"Hey apa kau percaya, kalau kau melihat bintang jatuh dan mengatakan Harapanmu. Maka harapanmu bisa menjadi nyata."

"Bukannya itu hanya mitos?"

"Entahlah, kenapa tidak dicoba?"


Judul : LDR : Gomen Imotou

MultiChapter.

Chapter 1 : Pertimbangan

Pair : Naruto x Hanabi

Genre : Romance,

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto.

Summary : Dalam hidupnya, Naruto selalu berfikir tentang kebebasan. Membuatnya tumbuh menjadi anak yang susah diatur. Hingga suatu ketika, seorang gadis dari dunia maya membantunya kembali menjadi lebih baik. Membuatnya kembali merasa bergairah dan semangat, tapi ketika gadisnya menginjak bangku sekolah menengah atas. Ia begitu populer, membuatnya merasa tidak pantas bersanding dengan Imotounya. Kemudian, ia memutuskan menjauhi Imotounya selama 2 tahun. Sebelum akhirnya ia kembali dengan perasaan rindu yang tidak dapat terbendung. Akankah Hanabi mau menerimanya kembali? Ataukah ia sudah memiliki pengganti, Selama Naruto pergi. #Sekuel LDR : Daisuki Onii-Chan.

Warning : Gaje, Abal-abal, Miss Typo, EYD, dll.

.

.

.

Minggu 31 Maret.

Hari pertama di bulan Maret, saat bunga plum pertama kali mekar, hingga hari terakhir bulan Mei, saat bunga sakura terakhir gugur dari pohonnya. Musim semi akan segera berakhir, berganti musim panas. Musim panas adalah saatnya menanam padi, dan juga saatnya seluruh Jepang diselimuti warna hijau tumbuh-tumbuhan. Warna hijau daun-daun pohon sakura, maple, ek dan kastanye di hutan-hutan gunung kontras dengan warna yang lebih tua dari pohon-pohon pinus yang hijau sepanjang tahun, sedangkan pucuk-pucuk pohon bambu yang halus berayun dengan lembut di seluruh negeri.

Musim panas adalah musimnya kembang api. Hampir setiap malam, masyarakat di seluruh Jepang mengadakan pesta kembang api yang penuh warna menyemarakkan langit di malam hari. Setiap tahunnya pada malam pergantian musim. Dari musim semi berganti musin panas, diadakan sebuah festival kembang api di puncak bukit Konoha. Di malam yang bertabur bintang, di sebuah padang ilalang yang luas. Dari tempat ini, orang-orang bisa melihat gemerlap lampu kota Konoha di malam hari. Tempat ini terletak di puncak bukit Konoha, letaknya agak jauh dengan tempat festival kembang api. Di sini tempatnya nyaman dan sepi, hanya ada beberapa orang yang kemari untuk menikmati pertunjukan kembang api yang akan dimulai sebentar lagi.

"Kenapa mengajakku kemari Onii-Chan?" Tanya seorang gadis berambut coklat panjang dan diikat ekor kuda. Ia terlihat mengenakan Yukata berwarna biru muda dengan motif bunga Lavender, tidak lupa obi berwarna coklat melitit di perutnya. Iris putih besarnya menatap wajah tampan pria di sampingnya. Sedangkan pria di sampingnya terlihat mengenakan Yukata berwarna biru muda dengan sandal jepit jerami.

Bukannya menjawab pertanyaan gadis loli disampingnya, pemuda bersurai pirang itu malah asik memakan permen kapas. "Naruto-Nii!?" Teriaknya. Karena tidak ada tanggapan gadis yang tubuhnya lebih pendek dari sang pemuda yang dipanggil Naruto tadi, berinisiatif menjewer telinga Naruto. Belum sempat tangan mungil sang gadis menyentuh telinganya, Naruto memegang tangan putih mulus tersebut dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kita akan mencari bintang jatuh!" Ucap Naruto. Dibuangnya permen kapas tadi, dan tangannya bergerak mengelus pucuk rambut sang kekasih. "Bukannya sekarang kamu mau mendaftar sekolah di Konoha Senior High School?" Pemuda tersebut bertanya dengan suara lembut, dan menatap mata gadis di sampingnya membuat rona merah di kedua pipi sang gadis.

