Salju dan Konoha sepertinya bukan dua kata yang tepat, Konoha adalah negara api, daerah yang seharusnya tidak diliputi benda dingin bernamakan salju. Namun kenyataannya berbeda. Tidak peduli dengan nama, salju tetap turun di sini.

Di tengah-tengah salju itu pula, seorang gadis berambut kolbalt panjang sedang berjalan. Yukata tebal membalut tubuhnya dari kedinginan. Mata mutiaranya membuatnya terlihat lebih mencolok dibandingkan dengan pejalan-pejalan kaki lainnya. Tidak sedikit penduduk desa yang menghentikan kegiatan mereka hanya untuk sekedar memperhatikan gadis tersebut apalagi mengingat dia bukan sembarang gadis, tapi seorang leader dari klan tertua seperti Hyuuga.

Banyak yang berubah dari gadis itu. Dulu, dia akan berjalan dengan kepala yang menunduk ke bawah, tapi sekarang dia berjalan dengan kepala yang terangkat ke atas. Dia memiliki aura kuat seorang pemimpin yang tidak pernah terlihat saat dia masih remaja. Caranya berjalan seolah-olah sedang berteriak bahwa dia adalah seorang Hyuuga sejati yang patut dibanggakan. Bukan lagi seorang failure yang dahulu orang-orang sering cemoohkan kepadanya.

Melihatnya yang sekarang, mengingatkan orang-orang pada sosok Hyuuga lain yang telah menjadi sebuah kenangan dan sebuah cerita, cerita yang nantinya selalu diikuti tetesan air mata orang-orang yang mendengarnya. Cerita tentang sebuah pengorbanan.

Pengorbanan seorang Hyuuga Neji untuk sang heiress.


Blind to the Bond

By

Hiname Titania

Disclaimer

Naruto always belongs to Masashi Kishimoto

Warnings

Canon, post-war, misstypos, etc.

No Plagiatsm!

Don't Like Don't Read

.

.

Chapter One

The Legend's Affair.

...


Lembaran-lembaran kertas tertumpuk dengan tak rapih di meja hokage. Kepala lelaki berambut pirang jabrik menyembul di balik hamparan kertas. Nara Shikamaru yang baru memasuki ruangan tersebut langsung menghela napas berat.

Seharusnya aku menolak menjadi penasehatnya kalau seperti ini, batin lelaki pecinta awan itu. Namun lelaki tersebut tetap berjalan dan segera membangunkan sang hokage yang sedang tertidur pulas di meja kerjanya.

Mata safir sebiru lautan terbuka. Dengan wajah yang masih mengantuk, dia menatap Shikamaru sebentar untuk kemudian tertidur lagi. Shikamaru kembali menghela napas berat.

Jika dia seorang Haruno Sakura mungkin dia akan segera menggunakan fisiknya untuk menyadarkannya, tapi Shikamaru bukan gadis berambut merah muda itu. Dia terlalu malas untuk mengeluarkan tenaganya hanya untuk sekedar membangunkan orang nomber satu di konoha ini, sehingga dia lebih sering memilih jalan lain dan seperti yang selalu dilakukannya, dia lebih senang menggunakan otak pintarnya untuk membangunkan sang hokage.

"Ichiraku ramen ditutup."

Tak butuh satu detik untuk sang hokage segera terbangun dari tidurnya. Matanya kali ini menatap Shikamaru dengan kekhawatiran yang sangat jelas, berbeda sekali dengan beberapa detik yang lalu.

"SIAPA YANG BERANI MENUTUP ICHIRAKU RAMEN?!" tanyanya cepat.

"Akhirnya kau bangun juga."

Uzumaki Naruto, Hokage ketujuh, mengeluh kecil setelah menyadari Shikamaru hanya melakukan trik yang biasa dilakukannya untuk membangunkannya.

"Kertas-kertas ini masih belum selesai kau tanda-tangani?"

