.

ooOoo

Naruto in Orange Dress

.

SasufemNaru (kinda)

Comedy; Romace; Fluff

Characters (c) Masashi Kishimoto

.

warning: OOC, plot rushed, repost, aneh

(semi AU di mana Sasuke tidak pernah meninggalkan desa Konoha)

inspired from some random doujinshi

.

.

.

Suatu sore yang indah di Konoha. Langit di atas desa sudah berwarna orange kemerahan dengan matahari yang telah terbenam tertutup tebing pahatan patung wajah para Hokage terdahulu. Tidak ada aktivitas berarti yang dilakukan warga desa pada hari itu, sehingga sore ini Konoha tampak lengang. Sepi. Hanya ada segelintir orang yang berjalan di jalanan desa; beberapa berpasangan dan beberapa lagi sendirian.

Dan dari segelintiran orang itu, tampak mencolok seorang gadis berambut pirang sedang berjalan dengan langkah senang. Senyum selalu terlukis di wajahnya dan begitu juga gumaman lagu yang ia nyanyikan dengan suara kecil. Ia tertawa, memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini, sampai-sampai wajahnya merona merah. Gadis itu menggeleng malu, lalu kembali berjalan.

Uchiha Sasuke sedang berada di rumahnya seorang diri, bersantai. Tadi siang ia sudah menuntaskan satu misi yang diberikan oleh Godaime Hokage Tsunade-sama padanya, yang mengharuskannya untuk menyusup di salah satu desa di Takigakure untuk mengambil kembali gulungan jurus yang tadinya sempat dicuri desa itu dari Konoha. Lamanya misi yang ia jalankan dan banyaknya hal yang harus ia lakukan membuat energinya nyaris terkuras habis.

Sasuke yang saat ini sedang berbaring di ruang tamu rumahnya mendadak bangkit berdiri saat mendengar ketukan di pintu depan.

Ia menggerutu. Siapa orang yang berani mengganggu waktu istirahatnya yang berharga di sore yang setenang ini?

Selama beberapa saat ia mencoba mengabaikan bunyi ketukan itu, nanti juga akan berhenti sendiri. Tapi ternyata dugaaannya salah. Ketukan di pintunya malah semakin keras, bahkan sekarang hampir menyerupai dobrakan daripada ketukan pintu yang sebenarnya.

"Argh! Akan kubunuh siapa pun itu!" umpatnya kesal, menendang sebuah bantal yang terjatuh dari sofa tempat berbaringnya tadi hingga menabrak dinding.

Ia berjalan ke pintu depan dan membukakan pintunya. Wajahnya tampak sangat kesal.

Tapi wajah kesalnya itu langsung luruh berganti dengan syok saat ia melihat seorang gadis cantik yang berdiri di depan rumahnya. Mengenakan dress berwarna oranye selutut dengan bahu yang sedikit terbuka. Rambut pirang gadis itu dikuncir dua dan jatuh dengan anggun di punggungnya.

Dan gadis ini cantik sekali, bahkan hampir membuat seorang Uchiha Sasuke terkesima. Hampir.

"Sayang!" ucap gadis itu sambil tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang putih dan rapi.

Sasuke terperanjat terkejut, kakinya mundur selangkah ke belakang. Jelas sekali wajahnya sekarang tampak lebih syok dari sebelumnya.

"Siapa kau?" tanya Sasuke dengan suara kecil. Tatapannya tajam menghujam gadis itu.

Jelas saja. Siapa yang tidak kebingungan jika ada seorang gadis asing yang cantik yang tiba-tiba saja memanggilnya sayang. Hanya orang bodoh dan mesum saja yang akan bahagia…

Sasuke memandanginya, berusaha mengenali gadis ini. Ia tidak pernah mengenalnya, tapi wajahnya tampak tak asing… Sasuke merasa pernah melihatnya di suatu tempat…

Tunggu. Garis luka di wajahnya itu… Jangan-jangan dia…

"Masa' kau tidak mengenaliku, Sasuke-kun? Aku Naruto!" gadis pirang itu cemberut kesal, bibirnya mengerucut sehingga wajahnya terlihat imut sekali.

