The Zombies

Main Cast :

Jeon Wonwoo - Kim Mingyu (Meanie)

Byun Baekhyun - Park Chanyeol (Chanbaek)

Support Cast :

SEVENTEEN and EXO

Rate : M

Genre : Romance, Fantasy, Action/Adventure, AU, Gore.

Length : Chaptered

YAOI. OOC. OC. Typo bertebaran.

Cerita murni Sungra yang buat. Sisanya cuma minjem.

DLDR~

.

Apakah kau pernah membayangkan bila dunia ini dipenuhi oleh sekumpulan makhluk menjijikkan yang akan dengan senang hati menyantap tubuhmu? Memakan dagingmu? Merobek kulitmu? Bahkan mengoyak isi perutmu lalu memakannya? Bagaimana jika itu benar adanya dan terjadi? Ingatlah, mereka berkeliaran dimana-mana. Dan mereka bisa saja menerkammu disaat kau lengah.

THE ZOMBIES

.

.

HAPPY READING

.

.

.

Enjoy

.

.

Seoul, South Korea

2001.09.17

07.00 a.m KST

"Hahaha! Ayah kalah! Ayah harus kejar aku! Weekk!" Seorang anak kecil berlarian di sebuah halaman rumah dengan riangnya. Ia menjulurkan lidahnya pada orang dewasa dibelakangnya.

"Awas saja ya, kalau ayah tangkap!" Yang dewasa mulai mengejarnya. Mereka bermain mengelilingi halaman rumah yang cukup luas itu.

"Hahahaha! Ayah tidak bisa menangkapku! Weekk weekk Hahahaha!" Sang anak kecil terlalu asyik mengejek ayahnya yang tidak bisa mengejarnya. Sampai-sampai, ia tidak melihat ada batu cukup besar di depannya.

"Aww! Appo.." Ia jatuh tersungkur dengan lutut yang mendarat di atas tanah terlebih dahulu. Dan itu menyebabkan lutut dan telapak tangannya mendapatkan luka goresan, dan sedikit berdarah.

"Kau tidak hati-hati, Wonu-ya.." Sang ibu menghampirinya dan membantunya berdiri. Sang ayah juga ikut mendekat dan menaikkan anak kecil itu ke punggungnya.

"Tapi, aku kuat eomma! Aku tidak menangis! Lihat, mataku tidak mengeluarkan air!" Ucapnya sambil memperlihatkan mata sipitnya. Sang ibu yang gemas dengan tingkah sang anak akhirnya mengusak rambut sang anak.

"Iya, iya. Ibu tahu kau kuat, sayang." Sang ibu mengecup pipi gembul sang anak yang membuat pemiliknya tersenyum riang. Ia sangat senang bermain dengan kedua orangtuanya.

Seoul, South Korea

2013.12.01

05.35 p.m KST

Hujan mengguyur kota Seoul dengan cukup deras. Sudah dua jam lamanya hujan berlangsung dan belum berhenti hingga sekarang. Terlihat seorang pemuda bersurai hitam terdiam di sebuah halte. Ia mengenakan pakaian formal, dengan jas hitam yang menyelimuti badan kurusnya. Matanya terus menatap bawah dengan tangan yang ia remas kuat-kuat.

"Hikss.. kenapa.. hikss.. secepat ini.."

Isakannya teredam dengan suara guntur dan hujan yang menjadi satu. Tubuhnya bergetar hebat karena kedinginan dan menangis. Ia mengusap kasar air matanya yang terjatuh dari mata tajamnya.

Ia bangkit dari tempat duduknya dan segera berlalu dari halte tersebut. Pandangannya buram, air mata yang tersisa di pelupuknya menutupi pandangannya. Ia berjalan lunglai melewati jalan raya besar yang cukup sepi. Namun, sebuah bus tiba tiba datang berlawanan arah dari namja itu.

BRAKK

Mungkin kejadian ini tidak akan terjadi, jika kedua orang tua yang sangat disayanginya tidak meninggalkannya secepat ini.

Seoul, South Korea

B. Hospital

2014.04.25

05.15 p.m KST

Seorang pemuda manis bersurai hitam legam sedang terbaring lemah di atas sebuah kasur rumah sakit. Terlihat selang infus tertanam pada lengan kurusnya dan selang oksigen terpasang di hidungnya yang mancung.

"Ughh.."

Namja manis itu menggerakkan tangan kanannya yang terinfus. Matanya perlahan terbuka, dan menampilkan bola mata hitam legamnya.

"K-kau, sudah bangun?"

Seorang namja tinggi tiba-tiba datang menghampirinya dengan raut cemas.

"K-kau.. s-siapa?" Tanya pemuda bersurai hitam itu sambil memegang kepalanya yang berdenyut.

"Apa kepalamu sakit? Tunggu sebentar! Aku akan panggilkan dokter."

