Do it Again

Naruto by Masashi Kishimoto

WARNING: DLDR, OOC, SEMI CANON, TYPO.

Membaca fanfic ini menyebabkan kejang-kejang, muntah, dehidrasi, emosi ada penulisnya, enek dsb.

Selamat Menikmati

Ino kembali menumpukan kepala pada meja kerja diruangannya, matanya terasa sangat berat suasana yang bisa dibilang pas ditambah panas terik diluar sana juga angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Perlahan kelopak matanya menutupi manik aquamarine tersebut, heuum Ino membayangkan sedang berbaring di bukit lavender sebelah barat Konoha dengan angin berhembus tentu saja itu dimimpinya. Ahhh pantas saja Shikamaru sangat menyukai tidur, membuat Ino menjadi ketagihan.

"BRAKKKKKK!" bunyi pintu yang bedebam membuat Ino terlonjak dari tidurnya, matanya yang memerah sayu menatap garang pada Sakura yang menatapnya dari ambang pintu. Forhead sialan, batinnya.

"Apa yang kau-"

"Ino Yamanaka dengarkan aku dulu" Sakura terlebih dulu memotong perkataan Ino, jika Sakura menyebut nama lengkapnya tanpa embel-embel pig berarti ada suatu hal yang penting.

"Kau harus tau tadi Kakashi-kun bilang bahwa dia memberikan misi pada Shikamaru" ucap Sakura terengah, sedangkan Ino mengernyitkan dahinya heran.

"Tunggu apa hubungannya denganku sialan, kau mengganggu tidurku" Ino memutar matanya.

"Tentu saja, apakah kau tau dimana misinya? Kakashi-kun bilang misinya disuna"

"APA?" Ino membulatkan matanya, kaget.

"Sialan kenapa suamimu itu mengirim Shika ke Suna? Kenapa bukan Neji atau Sai? Dasar Holage mesum sialan!" Ino mengumpat bagaimana bisa, rencana yang ia susun pasti akan hancur berantakan jadinya.

"Maka dari itu aku memberitahumu, lagipula ini tidak sepenuhnya salah Kakashi-kun karena sulung Sabaku sendiri yang menginginkan Shikamaru membantu", ucap Sakura sembari melangkah menuju sofa dipojok ruangan, ternyata berbicara sembari berdiri sangat melelahkan apalagi tadi ditambah perang urat dengan Ino.

"Maksudmu Temari?" Ino memandang tajam Sakura.

"Siapa lagi? Memangnya ada sulung Sabaku yang lain?" Sakura memandang Ino santai.

"Ah rencanamu harus dipercepat kudengar Shikamaru ditugaskan selama sebulan, dan aku tau kau bukan tipikal orang yang sabar" Sakura kembali menambahkan.

"Uhhhh, kapan misinya dimulai?" Ino merasakan pusing dikepalanya, kurang tidur dan berita yang Sakura bawakan kepadanya membuat kepalanya hampir pecah.

"Lusa"

"Oh masih lam- APA LUSA?!" Sakura terlonjak dari kursinya.

"Kau membuatku kaget" Sakura memegang dadanya memastikan jantungnya masih berdetak.

"Sudahlah percepat saja toh bukankah kau bilang ingin merasakan secepatnya?" Sakura bertanya sembari menaik-naikkan alisnya.

Muka Ino memerah, Sakura selalu tau apa isi hatinya.

"Oke oke aku akan lakukan secepatnya" Ino bangkit dari duduknya.

"Baiklah berterimakasihlah padaku karena aku telah meliburkanmu selama dua hari kedepan"

Ino menatap Sakura tidak percaya, dengan tergesa Ino mendekap 'sayang' Sakura.

"Uh Pig aku tidak bisa bernafas"

"Forehead terimakasih, kau memang direktur yang sangat baik" Ino kembali memeluk erat Sakura.

"Kau tau aku bisa dicopot dari direktur rumah sakit jika Kakashi tau aku KKN" Sakura menggembungkan pipinya, uhh imutnya.

Ino tidak mendengarkan omongan sakura dengan sigap Ino merapihkan meja kerjanya. Mengambil tas jinjingnya dan berjalan keluar.

"Sakura terimakasih banyak" Ino tersenyum manis, matanya yang jernih berbinar-binar.