Sesuatu dalam dada Sasuke bergemuruh.

Ini—ini Naruto? Ini Naruto?! Kenapa dia—kenapa dia mendadak menjadi seorang wanita? Dan lagi… kenapa dia mengenakan dress oranye aneh yang tampak kelewat mencolok mata ini?

Dan kenapa juga dia tadi memanggilnya dengan sebutan 'Sayang'?!

"Sasuke!" Naruto menghentakkan kakinya kesal. "Kau mau terus-terusan membiarkan gadis sepertiku ini menunggu di depan rumahmu tanpa dipersilahkan masuk?" ujarnya manja.

Sasuke mengerjap syok. Gadis? Naruto memanggil dirinya sendiri sebagai errr… seorang gadis?

Tangan gadis ini terangkat, hingga tepat ke depan wajah Sasuke yang langsung membelalakkan mata kaget. "Lihat! Aku membawakanmu sesuatu!" serunya lantang. Menunjukkan bingkisan yang terbungkus tas plastik di tangannya

Sasuke tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi, masih terpaku pada sosok gadis yang bagaimanapun tidak lagi asing baginya…

"Ayo~!" Merasa kesabarannya habis, Naruto mendorong Sasuke sehingga keduanya masuk ke dalam rumah. Lalu dengan tangan yang lain, Naruto menutup pintu dan menguncinya.

"Hey!" Sasuke tersadar dari rasa syoknya. "Ini rumahku!"

Naruto tersenyum manis. "Kenapa kau begitu khawatir seperti itu, Sasuke-kun? Ini hanya aku!" serunya lagi. Berjalan di depan Sasuke. "Sekarang, ayo kita makan! Aku sudah membawakan makanan spesial, khusus untuk Sasuke-kun ku tercintah~" ujarnya dengan nada manja.

Naruto menarik lengan Sasuke dan menyeretnya menuju ke ruang makan. Lalu ia mendorong lelaki itu untuk duduk di atas kursi. Naruto sendiri langsung meletakkan bingkisan yang dibawanya lalu membukanya…

Dari semua makanan 'spesial' yang kemungkinan dibawa oleh Naruto ke rumahnya, Sasuke jelas sekali dapat menduga bahwa makanan itu adalah ramen.

Dan ternyata dugaannya itu sama sekali tidak meleset.

Dua porsi ramen ada di atas mejanya. Naruto dengan rambut pirang panjangnya yang dikuncir dua yang sempat menampar wajah Sasuke secara tak sengaja, sekarang sedang membongkar area dapurnya; mencari dua buah mangkok dan sumpit.

Terdengar suara gaduh dari dapur, dan Sasuke tidak berani membalikkan badannya hanya sekadar untuk memastikan bahwa kondisi dapurnya masih utuh. Terdengar lagi suara 'PRAANG' yang keras dan Naruto yang mengumpat kesal. Batin Sasuke mulai tidak tenang. Apa dapurnya akan baik-baik saja?

Tapi Naruto sudah kembali ke meja makan, menuangkan ramen ke dalam mangkok dan membagikannya ke Sasuke dan dirinya sendiri.

"Dapurmu masih saja rumit seperti biasanya, Sasuke-kun!" gerutu Naruto sambil merengut jengkel.

Naruto menaruh sumpit di atas mangkok Sasuke.

Sasuke angkat bicara. "Kenapa kau di sini, Dobe?! Apa yang kau—" ucapannya dipotong oleh Naruto.

"Sssshhhh…." Tatapan Naruto menghentikannya. "Kita makan dulu, baru bicara. Aku tahu kau baru saja pulang dari misi di luar desa, kau pasti lapar! Nanti kau bisa melakukan aaapa saja setelah kita selesai makan~" Naruto mengerlingkan matanya dengan tatapan menggoda ke arah Sasuke.

