One Piece © Eichiro Oda
SCARS © Michantous
Happy reading!
Xxx
Nafasnya tercekat. Manik safirnya membulat sempurna, dan seluruh tubunnya serasa lemas dan mendadak lemah.
Nama itu...
Nama yang sudah lama ia lupakan—tidak—nama yang sudah lama ia buang jauh-jauh dari pikirannya. Tapi... sekarang ia harus mengingatnya kembali.
Terimakasih Yonji, yang sudah sengaja mengalunkannya.
Tanpa sadar, ia sudah memeluk dirinya sendiri, punggungnya terasa amat dingin membuatnya sedikit menggigil ketakutan.
Luka lama itu terbuka lagi...
Semua kenangan kelam dan menyedihkan itu dengan kurang ajarnya terlihat bagaikan klisi. Berputar-putar dan memenuhi isi kepalanya.
Walau tahun telah banyak terlewati, walau kini dirinya telah bertambah kuat, tetap saja, dia masih gemetar ketika mendengar nama Ichiji disebut.
Mendadak, kepalanya terasa ringan dan... kosong. Ia bahkan dapat mendengar detak jantungnya yang berbunyi lebih keras. Drop. Sekarang matanya mulai buram, dan dadanya menjadi semakin sesak, rasanya jantungnya ingin melompat keluar.
Dan...
Semua hitam. Ia tak bisa melihat apa-apa kecuali kegelapan tersebut. Namun, ia masih dapat mendengar suara Yonji yang berteriak panik.
"Oi! Apa yang terjadi?! Bangunlah bodoh, apa kau menjadi semakin lemah ketika dewasa?"
Tidak penting. Itu bukanlah teriakan panik. Tapi ejekan untuk dirinya.
Mungkin, untuk saat ini, Sanji hanya dapat menunggu sampai Kaptennya tiba dan membawanya pergi.
Pergi yang jauh dari keluarga Vinsmoke, atau... neraka Vinsmoke?
Dan kembali bersama keluarga aslinya, Bajak laut Topi Jerami.
.
.
.
Suasana reuni keluarga mereka menjadi kacau. Tentu saja, Sanji tak akan pernah membiarkan para wanita tersakiti oleh bangsawan tengik macam Vinsmoke, terutama Niji. Putra kedua dari Judge yang berniat melempar makanan ke arah kepala koki yang tak berdosa.
Sanji lebih memilih untuk kembali ke kamarnya dari pada melanjutkan makan bersama bangasawan menjijikan yang mengaku-ngaku sebagi keluarganya.
Namun, selepas pertikaian tersebut, Sanji malah mendapati sosok wanita kepala koki yang tadi siang ia lindungi, kini tengah babak belur dengan lebam sana-sani menghias wajahnya.
Bukan main, ini sangat keterlaluan!
Amarah Sanji benar-benar memuncak. Tega sekali si keparat itu berlaku kasar pada wanita!
"Apa kau tidak mau menemui Niji? Sudah jelaskan, dia pelakunya"
Entah bagaimana sosok Yonji sudah berdiri di belakangnya. Sanji hanya menahan geram ketika dua sosok lain juga datang menghampirinya. Iris birunya menatap tajam pada sosok putra kedua.
"NIJI!" bentaknya. Dengan tangan yang juga terkepal kuat.
"Apa... yang kau lakukan... pada COSSETE!"
Dan secepat kilat tendangan penghancur itu mendarat tepat di wajah Niji. Tapi, keputusan Sanji untuk melawan saudara kembarnya salah besar. Niji dengan mudah membalas serangannya dan membuatnya, terkapar tak berdaya karena aliran listrik yang menyetrumnya.
.
.
.
Sanji terus menerawang ke langit-langit kamarnya. Walau tak diucapkan, dalam hati ia berterimakasih pada kakak perempuannya, Reiju. Yang selalu bersedia menolongnya dalam situasi panas seperti tadi.
