Mask.

By : Clarity Wu

Main Cast : Wu Yifan - Huang Zitao

Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort.

Note : Didedikasikan untuk event #cagarbudayaKT, entah kenapa ngerasa aneh sama tagar nya, ngerasa kayak mereka bener-benar udah punah banget dan harus di buatin cagar budaya gitu *syedih Sudahlah, baca fanfiction buruk ini yang diketik disela-sela kemacetan lalu lintas.

.

.

.

.

Ready! Action!

.

.

.

.

.

Saat suara itu mulai berteriak mengaumkan gema nya.

Yang lebih besar menjatuhkan badan nya ke atas badan si mungil. Mata nya tertutup oleh kain hitam, dia tak bisa melihat apa-apa dan pendengaran nya menangkap bisik-bisik penuh kekaguman pada tubuh atasnya yang tak berbalut apa-apa.

"Kevin-eunghh"

Lenguhnya, desahan nya, sesuai dengan naskah yang sudah di rancang. Ia harus mengikutinya.

Pemuda yang di panggilnya Kevin-nama dalam peran- mendekat dan berbisik di telinganya lalu menjilat pelan setelah mengatakan sesuatu yang membuat air mata nya tumpah memasahi kain yang menutupi matanya.

"Dialog nya Kris"

Si pemilik skenario mengingatkan dan ia mulai berperan.

"Sudah ku katakan untuk tak membuat ku marah"

"Maafkan aku-akhhh"

Tangan itu memijat pangkal hasratnya. Dan dia medesah secara alami. Walaupun itu tak ada di naskah, ia terus mendesah pasrah.

"Apa yang harus aku lakukan padamu?"

"Hukum aku" tidak, hanya biarkan aku pergi.

"Itu bukan kalimat yang tepat" Dia sangat menikmati peran nya.

"Master fuck-"

Suara nya terendam oleh tabrakan bibir yang kini mulai memagut bibir atas nya. Tangan itu bergerilya membelai perutnya dan mulai turun inci demi inci hingga kembali menuju pusatnya.

.

.

.

CUT!

.

.

.

Penyiksaannya berakhir. Tapi hukuman yang lain masih menyapa nya nanti.

"Terima kasih untuk kerja keras kalian semua hari ini"

Sutradara-si penentu takdir dalam hidupnya disini- membungkuk berterima kasih kepada semua crew dan para pemain.

"Hyerin tolong bantu Zitao"

Wanita itu menoleh pada Zitao yang mencoba bangun dari posisinya. Ia sedikit kesusahan karena tangannya masih terikat.

Wanita itu membantu melepaskan ikatan di pergelangan lengan Tao. Dia miris melihatnya walaupun dia sendiri yang menetukan ide ikat mengikat pergelangan tangan ini.

"Terima kasih noona"

"Mau aku bantu menuju kamar mandi"

"Aku bisa sendiri" Dia selalu memasang senyum terindah untuk menutupi rasa sakit yang ia terima.

Kemudian ia tertatih menuju kamar mandi. Kaki nya sedikit kram mengingat totalitas yang harus ia ambil untuk melakoni perannya.

Pintu kamar mandi terbuka lalu malaikat pencabut nyawa nya datang menghampiri. Bukankah ini terlau hiperbola mengingat yang datang hanyalah Kris Wu aktor ternama kita. Tapi tidak untuk Huang kecil ini, baginya Kris Wu adalah iblis yang menggam hati nya terlalu kuat hingga membuat hatinya remuk menjadi beribu serpihan.

"Ingat apa yang aku bisikan tadi" Kris memegangi pundaknya. Mendorongnya ke dinding.

"Ge-"

"Tak ada Yifan gege mu disini Huang, bukankah kau sudah membunuhnya dengan tindakan egois mu hem?" Kris semakin memojokkan nya. Menghiraukan teriakan manager yang menanyakan keadaan mereka berdua yang tak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Zi, apa kau baik-baik saja di dalam?" teriakan itu di iringi dengan gedoran di balik pintu.

"Katakan padanya bahwa kau pulang bersama ku" Kris mendorong tubuh Zitao. Dan dia mulai berjalan membuka pintu, disana dia bisa melihat raut kekhawatiran di wajah manager Zhang.

"A-aku akan menginap di apartemen milik Kris ge untuk latihan scene berikut nya, tak apa kan hyung?" Dia seorang pelakon, jadi dia pandai memasang wajah ceria walau hatinya sedang menangis penuh luka.

"Ne? Baiklah jika itu mau mu, emm Kris-ssi aku mohon tolong jaga dia, dan ingat kan Zitao ku untuk memberikan cacing dalam perut nya makanan, oke?"

"Percayakan dia pada ku"

"Terima kasih hyung" tidak, tolong selamat kan aku.

"Besok pagi aku akan menjeput mu karena kita ada jadwal pemotretan untuk Vouge China kau mengerti?"

"Ne"

.

.

.

.

.

To be continued