Sasuke langsung menelan ludah dengan susah payah. Wajahnya menampakkan tampang horror dan cemas… Apa yang sedang direncanakan Naruto?!

"Itadakimasu~" ucap Naruto dan mulai melahap ramen miliknya. Dan, walaupun dalam tubuh wanitanya, Naruto masih makan seperti Naruto yang dulu; lahap jika sedang berhadapan dengan ramen.

Sasuke diam saja, hanya memandangi mangkuk berisi ramen di depannya tanpa selera. Ramen… kenapa dia harus memakan makanan aneh ini? Ada banyak sekali makanan enak di luaran sana, tomat misalnya. Tapi kenapa dobe ini harus membawakannya ramen?!

Naruto yang sedang menikmati ramen miliknya, mulai menangkap gelagat aneh Sasuke. "Kenapa tidak dimakan, Sasuke-kun?" tanyanya. Ia diam sejenak, lalu tertawa kecil. "Kau ingin aku suapi, ya?"

Naruto memegang sumpitnya dan mulai menyumpit sebagian kecil ramen miliknya. Lalu ia majukan sumpit itu ke depan wajah Sasuke.

"Ini dia Sasuke-kun… ayo katakan Ahn~ " Naruto tersenyum cerah.

Sasuke langsung membelalakkan mata, lalu mengalihkan wajahnya untuk menghindari suapan Naruto. "Tidak!" sergahnya. "Aku tidak mau makan itu!"

Sumpit yang ada di depan wajahnya menghilang. Dan saat Sasuke memandang ke depan, yang dilihatnya adalah Naruto yang menunduk menatap mangkuk ramennya. Walaupun tertutup poni, Sasuke masih bisa melihat wajah Naruto yang tiba-tiba saja tampak sedih. Kedua mata biru cemerlang itu meredup dan bahkan ada genangan air mata di sana.

"Naruto… kau—"

"Kau tidak suka, ya?" tanya Naruto dengan nada kecil. Bibirnya ia gigit dengan gerakan cemas.

"Bukan begitu, aku—"

"Aku harusnya tidak membawakanmu ramen… bodoh sekali aku. Aku hanya ingin menyuapimu, sekali saja… Tapi…"

Naruto tidak melanjutkan makan. Ia terus menunduk dengan tangan gemetaran, hatinya terluka karena Sasuke yang menolak apa yang telah ia siapkan…

Dan entah kenapa Sasuke merasa gamang. Perasaan bersalah pun menghinggapinya, mengusiknya yang seharusnya tidak peduli pada apa yang dikatakan Naruto… Tapi Naruto yang ini berbeda… Dan saat ia melihat air mata di kedua mata itu, hatinya langsung saja berdenyut sakit.

Sasuke bimbang, kebingungan memilih antara mempertahankan harga dirinya sebagai seorang Uchiha atau melakukan apa yang Naruto minta agar 'gadis' ini bisa berhenti memasang wajah seperti itu. Tapi akhirnya, setelah peperangan sengit di dalam otak Sasuke, lelaki ini akhirnya memilih pilihan yang kedua.

Dengan wajah yang merona karena merasa dipermalukan, Sasuke pun berucap: "Baiklah. Lakukan apa yang kau mau." Ia mengalihkan wajahnya, menolak menatap Naruto.

Senyum Naruto langsung mengembang seketika. "Sasuke-kun!" serunya dengan nada manja. Matanya berkilauan dengan tatapan memuja.

Naruto kembali mengambil sumpitnya dan mulai gerakan menyuapi Sasuke.

"Hora, sekarang bilang Ahn~" pinta Naruto dengan wajah bersinar bahagia.

Dengan malas dan setengah hati, Sasuke membuka mulutnya dan membiarkan gulungan ramen masuk ke dalamnya. Ia kunyah lalu ia telan. Rasanya tidak buruk.

