Dulu ketika mendiang ibunya masih ada, beliau akan menceritakan dongeng-dongeng sebelum tidur kepada Hinata. Dongeng yang paling Hinata sukai adalah dongeng antara Sang Surya dan Sang Bulan. Menurutnya kisah mereka sangat menyentuh tapi sayangnya tidak berakhir bahagia karena pada akhirnya mereka terpisah. Hinata masih ingat bagaimana dia menangis ketika mendengar kisah mereka. Tapi ibunya kemudian melanjutkan dongeng tersebut menghentikan tangisan Hinata.

"Jangan menangis Hinata," tutur ibunya lembut seraya membelai kepalanya. "Meskipun Sang Bulan tidak bisa bersatu dengan Sang Surya, pada akhirnya dia akan bahagia."

"Sungguh?"

Mata amethyst ibunya tiba-tiba menerawang jauh, membuatnya terlihat semakin cantik di mata Hinata.

"Kau melupakan satu hal penting, sayang. Sang Surya memang memberikan sedikit cahayanya untuk Sang Bulan, tapi Sang Bulan tidak akan pernah hidup tanpa satu hal."

"Apa?"

Ibunya langsung menatapnya penuh arti. "Sang Malam."

"Sang Malam, musuh yang menciptakan kegelapan?"

"Ya, Sang Malam memang menciptakan kegelapan sehingga membuatnya dibenci banyak orang. Tapi dia tidak mempedulikan itu semua asalkan Sang Bulan bisa menunjukkan keindahannya pada dunia. Berkat pengorbanan Sang Malam, Sang Bulan bisa hidup dan dicintai banyak orang." Ibunya kemudian membuka jendela kamarnya yang lansung memperlihatkannya pada bulan purnama yang bersinar dengan terang. "Lihat Hinata Sang Bulan dan Sang Malam, mereka bersama-sama, saling melengkapi, dan menciptakan keindahan malam bukan?"

Hinata tidak menjawab, tapi dia bisa merasakan air matanya yang menetes.


Blind to the Bond

By

Hiname Titania

Disclaimer

Naruto always belongs to Masashi Kishimoto

Warnings

No Plagiarism

Canon, post-war, miss(typo)s, etc.

Don't Like Don't Read

.

.

Chapter Three

The Night and The Moon

...

In which, the Darkness let the Moon shine brightly.

.

.


Sudah dua hari berlalu semenjak keberangkatan Hinata dari Konoha ke Otogakure. Selama itu pula Hinata awas mengawasi tindak-tanduk dari Sasuke. Byakuggannya seringkali aktif untuk mengawasinya akibatnya chakranya cepat menurun dan membuatnya gampang lelah. Tapi sampai sekarang tidak ada tindakan Sasuke yang mencurigakan. Seharusnya hal ini membuatnya sedikit lebih rileks tapi membuat Hinata semakin awas mengawasi Uchiha bungsu itu. Tidak ada yang bisa menebak apa yang bisa dilakukannya, kenyataan bukan saja kemampuan fisik Sasuke yang di atas rata-rata, tetapi juga dia memiliki otak yang jenius tentu membuat Hinata semakin waspada.

Hinata menyadari bahwa kekuatannya tidak sebanding dengan Sasuke. Sasuke terlalu kuat untuk dikalahkannya. Akan tetapi mau tidak mau Hinata harus berurusan dengan Sasuke jika Sasuke memang berniat menggagalkan pernikahannya apalagi sampai membunuh calon suaminya. Hinata akan melawannya meski harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Hinata terbangun di tengah malam, dia dan rombongan membuat perkemahan di tengah hutan. Byakuggannya langsung aktif dan langsung menuju tenda tempat Sasuke tidur. Kedua bola matanya melebar ketika menemukan Sasuke tidak ada di dalam tenda. Hinata langsung bangkit.

Dimana dia? Pikirnya panik.

Anehnya lagi di luar tidak ada penjaga yang biasanya akan ada setidaknya dua orang bunke yang bertugas berjaga.