"Mengapa musti mencari bintang jatuh?" Tanya sang gadis lagi, ia sangat penasaran. Kenapa dia dibawa ketempat seperti ini, padahal sekarang hampir tengah malam. Memikirkan berbagai asumsi, sampai berfikir bahwa Onii-Channya mau mengajaknya berbuat "itu". Karena terlalu asik berfikir, membuatnya tidak sadar kalau tangan Naruto sudah menempel di keningnya. "Padahal tidak panas! Kenapa wajahmu memerah?" Tanya Naruto memandangi wajah gadisnya yang tengah merona.

"Tidak apa-apa!" Ucapnya sambil menjaga jarak. Naruto hanya tersenyum simpul menanggapi tingkah laku gadisnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya, menatap langit malam yang penuh bintang berkelap-kelip di atas langit. "Duduklah," ucap Naruto menepuk tanah yang baru saja ia bersihkan. Mendudukan pantatnya di sebelah Naruto, dan menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih ikut menikmati menatap langit malam.

"Hanabi." Ucap Naruto. Setelah beberapa saat hanya berdiam, tanpa bersuara gadis yang dipanggil Hanabi tersebut menoleh menatap wajah sang pemuda. "Taukah kamu, jika kamu melihat bintang yang bergerak sangat cepat di langit. Dan mengatakan harapanmu sebelum bintangnya hilang. Maka harapanmu akan menjadi kenyataan." Ucap Naruto yang masih asik memandang langit tanpa mengalihkan pandangannya. Mereka berdua asik memandang langit, udara dingin malam tidak mereka pedulikan. Beberapa menit kemudian, sebuah bintang bergerak cepat di langit malam.

"Aku harap, aku bisa di terima di sekolah favorit Konoha senior High School. Dan bisa terus bersama dengan Naru-, Ahh, bintangnya keburu hilang..." Ucap Hanabi kecewa. Melihat Kekasihnya tengah bersedih membuat Naruto ikut sedih. Dielusnya kepala Hanabi, "Karena bintang jatuh cepat menghilang, kau harus membuat harapanmu lebih pendek." Tersenyum hangat ia tunjukan, supaya Hanabi tidak bersedih lagi. "Oh begitu." Ucapnya. Kemudian ia bangkit dan berlari. "Kuharap aku bisa terus bersama Naruto-Kun!" Teriaknya meneteskan air mata. Naruto dibuat terkejut dengan pernyataan Hanabi barusan. Ia tidak menyangka, Hanabi bakal berkata seperti itu.

"Onii-Chan matamu kenapa?" Tanya Hanabi. Melihat mata Naruto berair karena menangis. Ia menjadi khawatir melihatnya, karena posisi ladang ilalang yang luas tanpa pepohonan. Membuat Hanabi bisa dengan jelas melihat wajah Naruto, karena diterangi cahaya bulan dan bintang. "Sial mataku kemasukan debu." Ucap Naruto. Kemudian, mereka berdua kembali duduk dan menikmati pemandangan kembang api dan lampu-lampu di Konoha yang berkelap-kelip di kejauhan. Setelah beberapa saat, ketika bintang-bintang semakin rapat dan terang, perasaan gelisah pun hilang.

Mungkin aku bukan yang terbaik untukmu.

Tapi aku akan berusah menjadi lebih baik, supaya dapat bersanding di sampingmu kelak.

Untukmu yang selalu memenuhi pikiranku.

Aku akan berusaha membuatmu terus tersenyum.

Karena aku tau kau adalah wanita yang rapuh.

.

.

.

Pagi datang, pucat dan lembab. Naruto bangun lebih dulu, dan menemukan punggung bajunya kotor karena tanah dan rumput liar. Melihat ke samping, di situ tergeletak tubuh seorang gadis. Berniat membangunkan, tapi ia urungkan saat melihat wajah damai sang gadis saat tidur. Dielusnya rambut Hanabi dengan lembut, dipandanginya wajah ayu sang gadis. Tidak pernah merasa bosan walau sudah sering melihat wajah cantik Hanabi, malah setiap kali bertemu dadanya serasa di penuhi bunga-bunga musim semi. Memikirkannya saja sudah membuat wajahnya menjadi panas. Dikecup pelan dahi Hanabi, sebelum akhirnya bangkit untuk menikmati udara pagi.