Naruto menatap kaget meja kerjanya. Seakan-akan dia baru sadar ada kertas-kertas itu di hadapannya.

"Baiklah akan aku segera kerjakan! Jangan melapor pada Sakura-chan." Naruto segera mentanda-tangani lembar demi lembar kertas tanpa membacanya.

Memang bukan rahasia lagi jika Shikamaru sudah kesal dengan kemalasan Naruto, dia akan melaporkannya pada Sakura karena dia tahu gadis itu yang bisa membuat lelaki di hadapannya ini jera. Bukan karena dia tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap jabatannya, tapi ini berdasarkan pengamatannya selama ini dan memang cara tersebut lebih efektif.

"Kau bisa mengerjakan itu nanti saja, Hokage-sama."

Wajah Naruto langsung berbinar dengan senyuman lebar khasnya.

"Mengapa baru kau katakan sekarang, Shikamaru."

"Tapi, ada hal lain yang harus kau kerjakan sekarang."

"Apa?"

"Memimpin rapat para klan, sekarang juga."

...


Mata safir Naruto bergerak perlahan-lahan mengamati orang-orang yang sudah duduk di bangkunya masing-masing. Senyuman kecil terukir dari wajahnya ketika dia melihat perubahan-perubahan yang dialami teman-temannya. Dia tak menyangka waktu telah berjalan begitu cepat.

Di sampingnya duduk Shikamaru Nara yang duduk dengan tenang sambil menghisap rokoknya. Kemudian, Yamanaka Ino yang sedang mengomeli Akimichi Chouji yang masih membawa makanan-makanannya ke ruang rapat. Di sebrang Chouji duduk Inuzuka Kiba yang sedang memberikan sesuatu kepada anjingnya, Aburame Shino yang hanya mendengus tak suka ketika melihat tingkah Kiba. Kemudian duduk di samping kanannya Hyuuga Hinata.

Dari semua teman-temannya, gadis inilah yang banyak mengalami perubahan. Sudah tidak ada lagi sosok pemalu dalam dirinya. Wajah putihnya, halus tanpa rona merah yang dulu selalu menghiasi kedua pipinya. Mata mutiaranya tampak menerawang jauh. Jiwanya sudah tidak disini lagi, terkubur mati bersama debu sosok Hyuuga lain. Naruto bahkan sudah tidak mampu meraihnya lagi.

Jika saja saat itu dia cukup kuat untuk mencegah serangan dari Juubei itu, mungkin keadaannya akan berbeda. Mungkin sosok pemalu dan lemah-lembut Hinata masih disini dan tersenyum manis padanya, bukan lagi tatapan kosong tanpa emosi yang diberikannya. Dan mungkin sosok Hyuuga Neji masih hidup, dengan wajah serius dan sedikit cemberut. Ciri khasnya.

Betapa dia merindukan mereka.

Sekarang sudah tidak ada yang bisa dilakukanya untuk Neji, tapi mungkin untuk Hinata dia masih bisa. Hinata masih hidup.

Hinata kehilangan arah, dia memerlukan jalan untuk menemukan jati-dirinya kembali. Hinata membutuhkan seorang penuntun. Tapi bukan dia sendiri yang bisa melakukannya. Setelah menghancurkan hati gadis itu, dia sudah tidak berhak lagi. Hanya satu orang yang Naruto tau, yang bisa membantunya. Dia yang tahu akan kegelapan dan cahaya.

...


"Dia kembali!"

Kalimat tersebut terus terucap dengan antusias dari bibir-bibir warga desa ketika Hinata melewati jalanan desa yang—tidak biasanya—sangat ramai apalagi di musim dingin seperti sekarang.

Keramain yang mengingatkan Hinata pada suasana sebuah festival. Dia sendiri belum mengetahui penyebab antusiasme para warga desa. Orang-orang di sekitarnya hanya menyebut penyebab keramaian ini dengan dia.

Hinata hendak bertanya ketika seseorang di depannya mendahuluinya.

