar bagai tembok besar China. Naruto kembali tersenyum, kemudian mencium tepat di bibir Madara.

Pria itu terkejut setengah mati akan ciuman yang diberikan oleh Naruto. Dari dulu dia tidak pernah berciuman, kecuali ibunya yang mencium kening Madara. "A-apa maksudmu!?"

Naruto hanya tertawa kecil dengan reaksi Madara. Ia pun mengalungkan kedua lengannya ke leher Madara, kemudian mencium Uchiha itu untuk yang kedua kalinya.

Madara kembali dibuat terkejut dengan tingkah Naruto, namun dia sudah siap dengan ciuman kedua yang diberikan oleh gadis itu. Secara reflek, dirinya memeluk pinggang ramping Naruto sekaligus mengangkat tubuh mungil dari Hokage ke tujuh.

Mereka berdua terus saja berciuman, saling mengecap serta bertukar saliva. Kedua lidah mereka saling bertarung dengan ganasnya menentukan siapa yang menang.

Detik selanjutnya, Naruto menarik wajahnya karena pasokan Oksigen yang semakin menipis. Gadis pirang itu menatap Madara dengan senyum malu miliknya. Sementara itu, Madara masih memeluk pinggang Naruto.

"Kau berani sekali menciumku di saat sepi seperti ini? Apa maksudmu dengan menciumku?" Tanya Madara dengan nada suara yang sangat dingin. Hawa mencekam mulai terasa disekitar Naruto.

Naruto masih saja terus tersenyum, ia menempelkan kepalanya di atas dada Madara sambil terkikik geli dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh hantu Uchiha itu. "Kau tahu, dari pertama kau mendekam di penjara. Aku sangat ingin sekali menemanimu, di saat sedih, senang dan apapun yang kau rasakan. Kau tahu kenapa aku melepaskanmu dari penjara?"

Madara menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku hanya ingin kau bebas dan menebus semua dosamu, dan juga…"

"Hn? Apa?"

"Aku ingin menjadi kekasihmu. Madara?"

"Kau bercanda kan?"

"Tidak."

"Aku sudah tua."

"Kau masih berumur 25 tahun Madara."

SIal, sepertinya Kamisama menjodohkan Madara dengan Naruto. Makanya banyak yang bilang jika dirinya dengan Naruto sangat cocok. "Baik, baik, kita menjadi sepasang kekasih sekarang. Kau puas?"

Naruto melompat senang, kemudian kembali mencium bibir Madara dengan lembut. Madara pun membalasnya dengan lembut juga.

.

..


… beberapa tahun kemudian...


..

.

"UCHIHA MENMA! KEMARI KAU!? AKAN AKU HUKUM SINI!"

Di kediaman Uchiha—tepatnya kediaman Madara. Seorang anak laki-laki berambut raven dengan iri shappire bak lautan sedang berlari menghindari kejaran dari ibunya—Naruto Uzu—ah, maksudku Naruto Uchiha.

Ya, beberapa tahun berlalu, dan mereka berdua menikah setelah setahun menjadi sepasang kekasih. Pernikahan mereka sangat sederhana, tidak ada yang mewah seperti pernikahan klan yang lain.

"Naruto, diamlah… kau tidak tahu bagaimana susahnya mengurus semua dokumen ini."

"Hap! Berhasil! Oh, maaf Madara-koi. Aku terlalu bersemangat mengejar Menma. Dia bandel sekali."

Madara sekarang menjadi Hokage ke delapan, menggantikan Naruto yang sekarang menjadi ibu rumah tangga. Mereka juga dikaruniai anak kecil berumur 2 tahun yang menggemaskan. Aktif seperti ibunya, dan mirip seperti ayahnya.

Keduanya terlihat menikmati kehidupan mereka setelah mempunyai anak. "Ya, ya, kau dengan bocah itu. Sekarang bantu aku mengerjakan laporan-laporan sialan ini. Aku iri dengan Hashirama yang sangat santai menghadapi kertas-kertas ini."

"Jangan begitu, sayang. Kau kan yang membuat desa ini."

"Hn." Madara langsung mengambil Menma untuk dia gendong, kemudian pergi menggunakan Shunshin. Membuat Naruto cengo seketika. Kepulan asap kembali tercipta saat Madara datang dengan seringai khasnya.

"Naruto, dia punya niat jahat. Lari!"

Naruto terkejut dengan perkataan Kurama. Ia pun bersiap untuk lari dari Madara. "Kyuubi dengan deteksi emosi miliknya." gumam Madara yang sudah berhasil menangkap Naruto. "Aku memang punya niat jahat. Bahkan lebih jahat dari rencana tsuki no me milikku."

Wanita itu menoleh kebelakang dengan keringat dingin yang sudah memenuhi wajahnya. Ia bisa melihat kalau Seringai Madara sangatlah menyeramkan jika dilihat dari dekat.

"Niat jahatku adalah… mengurungmu seharian di kamar tidur, dan aku akan memperkosa dirimu sampai tidak bisa berjalan seperti waktu itu." Naruto bergidik ngeri dengan ancaman dari Madara.

"Ba-bagaimana dengan Menma?"

"Jangan khawatir, Bunshin milikku sedang bermain dengannya—ah, Sarada juga berada disana. Jadi aku tidak akan khawatir dengan itu."

"Ta-tapi…"

"Naruto sayang, jangan mengalihkan pembicaraan…" ujar Madara dengan nada yang sangat halus kepada Naruto. "Bersiaplah." Pria itu mengangkat tubuh mungil Naruto, kemudian berjalan ke arah kamarnya. "Waktunya membuat adik untuk Menma." Seirngai Madara bertambah ketika merasakan tubuh Naruto yang sudah bergetar ketakutan.


END!

Catatan Author: Kedua kali membuat FemNaruto, dan pertama kalinya saya membuat Pair seperti ini. Crack kan? Entahlah. Maafkan saya jika Fictnya kurang menarik atau gimana. Maaf juga kalau ada kesalahan.

Oke, oke. Maaf kalau enggak ada Lemon.

Shinn Out! Adios!