Bukannya menjawab, namja tinggi itu malah meninggalkannya sendiri di dalam kamar.

"Ugghh.."

Ia terus menerus memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.

5 menit kemudian..

Namja tinggi yang tadi meninggalkannya sudah balik dengan seseorang pemuda manis yang berjas putih. "Bagaimana Hyung?"

"Dia masih butuh banyak istirahat. Mungkin 1 minggu lagi, ia sudah boleh pulang." Jawab sang dokter yang diangguki namja tinggi itu.

"Aku permisi, Gyu." Pamit dokter itu.

"Ah, ne. Gamsahabnida, hyung!"

Ia membungkuk untuk memberi salam kepada sang dokter. Setelahnya, ia masuk ke dalam kamar yang terdapat seorang namja manis didalamnya.

"Istirahatlah."

Pemuda tinggi itu merebahkan tubuh tingginya pada sofa didekat kasur.

"Tapi.. kau siapa?" Tanya namja bersurai hitam itu.

Pemuda tinggi itu langsung menegakkan tubuhnya, "Ah, iya! Aku Kim Mingyu. Kau bisa memanggilku Mingyu."

"Mingyu-ssi, bagaimana aku bisa disini?"

Pemuda berambut hitam itu bangkit dari tidurnya. Membuat mata pemuda bernama Mingyu itu membulat.

"Ya Ya Ya! Kau harus istirahat dulu."

Mingyu segera menghampiri namja manis itu dan membantunya kembali tidur.

"Nah, begini lebih baik."

"Bagaimana aku bisa disini?" Tanya pemuda manis itu lagi.

"Eum, jadi.. sekitar 5 bulan yang lalu_"

"5 bulan yang lalu?!" Potong namja manis itu terkejut.

"Jangan memotongku dulu." Mingyu duduk di samping kasur.

"Ah, jeongsohabnida.."

"Nah, jadi.. sekitar 5 bulan yang lalu, aku menemukanmu di trotoar jalan dekat halte di daerah dekat sini. Aku melihatmu sudah penuh dengan darah dan dikerumuni banyak orang. Saat itu, belum ada yang mau membawamu. Katanya sih, takut dituduh."

Namja manis itu terlihat serius memperhatikan Mingyu bercerita.

"Mereka bilang, kau itu korban tabrak lari. Belum ada yang menelfon ambulan saat itu. Menurut saksi, kau terpental cukup jauh dari tkp. Karena belum ada yang mau membawamu, aku pun langsung membawamu ke rumah sakit ini. Beruntung saja aku membawa mobil saat itu."

"Dan, saat kau sudah disini. Dokter bilang, kau mengalami pendarahan yang cukup parah dan harus dioperasi. Setelahnya, ia bilang kalau kau mengalami koma. Dan kau baru sadar hari ini." Cerita Mingyu panjang lebar.

"Jadi.. kau yang menolongku?" Gumamnya.

"Gamsahabnida, Mingyu-ssi." Ucapnya.

Bibirnya terlihat sangat pucat dan badannya juga kurus. 5 bulan ini, ia hanya menerima asupan dari infus.

"Ah, jangan sungkan."

"Namamu siapa?" Tanya Mingyu.

"Wonwoo. Jeon Wonwoo."

Mingyu tersenyum hingga menampilkan dua taringnya yang lucu. Jeon Wonwoo Batinnya mengulang ucapan namja manis di depannya.

Seoul, South Korea

Mingyu's Apartment

2017.09.12

05.00 a.m KST

Dua namja berbeda tinggi terlihat sedang tertidur dengan pulasnya di sebuah ranjang berukuran king size. Mingyu mendekap tubuh kurus di depannya dengan sangat erat. Tubuh mereka berdua hanya terbalut dengan satu selimut tebal.

Tiba-tiba namja yang di peluk menggeliat. Perlahan matanya terbuka dan menampilkan bola mata hitamnya. Karena rasa gerah menghampiri tubuhnya, tangan kekar yang memeluk tubuh kurusnya ia singkirkan. Belum sempat ia bangkit, tangan kekar itu sudah menariknya kembali. Mengurungnya dalam dekapan hangat sang namja tinggi.

"Hyung mau kemana, heum?"

Mingyu berbisik di telinganya dengan suara khas baru bangun tidurnya. Wonwoo -pemuda kurus itu- kembali merebahkan tubuhnya disamping tubuh raksasa kekasihnya.

"Tidak, aku tidak kemana-mana." Jawabnya.

Mingyu bergerak mendekat dan mengecup pelan pipi tembam itu. Tangan kekar miliknya ia gerakkan untuk mengelus setiap lekuk tubuh namja manis di dekapannya ini.