Sekarang yang dapat ia lakukan hanyalah berbaring sendirian sembari terus merenung. Ia tak bisa melarikan diri. Kedua tangan berharganya diborgol dengan gelang peledak, dan, kalaupun ia berhasil kabur, si Pak tua Zeff akan mati.
Begitu mudahnya bagi Vinsmoke Judge untuk mengetahui kelemahan Sanji.
Frustasi. Jemari-jemari itu mengacak kasar helaian pirangnya diselingi dengan erangan kecil yang tak kalah kacau.
Kriiieeett...
Pintu besar kamarnya terbuka sedikit. Reflek membuat Sanji menoleh dan terdiam ketika mendapati sosok putra pertama yang melangkah masuk.
"Yo, saudaraku yang sangat lemah"
Sanji berusaha untuk tenang. Dan tidak menampakan rasa takutnya pada sosok Ichiji yang sekarang duduk di pinggir ranjangnya sembari melipat tangan. Walau manik pria itu terhalang oleh kacamata, Sanji tetap mengalihkan wajahnya ke arah lain.
"Untuk apa kau kemari? —Dan ingat, aku bukan saudaramu, sungguh, mendengarnya saja membuatku ingin muntah"
Sanji duduk perlahan, lalu menyandarkan dirinya di kepala ranjang. Satu tangannya mengambil rokok yang kemudian diselipkannya di bibir.
Bodohnya, ia tidak sadar kalau Ichiji mengawasi setiap gerak-geriknya, dan yang barusan itu sempat membuat pangeran pertama Vinsmoke menaikan alisnya.
"Sejak kapan kau seperti ini?" di cabutnya puntung rokok dari bibir Sanji, sedang yang bersangkutan hanya dapat diam tercekat.
"I-itu bukan urusanmu! Kembalikan!"
Sayang sekali, Sanji tak dapat merebut puntung rokoknya karena si brengsek Ichiji langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi, meledeknya seperti bocah ingusan yang tak berdaya.
"Kau mau ini kembali? Heheh, coba ambil! jangan bilang kau memang benar-benar bertambah lemah?"
Tak ingin melanjutkannya, Sanji memilih diam. "Berhenti memperlakukanku seperti ulat, aku sudah bukan ulat yang dapat kau tindas dan kau permainkan lagi"
Mendengarnya, Ichiji merasa sedikit marah. "Hoo... benarkah?" dicengkramnya dagu Sanji kuat-kuat agar bertatapan dengannya.
"Kalau begitu, ayo kita buktikan kalau kau bukan lagi seekor ulat! Kudengar kau adalah seorang pecinta wanita dan selalu menyebut dirimu sebagai lelaki sejati, tapi... apakah kau bisa mendominasi ku, Sanji?"
Seringaian lebar dan bengis menghiasi wajah pangeran pertama Vinsmoke. Membuat Sanji bergidik namun tetap berusaha berani. Jujur saja, dari semua anggota keluarga Vinsmoke, Ichiji adalah satu-satunya orang yang menakutkan baginya, bahkan sampai sekarang.
.
.
.
Bagus sekali... Sanji rasanya seperti kembali ke masalalu.
Rasa takut yang terus menghantuinya, rasa sakit yang familiar, dan ketidak berdayaan yang sama. Bedanya, kali ini walau agak takut, Sanji tetap melawan. Ia tetap tidak mau tertindas seperti dulu lagi.
"Cih... mananya yang kau sebut lelaki sejati?" disambarnya kerah Sanji, diangkat, lalu di hempaskan tubuh pemuda itu ke ranjang. "Ternyata, selain bertambah lemah kau juga memiliki mulut besar sekarang huh?"
Sanji tak membalas, ia hanya merintih ketika Ichiji mencekiknya.
"Aku... tidak... ugh... uhuk... lepas... Ichiji..."
Pangeran pertama itu tak mengindahkan erangan kesakitan Sanji. Ia malah makin mengencangkan cekikannya dengan wajah yang terlihat menikmati. Sanji tetap berusaha melepaskan tangan pemuda itu dari lehernya namun sia-sia.