"Bagus sekali!" Tawa Naruto bergemerincing dan menyenangkan. Sasuke terpaku melihatnya… senyum Naruto yang menawan dan sangat cantik itu, langsung mengena di hatinya. Dan kini, getaran-getaran asing yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya mulai terasa jelas dan bergemuruh di dadanya. Benar-benar aneh…

Selanjutnya, dengan terpaksa Sasuke menghabiskan ramennya. Terpaksa, karena untuk menghindari Naruto memasang wajah sedih seperti tadi. Naruto sendiri sudah menghabiskan ramen miliknya jauh sebelum Sasuke. Kebiasaan lama tak akan terhapuskan bahkan jika gender Naruto berubah, itulah yang Sasuke pikirkan.

Sasuke bangkit berdiri untuk mencuci piring, tapi segera terhentikan oleh teriakan Naruto.

"Biar aku saja yang mencuci piring! Kau tunggu saja di ruang tamu, dan aku akan segera kembali!" Naruto mengedip padanya dan langsung membereskan mangkok-mangkok itu untuk dicuci.

Perasaan Sasuke jelas saja tidak enak. Ia tidak pernah memercayakan dapurnya pada si dobe, tapi jika ia bilang yang sebenarnya, dobe bodoh itu pasti akan bersedih lagi… Dan Sasuke merasa sakit jika melihat bocah itu sedih…

Menggelengkan kepalanya, Sasuke menuruti apa yang dikatakan Naruto. Ia melangkah keluar ruang makan, menuju ke ruang tamu. Lalu ia merebahkan tubuhnya dan menyandarkan punggung lelahnya ke sofa. Ia menyambar remote TV dan mulai memindah-mindah channel dengan malas.

Setelah beberapa kali percobaan, sama sekali tidak dijumpainya acara yang menarik. Dan ia akhirnya menyerah dan melemparkan remotenya ke atas meja. TV sekarang sedang menayangkan acara musik luar Konoha. (a/n: -_-)

Ia harus mencari tahu dengan segera kenapa Naruto berubah menjadi seperti itu. Benar-benar salah. Naruto tidak akan mungkin berubah menjadi wanita dan bertingkah seperti layaknya kekasih di depan Sasuke. Pasti ada yang salah, pasti ada yang tidak beres. Ia harus segera menanyakannya pada si dobe bodoh itu… atau pada seseorang… seseorang yang mungkin mengetahui ini semua…

Pikiran Sasuke terinterupsi oleh bunyi pecahan piring di dapur, diikuti oleh suara teriakan Naruto yang keras. Tak ayal lagi, Sasuke bangkit dari sofa dan berlari menuju dapur tempat Naruto saat ini berada.

Dan yang ia dapati di dapurnya adalah Naruto, yang jatuh bersimpuh di atas lantai dapur, menggenggam tangan kanannya yang jarinya tampak berdarah-darah… dan dengan pecahan mangkuk di hadapannya…

"Dobe! Apa yang kaulakukan hah?!" teriak Sasuke seperti kesetanan.

Naruto menggigit bibirnya, seperti menahan tangis. "Aku hanya—hanya…" ia tak menuntaskan perkataannya.

"Ditinggal hanya sebentar tapi kau sudah membuat masalah, Naruto?!" sergahnya. "Kau ini bisa tidak hanya duduk tenang dan tak membuat kekacauan seperti orang normal lainnya?!"

Naruto terisak, dan airmata langsung membanjiri wajahnya. Tubuhnya gemetaran karena rasa takut. Bahunya terguncang hebat.

"—aku, aku…"

Sasuke membeku. Semua ucapan menyakitkan di tenggorokannya yang sudah siap untuk dikeluarkan mendadak harus ia telan kembali. Melihat Naruto seperti ini… ini adalah pertama kalinya ia melihat Naruto tampak begitu rapuh dan lemah. Dan seketika, ia merasa bersalah karena sudah membentak Naruto.