"Siapa yang kembali?" tanya gadis di hadapan Hinata pada lelaki di sebelahnya. Lelaki itu memandang gadis itu dengan tak percaya. Seolah-olah pertanyaan itu adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah didengarnya. Namun dia tetap menjawab pertanyaan sang gadis.

"Uchiha Sasuke telah kembali!"

Wajah gadis itu langsung berubah dari datar menjadi bersemangat layaknya warga-warga desa yang lain. Kemudian dia segera bergabung dengan lelaki itu meneriakkan kata-kata yang sama berkali-kali seperti sebuah mantra.

Teriakan tersebut disambut meriah warga desa. Mereka semakin merapat ke sisi jalanan. Orang-orang rela berdesak-desakkan. Hinata saja sampai terjebak di antara penduduk desa yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sehingga perjalanannya menuju kediaman Hyuuga harus tertunda.

Uchiha Sasuke bisa dibilang adalah sosok yang melegenda. Dia adalah salah satu orang yang paling berperan penting dalam menghentikan perang shinobi ke empat yang terjadi beberapa tahun sebelumnya. Kemampuan mata yang dimilikinya juga merupakan salah satu faktor mengapa ia termasuk shinobi terkuat. Bersama sahabatnya—Uzumaki Naruto—mereka berdua adalah legenda yang selalu diagung-agungkan warga desa. Sama seperti Naruto, kisah heroiknya sudah sering dibukukan dan disebarkan ke seluruh penjuru desa shinobi.

Kenyataan bahwa hari ini adalah kemunculannya lagi setelah sekian lama menghilang menjadi acuan utama warga-warga desa yang bersemangat. Anak-anak berlarian ingin melihat sosok legenda yang sering mereka baca kisah-kisahnya itu. Para orang tua ingin melihat sosok itu sekali lagi. Semua mata ingin melihat sosok legendaris tersebut.

"Dia datang!" pekik beberapa warga secara bersamaan.

"Dia bersama Hokage-sama!" teriak salah satu warga.

Suasana semakin riuh melihat dua orang legendaris berada di hadapan mereka. Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto. Dua orang manusia yang tak akan pernah habis diperbincangkan.

Hinata berdiri di antara para warga yang begitu antusias melihat dua sosok melegenda tersebut. Mata amethyist-nya memperhatikan dengan seksama kedua orang yang menjadi pusat perhatian tersebut. Dua orang manusia yang begitu bertolak belakang bagaikan siang dan malam.

Naruto memiliki semua warna cerah yang membuatnya bersinar dan dikagumi orang-orang, rambut pirang dan mata biru sapphire lautan. Auranya menenangkan dan penuh dengan suka-cita. Sementara Sasuke adalah segala hal yang terbentuk dari warna-warna gelap, rambut hitam dan mata hitam sepekat malam. Sasuke ibarat misteri yang tidak pernah terpecahkan, auranya bukan satu hal yang membuat orang-orang dengan terang-terangan mendekatinya seperti mereka pada Naruto. Dia penuh dengan aura misterius yang menjadikannya sebuah tantangan sekaligus ancaman yang sangat berbahaya, karena sekalinya terjerat mereka tidak akan pernah bisa keluar.

Siapapun tahu bahwa dia adalah shinobi dengan kekuatan mata terkuat, jika Sasuke melihatmu dengan sharinggannya maka menghidar adalah keputusan yang paling bijaksana karena nyatanya dia bisa membunuh hanya dalam satu kali tatap.

Matanya menjanjikan penderitaan bahkan Naruto yang mungkin satu-satunya orang yang bisa mengalahkan Sasuke, akan kesulitan melawan kekuatan mata sharinggan Sasuke jika sudah aktif. Saking terfokusnya Hinata dengan mata obsidian Sasuke itu, dia jadi tidak sempat menghindar ketika mata itu menatapnya dan langsung berubah warna menjadi merah.