"Mana? Mana airmata yang sering kau keluarkan itu huh? Ayo menangis, dan aku akan melepaskanmu..."
"Ugh... sudah ku bilang, aku bukan bocah lemah seperti yang dulu!"
Kriieeett...
Pintu kembali terbuka. Sekarang menampakan sosok Niji juga Yonji.
"Wah wah... kau curang, bersenang-senang tidak mengajak kami" Niji melangkah masuk dan tersenyum remeh pada Sanji. "Manusia biasa seperti dia enaknya kita apakan ya?"
"Kudengar dia memiliki hubungan rahasia dengan si pendekar terkenal yang berambut hijau" timpal Yonji, yang lebih memilih berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan terlipat.
"Oh... ya ya, aku pernah mendengar kabar simpang siur seperti itu, kalau tidak salah orang yang mengaku sebagai Kaizoku gari no Zoro? benar begitu?" Niji menggosok dagu, sedangkan Ichiji melepaskan cekikannya.
"Hoi hoi, Ichiji mau kemana kau?"
Yang dipanggil hanya mengangkat satu tangannya tanpa berniat berbalik. "Lanjutkan saja, aku sudah tidak tertarik, dia sudah tidak lucu seperti dulu lagi" tukasnya.
Yonji mengernyitkan dahi. "Yakin tidak mau ikut bermain? Padahal Niji sepertinya punya cara baru untuk bermain"
"Tepat sekali Yonji"
Langkah pangeran pertama itu langsung berhenti. "Kalau tidak menarik aku tidak mau" lalu berbalik ketika Niji menyuruhnya.
"Heh... perhatikan ini baik-baik—eh?—OI YONJI, CEPAT TANGKAP DIA!"
Sanji memanfaatkan waktu yang ia punya sebaik mungkin, namun sebelum ia sempat melangkah keluar, Yonji sudah menghadang pintu dengan satu kakinya, tak mau kalah Sanji juga melayangkan tendangan ke arah wajah pemuda itu yang sialnya berhasil ditangkap.
"Cih! Jangan harap kau bisa menendangku untuk yang kedua kalinya, Sanji" Yonji menguatkan genggamannya di kaki Sanji sampai kemudian terdengar bunyi tulang retak.
Sanji sendiri hanya merintih pelan, karena kalau ia berteriak, saudara-saudaranya pasti akan lebih bernafsu untuk menindasnya. "Argh... sial.."
Tubuh mereka keras seperti besi
Sanji tak habis pikir, apa yang sebenarnya terjadi selama beberapa tahun setelah ia pergi?
"Lihat ini Ichiji," Yonji menarik Sanji mendekat lalu memelintir tangan Sanji kebelakang dan memutarnya menghadap Ichiji yang hanya diam menonton. Dijambaknya surai lurus Sanji sampai pemuda itu mendongak.
"Niji, Giliranmu"
"Yokaaayy~"
"Lepaskan aku! Hei! Kalian! Keparat! Mengaku-ngaku sebagai keluargaku—apa seperti ini caranya memperlakukan keluarga sendiri?!" Sanji terus meronta, sampai Niji sudah berdiri di hadapannya dan merobek bajunya. Membuat Sanji tercekat, dan bertanya-tanya.
"Heheh..."
"A-apa maksudnya...ini tidak lucu!"
BRAAAAAAK
Dengan kaki yang masih sehat Sanji menendang Niji sampai terpental dan hampir menjebol tembok.
"Oh... ayolah Sanji, kita berempat sudah dewasa, kalau hanya bermain pukul-pukulan kan tidak seru, ya 'kan Ichiji?" tandas Yonji yang kini menyeringai lebar memamerkan deretan giginya.
Ichiji sendiri hanya mengangkat alis dengan seringai tipis yang sepertinya tertarik. Ia menghampiri Sanji yang wajahnya sudah terlihat panik.