Bagaimana jika Sasuke...

Hinata langsung menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan kemungkinan hal buruk terjadi pada penjaga-penjaganya.

Dia segera keluar dari tenda, menemukan suasana luar yang sepi. Terdapat bekas api unggun yang kayunya sudah hancur menjadi debu, aneh biasanya api unggun akan tetap menyala menandakan bahwa memang ada orang yang berjaga menggunakannya. Tapi ini sudah tidak ada serpihan bekas nyala api, benar-benar sudah mati menunjukkan bahwa sudah tidak ada yang menggunakannya dalam waktu yang lama.

Byakuggannya kembali aktif mencari-cari pengawalnya dan Sasuke secara bersamaan. Arah Barat dan Timur dia tidak menemukan siapapun, ketika fokusnya beralih ke arah Utara yang berjarak sekitar dua kilometer dari tempatnya berkemah dia menemukan chakra shinobi yang kuat. Chakra Sasuke. Hinata segera berlari kesana.

Tangan Hinata mengepal. Dia tidak akan memaafkan Sasuke jika Sasuke terbukti menyakiti pengawal-pengawalnya. Sebelum Hinata sampai ke tempat Sasuke berada, byakuggannya mendeteksi lima chakra asing di atasnya.

PENYERGAPAN?!

Hinata langsung berhenti berlari. Tangannya langsung bergerak cepat membentuk segel-segel.

"Kaiten!" teriak Hinata bersamaan dengan munculnya putaran chakra bewarna hijau kebiruan di sekelilingnya. Kelima bandit yang hendak menyerangnya berteriak ketika kaitennya mengenai mereka.

Rupanya bandit-bandit tersebut cukup kuat, mereka segera bangkit setelah terkena jurusnya. Kemudian menyerangnya lagi dengan taijutsu mereka. Dua orang diantara mereka menggunakan semacam pedang. Hinata segera menghindar ketika pedang tersebut hendak menusuk daerah perutnya. Aliran chakra langsung Hinata fokuskan pada ujung jari-jemarinya kemudian dua jemarinya segera ia gunakan untuk menyerang. Byakuggannya mencari pusat tanketsu, dengan cekatan jarinya langsung mengenai titik tersebut. Satu bandit jatuh. Kemudian bandit kedua pun jatuh. Saat Hinata hendak menyerang bandit ketiga, byakuggannya menemukan Sasuke yang berdiri di atas pohon tak jauh darinya sedang menonton pertarungannya.

Fokus Hinata yang sempat teralihkan membuatnya hampir terkena pedang musuh. Kali ini mengarah ke jantungnya. Satu detik saja Hinata terlambat bergerak, Hinata yakin pedang itu sudah menghunus jantungnya. Tidak ingin membuang waktu lagi, dia segera mempercepat gerakannya dan segera menyentuh tanketsu-tanketsu para musuh. Setelah semua musuh tergeletak, Sasuke segera turun.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Hinata dingin dengan posisi masih membelakangi Sasuke.

"Cukup lama untuk melihatmu mengalahkan mereka semua."

"Pertunjukan selasai." Kali ini Hinata memandang Sasuke tajam. "Apa yang kau lakukan di luar tengah malam begini?"

"Menurutmu?"

"Katakan padaku apa yang terjadi pada pengawal-pengawalku?" tanya Hinata dengan nada ancaman. Byakuggannya menatap Sasuke tajam.

Sharinggan Sasuke berkilat. Singgungan kecil terpatri di wajah sempurnanya. Bagaikan Sang Setan Malam.

"Aku membunuh mereka."

Keheningan segera menjalar di antara mereka bersamaan suasana malam yang sunyi dan sepi semakin memberatkan situasi. Angin malam berhembus menyibakkan helaian-helaian rambut gelap mereka.

Hembusan berikutnya Hinata sudah berlari cepat ke arah Sasuke dengan jari-jemarinya yang sudah aktif dengan chakra jyuukennya. Namun, Sang Uchiha memegang namanya dengan baik bergerak lihai menghindari setiap serangan-serangan Hinata dengan mudahnya.

