JUST FOLLOW YOUR HEART | Kaisoo Ver.

Main Cast :

Kim Jongin

Do Kyungsoo

Oh Sehun

Support Cast :

Hyuna

Yoona

Yeri

Irene

Wendy

Dan, akan bertambah seiring kebutuhan cerita

Genre :

Romance, Hurt/Comfort, BoyxBoy

Rate :

T+

Chapter Sebelumnya :

Kyungsoo terkejut mendapat pertanyaan dari Sehun, dia sudah memperkirakan pasti Sehun akan menanyakan ini, namun dia belum tahu jawaban yang pas nantinya.

"Kenapa kau diam, Hyung?"

"Emm..." Kyungsoo menundukkan kepalanya.

"Sebentar..."

Sehun menarik kaos Kyungsoo ke samping, dan saat itulah dirinya melihat bercak kemerahan yang masih segar bertebaran di sekitar leher dan bahunya. Sehun mengepalkan tangannya melihat itu.

"Brengsek..."

Chapter 9

Author POV

Desisan Sehun memang sangat pelan, namun Kyungsoo yang mendengar itu pun langsung menarik lagi kaosnya agar menutup bagian bahu dan lehernya. Dia tahu persis apa yang dilihat Sehun. Dan dia merasa sangat malu karena Sehun mengetahuinya.

"Hyung, siapa yang melakukan ini?" Suara Sehun terdengar sangat dingin meskipun diucapkan dengan pelan. Urat wajahnya benar-benar terlihat sekarang karena sepertinya Sehun benar-benar marah melihat orang yang dicintainya mendapatkan banyak sekali bercak merah di lehernya.

"..."

Namun yang ditanya hanya meremas ujung bajunya, karena sebenarnya Kyungsoo sangat takut saat Sehun sudah marah padanya.

"Kupikir kau sudah putus dengan Irene, lalu kenapa bisa ada hal semacam itu di lehermu? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

"..."

Kyungsoo masih saja diam.

Melihat tidak ada tanda-tanda Kyungsoo akan menjawab pertanyaanya, Sehun sudah mulai bangkit dari duduknya berniat meninggalkan tempat itu karena luka di hatinya terasa begitu menyakitkan.

Namun, sebelum Sehun benar-benar meninggalkan tempat itu, seseorang keluar dari kamar dengan santainya sambil melipatkan lengannya di depan dada. Dan kehadiran orang itu yang tak lain adalah Kim Jongin menghentikan langkah Sehun.

"Kenapa kau tidak membangunkanku, baby Soo?" Tanya Jongin kepada Kyungsoo dengan smirk meremehkan Sehun dan ada penekanan di kalimat terakhirnya.

Sehun yang amarahnya sudah di ubun-ubun pun langsung saja menghampiri Jongin dan melayangkan bogem mentahnya pada rahang saudara tirinya itu. Jongin terjungkal karena saking kerasnya pukulan Sehun. Jongin yang tidak terima pun segera bangkit dan hendak membalas pukulan Sehun, namun sayang Sehun berhasil menghindarinya malah justru Jongin yang terkena pukulan lagi.

"Hentikan! Kenapa kalian selalu berkelahi?" Kyungsoo berteriak mencoba menghentikan dua namja tampan yang sedang melancarkan amarahnya itu. Namun teriakannya hanya dianggap angin lewat karena saat ini posisi Jongin sudah hampir dicekik oleh Sehun.

"Kau... Bahkan sama bejatnya dengan ibumu, dan aku tidak akan tinggal diam melihat lintah sepertimu masih bisa berjalan-jalan di tempat yang sama sekali tidak pantas untukmu, brengsek." Desis Sehun tepat di depan muka Jongin yang hanya berjarak beberapa senti saja. Jongin hanya tersenyum miring dan membuat Sehun semakin mengeratkan cekikan di lehernya.

"Asal kau tahu, bahkan kau tidak cukup mengenal siapa ibumu, kita liat saja sebenarnya ibu siapa yang bejat disini? Dan kuingatkan, Pecundang sepertimu tak akan pernah bisa mendapatkan Kyungsoo dariku."

Tanpa disangka, Sehun yang raut mukanya masih memancarkan kemarahan yang mendalam justru melepaskan cengkeramannya pada leher Jongin, dia segera berdiri lalu meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sekali pun pada Kyungsoo yang sejak tadi sudah shock dengan adegan perkelahian dua orang yang saat ini dekat dengannya. Kyungsoo segera menghampiri Jongin dan membantunya berdiri menuju sofa apartemen.

