Warning: Typo(s). OOC. Kalau yang gasuka SoonHoonnya dinistain sedemikian rupa oleh saya, close tab aja ya.

.

.

Step

.

.

~Hunaxx present~

.

.

This is YAOI. Don't like? Don't read. No bash and no plagiat ofc. Okay?

.

.

ENJOY~

.

.

.

.

Soonyoung lagi-lagi jalan mengendap-endap.

Tapi bedanya kali ini bukan di lorong sekolah, melainkan di jalan raya, yang lebih ramai. Yang lebih banyak orang. Walaupun mengendap – endap, kakinya tetap gesit mengikuti seorang pria yang berada beberapa meter di depannya, tapi tetap menjaga agar sang pria tidak sadar kalau sedang dibuntuti oleh Soonyoung.

Saat sang pria berbelok ke sebuah gang yang agak kecil, Soonyoung berhenti di ujung gang. Berdiam sejenak untuk merapalkan doa-doa.

'YaTuhan semoga ini berhasil'

'Aku ingin Jihoon Tuhan'

'Tuhan sekiranya biarkan aku—

"AKH"

Soonyoung menghentikan doanya ketika mendengar sebuah suara. Dengan tekad yang kuat, dia keluar dari persembunyiannya. Hendak berjalan menyusuri gang yang cukup sempit itu.

Tapi belum lima langkah, dia sudah berhenti. Tercengang menatap tiga orang yang berserakan mengenaskan bak mayat bergelimpangan.

Buru-buru dia menghampiri tiga orang yang bergelimpangan tidak berdaya tersebut, "kalian ngapain kok tiduran disini? Jihoon nya mana?!"

"Soonyoung sunbae uhuk—

Yang pria satu berbicara tapi beberapa saat kemudian keluar darah dari mulutnya. Dan Soonyoung baru menyadari kondisi mereka sangat mengenaskan. Memar hampir diseluruh wajah.

—Jihoon sunbae menyeramkan sekali"

Jihoon menghentikan langkahnya saat melihat tiga orang pria bertubuh lumayan tinggi dan besar menghadang jalannya.

"Awas. Aku mau lewat" Jihoon berucap datar. Tiga pria tadi tersenyum remeh.

"Kalau kami tidak mau, bagaimana?" Jihoon diam saja ketika tiga pria itu berjalan mendekatinya. Tidak berteriak. Tidak bergerak juga.

"Kau manis ju—

"AKH"

Belum sampai ujung tangan pria tadi yang hendak menyentuh rambutnya, tangan Jihoon sudah lebih dulu mencengkram lalu memelintir tangan pria tadi, lalu menendang kakinya hingga terjatuh.

Buk

Buk

Dan begitulah Jihoon menghabisi tiga orang tidak jelas asal usulnya tersebut.

Soonyoung menatap datar pada ketiga orang yang bergelimpangan tadi.

"Jihoonie~ kenapa susah sekali mendapatkanmu" Soonyoung berucap miris. Lututnya lemas hingga dia terpuruk di jalanan.

Bersama tiga orang mengenaskan yang babak belur berkat Jihoon tadi.

"Jadi Seokmin, apa rencanamu?"

Seokmin tersenyum (sok) misterius, "kenapa kau tidak menjadi 'pahlawan' saja untuk Jihoon"

"Maksudmu?" Soonyoung bertanya tidak mengerti. Terkadang dia tidak mengerti jalan pikiran temannya yang otaknya sering ketinggalan di kulkas ini.

"Maksudku jadi pahlawan Jihoon! Menyelamatkan dia dari bahaya. Duh gitu aja gak ngerti sih pantes aja jomblo mulu"

"Kau kan juga jomblo Seokmin" Junhui menatapnya malas. Soonyoung ngakak.

Tanpa mendengar ucapan Junhui, Seokmin kembali berbicara "Kau bisa jadi pahlawannya Jihoon, Soonyoung. Aku akan menyuruh beberapa temanku untuk menggoda Jihoon saat dia pulang sekolah nanti. Kau tahu Jihoon saat pulang selalu lewat gang kecil yang biasanya sih sepi lalu—

"tunggu dulu. Bagaimana kau tahu kalau Jihoon lewat gang kecil saat perjalanan pulangnya?! Kau membuntutinya?!" Soonyoung langsung memotong ucapan Seokmin. Menatap menyelidik pada Seokmin.