"Mengapa kau membunuh mereka?!" seru Hinata dengan amarah yang jelas dari nada bicaranya. Tangannya semakin cepat bergerak berusaha menyentuh tubuh Sasuke yang berkeliat cepat.

Hinata terus menyerang. Sasuke terus menghindar. Pertarungan sebelah pihak itu terus berlanjut cukup lama. Keberadaan mereka juga sudah bergerak menjauh dari tempat semula mereka berdiri.

"Jawab aku Sasuke!" seru Hinata lagi kini dengan air mata yang sudah mengumpul di ujung matanya.

Sasuke tidak menjawabnya kini dia bergerak ke samping menghindari serangan Hinata kemudian kakinya bergerak menyerang. Hinata tidak sempat menghindar, alhasil tendangan Sasuke mengenai perutnya membuat Hinata terlempar cukup jauh hingga punggungnya mengenai pohon.

Hinata berdesis.

"Sakit?" tanya Sasuke padanya.

Hinata menatap Sasuke tajam.

"Aku penasaran, bagaimana dengan ini apa akan sakit juga?" tutur Sasuke bersamaan tangannya yang membentuk segel dan salah satu matanya yang kemudian mengeluarkan cairan seperti... darah.

Apa itu...?!

"AMATERASU!"

Kedua mata Hinata melebar memandang Sasuke horror. Dia berusaha bangkit dari posisi terduduknya. Berusaha lari menyelamatkan diri dari serangan Sasuke yang mustahil bisa dihidarinya. Mata Sasuke sudah teracu padanya, target amaterasunya.

Apa ini akhirku?Mati di tangan api hitam yang legenda itu...

Hinata menutup kedua matanya, pasrah. Jantungnya berdegup kencang, dia menghitung setiap deruan napas yang mungkin saja akan segera berhenti.

Namun ketika rasa nyeri ataupun kepanasan yang ia kira akan dirasakannya tak kunjung datang, Hinata kembali membuka matanya. Mata amethyst-nya melebar ketika menemukan api hitam yang sudah mengelilinginya. Namun api kekal itu tidak menyentuhnya, tidak melukai tubuhnya. Hanya berdiri seperti pagar di sekelilingnya.

Bagaimana bisa?

Kini Hinata mengalihkan perhatiannya pada Sasuke yang tak bergerak di tempatnya. Sasuke menatapnya lama sebelum kemudian berjalan mendekat. Hinata tidak bergerak, takut salah langkah apalagi kekuatan api terkuat mengelilingi tubuhnya seperti lebah menggerayangi sarangnya.

"Kemarilah," ungkap Sasuke ketika dia sudah berada satu langkah di hadapannya. Mereka hanya terhalang oleh api hitam yang masih terus menyala.

Hinata menatap Sasuke tajam. "Beraninya kau mencoba membunuhku."

"Siapa yang tadi memulai menyerangku dengan membabi buta?" sindirnya.

"Kau membunuh pengawalku!"

"Aku memang membunuh mereka, tapi hanya yang imitasi."

"Maksudmu?"

"Ada dua bandit yang menyamar jadi mereka. Pengawalmu yang asli masih terdekam di gua dekat air terjun. Dua bandit itu sepertinya berhasil membuat mereka pingsan."

"Jadi tadi kau hendak menyelamatkan mereka?" tanya Hinata setelah mengingat posisi Sasuke yang awalnya memang berada di dekat air terjun. Sebelum dia melihat Sasuke berada di tempat pertarungannya.

"Hn."

"Lalu kenapa kau menyerangku dengan amaterasu? Apa kau sebegitu ingin melihatku mati?"

Kedua mata Sasuke menatapnya penuh arti. "Aku harap aku bisa membunuhmu."

Kedua amethyst Hinata bergerak-gerak mencari-cari maksud dari perkataan Sasuke dari matanya. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam dalam kebisuan.