"Sepertinya dia benar-benar cemburu padaku." Ucap Jongin sambil mengelus sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Jongin, kumohon jangan salah faham, aku akan menyusul Sehun dulu, aku tak ingin dia bertindak macam-macam seperti semalam. Dia pasti sedang ada masalah, biarkan aku bertemu dengannya sekarang." Kyungsoo berbicara dengan sedikit terburu-buru karena takut kehilangan jejak Sehun yang sudah keluar apartemen sejak tadi.

"Apa sekarang Sehun lebih penting daripada aku yang sedang babak belur seperti ini? Kau bisa bertemu dengannya nanti."

"Ini bukan sesuatu yang bisa ditunda-tunda, Kim Jongin. Aku tak pernah melihat Sehun sekacau itu. Tolong lah mengerti. Setelah itu aku janji akan merawat lukamu."

"Huh... Baiklah, kau boleh pergi." Jongin mengizinkan karena memang lukanya tidak separah seperti yang Jongin katakan.

Tanpa menunggu lama, Kyungsoo segera berlari untuk mengejar Sehun yang mungkin masih tidak jauh dari apartemen Jongin. Saking tergesanya Kyungsoo sampai tak mengenakan sepatu dan bertelanjang kaki sampai berada di luar kompleks apartemen. Namja mungil itu mendesah lega karena dilihatnya Sehun masih berjalan tak jauh dari tempat itu. dia segera berlari lagi, dan ketika jarak mereka sudah dekat, Kyungsoo segera menarik lengan Sehun.

"Sehun-ah, dengarkan aku."

Kyungsoo hampir saja mengeluarkan kata-katanya lagi yang sudah berada di tenggorokannya, namun pemandangan di depannya benar-benar membuat hatinya tercubit. Sehun menangis.

"Sehun-ah, kenapa kau menangis? Ceritakan padaku."

Tanpa menggubris pertanyaan Kyungsoo, Sehun mengelap wajahnya kasar dan menyentak tangan Kyungsoo yang berada di lengan kirinya. Dia pun terus berjalan tanpa berniat menjawab pertanyaan Kyungsoo. Kyungsoo berusaha meraih lengan Sehun lagi namun Sehun terus menyentakkan tangannya. Dan tiba-tiba Sehun berhenti berjalan karena Kyungsoo sepertinya tidak menyerah berusaha meraih lengannya sejak tadi.

"Tolong jangan ikuti aku, kembalilah." Sehun berucap dengan sangat dingin tanpa melihat Kyungsoo yang sedang berdiri di belakangnya.

Mendengar itu pun Kyungsoo segera berdiri menghadap ke arah Sehun. namja mungil itu sedari tadi sebenarnya sedang menahan hawa dingin musim gugur karena dia hanya memakai kaos tipis dan tak memakai alas kaki.

"Sehun-ah, aku tahu kau sedang ada masalah, bukankah kau mencariku semalam, sekarang ceritakan padaku, aku hanya ingin mencoba membantumu."

Sehun berdecak, hatinya teriris menjadi potongan-potongan yang sangat menyakitkan. Bahkan sekarang, Kyungsoo berlagak seperti tak menyadari kecemburuan Sehun tadi. Kyungsoo benar-benar tak pernah mengerti isi hatinya.

"Bukan urusanmu." Sehun menyenggol bahu Kyungsoo dan berjalan lagi.

"Yak! Oh Sehun, sejak kapan kau bisa berucap seperti itu padaku?"

"Sejak kau yang terlalu bodoh memahami perasaanku." Sehun kembali menghentikan langkahnya dan berteriak menanggapi ucapan Kyungsoo. Sehun pun berbalik menghadap Kyungsoo.

"Apa maksudmu?"

"Lihatlah, kau bahkan masih menanyakannya padaku. Kau sama sekali tak pernah memahami perasaanku."

"Bicaralah yang jelas, Oh Sehun."

"Aku mencintaimu, Kyungsoo Hyung.."

Kyungsoo menganga mendengar ungkapan Sehun, karena semalam Kyungsoo yakin ungkapan Sehun hanyalah ocehan tak jelas dari orang mabuk. Namun, saat ini Sehun benar-benar tidak mabuk lagi, dan dia benar-benar dalam kesadarannya sendiri. Sebelum Kyungsoo membuka suara, Sehun terlbih dahulu menyela.