"Kau sendirikan yang bilang kalau kita bukan keluarga, Sanji?"
Iris safir itu membulat ketika Ichiji membelai lembut leher sampai perutnya. "Kita memang bukan keluarga lagi Sanji, tapi kau adalah budak kami... budak keluarga Vinsmoke"
"Haha... itu benar, ayah bahkan menjualmu kepada Yonkou" timpal Niji yang sudah bangkit sembari melangkah mendekat.
Sanji mengeraskan rahangnya, kesal. Sejak awal dia juga memang tak pernah dianggap.
"Cepat mulai Ichiji, aku yakin kali ini dia pasti akan menangis meraung-raung dan berteriak-teriak memohon ampun kepada kita, hahahaha" lanjutnya.
"Kurang ajar... kalian memang tak waras! Kalian bukan manusia!"
"Hahaha! Kami memang bukan manusia sepertimu, bodoh!" Yonji tertawa keras sembari menyeret Sanji kembali ke ranjang dan mengikatnya. Sementara Ichiji menggeledah laci yang berada di samping tempat tidur untuk mencari barang-barang yang sekiranya bisa mereka pakai untuk 'bermain'
"Niji, kunci pintunya, beberapa anak buah yonkou itu sering mondar-mandir kemari untuk memeriksa keadaan si lemah ini, kalau mereka lihat, mereka akan membatalkan aliansi dengan ayah"
"Yokay—"
BRAAAK
"Reiju?!"
Sosok wanita cantik dengan alis yang juga melingkar memasuki kamar Sanji. Ia menendang pintu besar tersebut sebelum Niji berhasil menutupnya.
"Dasar bodoh... jangan bertingkah konyol kalian bertiga, permainan bodoh kalian itu dapat merugikan ayah, dan membuat pihak Big Mom marah, jika itu terjadi, semua rencana besar ayah akan gagal, dan itu karena kalian"
"Cih..."
"Jika tidak ingin di anggap sebagai penghianat, maka keluar dari sini secepatnya" Reiju bersedekap sembari mengerling ke arah Sanji. Untuk kesekian kali, Sanji benar-benar berterimakasih pada kakak perempuannya.
Ketiga Vinsmoke brothers akhirnya mau tak mau melepaskan Sanji dan menjauh dari sana karena tak ingin dianggap sebagai penghianat. Tapi mereka pastikan akan membuat Sanji menderita sebelum pesta minum teh dimulai. Masih ada waktu seminggu lagi...
.
.
.
TAMAT atau LANJUT?
A/N : halloo semuanyaa, Fic gajelas ini terinspirasi setelah Michan baca chapter terbaru one piece. Dan entah kenapa, ada satu panel di komik OP yang Sanjinya gemetaran ketika mendengar nama Ichiji disebut, tapi Sanji tetep berani ngelawan Yonji dan Niji, bahkan ayahnya sendiri, dan Michan perhatiin juga, setiap si Ichiji udah ngomong, pasti Sanji langsung diam, dia gak ngelawan balik, kayanya ada misteri di antara mereka berdua, Oda sensei emang bisa aja bikin fujo—eh maksudnya pembaca jadi penasaran. Tapi menurut kesimpulan banyak orang sih katanya, Ichiji itu yang bikin kenangan terburuk sebelum Sanji berhasil kabur, kayaknya. Dan karena kepikiran hal itu trus juga pas liat di tumblr ada yang bikin fanart VinsmokexSanji jadinya Michan ikutan juga deh :"3 apalagi yang namanya Niji ganteng-ganteng gimanaaa gitu :3 dan belom lagi michan mikirin Luffy yang bakal ngerusuh di pernikahannya Sanji :3 (efek terlalu banyak menghayal)
Dan apa kabar fic multichap yang satunya? Buat yang satu ini Michan minta maaf banget, belom bisa lanjut padahal bentar lagi mau tamat itu fic maaf ya!
Ok, see you next timeee!