"Tidak. Walaupun Jihoon manis aku tidak tertarik padanya—

Soonyoung memelototi Seokmin. Junhui dan Wonwoo menatap malas pada Soonyoung yang terlalu over menurut mereka.

kau tahu Mingyu? Anak itu naksir pada Jihoon dan dia pernah bercerita bahwa dia pernah membuntuti Jihoon sampai rumahnya"

Soonyoung melotot tidak percaya. Apa-apaan. Anak kelas satu sudah melangkahi langkahnya jauh sekali. Dirinya bahkan tidak pernah membuntuti Jihoon sampai rumahnya. Itu berarti anak kelas satu tersebut sudah tahu dimana rumah Jihoon.

Soonyoung mengepalkan tangannya.

"Aku akan menyuruh beberapa temanku untuk menganggu Jihoon di gang sepi itu. Dan kau bisa mengikuti Jihoon saat pulang sekolah besok. Jadi ketika Jihoon berteriak minta tolong, kau akan langsung datang. Dan boom! Kau sudah bisa menyelamatkan Jihoon"

Soonyoung mengangguk – angguk paham.

"Tumben otakmu berguna juga" Wonwoo nyeletuk. Seokmin pundung lagi.

Step 2 by Soonyoung balabala bespren, Seokmin ; FAILED.

Pulangnya, Soonyoung menyumpah serapahi Seokmin dan mengutuk bahwa pria itu akan jomblo seumur hidup jika dia tidak bisa mendapatkan Jihoon.

"Aku kasihan pada murid kelas satu yang kau suruh untuk menggoda Jihoon"

"Mana aku tahu kalau Jihoon bisa menghabisi mereka semua seperti itu!"

Soonyoung menatap malas pada Junhui dan Seokmin yang sedang berdebat. Memikirkannya Soonyoung jadi pusing sendiri. Mengapa mendapatkan Jihoon terasa sulit sekali.

"Ehm Soonyoung" Wonwoo bersuara. Soonyoung menoleh padanya. Dan juga Junhui dan Seokmin yang sedang berdebat tadi.

"Jihoon kan dulu atlet taekwondo saat smp"

Dan perkataan polos yang keluar dari bibir seorang Jeon Wonwoo itu mampu membuat rahang tiga pria yang ada di depannya terjatuh.

"KENAPA GAK BILANG SIH!" ucap mereka bertiga serempak. Wonwoo mengerjapkan matanya polos, lagi.

"Loh kalian gak nanya"

Benar – benar.

Soonyoung tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya di masa lalu hingga dia dikelilingi makhluk - makhluk astral macam mereka. Kenapa pula Soonyoung dapat bertahan dengan makhluk yang dinamai teman ini.

"ARGHH WONWOO HYUNGGGGGGGGG" Seokmin berteriak kesal. Sungguh. Bagaimana tidak. Seharusnya Wonwoo dari awal bilang kalau Jihoon bisa bela diri, sehingga dia tidak harus mengorbankan teman-temanya yang berakhir dibuat nyaris mati oleh Jihoon.

"Sudahlah. Diam Seokmin—

Soonyoung duduk di kasurnya. Lemas. Wajahnya sudah putus asa.

—memang mungkin aku dan Jihoonie tidak ditakdirkan untuk bersatu. Mungkin memang Tuhan punya—

"Lebay deh" Junhui berkomentar. Pedas sekali. Soonyoung jadi ingin menangis.

"Lebih baik kau pikirkan lagi bagaimana cara mendekati Jihoon" kali ini Seokmin berucap. Tumben sekali ucapannya agak benar sedikit.

"Aku tidak tahu. Biarlah sebaiknya memang aku tetap jadi stalkernya saja"

Soonyoung diam kembali. Yang lain juga ikutan diam. Bagaimanapun walau Soonyoung bodoh, Soonyoung tetap teman mereka. Dan mereka sedikit banyak kasihan melihat temannya sangat amat ngenes seperti ini. Terlebih lagi gebetan sang teman banyak yang naksir juga. Nasib.

"Kenapa kau tidak mengatakan langsung pada Jihoon?"

"Aku tidak berani Wonwoo hyung" Soonyoung langsung menanggapi dengan cepat ucapan Wonwoo.