"Tapi kau sudah sangat menyakitiku, Hyung. Disini sangat sakit. Bertahun-tahun aku selalu bersamamu, kau sama sekali tak menyadarinya. Aku berusaha melupakan perasaanku, karena aku tahu kau menyukai Irene, dan aku tahu perasaanku tidak wajar. Aku mencoba memahamimu dan berusaha bahagia saat melihat kau bahagia bersama Irene. Tapi, sekarang dengan mudahnya kau jatuh pada Kim Jongin sialan itu. kenapa harus Jongin? Kenapa harus seseorang yang sangat aku benci? Kenapa harus dia yang selalu mengambil sumber kebahagiaanku?" Sehun berteriak di akhir kalimatnya. Kyungsoo menangis. Dia benar-benar tak mengerti Sehun akan jatuh cinta padanya. Dia tidak tahu, harus bagaimana menyikapi Sehun. Dia memang sangat menyayangi Sehun, tapi hatinya sudah milik Kim Jongin saat ini.

"Kenapa harus kepadaku kau jatuh cinta, Sehunie?" Kyungsoo masih terisak, air matanya mengalir deras mendengar ungkapan Sehun yang benar-benar telah tersakiti olehnya.

Mendengar jawaban Kyungsoo yang memang tidak ada harapan lagi untuknya. Sehun menghela nafas panjang.

"Lupakan saja perkataanku barusan, dan mulai sekarang, mari bersikap tak saling mengenal, aku pergi."

Setelah itu, Sehun benar-benar meninggalkan tempat itu dan Kyungsoo pun yang masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sehun hanya mematung di tempatnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Di tengah keterkejutannya atas pernyataan Sehun, tiba-tiba Kyungsoo merasakan ada seseorang yang membalutkan jaket tebal berbulu ke tubuhnya bahkan memakaikan alas kaki hangat. Seseorang itu adalah Kim Jongin. Karena semenjak Kyungsoo keluar mengejar Sehun tadi, Jongin benar-benar tidak tenang membiarkan Kyungsoo pergi sendirian apalagi namja mungil itu tidak memakai pakaian tebal di akhir musim gugur ini.

Kyungsoo masih menangis tak bersuara dengan air mata yang terus mengalir deras, dan Jongin dengan lembut menangkup wajah Kyungsoo sambil mengusap air matanya.

"Maafkan aku, jika kau seperti ini karena aku. Aku benar-benar tak bermaksud membuatmu menangis."

"Eottokhe? Sehun tidak mau berteman lagi denganku." Kyungsoo masih memandangi arah Sehun pergi tadi.

"Kyungsoo, dia hanya sedang emosi, aku yakin itu hanya gertakan saja."

"Dia sahabatku satu-satunya yang paling mengerti aku, meskipun dia berpikir aku sama sekali tak pernah mengerti perasaannya. Dia orang pertama yang datang padaku saat aku merasa kesepian di asrama. Dia selalu memaafkanku saat aku berulang kali membuatnya kesal. Dia bahkan selalu menuruti kemauan bodohku saat aku sedang menjahilinya. Tapi dia bilang aku hanya bisa menyakitinya, Jongin. Aku benar-benar sangat jahat dimatanya sekarang. Setelah beribu kebaikan yang dia berikan padaku, sama sekali aku tak pernah membalasnya justru menyakitinya. Aku harus bagaimana Jongin?" Isakan Kyungsoo semakin keras.

Jongin akhirnya memeluk Kyungsoo yang sedang terisak. Dia sama sekali tak berpikir Kyungsoo akan sehancur ini. Dia menyesali kebodohannya karena terlalu cemburu padahal Kyungsoo berkali-kali bilang dia hanya mencintainya. Betapa bodohnya dia karena masih meragukan Kyungsoo disaat namja itu bahkan memberikan sesuatu yang paling berharga untuknya. Jongin benar-benar menyesal, dan sangat merasa bersalah karena sahabat orang terkasihnya pergi karena dirinya. Seandainya dia mau berpikir jernih dan tidak selalu menyulut kemarahan Sehun, pasti keadaanya tidak akan seperti ini. Seandainya dia percaya dengan Kyungsoo. Jongin tahu persis bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sudah amat sangat berarti. Dan yang membuat dia menyesal adalah melihat Kyungsoo menangis di depannya sekarang karena kebodohannya.