Tiba-tiba Mingyu merangkak ke atasnya dan mengurung Wonwoo dalam kukungan kedua tangan kekarnya. Tangan kekar itu mengelus pipinya secara sensual. Mengecupnya dengan lembut tepat pada bibirnya dan melumat bibir bawah serta bibir atasnya bergantian dengan gerakan lembut. Mingyu mengusap paha dalamnya dengan lembut membuat darahnya berdesir.

"Emmhh.."

Ia sedikit melenguh saat tidak sengaja miliknya terkena dengan milik Mingyu.

"Mau melakukannya lagi?"

Mingyu sedikit menyeringai. Wonwoo tidak membalasnya, ia hanya memejamkan matanya erat.

"Chagiya.."

Suara Mingyu terdengar berat dan rendah.

"Eungghh.."

Mingyu semakin memperlebar seringaiannya saat mendegar leguhan Wonwoo. Pemuda Jeon itu mencengkram lengan kekar yang berada di sisi kanan dan kirinya.

Badan kurus itu bergerak-gerak gelisah di saat tangan Mingyu memainkan bagian selatannya. "Ahh.."

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja desahan halus terdengar dari bibir namja Jeon itu.

.

Mingyu membuka matanya dikala mendengar deringan alarm yang sudah beberapa kali berbunyi itu. Ia mengusak matanya pelan dan menyenderkan tubuh tingginya pada headbed.

Mingyu sedikit melirik ke sebelah kirinya, dan ia mendapatkan wajah damai Wonwoo yang sedang tertidur pulas. Wajah damai itu membuatnya tersenyum manis. Ia menundukkan tubuhnya dan mengecup dahi milik Wonwoo.

"Eungg.. Ada apa?" Tanya Wonwoo sambil mengusap pelan matanya.

Mingyu hanya menggeleng sambil tersenyum manis, menampilkan dua buah taringnya.

Wonwoo memutar tubuhnya, "Aku masih ngantuk.."

Ia mendekat kearah Mingyu dan memeluk perut rata pemuda Kim itu. Menempatkan kepalanya pada dada bidang Mingyu, sambil sesekali mengusakkannya disana.

Mingyu memainkan rambut Wonwoo yang mulai memanjang. Disingkirkannya poni panjang yang hampir menutup mata sang kekasih itu.

"Hyung, rambutmu sudah terlihat panjang,"

"Kau tidak mau memotongnya?" Lanjut Mingyu.

"Hmmm.."

Hanya gumaman yang menjadi jawaban untuk Mingyu.

"Aku akan memotongnya, tapi nanti. Tidak tahu kapan. Kau mau menemaniku?"

Wonwoo memainkan helaian rambutnya yang terjatuh dan mengenai matanya.

"Arraseo. Ya sudah, bersihkan dirimu dulu." Suruh Mingyu yang diangguki oleh pemuda Jeon itu.

Wonwoo mengambil bathrobe yang ada di nakasnya dan mengenakanya. Ia segera beranjak dari tempat tidur meninggalkan Mingyu yang masih bermalas-malasan di ranjang.

"Tidak perlu kau tutupi, aku juga sudah melihat semuanya Hyung." Celetuk Mingyu membuat wajah Wonwoo bersemu malu.

BUGH

Bantal putih mendarat tepat pada wajah tampan pemuda pemilik gingsul itu. Siapa lagi pelakunya jika bukan seorang Jeon Wonwoo yang berdiri di depannya.

"Byuntae!" Wonwoo berlari kecil menuju kamar mandi dalam yang letaknya di depan tempat tidur. Mingyu terkekeh melihat tingkah Wonwoo yang begitu lucu dimatanya.

Sejak kejadian yang terjadi sekitar 5 tahun yang lalu membuat Mingyu dan Wonwoo memiliki hubungan yang dekat. Mereka di pertemukan karena sebuah kecelakaan mobil yang hampir saja meregut nyawa pemuda Jeon itu. Jika saja Mingyu tidak segera melarikannya ke rumah sakit, mungkin sekarang namja Jeon itu sudah kehilangan nyawanya.

Setelah menjalani proses penyembuhan yang lumayan lama, Wonwoo diperbolehkan pulang. Tentu saja namja kurus itu senang mendengarnya. Ia juga berterima kasih banyak pada Mingyu yang rela menungguinya selama dirumah sakit.

Wonwoo hanya tinggal sebatang kara. Orang tuanya meninggal saat usianya menginjak 18 tahun. Mereka kembali bertemu disaat Mingyu tidak sengaja melihat Wonwoo berkerja di sebuah café dekat apartmentnya.

Mereka menjadi lebih sering bertemu karena itu. Dan entah sejak kapan, Mingyu mulai menyimpan rasa pada pemuda bermarga Jeon itu.

Mingyu mencintai Wonwoo.

Ia merasa tidak ingin kehilangan namja emo itu. Dan bertepatan dengan ulang tahun sang namja emo, pemuda bergingsul itu menyatakan perasaannya.