"Kau tau itulah gunanya teman"

"Baillah titip kerjaan ya, aku pergi dulu muaach~~" Ino memberi kiss bye, dan melangkah keluar.

"Okeee, eh tadi dia bilang menitip kerjaan?" Sakura mengernyit bingung, kepalanya dengan segera ia tolehkan ke meja kerja ino. Sialan jangan bilang tumpukan kertas itu belum Ino kerjaan.

Ino melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari rumah sakit, namun perlahan langkahnya terhenti. Bukankah ia dan Shikamaru hanyalah sebatas teman? Kejadian 2 minggu lalupun itu tidak disengaja karena mabuk, meskipun Ino tidak terlalu mengingatnya sisa-sisa kenikmatan itu seakan membekas pada dirinya tidak hilang.

Ino memejamkan matanya, cintanya ya cintanya pada Shikamaru yang harus diperjuangkan sebelum Shikamaru berangkat ke Suna dan tergoda Temari. Bukan rahasia lagi jika sulung Sabaku itu menaruh rasa pada Shikamaru. Tapi Ino kembali termenung, Shikamaru bukanlah tipikal orang yang mudah tergoda, lihat saja tatapan matanya seperti orang yang tidak bergairah.

Tapi ngomong-ngomong soal gairah, Ino kembali terbayang apakah saat itu Shilamaru menatapnya dengan penuh gairah? Oh sial! Hanya dengan membayangkannya saja tubuhnya meremang. Dan tekadnya kembali, ia harus bisa mengulang kegiatan yang membuat ia dan Shilamaru berkeringat, tentunya dengan sadar bukan mabuk seperti kemarin.

"Oi Ino" tanpa sadar Ino menahan nafasnya, orang yang sedari tadi ia pikirkan oh ralat yang sedari tadi ia bayangkan melakukan kegiatan panas-

"Apa yang kau lakukan? Melamun dipinggir jalan, tidak biasanya" Shikamaru menatap Ino lekat.

Ino menelan ludah, kenapa ia harus bertemu Shikamaru? Disaat yang sangat tidak terduga seperti ini. Ino memperhatikan Shikamaru, rambutnya diikat seperti biasa namun ada beberapa helai yang terlepas dari ikatannya. Lalu jambang-jambang tipis terlihat didagu dan rahangnya, apakah Shikamaru belum bercukur? Pasti kulitnya akan geli, jika bersentuhan dengan rahang Shikamaru. Lalu peluh yang jatuh dari pelipisnya turun ke rahang dan jatuh keleher Shikamaru yang tertutupi rompi jounin. Rompi sialan! Ino mengumpat dalam hatinya, heum apakah dibalik bajunya Shikamaru memiliki dada yang bidang? Perut yang sixpack seperti model-model dimajalah syur milik Sakura? Tatapan Ino kembali keatas ke bibir Shikamaru yang merah kehitaman, terlihat penuh dan seksi, hidung yang mancung. Bagaimana ya rasanya jika hidung itu mencumbu leher Ino? Lalu matanya yang hitam, Ino bagai tertarik ke dalam pusaran tak berujung. Tunggu kenapa onix hitam itu berkabut? Membuat nafas Ino tersengal, bukan hanya berkabut tapi Ino melihat percikan gairah yang membuat Ino meremang. Mendadak suhu udara naik beberapa derajat.

"Kau kembali melamun" suara serak Shikamaru membuat Ino terlonjak.

"A-aaa aku tidak apa-apa, hanya saja cuaca akhir-akhir ini sangat panas", Ino membasahi bibirnya yang kering, bisa-bisanya ia melamun jorok di depan objek fantasinya.

"Yah panasnya benar-benar menggila" suara berat Shikamaru kembali mengalun di pendengarannya. Uhhh suara Shikamaru berat dan serak, bagaimana ya jika mendesah? Atau ketika menjeritkan namanya diranjang? Ino menyesal kenapa saat itu ia harus mabuk.

"Kau kembali melamun" segala fantasi Ino buyar seketika.

"Ma ma-maaf, ada sesuatu yang terus mengganggu pikiranku" Ino menggigit lidahnya tertahan, apa yang kau katakan bodoh? Sama saja itu membuka aibmu. Batinnya jengkel.