Sasuke berjongkok di depan 'gadis' itu. "Biar aku yang membereskan ini. Kau sebaiknya ke ruang tamu dulu."

Naruto mengangguk lemah, air mata masih saja jatuh menetes, menghasilkan sungai kecil di wajahnya. Ia bangkit dan dengan langkah goyah, meninggalkan Sasuke yang menatap punggungnya dengan hati yang sarat akan perasaan bersalah.

Begitu sosok Naruto sudah tidak tampak lagi, Sasuke mendesah ke arah pecahan mangkok itu. Lalu dengan tanpa suara, ia mulai membereskan semua kekacauan yang dihasilkan oleh dobe bodoh itu.

Sasuke kembali ke ruang tamu segera setelah semua urusannya di dapur terselesaikan. Di tangannya, ia membawa kotak P3K yang disambarnya dari dapur tadi.

Saat tiba di ruang tamu, ia melihat Naruto duduk di atas sofa, menunduk menatap jarinya yang masih berdarah. Saat Sasuke beralih menatap wajahnya, Naruto ternyata masih menangis tanpa suara.

Lagi-lagi Sasuke merasa bersalah. Ia harus segera memperbaiki semua ini.

Ia menghempaskan tubuhnya pada sofa tepat di sebelah Naruto. 'Gadis' itu menoleh padanya dengan ekspresi muram.

"S-Sasuke-kun… maafkan aku… aku tidak bermaksud—"

"Sudahlah. Lupakan itu," potong Sasuke kilat.

Naruto menggigit bibir merahnya dan menggeleng lemah. "Tapi aku sudah membuat kekacauan… aku memecahkan mangkukmu dan—"

"Sudah kubilang lupakan," celetuknya lagi. "Itu hanya mangkuk, bukan hal penting."

Bibir cherry Naruto bergetar membentuk senyum tipis. "Sasuke-kun…"

Lelaki berambut hitam itu meletakkan kotak P3K di atas pangkuannya. "Sekarang, ayo obati dulu lukamu."

Tanpa bicara lagi, Sasuke menyaut tangan kanan Naruto yang jarinya berdarah. Ia mengamatinya sebentar.

"Hmm. Darahnya sudah kering. Tapi bagaimanapun harus segera dibersihkan."

Ia membuka kotak P3K di pangkuannya dan mengambil segumpal kapas serta botol rivanol (a/n: -_-). Ia menuangkan rivanol itu ke kapas dan mulai membersihkan luka di jari Naruto dengan telaten. Berhati-hati sekali agar tidak membuat si dobe meringis walaupun ia sendiri tahu bahwa Rivanol tidak akan membuat luka terasa sakit. Lalu setelah membersihkan lukanya, Sasuke menyambar plester luka dari dalam kotak dan mulai memakaikannya di jari Naruto.

Selesai dengan semua itu, Sasuke tersenyum puas. Ia kemudian meletakkan semua perlengkapan; botol rivanol serta kapas kembali ke dalam kotak dan diletakkannya ke atas meja.

Naruto memandanginya dengan tatapan yang begitu bercahaya. Ia terharu, benar-benar terharu melihat perlakuan Sasuke yang begitu perhatian padanya… ia menatapnya dengan tatapan memuja, layaknya menatap seorang dewa.

Benar… Sasuke bisa menjadi dewa baginya, dewa yang tampan…

"Sasuke-kun…" bisik Naruto lemah.

Sasuke juga balas memandangnya, tersenyum kecil. Tangan kanan lelaki itu bergerak menghapus air mata yang setengah mengering di wajah 'gadis' itu.

Tak sanggup lagi, Naruto melayangkan tangannya ke leher Sasuke dan mendekatkan wajahnya ke wajah lelaki itu. Bibir mereka pun bertabrakan.

Naruto menciumnya. Dengan ganas. Tangannya bergerak mengalung leher Sasuke dan menariknya agar gadis itu bisa lebih leluasa untuk menciumnya. Bibirnya melumat bibir Sasuke dengan lahapnya, membuat lelaki itu nyaris kehabisan napas.