Detik berikutnya, bukan lagi keramaian yang dilihat oleh Hinata melainkan kegelapan gulita. Belum sempat matanya beradaptasi dengan lingkungan barunya tubuhnya sudah didorong paksa sampai akhirnya punggungnya menyentuh bidang datar di belakangnya, seperti tembok. Hinata meringis bersamaan dengan dagunya yang dipaksa mendongak untuk melihat mata merah paling berbahaya sedang menatapnya tajam.

Untuk sementara waktu tidak ada yang berbicara di antara mereka. Sharingan dan byakugan saling beradu dengan deru napas yang saling bertabrakan di antara jarak tipis yang Sasuke berikan.

"Tawaranku masih berlaku."

"Dan jawabanku akan selalu sama."

Mata merah Sasuke menyipit terlihat sekali dia tidak menyukai jawaban Hinata.

"Keras kepala," bisik Sasuke kepadanya kemudian kedipan berikutnya, Hinata menemukan dirinya sudah kembali berada di tengah-tengah keramaian. Dengan Sasuke yang masih berjalan beriringan bersama Naruto. Dengan warga-warga desa yang masih antusias menyambut dua sosok legendaris. Dan interaksi mereka yang tidak diketahui siapapun bahkan sang hokage.

Mata merah Sasuke kini sudah kembali menjadi hitam pekat, dia memberikan Hinata tatapan sekilas yang berisi berbagai makna.

Hinata berdiri kaku dalam kebisuannya. Dia menyadari isyarat dari tatapan terakhir Sasuke, bahwa pembicaraan mereka belum berakhir. Nyatanya tidak akan pernah berakhir sampai salah satu dari mereka mengalah.


Cahaya rembulan yang menembus ruang kamar menyinari sosoknya yang tengah terbaring di atas tempat tidurnya dalam damai dan membuatnya terlihat seperti seorang dewi yang baru saja turun dari langit ke tujuh. Rambut panjangnya yang tergerai tak beraturan tetap tidak mengurangi keindahannya. Sasuke berjalan mendekat dan duduk di sampingnya yang sedang terlelap.

Dulu saat dia masih kecil, Sasuke selalu memperhatikan gadis ini. Sejak awal, dia sudah merasa bahwa gadis ini berbeda dari gadis-gadis lainnya.

Saat perang berlangsung, Sasuke harus menahan napas ketika melihat sosoknya lagi. Waktu telah begitu baik pada gadis ini, membentuknya dalam kesempurnaan. Sesuatu yang harus Sasuke dapatkan dalam kehidupannya yang berantakan ini, setidaknya kesempurnaan dihadapannya ini harus menjadi miliknya.

Kenyataan bahwa gadis ini adalah satu-satunya yang tidak bisa diserang oleh kekuatan doujutsu-nya membuatnya semakin menarik. Genjutsu-genjutsu-nya tidak pernah bisa menguasai mata byakugan-nya, kecuali jika dia sendiri yang mengizinkannya masuk seperti beberapa waktu yang lalu. Padahal Hyuuga lain bisa diserangnya dengan mudah, tapi gadis ini tidak bisa. Kekuatan matanya tidak pernah mempan mengenainya.

Gadis ini, bagaimana pun juga harus menjadi miliknya.

Gadis ini seperti sebuah mimpi buruk, tetapi juga sebuah impian. Dia satu-satunya yang setara dengannya. Satu-satunya gadis yang bisa melawannya. Jika dia tidak menjadi miliknya, dia akan menjadi ancaman yang paling berbahaya bagi kelangsungan hidupnya. Jika sudah seperti itu, dia berarti harus membunuhnya dan Sasuke enggan melakukannya. Sangat disayangkan rasanya harus membunuh sesuatu yang begitu indah.

Hyuuga Hinata, apapun yang terjadi kau harus menjadi milikku.


Tubuh Hinata menegang ketika mendengar pernyataan yang baru saja diucapkan lelaki di hadapannya. Seperti tak menyadari ketegangan Hinata, dia kembali mengatakannya pada Hinata.