"Aaah aku tahu, apakah ini tentang sipucat yang terus mendekatimu itu?" Ucap Shikamaru seraya melangkahkan kakinya pelan. Tunggu kenapa ucapan Shikamaru terdengar sinis ya?

"Kata siapa?" Bergegas Ino melangkah menyamai langkah Shikamaru.

"Kau tau itu sudah jadi pembicaraan warga, mendokusei na" Shikamaru membalas malas.

Ino mengernyitkan keningnya, apakah gosipnya sudah menyebar seperti itu? Padahal Ino merasa Sai bersikap biasa saja. Setelah terdiam cukup lama Ino angkat bicara.

"Kau terlalu mendengarkan gosip Shika, dan bukan sepertimu saja mendengarlan omongan orang" Ino mengungkapkan isi pikirannya yang sudah gatal ingin keluar.

"Benarkah? Mungkin benar aku terlalu serius menanggpinya" Shikamaru memegang tengkuknya gugup.

BRUUk, Ino menubruk punggung Shikamaru, wangi perpaduan mint, cendana serta nikotin yang tadi Ino hirup samar-samar kini terasa jelas namun seakan tersadar Ino mendongakkan kepalanya menatap Shikamaru yang sudah berbalik menatapnya.

"Kenapa kau berjenti tiba-tiba? Kepalaku sakit tau, menubruk punggungny yang keras" daripada menubruk punggungmu lebih baik aku peluk saja ya, Ino membatin mesum.

Shikamaru mengernyitkan keningnya bingung. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada ino. Hari ini Ino berpenampilan seperti biasa, cantik, seksi, serta menggairahkah. Tidak ada yang salah, kecuali hobi melamunnya seperti tadi. Juga kenapa Ino menjadi lebih pendiam? Biasanya Ino akan berceloteh tanpa henti jika bersamanya.

"Tentu saja berhenti. Lihat kita sudah sampai rumahmu, mendokusai" Shikamaru mengusap wajahnya kasar, kenapa Ino jadi begini ya? Pikirnya, memang ia terkadang risih jika Ino berisik ia lebih suka Ino yang berisik diranjang ups salah Ino yang seperti biasa berisik dan cerewet, karena ia sangat suka memperhatikan bibir Ino yang merah merekah itu bergerak.

Muka Ino memerah malu. Uuuhhh dasar kau tolol, maki batinnya. Kau memang bodoh dibanding Shikamaru yang jenius, tambah batinnya. Berdehem Ino mencoba mengatur suaranya.

"Benarkah aku tidak menyadarinya" dengan muka memerah menahan malu Ino segera menundukkan pandangannya, jawaban macam apa itu tidak cukupkah memalukan?

Shikamaru berdecak, tadi tergagap sekarang malu-malu apa sih yang sudah membentur kepala Ino, hingga Ino seperti ini.

"Mendukusai, jika ada masalah kau bisa berbagi denganku Ino" Shikamaru memegang bahu Ino dan menatapnya lekat.

Ino mendongak ketika merasakan bahunya dicengkram erat, uhhhh bagaimana Ino membicarakan pikiran mesumnya, sama saja menggali lubang kuburan. Ino meringis.

"Tentu saja aku mengandalkanmu, terimakasih Shika atas perhatianmu" Ino tersenyum pada Shikamaru, membuat Shikamaru tertegun sesaat.

"Err baiklah jika begitu, aku pulang dulu" tanpa menunggu jawaban Ino, Shikamatu berbalik.

Ino menatap punggung Shikamaru, hei punggungnya bahkan terlihat seksi. Tunggu apakah ia akan membiarkan Shikamaru pergi? Tapi ia belum punya rencana, jawabnya. Inilah kesempatannya masalah rencana biarkan mengalir, kapan lagi kau mendapat kesempatan berduaan dengan Shikamaru selain sekarang? Jawab dewi batinnya, heum apakah sekarang? Ino kembali bertanya. Iya bodoh cepat panggil! Ino tersentak, benar yang penting ia harus mencoba, Ino mengambil nafas.

"SHIKAMARU!" Bisa Ino lihat Shikamaru membalikkan badannya, menatap Ino bertanya.

"Apakah kau akan makan siang bersamaku?

Tbc

Taraaaa aku bikin ff yang geje, selamat menikmati yaaa dichap depan siapin tisu biar ga mimisan hahaa.