"Hyung, aku menyukaimu."

Saat itu, Wonwoo terlihat terkejut dengan pernyataan Mingyu. Ia mengira Mingyu hanya bercanda saja saat itu.

"Tidak. Aku tidak sedang bercanda."

Melihat keseriusan Mingyu yang besar. Pemuda Jeon itu menerima perasaan Mingyu dan mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih sejak 3 tahun yang lalu.

The Intelligence Agency's Headquarters South Korea

04.15 p.m KST

"Hormat! Kami mendapat laporan bahwa, Kota Kyoto, Jepang telah di serang! Kota Kyoto telah diserang oleh sekumpulan mayat hidup. Dari laporan yang kami dapat, itu akibat dari sebuah virus yang di sebarkan dari satu orang ke yang lainnya. Laporan selesai!"

Seorang prajurit berseragam tentara menghadap ke atasannya. Sang atasan yang duduk di atas kursi singgasananya itu memperhatikan laporan itu dengan wajah serius.

"Hmm.. Apakah mereka membutuhkan pasukan kita?" Tanyanya sambil membolak-balik lembaran yang ada di atas mejanya.

"Tidak, sajangnim!" Jawab prajurit itu tegas.

"Baiklah kalau begitu. Kau boleh kembali."

Sang bawahan memberi hormat dan berbalik, keluar dari ruangan atasannya itu.

"Apa lagi ini?!"

Ia mengacak rambutnya frustasi sambil menunduk. Tiba-tiba, ia mengangkat kembali wajahnya dan menghampiri telepon yang berada di sisi kirinya.

"Beritahu kepada semuanya untuk jangan menyebarkan berita ini. Aku tidak ingin ada kehebohan terjadi di Negara ini. Jangan pernah menyebarkan berita ini sebelum ada perintah dariku!"

Lalu ditutupnya telepon itu dengan cukup kasar.

"Bagaimana ini bisa tersebar kembali?" Gumamnya frustasi.

Wonwoo dan Mingyu sedang asyik menonton film kesukaan keduanya, tentang mayat hidup atau yang lebih dikenal dengan zombie. Walaupun menyeramkan dan menjijikkan, tapi itu terlihat mengesankan di mata mereka berdua. Terkadang.

TING TONG

"Nyamm.. nyam.. Gyu, kau yang membuka ne?"

Wonwoo berbicara dengan pipi yang kembung karena popcorn yang ia makan.

"Arraseo~"

Mingyu beranjak sambil menusuk pipinya yang kembung itu. Tentu saja rasanya sakit, untung saja makanannya tidak keluar.

TING TONG

Pemuda bergingsul itu mendekat ke arah layar monitor yang terletak tidak jauh dari pintu utama. Ia mengernyit, ia melihat ada dua orang namja namun tidak dengan wajah mereka. Karena keduanya yang sedang membelakanginya

"Nugu?"

Keduanya membalik badan mereka dengan senyum yang menghiasi bibir keduanya. Tapi, pemuda yang lebih mungil tersenyum lebar padanya.

"MINGYU-YA!"

Sang namja mungil berseru senang.

"Eih, Baekhyunee hyung. Tunggu hyung!" Suruhnya dan segera melesat membukakan pintu untuk kedua namja itu.

CKLEK

"Mingyu-ya, Wonwoo mana? Apa dia ada dirumah?" Sang namja mungil bernama Baekhyun itu langsung melesat masuk tanpa perlu meminta izin dari sang pemilik.

"Dia ada diruang TV, hyung."

Mingyu mengambil alih beberapa barang yang ada di tangan pemuda tinggi di depannya dan menutup pintu apartmentnya. Mereka berdua melangkah menuju dapur untuk meletakkan plastik-plastik belanjaan tersebut.

Sedangkan diruang TV,

"Wonwoo-ya!" Panggil Baekhyun heboh.

Wonwoo berbalik dan mendapati namja bersurai cream di depannya sedang melonjak-lonjak gembira.

"Baekhyunee hyung!"

Wonwoo bangkit dan memeluk Baekhyun yang sudah terlebih dahulu menerjang tubuh tingginya.

"I miss you~"

Baekhyun memajukan bibirnya beberapa centi.

Wonwoo gemas dengan tingkah hyungnya yang satu ini, "Miss you too, hyung-ie~"

"Kau semakin tinggi." Ucap Baekhyun sambil bersedekap. Sedangkan namja Jeon itu hanya menggaruk tengkuknya canggung.

"Ada apa hyung?"

Wonwoo mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ah iya, aku baru ingat!"

Baekhyun mencari-cari sesuatu di tasnya. Ia mengeluarkan semua isi tasnya sambil mengerucut imut.

"Kok tidak ada ya?" Gumamnya.

Wonwoo memperhatikan hyungnya itu, mencari apa sih? Batinnya bingung.