"Jelas-jelas kau bisa."

"Untuk seseorang yang intelektual sepertimu, Hinata, aku tidak percaya kau masih belum paham."

"Apa kau secara tidak langsung baru saja mengataiku bodoh?"

Sasuke menyentuh dahinya sendiri, seolah-olah topik ini membuatnya pusing.

"Tidak hanya itu, tapi kau juga buta, Hinata."

Hinata hampir saja bergerak untuk menarik tubuh Sasuke, tapi semua itu langsung terhenti ketika dia menyadari api ametarasu yang masih menyala di sekelilingnya.

"Apa maksudmu?!"

Tangan Sasuke kemudian melewati api amaterasu yang ajaibnya tidak membakar tangannya, kemudian menarik pergelangan Hinata dengan cepat. Membuat Hinata keluar dari sarang api hitam yang sebelumnya mengelilingi tubuhnya. Hinata tidak percaya ketika menemukan tubuhnya masih utuh tanpa sehelai luka bakarpun.

"Lihat? Amaterasu ini tidak melukaimu."

"B-Bagaimana bisa?"

"Aku tidak tahu."

"Hah?"

"Setahuku, api hitam tidak akan pernah mati sampai targetnya terbakar tak bersisa. Tidak pernah ada yang selamat dari amaterasuku. Jika ada itupun karena aku menggunakan jurus lain yang bisa menghilangkan amaterasu. Tapi untuk kasusmu, aku tidak menggunakannya."

"Tidak mungkin."

"Buktinya api itu masih menyala." Sasuke menunjuk pada api hitam di belakangnya. "Sentuh apinya Hinata."

"B-Bagaima kalau api itu-?"

"Tidak akan."

Hinata menatap Sasuke, mencari-cari kebohongan yang mungkin saja Sasuke katakan.

"Percaya padaku."

Hinata akhirnya memberanikan diri menyentuhkan tangannya pada sang api hitam. Ketika tidak ada rasa nyeri atau terbakar yang dirasakannya. Api-api itu benar-benar tidak melukainya.

"Mungkin amaterasu tidak mempan terhadapku," tutur Hinata dengan nada senang yang tidak bisa disembunyikannya. Dia baru saja menemukan kelebihan barunya, tentu saja ia senang.

"Tidak. Selain amaterasuku, amaterasu orang lain akan bekerja seperti biasa padamu."

"Mengapa hanya amaterasumu yang tidak mempan padaku?"

"Nyatanya semua jurusku tidak mempan terhadapmu."

"Tapi tendanganmu tadi mengenaiku."

"Ya, tapi apa kau merasa nyeri?" Hinata mengingat tendangan Sasuke padanya memang mengenainya, tapi ia tidak merasakan nyeri padahal tendangan Sasuke bisa dikatakan cukup kuat sehingga membuatnya terlempar, tapi yang sakit malah punggungnya yang terkena pohon bukan tendangan Sasuke.

"Kenapa?"

"Aku belum yakin, tapi satu hal yang kutahu pasti." Kedua mata Sasuke menatap Hinata dalam. "Kita ini sesuatu, Hinata."

.

.

To be continued...

.

.


A/N: Ternyata mereka itu sesuatu *nyanyi bareng Syahrini* lol dan ya Hinata memang sebelum chapter ini tidak pernah menyadari keimunannya akan jurus-jurus Sasuke. Ada yang hampir nyolot ke Sasuke ga pas si Sasuke mau ngeamaterasu Hina-chan? Haha, anyway ada yang bisa nebak kenapa Hinata bisa imun sama kekuatan Sasuke? Silahkan menebak. Seperti biasa saya mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat kalian semua yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca fanfic saya bahkan sampai mereviw, memfollow, ataupun memfavorit cerita ini. Saya sangat senang dengan antusiasme kalian semua terhadap fic-fic saya. Tanpa dukungan kalian saya tidak akan bertahan di dunia menulis ini. So, terima kasih banyak minna! Love you and see you in another chance!^^