"Naru—hmph! –Naruto!" Suara Sasuke teredam ciuman mereka. Ia membelalakkan mata tak percaya. Pikirannya ingin sekali berteriak ke Naruto agar berhenti bercanda, agar berhenti mempermainkannya, agar berhenti menciumnya…

Tapi tubuhnya saat ini sama sekali tidak bertindak sejalan dengan pikirannya. Malahan, yang ia lakukan adalah; menyampirkan satu tangannya ke pinggang ramping Naruto, dan tangan lain ke pipi Naruto. Dan tanpa bisa ia cegah, ia membalas ciuman Naruto dengan tak kalah agresifnya.

Bunyi berdecak dari ciuman mereka menggema hingga ke seluruh penjuru ruangan, menandakan ciuman mereka yang mulai memanas dan basah. Sasuke menggigit bibir Naruto, membuat gadis cantik ini terkesiap sehingga memudahkan lidah Sasuke untuk masuk ke dalam rongga mulutnya. Selama beberapa saat, lidah mereka saling bertarung sehingga menyebabkan saliva mulai menetes dari masing-masing mulut.

Bibir mereka terpisah beberapa menit kemudian karena keduanya saling kehabisan napas. Sasuke menyadarkan dahinya ke dahi Naruto, terengah-engah, namun bibirnya masih saja bergerak menciumi setiap sudut bibir gadis di depannya itu.

"Sasuke-kunhhh… Sasukehhh…" Naruto mendesahkan namanya dengan nada sensual, membuat nafsu Sasuke meningkat tajam.

Sasuke mencium sekilas bibir Naruto sambil mengerang. "Naruto… Hhhh…"

Tangan Naruto mendorongnya hingga punggungnya menghantam sofa. Lalu Naruto, dengan tatapan penuh kilatan gairah mulai bergerak merangkak dan mengangkang di atas Sasuke.

Sasuke mendesah keras begitu merasakan sensasi selangkangan keduanya saling bersentuhan. Tak lama, bibirnya kembali menemukan bibir cherry milik Naruto.

Ciuman mereka benar-benar jauh dari kata ringan. Lidah mereka bertaut dan saling membelai satu sama lain, menciptakan suara desahan dan erangan penuh kenikmatan baik dari mulut Naruto maupun Sasuke.

Tangan Sasuke bergerak dari pinggang ramping Naruto menjadi lebih ke bawah, ke arah bokong Naruto yang kenyal dan berisi. Sasuke meremasnya dan tersenyum puas dalam hati begitu Naruto memisahkan bibirnya untuk mendesah keras.

"Sasukeehhh… ohhh…"

Tak mau kalah, Naruto menurunkan tangannya ke arah tubuh Sasuke, membelai abs lelaki itu yang tercetak jelas dari balik bajunya. Semakin turun, hingga sampai di celana Sasuke. Ia kemudian bergerak untuk menurunkan resleting Sasuke. Dibelainya sesuatu yang mulai mengeras dari balik boxer lelaki berambut raven itu.

Mata Sasuke mendadak terbuka, sebelum semuanya mulai kembali jernih. Dengan sigap, ia mendorong Naruto sehingga membuat gadis itu terkesiap dan mengerang kesakitan.

Sasuke saat ini berada di atas tubuh Naruto, mengurung tubuh gadis pirang itu dengan mencengkeram kedua pergelangan tangannya dengan erat.

"S-Sasuke-kun?" ujar Naruto, mengerjap bingung.

Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah dada Naruto yang montok, lalu seketika saja wajahnya merona merah.

Tidak! Sial! Ini salah! Tidak seharusnya ia melakukan… melakukan hal sekotor itu ke Naruto! Apalagi saat sikap Naruto sedang aneh seperti ini!