"Nah. Itu dia kesalahanmu. Kau mau Jihoon jadi milikmu tapi kau tidak berani untuk bertindak lebih jauh. Jihoon tidak suka orang yang pengecut omong-omong. Jangan salah jika nanti kau dapat kabar Jihoon dan Seungcheol sudah jadian karena Seungcheol yang lebih berani mengungkapkan perasaannya daripada kau yang terus menerus diam tidak berguna disini"

Soonyoung diam mendengar ucapan Wonwoo. Begitupula dengan Junhui dan Seokmin. Tidak disangka Wonwoo dapat berbicara bijak juga. Dan lagipula semua yang diucapkan Wonwoo ada benarnya juga.

Soonyoung memejamkan matanya, lalu mengangguk yakin, "baiklah. Akan kucoba"

Tiga temannya menjadi terharu, "akhirnya"

"Uh Soonyoungku sudah dewasa"

"Soonyoung sudah lelah menjomblo guys"

Soonyoung memutar bola matanya sebal, "Lebay najis"

.

.

Soonyoung tidak tahu ini sudah yang keberapa kali dirinya menguap. Dia bosan. Sungguh Soonyoung sangat bosan. Kalau tidak mengingat siapa yang akan ditemuinya, Soonyoung terlalu malas masuk ke dalam ruangan yang berisi rak rak tinggi dipenuhi buku buku tidak jelas (begitu dia menyebutnya) yang biasa disebut perpustakaan itu.

Menurut info dari Wonwoo, Jihoon. Iya Jihoon. Yang mungil, imut dan manis itu namun galak. Jihoon sepulang sekolah ini akan ke perpustakaan karena ingin mencari beberapa referensi buku untuk tugasnya, sekalian mengerjakan tugasnya. Dan Soonyoung memanfaatkan waktu ini untuk bertemu dengan pujaan hatinya.

"Noona, aku ingin mengembalikan buku ini sekalian ingin pinjam buku lain lagi nanti" suara yang sangat dikenal Soonyoung menghentikan kegiatannya yang sedang melamun tidak jelas tadi. Mengarahkan pandangan pada pintu masuk perpustakaan, dia melihat sesosok pria manis dengan sweater putihnya sedang bercakap dengan noona penjaga perpustakaan.

Soonyoung tersenyum lebar. Apalagi ketika Jihoon melangkahkan kakinya mendekat. Bukan mendekati Soonyoung, mendekati rak buku yang ada didekat Soonyoung tepatnya.

Berbanding terbalik dengan Soonyoung yang bahagia sekali melihat Jihoon, sang pria mungil itu malah mendengus ketika melihat Soonyoung yang tersenyum lebar. Pura-pura tidak melihat Soonyoung, Jihoon dengan santai memilih buku di rak yang berada didekat Soonyoung yang sedang duduk.

"Hai Jihoon" Soonyoung berdiri, mengambil tempat disebelah Jihoon. Mencoba menyapa yang hanya berakhir dengan Jihoon yang meliriknya sekilas lalu fokus kembali dengan memilih bukunya.

"Jihoon setidaknya jika ada yang menyapamu kau harus balik menyapanya" Soonyoung masih belum menyerah membuat Jihoon membuka suaranya.

Jihoon mendengus. Ingin rasanya menabok kepala Soonyoung dengan buku sains yang ada ditangannya, "apa sih maumu?" tanyanya sebal. Soonyoung diam-diam tertawa. Jihoon malah semakin imut dengan wajah marahnya.

"Mau kamu"

"Dalam mimpimu" Jihoon benar-benar melempar buku sains yang ada di tangannya ke muka Soonyoung. Lalu berbalik hendak pergi namun tangannya sudah keburu ditahan oleh Soonyoung.

"Aku serius" Soonyoung berbicara lagi. Tangannya membalik tubuh Jihoon agar pria mungil itu mau menatapnya. Tapi Jihoon bersikeras menatap kearah lain, kemanapun asal tidak ke pria menyebalkan yang ada didepannya kini.

"Aku menyukaimu—ah tidak. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu sejak kau begitu bersinar dimataku saat bernyanyi di panggung. Aku bisa gila karena semenjak itu otakku terus menerus memikirkanmu. Mungkin kau menganggapku aneh. Mungkin kau sebal padaku, tapi aku benar – benar mencintaimu" Soonyoung berucap dalam satu tarikan nafas. Sedikit banyak dia merasa lega. Karena akhirnya dia bisa mengungkapkan apa yang selama ini dipendamnya. Tidak peduli bagaimana reaksi Jihoon nanti.

