"Yamanaka Ino, maukah kau mendampingi dan menghabiskan waktu dengan pemalas ini?" Seraya menyodorkan cincin cantik dengan batu safir, sedangkan samping kiri kanannya diapit dua berlian mungil.
Naruto by Masashi Kishimoto

WARNING: DLDR, OOC, SEMI CANON, TYPO.

Membaca fanfic ini menyebabkan kejang-kejang, muntah, dehidrasi, emosi ada penulisnya, enek dsb.

Diperuntukkan bagi yang cukup umur.

Selamat Menikmati

Ino tercekat, dalam mimpi terliarnya sekalipun ia tidak pernah membayangkan Shikamaru akan melamarnya seperti ini. Dengan suasana kamar yang redup hanya mengandalkan bias cahaya purnama yang menembus kaca jendela kamar Ino. Dan dengan keadaan yang bisa dibilang tanggung akan gairah.

Ino Yamanaka adalah penggemar cerita dongeng lawas, seperti Pangeran yang menjemput Cinderella dengan kuda putihnya, Pangeran yang mencium mesra Laura hingga terbangun dari tidur panjangnya, atau Beast dengan balutan magicnya berubah untuk Belle. Sehingga Ino menginginkan lamaran romantis yang akan ia ingat sepanjang masa, awet layaknya dongeng.

"Tapi Shikamaru, tidak perlu repot-repot menyiapkan buket bunga besar atau dinner mewah. Ia bahkan romantis dengan caranya sendiri.

"Bisakah aku menjawabnya setelah kegiatan kita?"

Ino berhasil menarik pelatuk gairahnya yang ia tahan. Menarik tangan kiri Ino, lalu memasukkan cincin kejari manisnya.

"Baiklah aku tidak memerlukan jawabanmu, pakai bajumu dengan yang lebih sopan," Shikamaru bangkit memungut kembali kaos yang tadi ia lemparkan dan memakainya. Mengambil bra yang tergeletak dilantai dan menyodorkannya pada Ino.

Sedangkan Ino hanya bisa ternganga, apa lagi yang Shikamaru rencanakan? Mengikuti Shikamaru, Ino pun mengenakan branya dan mengambil baju di lemari. Membuka rok spannya yang sobek, Ino memakai baju terusan berwarna softpink dan cardigan ungunya. Sedangkan Shikamaru memperhatikan Ino, apalagi tadi ia harus menahan gairahnya melihat Ino hanya mengenakan underwearnya saja. Untungnya Ino cepat berganti pakaian ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika ia lepas kendali 'menerkam' Ino.

"Kita akan kemana?" Ino bertanya seraya menggelung rambutnya. Shikamaru berjalan mendekati Ino mensejajarkan wajahnya dan menahan gerakan tangan Ino.

"Gerai saja, lebih cantik. Dan juga untuk menutupi tanda yang kubuat," Bisik Shikamaru. Ino mendengus, meski begitu Ino tidak dapat menahan pipinya yang memanas. "Jangan mengalihkan pembicaraa sialan! Kita akan kemana?" Ino bertanya dongkol.

"Ck mendokusei, ikut saja apa susahnya?" Shikamaru menjawab seraya berjalan keluar kamar. Memutar bola matanya Ino mengikuti langkah Shikamaru. Ino merasa jalan yang ia lewati bersama Shikamaru tampak tak asing. Tentu saja jalan ini adalah jalan menuju rumah Shikamaru. Ino menatap Shikamaru yang sedari tadi diam. Lalu turun menatap tangannya yang tergenggam hangat oleh tangan besar Shikamaru. Ino mendadak berdebar, kini ia dan Shikamaru sudah berada didepan pintu rumah Shikamaru.

"Tanganmu berkeringat," ucapan Shikamaru menyadarkan lamunan Ino.

"Untuk apa kita kesini?"

"Meminta restu." Ucap Shikamaru seraya masuk meninggalkan Ino dipintu. Jawaban Shikamaru membuat Ino ternganga ditempatnya.

"Pemalas menyebalkan!" Ino berseru seraya menghentakkan kakinya menyusul Shikamaru masuk.

Yoshino terkejut, melihat putranya pulang membawa Ino. Apalagi melihat Shikamaru yang langsung menggenggam tangan Ino. Tentu saja siapa yang tidak terkejut, ketika sedang menonton drakor. Tiba-tiba anaknya sudah berdiri disamping televisi bersama anak gadis orang.