"Aku… akan membuatkan minuman," ucapnya singkat sambil mengangkat tubuhnya dari tubuh gadis itu.

"T-Tapi…"

"Kau tunggu saja di situ." Perintah Sasuke dengan nada datar dan rendah.

Sasuke melangkah menuju ke dapur, mengambil cangkir di atas rak untuk membuatkan minuman teh untuk Naruto… Ia harus melakukan sesuatu, apapun agar bisa mengalihkan pikirannya dari Naruto di ruang tamu…

Apa yang ia lakukan tadi salah… benar-benar salah. Tidak mungkin ia bisa—bisa tergoda oleh versi perempuan dari Naruto…

Selama ini ia terus-terusan mempertanyakan pada dirinya sendiri tentang orientasi seksualnya, tapi tak pernah menemukan jawaban yang pasti. Ia tidak begitu menyukai perempuan. Bahkan dada mereka yang besar sekalipun sama sekali tidak bisa membuatnya 'bangkit'. Tapi ia juga tidak yakin apa dia menyukai laki-laki… ia tidak pernah membayangkannya.

Tapi di sana di ruang tamu, ada Naruto yang siap untuknya. Ada Naruto yang dengan senang hati akan memuaskannya…

Tapi tidak… Salah! Ini tidak benar! Naruto saat ini sedang tidak normal. Dia bukan Naruto yang biasanya… Tidak mungkin Naruto yang asli mau berbuat seperti itu dengan dirinya…

Pikirannya sedang dalam peperangan, tapi akhirnya, api gairah itu bisa terpadamkan setelah sekian lama ia bergumul dengan perasaannya. Ia tidak bisa melakukan itu dengan Naruto. Tidak selagi Naruto masih dalam tubuh seorang perempuan.

.

naruto in orange dress

.

Sasuke kembali ke ruang tamu membawa cangkir berisi teh. Di sofa, Naruto memandanginya dengan tatapan intens, yang tak bisa terbaca dengan jelas oleh Sasuke.

"Sasuke-kun…" ujar Naruto, tapi langsung terpotong oleh ucapan Sasuke.

"Ini," ia menyodorkan tehnya. "Minum dulu."

Tanpa bicara lagi, Naruto menerima cangkir itu dan segera meminum isinya. Teh dari Sasuke, mana mungkin ia akan menyia-nyiakannya? Tidak setiap hari Sasuke akan berbuat sebaik itu padanya, bukan?

Tehnya langsung habis, dan Naruto meletakkan cangkir bekasnya ke atas meja. Sasuke terus saja memandanginya, menunggu reaksi yang akan muncul.

Selang beberapa detik kemudian, Naruto ambruk ke sofa, tertidur.

Sasuke mendesah lega. Ia tadi sengaja menambahkan obat tidur dalam dosis yang cukup untuk membuat Naruto tidur seketika. Jika tidak, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan gadis itu, dan apa yang akan dia lakukan setelah itu…

Sasuke membenarkan posisi tidur Naruto di atas sofa, mengangkat kedua kakinya dan menyandarkan kepalanya di pegangan sofa yang empuk. Kemudian dia melangkah menuju ke kamar tidur, membuka almarinya untuk menarik bantal serta selimut cadangan. Begitu ia kembali ke ruang tamu, ia meletakkan bantal itu di bawah kepala Naruto dan berusaha mengatur posisinya agar tidak membuat leher Naruto kesakitan. Kemudian, ia menyentakkan selimut tebal berwarna putih ke sekujur tubuh Naruto, dengan cermat memastikan kedua kakinya tertutupi selimut agar gadis itu tidak kedinginan.

Naruto bergerak sedikit. "Sasuke…-kun…" gumamnya dalam tidur.

Sasuke terkekeh pelan menyaksikan Naruto yang bicara dalam tidurnya. Lalu dengan gerakan ringan, ia mengecup puncak kepala Naruto.

"Oyasumi… Naruto," bisiknya tepat di telinga gadis pirang itu.