"Aku akan mencoba berbicara dengan Sehun, berhentilah menangis Kyungsoo."

Mereka berdua berpelukan tanpa menyadari salju pertama di musim dingin telah tiba.

.

.

.

Sudah dua minggu semenjak kejadian Sehun yang memutuskan untuk tak saling mengenal lagi dengan Kyungsoo. Dan semenjak itulah Jongin sudah berkali-kali untuk mencari waktu yang tepat untuk memutuskan Yeri, namun belum juga dia mendapatkan kesempatan. Sehingga saat ini pun dia masih selalu menemani Yeri ke kantin, pulang dengan Yeri. Jujur saja, sebenarnya Jongin tidak tega pada gadis sebaik Yeri, namun dia tidak bisa membohongi gadis itu terlalu lama lagi karena memang hatinya sudah berpaling pada Kyungsoo. Dan saat itu juga, Kyungsoo memahami keberadaan Jongin dan Yeri karena sebenarnya Kyungsoo sangat merasa bersalah berada di tengah-tengah hubungan seseorang, apalagi dia masih beranggapan hubungannya dan Jongin lebih tidak wajar dibanding Jongin dan Yeri.

Saat ini Kyungsoo sedang berada di atap kampus sendirian karena barusan Jongin berpamitan dengannya karena ada jadwal kuliah di kelas managemen bisnis. Mereka berdua memang menghindari interaksi berlebihan jika sedang di kampus. Karena mereka sadar, hubungan sesama jenis masih tabu di Korea dan mereka belum siap mengahadapi penolakkan dari berbagai pihak, sehingga ataplah yang menjadi pilihan mereka. Kyungsoo terus mengeratkan mantelnya karena udara dingin yang beberapa kali menusuk kulitnya.

"Pemandangan disini cukup indah, ternyata kau memilih tempat yang tepat."

Kyungsoo terkejut dengan kedatangan seseorang yang ternyata adalah Kim Yeri di belakangnya dengan mantel peach yang sangat cocok membalut tubuhnya.

"Sejak kapan kau disitu Yeri-ah?"

"Apa itu penting untuk kau tahu?"

Kyungsoo menangkap ada yang aneh dengan cara bicara Yeri. Nadanya terdengar ketus dan kurang bersahabat, dan ini bukanlah cara bicara Yeri selama yang ia tahu selama ini. Kyungsoo hanya bisa mengernyit mendengar ucapan Yeri.

"Do Kyungsoo anak dari Tuan Do Seung Soo ..." Yeri menghentikan ucapannya dan memutari tubuh Kyungsoo dengan tangan terlipat di depan dada. Kyungsoo pun masih menunggu apa yang akan dikatakan Yeri.

"Adalah seorang GAY!"

Yeri berhenti tepat di depan wajah Kyungsoo setelah meneruskan dan ucapan itu benar-benar membuat Kyungsoo membulatkan matanya tidak percaya.

"Ka...Kau kenapa bisa bicara seperti itu?"

"Kau pikir aku sebodoh itu tidak tahu hubunganmu dengan calon tunanganku? Aku punya banyak mata-mata di sekitar Kim Jongin. Dan asal kau tahu, sebelum aku datang kesini aku sudah tahu apa yang sudah terjadi antara kau dan Jongin. Aku sengaja datang kesini lebih cepat dari yang seharusnya karena aku tahu ada seseorang yang berusaha merebut Jongin dariku." Yeri berkata dengan sangat sarkatis di depan Kyungsoo.

"Ap..apa maksudmu Kim Yeri?"

"Hah.. Kau tidak usah berlagak tidak tahu, awalnya aku mencoba bersikap baik padamu, karena kupikir dengan kau berteman denganku kau akan tahu diri kalau merebut kekasih teman itu sangat murahan, Do Kyungsoo. Tapi ternyata, kau benar-benar pria tidak tahu diri. Apa kau tidak pernah berpikir kalau hubungan kalian itu menjijikkan. Jongin itu salah satu pewaris perusahaan Oh Corp, dan apa kau pernah berpikir bagaimana masa depan Jongin jika dia terus berhubungan denganmu?"