"Hyuuga Hinata, menikahlah denganku."

Hinata bisa merasakan tatapan-tatapan semua orang yang berada di ruangannya ini. Para tetua yang juga berada di ruangannya tampak tak seterkejut Hinata, tetapi mereka semua sama seperti pemuda di hadapannya, yakni menunggu jawaban darinya.

Mata amethyst-nya bergerak mengamati lelaki yang sedang duduk di hadapannya. Seorang lelaki yang tampan dan juga terlahir dari keluarga yang tersohor dan kaya raya.

"Hinata, umurmu sudah cukup untuk menikah," komentar kakeknya.

Hinata masih mengunci mulutnya, otaknya terus berputar-putar mencari-cari keuntungan dan kerugian apa saja yang bisa didapatkannya dengan menikahi pemuda di hadapannya ini. Hampir semua jawabannya adalah keuntungan untuknya dan klannya sendiri. Bahkan tidak ada kerugian yang akan didapatkan Hinata jika dia menikah dengannya.

Sudah hampir dua tahun lamanya, dia menjadi pemimpin klan Hyuuga semenjak ayahnya—Hyuuga Hiashi—terserang sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa melakukan tugasnya lagi sebagai pemimpin klan. Berbagai usaha sudah dilakukan Hinata dan klannya untuk menyembuhkan penyakit ayahnya tesebut, tapi hasilnya selalu mendapatkan jalan buntu. Hinata juga sudah meminta bantuan Tsunade dan juga Sakura untuk mengobati penyakit ayahnya, tapi tetap saja hasilnya nihil.

Terkadang Hinata merasa tak kuasa ketika melihat ayahnya yang hanya bisa terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Jika dia bisa memilih, Hinata akan memilih melihat ayahnya yang bersifat kejam terhadapnya dibandingkan harus melihat sosok ayahnya yang terbaring lemah seperti sekarang. Di saat-saat seperti inilah, dia sangat membutuhkan sosok Neji, yang biasanya selalu ada dan menjadi pundaknya untuk bersandar.

Hinata masih mengamati lelaki di hadapannya ini. Dulu dia tidak akan mungkin berani menatap orang selama ini, tetapi dia yang sekarang berbeda. Dia yang sekarang haruslah berani demi klannya. Neji sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin lelaki di hadapannya inilah yang akan menjadi penggantinya, yang akan membantunya menghadapi kesulitan-kesulitan di sisa-sisa hidupnya ini. Lelaki ini terlihat kuat dan bertanggung jawab. Mungkin juga di desa pria ini, ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ayahnya.

Hinata mengambil napasnya dalam-dalam sebelum kemudian menjawabnya.

"Dengan segala hormatku, saya menerima lamaran anda, Toneri-sama."

To be continued…


A/N: Jadi Sasuke menginginkan Hinata, tapi Hinata menerima lamaran dari Toneri (si tampan di the Last Movie yang jadi villian) kasihan banget Sasuke ya haha. Oh ya ada yang ngira ga kalau yang tadi ngelamar Hinata itu Sasuke bukan Toneri? Gimana reaksi Sasuke ya kalau tau Hinata akan menikah dengan orang lain? Apa kalian ingin Sasuke bersifat posesif atau cuek tapi sebenarnya berusaha mendapatkan Hinata? Terus disini Hinata itu immune sama kekuatan sharingan Sasuke, salah satu hal yang membuat Sasuke tergila-gila sama Hinata. Genjutsu Sasuke memang bisa masuk ke Hinata kalau Hinata sendiri yang mengizinkan, jadi kuasa tetap ada di tangan Hinata. Anyway terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk baca fanfic saya ini. Sampai berjumpa lagi readers! Terus tenang fanfic-fanfic yang lain tetep saya akan lanjutin kok meski emang saya lagi doyan banget upload cerita-cerita baru *evil smile* harap dimaklumi yaa minna. ^^