Baekhyun berlari kecil menuju dapur dan matanya berbinar senang saat melihat barang yang sedang dicarinya berada di tangan Mingyu.

"Hyung, ini apa?" Tanya Mingyu pada pemuda tinggi di depannya.

"Itu un_"

"Mingyu-ya! Gomawo! Hehe~" Belum selesai namja tinggi itu menjawab, Baekhyun sudah menyambar tangan Mingyu dan mengambil barang berbentuk persegi panjang itu. Ia berlari kecil menuju Wonwoo yang masih setia berdiri di belakang sofa.

"Ini!" Baekhyun memberikan benda persegi panjang itu pada namja emo di depannya itu.

"Undangan? Pertunangan?" Wonwoo menatap selembar kertas yang sudah penuh dengan hiasan itu. Ia membukanya perlahan, dilihatnya dua buah nama yang terpajang di lembaran tersebut.

Park Chanyeol

And

Byun Baekhyun

"Jinjja?" Wonwoo berseru heboh.

"Whoaa, chughaeyo hyung!"

Mereka berdua tersenyum senang. Baekhyun sudah dianggap sebagai hyungnya sendiri. Sudah 3 tahun mereka bersahabat, dan itu karena seorang yang sekarang berstatus namjachingunya. Kim Mingyu.

Tiba-tiba Mingyu dan seorang namja tinggi lainnya menghampiri keduanya. Mingyu mendekat kearah Wonwoo dan melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Wonwoo, "Ada apa hyung?"

"Gyu, coba kau lihat ini!"

Wonwoo menunjukkan selembar kertas yang ada di genggamannya.

"Undangan?"

Wonwoo mengangguk sambil menatap kedua hyungnya.

"Jinjja? Whoa! Chughaeyo hyung!"

Ekspresi yang Mingyu tunjukkan sama persis dengan yang Wonwoo tunjukkan tadi.

"Ini akan dilaksanakan lusa malam." Ucap Chanyeol -namja tinggi selain Mingyu- akhirnya membuka suara. Mingyu dan Wonwoo mengangguk paham.

"Ah, aku tidak tahu harus memakai apa besok." Gumam Wonwoo kecil. Baekhyun menoleh mendengarnya.

Ngomong-ngomong, gumaman Wonwoo sangat kecil. Bahkan Mingyu yang disampingnya saja tidak mendengarnya, sedangkan Baekhyun yang ada di depannya mendengarnya dengan jelas. Apa Baekhyun terlalu peka terhadap hal-hal yang menyangkut beli- membeli?

Baekhyun mendekat dan membisikkan sesuatu pada Wonwoo. Setelahnya, mata Wonwoo berbinar mendengarnya.

"Jinjja hyung? Assa! Kita pergi sekarang hyung. Aku akan ganti baju."

Namja sipit itu langsung melesat pergi kedalam kamar.

"Apa yang kau bisikan padanya?" Tanya Chanyeol.

Baekhyun hanya memberikannya seringai cantiknya, "Kau tidak harus tahu."

Lalu melenggang pergi dan duduk di sofa depan TV dengan santainya.

"Kalau aku hyung?" Tanya Mingyu sedikit berteriak.

"Kau juga Kim." Jawab Baekhyun.

Mingyu dan Chanyeol saling tatap dan hanya menggeleng melihat tingkah kekasih mereka masing-masing.

.

"Hyung, istirahat dulu disini. Nanti kita lanjutkan, ne?"

Wonwoo memelaskan wajahnya. Tidak perlu di melaskan saja wajah Wonwoo sudah terlihat memelas dan kusut.

"Arraseo, tapi habis ini kita akan lanjutkan belanja-belanja kita!"

Namja Jeon itu mengangguk. Mereka memilih café yang berada dekat dengan mereka. Setelah memesan, keduanya memilih tempat duduk yang strategis, yaitu dekat dengan jendela.

Niat mereka dari awal sebenarnya hanya membeli beberapa barang saja, lalu pulang. Tapi, kalau seorang Byun Baekhyun sudah berbelanja, sudah jangan ditanya lagi. Ia tak akan berhenti jika kita tidak menghentikannya.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 08.00 p.m KST, dan mereka masih berkeliaran di sini dengan banyak belanjaan yang ada di lengan kanan maupun kiri mereka.

Drrtt Drrrttt

Ponsel Wonwoo yang ada di atas meja bergetar.

MGyu. : Hyung-ie kapan pulang, eoh? Masih lamakah? Aku bosan..

Dilihatnya notif yang muncul dan ternyata itu pesan dari Mingyu. Wonwoo terkikik geli melihat isi pesan Mingyu yang menurutnya lucu itu.

Pasti sekarang ia sedang cemberut, pikirnya. Jarinya mengetikkan pesan balasan untuk Mingyu.