"Waaah, Inooo Obasan kang-"

"Okaa-san aku ingin menikah dengan Ino."

Yoshino menutup mulutnya dengan terkejut, Ino sendiri menatap tajam Shikamaru dengan pandangan idiot-apa-yang-kau-katakan?

Belum sempat Yoshino memberi respon, Shikamaru sudah menarik tangan Ino membawanya pergi. Yoshino hanya bisa menahan rasa kesalnya, tentu saja belum sempat ia berteriak heboh sudah ditinggalkan. Dengan cemberut Yoshino kembali menatap layar televisi didepannya. Namun seakan tersadar Yoshino membulatkan matanya "KAMI-SAMA, INO-CHAN AKAN MENJADI MENANTUKUUU," jeritnya bahagia.

Ino mengerucutkan bibirnya, kini ia digandeng oleh Shikamaru entah menuju kemana. Ia memandang Shikamaru yang bersikap biasa saja setelah ucapannya pada Yoshino Oba-san ups yang sebentar lagi berubah menjadi Yoshino Okaa-san hihii, nyinyir innernya.

"Jangan memandangku seperti itu, kau akan semakin cinta padaku." Shikamaru menyeringai, uhhh sipemalas ini selalu mempesona bahkan dengan hanya memakai sweeter hitam polosnya saja. Tunggu, Ino mengernyit sejak kapan Shikamaru memakai sweeternya? Seingatnya tadi hanya memakai kaos hitam saja dari rumah Ino.

"Sejak kapan kau memakai sweeter?" Tanya Ino tidak nyambung, Ino bahkan ingat rompi jounin Shikamaru tertinggal disofa rumah Ino. Shikamaru hanya menatap Ino malas semakin mempercepat langkahnya. Ino hanya bisa mendengus menahan kekesalannya karena diabaikan.

Melihat sekitarnya Ino menyadari jika jalan yang dilalui mulai memasuki rimbunan pohon, Ino gatal ingin bertanya. Ino gatal ingin bertanya namun karena gengsi takut diabaikan Ino menelan kembali pertanyaan yang sudah sampai diujung lidahnya. Perlahan rimbunan pepohonan berganti menjadi hijaunya padang rumput yang diterangi sinar cahaya sang rembulan. Ino pun mulai menyadari, Shikamaru membawa dirinya ke pemakaman umum Konoha.

"Kau tau Ino? Saat ini aku sangat gugup. Untuk menemui ayahmu, ayahku serta Asuma-sensei," jeda sesaat lalu Shikamaru melanjutkan perkataannya.

"Kau tau meskipun mereka sudah tidak bersama kita namun setidaknya mereka juga menyaksikan dari atas sana. Maka dari itu sebelum melakukan semua ini lebih jauh, aku ingin setidaknya meminta izin dulu agar mereka tidak menyumpahi perbuatan kita dari atas sana."

Perlahan pipi Ino memerah mendengar ucapan Shikamaru, jadi Shikamaru tadi bukan menolaknya karena tidak mau? Tapi Shikamaru ingin hubungan mereka lebih jelas dahulu serta meminta restu pada ayahnya, uhhh Ino semakin cinta pada Shikamaru. Ternyata walaupun pemalas Shikamaru adalah orang yang bertanggung jawab.

"Kau tunggulah disini aku ingin meminta restu pada ayahmu," ucap Shikamaru seraya melepaskan genggaman tangannya. Ino sendiri tidak banyak bertanya hanya membiarkannya saja. Hati Ino sesak, membayangkan jika nanti ketika pernikahannya bukan tangan ayahnya yang ia gandeng. Ino kembali berharap andai ayahnya masih disini.

"Kau melamun?"

Ino tersentak memandang Shikamaru yang sudah ada disampingnya. Sedangkan Shikamaru memandang Ino terkejut, ketika di lihatnya wajah Ino sudah penuh oleh airmata./

"Aku rindu ayah hiks-hiks," dengan perlahan Shikamaru menarik Ino pelukannya lalu mengusap punggungnya lembut.

"Sstt ayahmu sudah bahagia diatas sana, jangan membuatnya sedih dengan menangis." Shikamaru dengan perlahan mengangkat wajah Ino agar melihatnya. Jempol Shikamaru menhapus air mata Ino yang jatuh dipipinya.