Sedangkan Jihoon sendiri, dia hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana. Ini gila. Jihoon tidak mengenal Soonyoung. Oke mungkin kenal tapi hanya sekedar tahu nama, tidak dekat. Tidak pernah saling sapa. Dan apa? Pria ini baru saja mengungkapkan cinta padanya.

Jihoon memandang Soonyoung sebentar, lalu menarik tangannya yang sedari tadi digenggam Soonyoung. "Sudah sore. Aku mau pulang" dan berlalu begitu saja dari hadapan Soonyoung.

Meninggalkan Soonyoung dengan banyak retakan di dalam hatinya.

.

.

"INI GILA! MASA BISA – BISANYA JIHOON MENGABAIKANMU? DISAAT WANITA LAIN MALAH MENGINGINKANMU SOONYOUNG!"

Soonyoung menutup telinganya. Suara Seokmin bisa saja merusak gendang telinganya dalam sekejap. Dia tidak tahu ada angin apa saat pulang bukannya pulang kerumah, Soonyoung malah pergi ke rumah temannya yang kelebihan energi ini.

"Sudahlah. Aku bilang juga apa. Aku mungkin tidak bisa mendapatkan Jihoon" Soonyoung menghela nafas lelah. Menggenggam ponselnya dimana wallpapernya foto Jihoon. Foto Jihoon saat sedang tertawa yang sangat manis.

"Kok kau jadi pesimis gitu. Katanya cinta tapi kok gamau perjuangin"

"Gatau lah"

"Mungkin kau harus banyak bersabar Soonyoung"

"Ya mungkin"

"Siapa tau nanti Jihoon jadi balik tergila – gila padamu"

"Sepertinya mustahil"

"Rencana Tuhan tidak ada yang tahu, bodoh"

"Ya ya ya terserahlah"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bertahun – tahun yang akan datang.

.

"SOONYOUNG! CEPAT SEDIKIT NANTI YOUNGJI TERLAMBAT SEKOLAH BODOH!"

"IYA SAYANG SEBENTAR—SAYANG DIMANA KAU LETAKKAN KEMEJAKU?!"'

Ini masih pagi. Tapi Jihoon sudah naik darah. Dirinya mendengus keras sembari melipat tangannya di dada saat melihat sesosok pria dengan kemeja birunya yang dimasukkan ke dalam celana hitamnya dengan asal-asalan.

"Pagi Jihoon sayang~" pria tadi mengecup bibir Jihoon, sedangkan yang dicium diam saja tapi pipinya merona tipis.

"Mama, kunciran Ji lepas" seorang bocah kecil dengan rambut hitam bergelombangnya menarik – narik celana pria yang diketahui bernama Jihoon itu dan menunjukkan kuncir rambut pinknya yang ada di tangan mungilnya.

Jihoon langsung mengangkat tubuh bocah kecil tadi dan mendudukkan bocah tadi di sofa. Diikuti dengan Soonyoung yang duduk disebelah bocah tadi dan memerhatikan bagaimana gerakan tangan Jihoon yang dengan lihai menguncir rambut hitam milik anaknya tersebut.

"Nah selesai" Jihoon mengecup pucuk hidung bocah yang bernama Sooji itu. Sedangkan Sooji tersenyum lebar dengan tangannya yang memegang rambutnya yang merupakan hasil karya sang mama.

Soonyoung tidak bisa tidak tersenyum melihatnya, "Jihoon, kau tahu aku sangat beruntung memilikimu dalam hidupku"

"Dan kau tahu Soonyoung, aku tidak tahu aku kena pelet apa darimu hingga aku mau dinikahi olehmu"

"Pelet pesonaku tentu saja, Ji"

"Halah. Engga mungkin—

"Papa, kapan kita berangkat?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

End.

Hai~ aku bawa chap dua nya~ maaf ya telat update huhuhu. Ini juga rada gajelas endingnya. Gapapa saya suka ending gantung /ditabok. Oke terimakasih untuk yang fav, follow dan review di fic ini. tanpa kalian fic ini tidak berarti (?) sampai jumpa di fic SoonHoon lainnya~

And then, mind to review?