Kyungsoo benar-benar terdiam mendengarkan ocehan Yeri. Karena lagi-lagi dia dihadapkan pada realita. Realita bahwa orang-orang memang susah menerima hubungan sesama pria. Orang-orang memang hanya bisa berkomentar tanpa tahu perasaannya.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau memang mengakui kalau kau menjijikan Do Kyungsoo? Kau telah memberi pengaruh buruk pada Kim Jongin kekasihku. Dan sekarang aku sama sekali tidak bisa mentolerirnya. Aku punya pilihan, buat Jongin membencimu atau kau mau aku memberikan foto ini pada keluargamu, Ayah Kim Jongin, bahkan aku bisa saja memajang foto ini di mading utama kampus." Yeri menyodorkan kertas foto yang ternyata adalah dua foto Jongin dan kyungsoo sedang berciuman di atap dan di apartemen Jongin.

"Ka..kau bagaimana kau mendapatkan ini?" Kyungsoo benar-benar tak menyangka Yeri akan bertindak sejauh ini.

"Sudah kubilang, di sekitar Jongin banyak orang-orangku dan aku tidak akan pernah menyerahkan apa yang seharusnya milikku menjadi milik orang lain."

Kyungsoo masih menganga menyadari kenyataan buruk yang menimpanya lagi. Yeri sudah hampir membuka pintu atap, namun gadis itu segera berbalik lagi.

"Kuharap kau segera membuat Kim Jongin menjauhimu, aku akan selalu mengawasimu Do Kyungsoo." Yeri memberikan smirk meremehkan sebelum benar-benar meninggalkan atap kampus. Dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang sejak tadi mengetahui pembicaraan mereka.

"Tolong jangan menangis." Bisik seseorang itu yang ternyata adalah Oh Sehun dan tentu saja tidak di dengar oleh Kyungsoo. Sehun memang akhir-akhir ini sering membolos kelas karena beberapa masalah yang membuatnya frustasi. Tadinya dia hendak pergi ke atap, namun dia mengurungkan diri saat mendengar ada seseorang yang sedang marah-marah, yang tak lain adalah Yeri dan mendengar suara orang yang saat ini memenuhi pikirannya, Kyungsoo.

Sehun masih bersembunyi dibalik dinding saat melihat Kyungsoo jatuh terduduk sambil menangis.

"Kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Kenapa?" Ratap Kyungsoo sambil meremas-remas mantelnya.

Sehun tidak tahu harus bersikap seperti apa, akhir-akhir ini dia sengaja menghindari Kyungsoo karena dia sudah terlalu lelah dengan perasaannya. Tapi melihat Kyungsoo seperti ini, dia benar-benar bingung. Apa dia akan tetap mempertahankan keputusannya untuk menjauhi Kyungsoo, atau dia harus menenangkan Kyungsoo dan mengatakan semua akan baik-baik saja, seperti yang biasa ia lakukan saat Kyungsoo terkena masalah.

Namun, setelah lama hanya berdiri, akhirnya Sehun benar-benar meninggalkan Kyungsoo yang masih terduduk di atap yang dingin itu. Luka di hatinya benar-benar menguasai pikirannya, dan dia belum siap jika harus terluka lagi saat bersama Kyungsoo.

"Kau bukan laki-laki lemah, Kyungsoo. Aku yakin kau bisa mengatasinya tanpa aku." Gumam Sehun sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Jongin masih berdiri di depan ruangan tempat Yeri dan Kyungsoo kuliah sore itu. Wajahnya sangat ceria, dan nampaknya dia sudah menemukan cara untuk segera melepas Yeri dan sepenuhnya menjadi milik Kyungsoo.

"Yeri itu gadis baik, aku yakin dia akan menerima keputusanku." Begitulah gumam Jongin.

Tepat saat itu, Kyungsoo keluar dari kelasnya bersama seseorang yang Jongin tahu bernama Kim So Hyun. Gadis cantik yang belakangan ini digosipkan menyukai Kyungsoo. Jongin mengernyit saat Kyungsoo dengan mudahnya melewati dirinya dan sama sekali tak menoleh padanya bahkan tersenyum pun tidak. Dengan agak kesal, Jongin menarik tangan Kyungsoo.

"Kyungsoo, apa kau tak melihatku berdiri disini?"

"Mataku masih normal, dan aku tahu kau berdiri disitu."