Beberapa saat kemudian, Hanabi menggeliat pelan dan mulai bangun. Menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Naruto. Karena tidak ketemu, ia mulai bangkit dan berjalan mengikuti jejak kaki di atas rumput liar. Beberapa menit berlalu, tidak terasa langkah kakinya menuntunnya pada sebuah lereng bukit. Di sana ia bisa melihat Naruto duduk bersandar pada besi pembatas yang dibuat oleh pemerintah.

"Sepertinya sudah waktunya pulang, aku tidak mau membuat Otou-Sama khawatir karena diriku." Ucap Hanabi. Dan hanya dibalas anggukan lemah kepala Naruto. Mereka kemudian berjalan menuruni bukit. Setelah beberapa saat, mereka terjun ke jalan setapak di pohon-pohon tinggi. Di depan mereka terbentang sungai lebar yang dangkal, airnya sangat jernih. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas untuk membersihkan diri di sungai. Rasa dingin menyentuh kulit, namun mereka hiraukan. Beberapa menit kemudian, mereka selesai membersihkan diri. Dan berniat melanjutkan kembali perjalanan. Digandengnya tangan mungil Hanabi, seolah tidak mau jauh dari sang gadis.

Setelah itu mereka sampai ke serumpun pepohonan, sebagian besar pohon Ek dan Sakura. Di bawah pohon sakura yang tengah bersemi bunganya. Naruto menggenggam jari-jemari Hanabi, memberi perasaan hangat di dada. Berciuman mesra untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali berjalan pulang sambil bergandengan tangan. Karena kurang berhati-hati, Hanabi pun terjatuh karena tersandung batu. Meringis menahan sakit, sambil mengelus kakinya yang kotor karena terjatuh di tanah.

"Naiklah." Ucap Naruto. Dia sekarang tengah berjongkok di depan Hanabi sambil menepuk punggungnya. Tanpa pikir panjang, Hanabi pun bangkit dan mulai naik ke punggung Naruto. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya diam tanpa bersuara. Hanya kicauan burung dan ranting pohon yang saling bergesekan yang terdengar. Di jalan setapak yang lurus ini, mendadak hutan berakhir. Berganti ladang-ladang yang terawat baik. Dari kejauhan mereka bisa melihat bangunan rumah berjejer rapi, ada pagar-pagar dan gerbangnya.

"Sampai sini saja Nii, bisa jadi masalah kalau ayah sampai melihatmu." Ucap Hanabi. Ia kemudian turun dari gendongan Naruto. Dikecupnya pipi pemuda bersurai pirang itu, Sebelum akhirnya berlari menjauh. "Dasar! Padahal kakinya lagi sakit." Ucap Naruto mengelus pipinya yang dikecup Hanabi tadi. Wajahnya merona disirami cahaya mentari pagi, membuatnya makin terlihat tampan.

Wajahmu mengalihkan duniaku.

Dan senyumanmu luluhkan hatiku.

Hadirmu membawa warna di hidupku.

Membuatku tak ragu, untuk terus bersamamu.

.

.

.

Hari berganti hari, tidak terasa liburan musim panas akan segera berakhir. September akan segera usai berganti bulan Oktober. pada Bulan Oktober sebagian besar Jepang sudah menikmati cuaca yang sejuk dan segar musim gugur.

Musim gugur di Jepang bercirikan daun yang berubah warna menjadi warna-warna terang seperti merah, emas, tembaga, dan kuning, dan berterbangan berputar-putar hingga akhirnya jatuh ke tanah. Daun-daun tersebut menghiasi bukit-bukit dan pegunungan bagaikan karpet penuh warna. Ini adalah musim panen. Di daerah-daerah pedesaan, sawah-sawah berubah warna menjadi warna emas, dan padi-padinya sebentar lagi akan dipotong dan ditumpuk atau digantung dengan barisan yang rapi dan rata. Waktunya berbagai festival, pertandingan olahraga dan pesta-pesta budaya di seluruh negeri.

Sudah lama Naruto tidak menemui Hanabi, dan hanya memberi kabar lewat pesan. Sekarang ia tengah di sibukan mencari pekerjaan. Sekarang dia tengah berada di taman Konoha, tertidur di bangku taman setelah seharian keliling kota, mencari pekerjaan yang cocok untuknya. Menggeliat beberapa kali sebelum akhirnya bangun. Tidak terasa sebentar lagi umurnya akan bertambah menjadi 20 tahun. Dan umur Hanabi menjadi 17 Tahun.