"Ayo kita pulang sebelum semakin larut." Ino hanya mengangguk menuruti ucapan Shikamaru.

Selama perjalanan pulang hanya terdengan bunyi jangkrik yang bersahutan sedangkan Ino sendiri memilih bungkam. Sedangkan Shikamaru memaklum diamnya Ino semakin mengeratkan genggaman tangannya. Dirasa Shikamaru berhenti Ino mendongakkan kepalanya menatap Shikamaru bingung. Yang dibalas dengan senyum lembut Shikamaru.

Shikamaru membuka pintu besi yang sudah terlihat berkarat lalu mengajak Ino untuk masuk. Sedangkan Ino masih tidak mengerti, untuk apa Shikamaru membawanya pada gereja tua ini? Ino hanya mengikuti langkah Shikamaru yang membawanya pada altar.

"Ino aku tidak tau janji yang aku ucapkan ini sah atau tidak namun setidaknya aku ingin Kami-Sama menjadi saksi dari janji yang aku ucapkan." Shikamaru menarik nafasnya. Lalu mengenggam kedua tangan Ino.

"Ino yamanaka, dengan ini aku berjanji akan selalu setia sehidup semati, mencintaimu selama sisa hidupku ini. Apakah kau menerima aku lelaki biasa ini menjadi pendamping hidupmu?"

Bola mata hitam Shikamaru memandang Ino penuh kasih, Ino berkaca-kaca membalas tatapan Shikamaru. Ino sendiri terkekeh pelan Shikamaru benar-benar gila! Lalu menarik nafas pelan.

"Ya aku bersedia. Lalu apakah kau menerima aku yang manja, cerewet dan menyebalkan ini menjadi pendamping hidupmu?" Ino kembali bertanya dengan jenaka.

"Ya, tentu saja ini yang aku nantikan selama ini," bisik Shikamaru mendekatkan wajahnya pada Ino. Mereka berdua saling memandang dalam gelapnya gereja yang hanya diterangi sinar rembulan yang menerobos kedalam gereja. Dengan perlahan Shikamaru mendekatkan wajahnya pada Ino. Sedangkan Ino sendiri menikmati harum after shave yang bercampur nikotin yang menguar dari Shikamaru.

"Sudahkah aku bilang jika aku mencintaimu?" tanga Shikamaru seraya menyatukan bibirnya pada bibir Ino. Ino sendiri membalas ucapan Shikamaru dengan erangan tertahan. Saling melumat dan membelit. Shikamaru yang pertama melepat tautan bibir mereka. Ino sendiri terengah menatap shikamaru yang mulai berkabut gairah.

"Masih ada satu lagi yang harus diselesaikan sayang," ucap Shikamaru serak seraya mengecup ujung bibir Ino.

"Apa itu?" Ino bertanya parau.

"Kau akan tau," ucap Shikamaru penuh misteri.

Kakashi menggeram kesal menatap muda mudi didepannya. Yang satu berwajah merah padam sedangkan yang satunya lagi berwajah malas. Sedangkan Sakura sendiri menahan geli melihat suaminya itu. Saking buru-buru memakai baju karena tamunya itu tidak sabar hampir melupakan masker kesayangannya. Tentu saja siapa yang tidak kesal ketika sedang melakukan kegiatan malam dengan istrinya diganggu.

"Cepat tanda tangan dan segera pergi dari rumahku!" Sakura mendelik mendengar ucapan kasar suaminya itu. Sedangkan Ino tersenyum kikuk tidak enak dan memandang murka wajah malas disebelahnya. Ternyata tadi Shikamaru menyeret dirinya kerumah Sakura yang notebene rumah Kakashi juga (karena mereka suami istri) untuk membuatkannya buku nikah. Ohmygod! Bahkan membuat Hokagenya berteleportase ke kantor hokage untuk mengambil berkas-berkasnya.

"Aku akan segera pergi setelah ini, asal kau memberikanku cuti untuk mengatur pesta pernikahanku dengan Ino." Jawab Shikamaru final, mulut Ino ternganga dibuatnya sedangkan Sakura menjerit heboh meneriakkan 'oh my Pig akhirnyaaa' berulang-ulang sedangkan Kakashi mengerang frustasi.