'Bagaimana ya? Sepertinya masih lama.'

*send*

Wonwoo selalu senang membuat kekasihnya itu cemberut. Menurutnya itu sangat lucu, dari pada melihat kekasih giantnya itu menebar pesona tidak jelas. Untuk kalian ketahui, pemuda Jeon ini sangat cemburuan.

Drrtt Drrttt

MGyu. sent a photo

MGyu. sent a sticker

MGyu. sent a video

Dilihatnya isi pesan dari pemuda Kim yang ada disebrang sana. Mingyu mengirim fotonya yang sedang bergelung dengan selimut sambil menekuk wajahnya. Ia juga mengirim stiker dan sebuah video. Sebuah stiker dengan wajah yang cemberut, sama persis dengan wajahnya yang ada di foto yang tadi dikirimnya. Wonwoo mengambil earphone dan membuka video kiriman Mingyu.

Di video itu, Mingyu sedang berguling-guling tidak jelas di atas kasur. Wajahnya kusut dan bibirnya manyun.

'Hyung-ie! Kapan pulang?' Ucapnya di video itu sambil sedikit berteriak.

Aigooo, kenapa dia se-aneh ini? Batin Wonwoo.

MGyu. : Hyung-ie!

MGyu. : Kau jahat!

Wonwoo terkikik melihatnya. Karena terlalu asyik terkikik, ia tidak menyadari tatapan aneh dari Baekhyun yang ada di depannya.

"Wonwoo-ya!"

Ia mendongak saat Baekhyun memanggilnya sambil menyodorkan segelas penuh orange juice. Ternyata minumannya sudah diantar sedari tadi tanpa ia sadari.

"Sepertinya seru sekali. Kenapa eoh?"

Baekhyun bertanya sambil mengaduk-aduk milkshake stroberinya dengan gerakan acak.

"Aniyo, hyung. Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan jalan-jalannya. Lain kali saja, ne?" Raut wajah Baekhyun langsung berubah menjadi sedih.

"Jangan sedih, hyung. Aku janji! Sehabis hyung tunangan, lusanya kita akan pergi jalan-jalan. Ottae?"

Wajah Baekhyun kembali sumringah mendengarnya. Senyum manis terukir jelas di bibir tipisnya. Ia segera mengangguk mengiyakan tawaran Wonwoo.

Mereka menghabiskan minuman masing-masing dalam hening. Mingyu tidak mengiriminya pesan atau apapun lagi. Ia melamun sambil memandang langit gelap. Entah kenapa, sekilas ia seperti melihat burung-burung gagak hitam berterbangan secara berkelompok.

Ia juga melihat kucing hitam sedang menatapnya dengan mata menyala dan juga di mulut kucing itu seperti ada bercak darah. Perasaanya perlahan mulai tidak enak. Apa ada hubungannya dengan Mingyu? Pikirnya.

Ia kembali mengecek ponselnya. Pesan terakhir yang Mingyu kirimkan adalah 'Kau jahat!' Kira-kira sekitar 15 menit yang lalu dan sampai sekarang Mingyu tidak megirimnya apa-apa lagi. Perasaannya benar-benar tidak enak sekarang.

"Wonwoo, kajja!"

Mendengar ajakan Baekhyun untuk pulang, ia segera bangkit dari duduknya dan melenggang pergi mengikuti langkah Baekhyun. Mereka naik taksi datang kesini, karena memang Chanyeol dan Mingyu tidak mereka ajak untuk ikut berbelanja. Pasti nanti keduanya akan ribut minta pulang, itu pemikiran seorang Byun Baekhyun.

Mereka pisah di perempatan dekat café. Baekhyun memilih langsung pulang ke apartmentnya di daerah yang cukup jauh dari sini. "Hati-hati, hyung." Ingat Wonwoo lalu pergi mencari taksi.

Setelah menyebutkan alamat apartment Mingyu, dengan segera taksi itu melesat dari tempatnya.

Semoga tidak terjadi apa-apa, Ya Tuhan. Do'anya. Wajahnya semakin panik, ia takut terjadi apa-apa dengan Mingyu.

Setelah sampai, ia segera berlari kecil menuju lift dan masuk kedalamnya. Apartment Mingyu ada di lantai 6, jadi waktu yang dihabiskan cukup lama. Belum lagi, banyak orang di dalamnya dan ia mendapat giliran terakhir untuk keluar.

Setelah beberapa menit di dalam lift, ia segera berlari mencari pintu yang ditempeli nomor 6017. Pemuda Jeon itu membuka pintu itu dan segera masuk kedalamnya

"Mingyu!" Panggilnya.

Namun, tidak ada yang menyahut. Ia mencari Mingyu di dapur, ruang makan, ruang tv, toilet, kamar tamu dan hasilnya nihil. Terakhir, ia mencari pemuda bergingsul itu di kamarnya. Kamarnya gelap, tirai belum ditutup dan menampakkan pemandangan kota Seoul pada malam hari dari jendelanya.