Sasuke pun kembali ke kamarnya untuk tidur. Jam masih menunjukkan pukul sembilan, tapi karena ia begitu kelelahan (apalagi karena aktivitasnya barusan XD) ia merasa lebih cepat mengantuk. Tanpa menunggu apapun lagi, ia segera merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuknya dan dunia mimpinya pun langsung menyambut.

.

Sasuke terbangun di pagi hari yang cerah, merasakan pelukan erat di pinggangnya.

Matanya terbuka, lalu dengan segera dan penuh curiga ia menyentak selimut yang menutupi tubuhnya.

Ia melihat Naruto di sana, memeluknya, masih mengenakan dress orange yang kemarin. Mata Naruto masih terpejam, namun segera bergetar pelan dan membuka.

Napas Sasuke tertahan.

"Ohayou… Sasuke-kun~" gumam Naruto dengan senyumnya yang membuat pagi yang cerah ini menjadi semakin cerah.

"DOBE?! APA YANG KAULAKUKAN DI KAMARKU?!"

Dan seketika saja kecerahan pagi itu juga diwarnai dengan teriakan menggelegar Sasuke yang mengguncang kediaman Uchiha itu.

.

"Kumohon maafkan aku!"

Sasuke hanya memandangi gadis pirang berkuncir satu keturunan Yamanaka di depannya itu dengan tatapan jengah. Benar dugaannya, ini semua karena Ino.

Ino menatapnya dengan tatapan takut dan merasa bersalah. "Kemarin aku tidak sengaja mempraktekkan jutsuku dan tiba-tiba saja mengenai Naruto," akunya. "Tapi sungguh, aku tidak sengaja! Benar-benar kecelakaan!"

Tatapan tajam Sasuke membuat Ino langsung berjengit ngeri. Tubuhnya merinding dan gemetaran.

Naruto ada di samping Sasuke, memeluk lengan Sasuke dengan tingkah manja.

Sasuke kehilangan kesabaran. "Cepat kau hilangkan jutsumu itu!"

Ino terlihat salah tingkah. Pandangannya liar menatap apapun selain mata hitam tajam milik Sasuke.

"Eumm… kau lihat, aku masih… masih tahap latihan jadi… aku tidak—eum, aku tidak tahu bagaimana menghilangkannya…" Ino mengakui dengan takut-takut

Aura kelam nan membunuh dari Sasuke mulai menguar ke udara, membuatnya tampak beribu kali lebih garang dan mematikan dari sebelumnya.

"Maafkan aku!" ucap Ino lagi. "Ayahku saat ini sedang ada di desa lain, jadi dia tidak bisa membantu!" jelasnya. "Jadi berikan aku dua—tidak! Berikan aku satu hari saja untuk menghubungi Ayah! Kau hanya perlu menemani Naruto selama seharian ini!"

Mata Sasuke membelalak lebar… Satu hari lagi bersama Naruto dalam tubuh perempuannya?!

Dunianya akan segera kiamat, dunia Sasuke… Seharian ini ia harus menghabiskan waktu dengan Naruto… dalam kondisi seperti ini, dalam tingkah seperti ini…

Sasuke nyaris tak sanggup lagi berpikir. Otaknya macet, terpaku pada gambaran mengerikan dirinya bersama Naruto, bersama-sama, bertingkah bodoh… ya Tuhan.

Di sampingnya, Naruto mulai mengerling manja. "Aku mencintaimu, Sasuke-kun~"

Benar. Dunianya akan segera kiamat. Tak lama lagi.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

a/n:

yup, ini repost

FF ini saya tulis setahun yg lalu dan entah kenapa jadi yg paling banyak dibaca di blog saya.

dan pas baca lagi, saya merasa maluuuu. payah bener saya ini.

banyak adegan absurd dan naruto jg jadi centil banget di sini

maafkan kalo terlalu aneh. tapi makasih udah baca. saya tunggu kritik dan sarannya :)