Kini mereka berdua duduk dipinggir kasur Ino dengan wajah Ino yang cemberut sedangkan Shikamaru dengan santainya melepas sweeter serta kaos hitamnya lalu beranjak menuju kamar mandi. Ino hanya bisa mendengus, Shikamaru benar-benar menyebalkan!

Shikamaru melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar mandi Ino dan melihat Ino yang sudah bergelung nyaman dikasurnya. Lalu melepas celana panjangnya dan menyisakan boxer hitam. Dan dengan perlahan menaiki ranjang Ino.

Ino merasakan ranjangnya bergerak pertanda Shikamaru telah selesai dari kamar mandinya. Ino masih merasa kesal pada Shikamaru karena perbuatan Shikamaru yang tidak sopan pada hokage tadi. Ino tersentak ketika selimut yang ia kenakan tersibak.

"Shika kau apa-apaan hah!" Ino berteriak kesal. Sedangkan Shikamaru hanya tersenyum miring melihat kilat kesal pada mata Ino.

"Kau menggodaku hem?" Shikamaru memperhatikan tubuh Ino yang menggiurkan.

"Tidur dengan hanya menggunakan pakaian dalam? Apa namanya jika bukan menggodaku?" Ino menelan ludah Shikamaru terlihat seksi dan jantan. Hah apa-apaan pemikiran mesumnya dating disaat yang tidak tepat.

Kau aku masih kesal padamu," kenapa suara Ino mendadak serak. Shikamaru sendiri tidak terpengaruh oleh bentakan Ino dengan perlahan mensejajarkan wajahnya dengan Ino dan merendahkan dadanya hingga dada Ino yang terbalut bra bertemu dengan dada bidangnya. Ino ingin kembali berteriak namun kalah cepat dengan bibir Shikamaru yang telah lebih dulu membungkamnya.

Ino sendiri berusaha berteriak namun sialnya malah erangan menggoda yang terdengar dan seperti yang telah lalu Ino pun terbuai dengan ciuman Shikamaru. Terlihat saliva yang menetes dari kedua sudut bibir Ino. Shikamaru sendiri semakin bersemangan melumat dan menghisap ketika dirasanya Ino mulai membalas./span/p

"Plop."

Shikamaru melepaskan pagutannya lalu menggigit daun telingan Ino pelan membuat siempunya mendesah,

"Ini malam pertama kita okay, aku mohon lupakan dulu kesalmu padaku." Bagai mantra Ino mengangguk merespon ucapan Shikamaru sedangkan Shikamaru tersenyum puas melihat respon Ino./span/p
p class="MsoNormal"span lang="EN-US"Jemari Shikamaru menggerayangi payudara bulat Ino nyang masih berbalut bra dengan tidak sabar melepasnya. Dan kini tinggal secarik kain segitiga pda tubuh Ino. Sedangkan Ino sendiri hanya bisa terengah sentuhan Shikamaru pda tubuhnya bagaikan listrik, menggetarkan serta membuat pusatnya basah. Tangan Shikamaru turun meremas bokong kenyal Ino sedangnkan mulutnys sibuk menjilat dan menghisap putting Ino yang sudah tegang. Jemarinya meloloskan celana dalam Ino yang terasa lembut ditangannya. Ino sendiri sudah tidak karuan menahan gairahnya. Gemetar. Shikamaru memandang kaki jenjang Ino naik melihat pusat Ino nyang merekah merah payudara Ino yang naik turun leher jenjangnya dan terakhir ke wajah Ino yang dimabuk gairah, melihat mata Ino yang berkabut sayu rambut pirang lembutnya yang berantakan. Benar-benar indah.

Ino memerah malu melihat tatapan Shikamaru yang terang-terangan. Apalagi melihat kejantanannya Shikamaru yang berdiri tegak. Entah kapan sipemalas itu melepaskannya.

"Ahhnn ahhhh …." Ino menjerit kecil dilihatnya Shikamaru sudah berada ditengah-tengan kedua kakinya. Ino merasakan suatu benda lunak mengobrak-abrik kewanitaannya. Dan menggigiti klitnya pelan. Shikamaru menyusurkan tangannya memandang takjub pada tubuh didepannya lalu mengendus menghirip harum yang menguar dari Ino. Jika tau begini Shikamaru pasti akan dari dulu melamar Ino. Shikamaru kembali menyusurkan lidahnya pada kewanitaan Ino, cairan Ino sangan memabukkan membuatnya ingin lagi, dan lagi. Ino sendiri meremas sprei dengan kuat pelepasannya hampir datang.