Ia menyalakan lampu, matanya mengitari ruangan itu mencari keberadaan pemuda yang memiliki tinggi di atas rata-rata itu. Mingyu tidak ada dimana-mana. Ia sudah mengelilingi apartment ini, namun hasilnya nihil. Ia jadi ingin menangis sekarang.

CKLEK

Seorang namja keluar dari kamar mandi dalam. Tubuhnya dibiarkan terekspose begitu saja, kecuali bagian selatannya yang ditutupi oleh handuk yang ia lilit dipinggangnya. Badannya sedikit basah, menandakan ia baru saja selesai membersihkan diri.

"Hyung? Kapan pulang?"

Suara yang khas itu membuat Wonwoo menoleh. Tanpa berkata apa-apa, ia segera menerjang tubuh tinggi yang masih sedikit basah itu. Memeluknya erat seakan ia tidak akan mau melepasnya. Wajah serta bajunya sudah mulai basah karena memeluk Mingyu dan ia tidak peduli itu. Sedari tadi ia tidak memikirkan hal lain selain Mingyu, Mingyu dan Mingyu.

"Jangan pergi.." Lirihnya.

"Hey hey, hyung kenapa?" Tanya Mingyu sambil mengelus surai sang kekasih dengan lembut.

"Hiks.."

"Aku takut itu terjadi lagi.."

Wonwoo mengangkat wajahnya dan menatap Mingyu. Matanya sudah merah dan terdapat jejak air mata di pipinya.

Mingyu mengusap pipi yang sedikit berisi itu lembut, "Ada apa, hm? Apa yang terjadi lagi?"

Wonwoo langsung menunduk. Ia tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Perasaannya sangat tidak enak sekarang, bahkan melebihi yang tadi-tadi. Jantungnya juga berdegup dengan tidak normalnya.

Mingyu mengiring Wonwoo untuk duduk di pinggir ranjang. "Ya sudah, hyung duduk dulu disini. Tenangkan dirimu, baru jelaskan."

"Aku takut… takut… sangat takut..." Ucapnya memulai.

"Perasaan ini, perasaan yang aku rasakan sehari sebelum orang tuaku meninggalkanku. Perasaan aneh dan tidak enak." Cerita Wonwoo.

Ia mengingat saat ia merasakan hal yang sama sebelum kedua orang tuanya diambil oleh sang pencipta.

"Sama seperti saat itu. Aku melihat hal-hal aneh, seperti.. kucing hitam ataupun burung gagak hitam yang terbang secara berkelompok."

"Tapi, kali ini lebih aneh. Aku melihat kucing hitam, hanya saja… Ia menatapku dengan mata tajamnya. Ia juga memperlihatkan taringnya dan tiba-tiba saja ia pergi. Di sudut bibirnya seperti ada bercak darah."

Wonwoo menunduk dalam. Ia tidak sanggup menceritakan semuanya, tentang hal-hal aneh tadi. Ia tidak ingin mengingat bagaimana kehilangannya ia saat dirinya ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Mingyu menarik tubuh kurus itu dan mengusap surai hitam milik Wonwoo, "Sudah-sudah. Mungkin itu hanya halusinasi hyung saja."

"Aku tidak mau hal itu terulang. Aku tidak mau orang yang aku sayangi diambil begitu saja. Cepat, sangat cepat rasanya. Aku.." Air matanya perlahan jatuh. Ia mengigit bibirnya, berusaha menghilangkan perasaan tidak enaknya dan menghentikan isakannya.

"Aku.. tidak sanggup.. hiks.. kenapa harus secepat itu, hiks.. mereka pergi." Tangis Wonwoo pecah sudah.

Bukannya berhenti, isakan-isakan itu malah semakin keluar dari bibirnya. Ia sudah tidak bisa menahan perasaannya. Benar-benar sakit jika ditahan.

"Aku tidak mau kau sama dengan mereka.. diambil dariku begitu saja, hiks.. aku takut kau kenapa-kenapa.."

Mingyu mengecup pucuk kepala Wonwoo, berusaha menenangkan kekasihnya itu.

"Sebaiknya hyung tidur. Hyung terlihat sedang tidak fit dan pastinya hyung kelelahan."

Wonwoo mengangguk. Ia merebahkan tubuhnya pada ranjang dan menutup tubuhnya dengan selimut. Ia berbalik dan memandang Mingyu, berharap Mingyu tau arti tatapanya.

"Aku akan menyusul."

Mingyu mengerti tatapan itu. Ia segera beranjak menuju lemari dan mengenakan piyamanya. Setelah selesai, ia berjalan kearah ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping Wonwoo. Ia mengecup bibir Wonwoo sambil sedikit mengelusnya dengan jempolnya.