"Naruto?!" Ucap pria berambut hitam yang dikucir mirip nanas. Menoleh ke belakang karena ada orang yang memanggilnya. "Shikamaru!" Ucap Naruto terkejut. Tidak menyangka ia bisa bertemu kembali teman masa kecilnya dulu. Pria yang dipanggil Shikamaru tadi berjalan pelan, dan duduk di samping Naruto. Ia terlihat mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dasi berwarna hitam. "Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Ucap Shikamaru memegang pundak Naruto. "Seperti inilah menyedihkan," ucapnya menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Hei jangan sedih, lagi butuh pekerjaan bukan?" Tanya Shikamaru. Mengangguk pelan sebagai jawaban, kemudian ia mengangkat wajahnya menatap wajah Shikamaru. Kemudian ia bercerita tentang kehidupannya selama mereka berpisah, mulai dari sekolah sampai berpacaran. Bahkan kehidupannya ketika depresi dan menjadi Hikikomori pun juga ia ceritakan semua. "Sudah makan?" Tanya Shikamaru saat Naruto selesai bercerita, dan hanya dijawab gelengan kepala lemah oleh Naruto. "Ikut denganku, aku yang traktir." Ucap Shikamaru. Dia bangkit dari duduknya dan menyuruh Naruto mengikutinya. Kemudian, mereka menaiki sebuah mobil sedan berwarna silver. Mencari kedai yang menjual ramen, makanan kesukaan Naruto.

Di dalam mobil, mereka berdua diam tanpa niat bersuara. Naruto lebih memilih memandang keluar, dari balik kaca. "Kau bilang pacarmu sekolah di Konoha Senior High School 'kan?" Tanya Shikamaru mencoba mencairkan suasana. "Bukannya tidak jauh dari sini?" Tanya Shikamaru lagi. "Kau berniat membawaku ke kedai ramen yang berada di samping sekolahan itu?" Bukannya menjawab, Naruto malah balik bertanya.

"Yup, aku ingin melihat wanita seperti apa yang membuat sahabatku ini jatuh cinta." Ucap Shikamaru tersenyum simpul. "Shika si tukang ikut campur!" Gumam Naruto. Sedangkan Shikamaru hanya tertawa, ia kira setelah lama tidak bertemu sifat Naruto bakal berubah, tapi ternyata dia tetaplah Naruto yang di kenalnya dulu.

Hal yang bisa selalu aku lakukan untuk sahabatku adalah menjadi sahabatnya.

Kita sering dimarahi karena melakukan hal bodoh.

Hari-hari yang selalu terjadi itu menjadi menyenangkan.

Aku pikir itu akan terus berlangsung.

Tapi kita sadari kita akan tumbuh.

Dan tumbuh bersama dengan mimpi kita.

Jadi kita masing-masing memilih jalan kita sendiri.

.

.

.

"Wow, dia pacarmu?" Tanya Shikamaru. Sekarang ia duduk di sebuah kursi di dalam kedai ramen, di depannya duduk Naruto dan Hanabi. Wajah Naruto dan Hanabi memerah karena malu, akibat ucapan Shikamaru barusan yang terlalu keras, membuat mereka menjadi pusat perhatian pengunjung kedai yang didominasi anak-anak sekolah.

"Hei bukannya itu Hanabi-Chan yang populer itu?" Bisik-bisik terdengar di telinga mereka bertiga. "Iya kudengar dia sudah punya pacar!" Suasana menjadi gaduh setelah mereka mengetahui kalau Naruto adalah pacar Hanabi. "Kupikir pacarnya seorang pria tampan, tapi lihat dia cuma pemuda biasa" Mereka mulai berbicara terang-terangan, hal itu membuat Hanabi khawatir kalau nanti Naruto akan marah. Digenggamnya tangan Naruto dengan cemas, suasana menjadi tidak terkendali ketika orang-orang yang menyukai Hanabi mulai berdatangan memenuhi kedai.

.

.

.

Tbc...

Iseng buat fic sekuelnya LDR : Daisuki Onii-Chan. Tiba-tiba ada ide di kepala, dari pada nanti lupa mending langsung diketik :v

A Zoldyck out...