"Shi Shikaaa… ahhn .. a- aku sudah ti.. aaahhhhhnn," belum sempat Ino mengucapkannya dengan benar Ino sudah mendapatkan pelepasannya. Sedangkan Shikamaru dengan rakus menjilat dan menelannya hingga tetes terakhir.

Shikamaru bangkit dan memposisikan kejantanannya pada kewanitaan Ino, memandang Ino dengan penuh kasih. Sedangkan Ino menarik leher Shikamaru dan melahap bibirnya. Ino merasakan sedikit gurih pada mulut Shikamaru. Sedangkan Shikamaru menggesek-gesekkan kejantanannya pada kewanitaan Ino yang semakin basah. Disela-sela ciumannya Ino tersentak merasakan benda lunak Shikamaru menghentaknya. Ino merasa kewanitaannya bagai dibelah dua, perih bahkan lebih perih dari luka yang ia dapat saat misi. Seakan mengerti apa yang Ino rasakan tangan Shikamaru membelai pinggang Ino lembut menenangkannya serta bibirnya memagut bibir Ino lembut penuh perasaan. Setelah beberapa saat dirasa kewanitaan Ino menerimanya, Shiakamaru menggerakkan pinggulnya dengan perlahan.

Temperature udara perlahan naik menjadi beberapa derajat, suara nafas yang beradu erangan yang bersahutan serta bunyi kecipak pertumbukan paha mereka menjadi melodi tersendiri. Shikamaru kembali menghujam lutut Ino yang mulanya tertekukpun kini melingkari pinggang Shikamaru seakan-akan ingin Shikamaru menghujamnya lebih dalam. Ino merasakan bagaimana Shikamaru mengguncang dirinya begitu hebat membuat semua sendi Ino bergetar nikmat.

Shikamaru sendiri merasa hampir-hampir tidak berdaya, Ino sangat ketat bahkan disemua tempat. Mulutnya kembali menghisap puting Ino sedangkan tangannya meremas bongkahan pantat Ino mendorongnya menyatu dengan dirinya. Hujaman yang seritme perlahan menggila, cepat, dalam dan panas. Membuat erangan mereka berdua berubah menjadi teriakan kenikmatan.

END

Yaampun Hazel mau minta maaf sebesar-besarnya pada pembaca budiman. Tadi terjadi kesalahan pada akun Hazel. Mana tadi ngetiknya langsung diakun lagi jadi tidak ada softfilenya hiks rasanya ingin nangis sambil jujumpalitan. Namun dengan ketabahan yang luar biasa Hazel akhirnya selesai juga ngedit ni chapter. Moga memuaskan walau ada beberapa dialog yang hilang. Mungkin nanti kapan-kapan akan Hazel buatkan ekstra part untuk cerita ini. Tapi tidak janji ya hehe. Terimakasih untuk yang sudah membaca dan meriview Fanfik pertama Hazel hihii. Nantikan Hazel di cerita Hazel yang lain yaaaaaa. #tebarketjupbasah

Omake

Mata Ino terasa berat ternyata Shikamaru benar-benar mengerjainya habis-habisan sedangkan Ino hanya bisa menerimanya dengan pasrah. Tentu saja melawan tidak bisa yah nikmati saja khukhu.

"Kita akan menikah minggu depan." Ino yang hampir terbuat mimpi kembali membuka matanya terkejut.

"Kita sudah sah secara hukum, jika secara agama aku menyangsikannya karena tadi tidak ada saksi. Dan sekalian aku mengundang teman-teman kita bagaimana?"

Ino ternganga jadi alasan Shikamaru tadi membawanya kesana kemari agar membuat hubungannya SAH dimata tuhan dan negara ohmylord betapa bertanggung jawabnya suaminya ini. Eh sudah bisa dipanggil suami belum ya? Ino membuka mulutnya namun-

"Aku tau kau setuju, jadi boleh tidak satu ronde lagi?" Shikamaru tersenyum manis. Belum sempat Ino menjawab Shikamaru sudah membungkam bibirnya. Yah mau bagaimana lagi? Ternyata Shikamaru mesum juga ya.