"Jangan dipikirkan lagi. Sekarang, lebih baik hyung tidur." Ucap Mingyu.

Wonwoo memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Melihat Wonwoo yang kesusahan untuk tidur, Mingyu menggerakkan tangannya untuk memeluk tubuh kekasihnya itu.

Ia melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Wonwoo, mendekatkan tubuh kecil itu pada tubuh besarnya, dan memberikan ketenangan yang dibutuhkan sang kekasih saat ini.

CUP

Ia mengecup bibir merah muda itu. Perlahan wajah Wonwoo terlihat damai, tanda ia sudah memasuki dunia mimpinya.

"Jalja.." Mingyu ikut menutup matanya dan mulai memasuki dunia mimpinya.

.

Wonwoo menggulung tubuhnya dengan selimut tebal. Wajah dan bibirnya terlihat pucat. Tubuh kurusnya tak henti-hentinya bergetar, menandakan dirinya sedang menggigil.

KRIIEET

Suara pintu terbuka tak membuatnya berbalik. Tubuhnya sangat lemas dan berat, bahkan hanya untuk membalikkannya. Dahinya sudah dipenuhi dengan keringat dingin. Suara deritan ranjang terdengar, bertanda ada yang menaikinya.

Perlahan, ia merasakan surai hitamnya di elus lembut oleh tangan seseorang. Ia memejamkan mata, merasakan kenyamanan yang disalurkan oleh sang pemilik tangan. Tangan itu bergerak menuju dahinya, dan sang empu membolak-balik tangannya di dahi miliknya.

"Demamnya sudah turun."

Sang empu bersuara dari belakangnya. Dari suaranya, ia sudah tahu bahwa itu adalah kekasihnya.

"Syukurlah.."

Suaranya terdengar bergetar, mengikuti irama dari getaran tubuhnya. Mingyu menatap namja di depannya ini dengan tatapan sendu.

"Tapi, badan hyung masih mengigil."

Wonwoo mengangguk. Bahkan hanya mengangguk saja, itu membuat kepalanya berdenyut sakit.

"Kau tidak mau makan?" Tanya Mingyu. Ia membantu Wonwoo membalik badannya.

"Mau. Tapi, aku merasa mual. Mulutku pahit, semua makanan enak berubah menjadi tidak enak." Jawab Wonwoo.

"Ada Baekhyun hyung diluar. Dia mau bertemu denganmu."

Wonwoo tersenyum mendengar nama hyung manisnya itu.

Mingyu beranjak dari ranjang menuju pintu. Membukanya dan mempersilahkan Baekhyun untuk masuk ke kamar. Sedangkan dirinya memilih menunggu diluar bersama hyung satunya, Chanyeol.

"Wonwoo-ya.." Panggil Baekhyun.

Tapi hari ini sedikit berbeda, tidak ada nada ceria di panggilannya. Wonwoo menoleh dan memberikan senyumannya.

"Mianhae, aku sudah membuatmu sakit."

Baekhyun menaiki ranjang dan duduk di sisi kanan Wonwoo. Mengusap surai dongsaengnya itu dengan penuh kelembutan.

"Aku membuatmu kelelahan, mengajakmu sampai malam. Mianhae.."

Wonwoo memberikan senyuman terbaiknya pada Baekhyun, "Aniyo hyung. Memang aku saja yang saat itu kurang fit dan masih saja ingin berbelanja. Aku juga merindukan hyung. Kita tidak bertemu selama 10 bulan hyung."

Baekhyun merubah ekspresi wajahnya menjadi ceria kembali. Ia tersenyum senang melihat senyum Wonwoo yang sudah mengembang kembali.

"Apa hyung tidak rindu padaku?"

Baekhyun menggeleng. Tentu saja ia sangat merindukan Wonwoo. Sangat-sangat merindukan pemuda sipit satu ini.

"Aku sangat-sangat rindu padamu."

Keduanya tertawa renyah. Saat Baekhyun ingin memeluk pemuda sipit itu, pundaknya ditahan.

"Aniyo, hyung. Nanti hyung tertular, bagaimana? Hyung 'kan mau tunangan jadi hyung harus menjaga kesehatan." Larang Wonwoo.

Bukan Baekhyun namanya kalau tidak keras kepala. Biarpun sudah dilarang, ia akan tetap melakukannya. Ia memeluk Wonwoo erat seperti tidak ingin melepaskan pemuda manis itu.

"Cepat sembuh Wonwoo-ya.. "

Wonwoo pasrah dan ia tersenyum di balik punggung sempit itu, "Gomawo, hyung."

.

.

.

TBC / END

Gatau ini apa '-' Moga banyak yang suka ya:'3

JANGAN LUPA REVIEW YAW! Saran dan kritik sangat diperlukan.