Jongin semakin mengernyitkan dahinya mendengar jawaban yang sama sekali tidak membuatnya puas. Meskipun dia tahu, mereka tidak ingin ketahuan berkencan. Namun tetap saja sikap Kyungsoo yang sekarang membuat dirinya bingung.

"Lalu, kenapa kau tidak menyapaku?"

"Huh.. Aku ada tugas kelompok dengan So hyun. Dan aku agak sibuk, kajja!" Kyungsoo melepas tangan Jongin dan segera mengajak So Hyun meninggalkan tempat itu. Jongin hampir saja akan mengejar Kyungsoo, namun seseorang menahan lengannya.

"Jongin-ah, kau tidak menungguku untuk pulang?"

Jongin menghentikan langkahnya karena mendengar suara Yeri di belakangnya.

"Ah... Aku sedang menunggumu dari tadi." Ucap Jongin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Baiklah, tapi aku ingin kita mampir ke kafe di seberang sana dulu, ayo!"

Yeri langsung saja menarik tangan Jongin meninggalkan area kampus. Namun di tengah perjalanan, Yeri tampak beberapa kali membuat obrolan dengan Jongin.

"Kau tahu Jongin, sepertinya Kyungsoo akan segera punya pacar."

"Mwo? Maksudmu?"

"Kau membuatku kaget, Jongin. Kenapa reaksimu berlebihan seperti itu?" Yeri memutar bola matanya melas melihat reaksi Kim Jongin.

"Ah, tidak. Aku hanya tidak percaya saja, karena setahu ku dia baru putus dengan Irene sunbae beberapa waktu lalu." Jawab Jongin agak kikuk.

"Benarkah, Irene sunbae yang terkenal berbakat itu mantan pacar Kyungsoo?"

"Ternyata kau sudah mengenal Irene sunbae juga?

"Tidak ada yang tidak mengenalnya di kampus. Tapi, kalau dipikir-pikir kenapa Kyungsoo rela memutuskan cewek secantik dia yah? Kurasa mereka akan sangat cocok saat di pelaminan nanti." Yeri terkikik sendiri.

"Ah, begitukah?" Jongin tidak tahu harus menjawab apa.

"Yeri-ah, kau tadi bilang Kyungsoo akan punya pacar baru, memangnya siapa dia?"

Yeri menoleh pada Jongin saat kekasihnya itu nampak begitu antusias menanyakan tentang Kyungsoo. Biasanya Jongin tidak begitu peduli dengan masalah orang lain. Nampaknya Jongin benar-benar sudah berubah karena Kyungsoo. Begitulah pikir Yeri.

"Dia anak kelasku juga, Kim So Hyun namanya. Dan aku lihat tadi mereka juga pulang bersama."

"Kyungsoo bilang dia akan mengerjakan tugas tadi dengan So Hyun itu, kau jangan asal menebak Yeri-ah."

Yeri benar-benar kesal mendengar jawaban Jongin. Sepertinya orang yang sebentar lagi menjadi tunangannya itu benar-benar tidak mau Kyungsoo punya pacar.

"Kami tidak ada tugas akhir-akhir ini, mungkin dia hanya malu mengakui akan berkencan hari ini dengan So Hyun."

Rahang Jongin benar-benar mengeras sekarang. Yeri bukanlah seseorang yang suka berbohong. Dari awal keluar kelas Kyungsoo memang terlihat berbeda. Dan ditambah lagi dengan pernyataan Yeri barusan. Jongin yakin ada yang tidak beres dengan Kyungsoo.

Mereka sudah hampir sampai di kafe yang Yeri sebutkan tadi, sebelum tiba-tiba Jongin menyahut.

"Maafkan aku, Yeri. Aku baru ingat aku punya janji dengan temanku. Kau bisa pulang sendiri kan? Nanti aku akan menelpon mu." Jongin segera beranjak dari tempat itu sebelum Yeri menjawab ucapannya. Dan disana Yeri sangat kesal karena yakin teman yang dimaksud Jongin adalah Kyungsoo.

"Sialan, aku tidak akan tinggal diam. Enak saja aku ditinggal di tengah jalan seperti ini cuma karena laki-laki seperti Do Kyungsoo itu." Umpat Yeri.

.

.

.

Jongin beberapa kali menghubungi nomor Kyungsoo, namun Kyungsoo selalu me reject-nya. Hal itu semakin membuat Jongin yakin kalau ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu.

Akhirnya dia menuju kamar asrama Kyungsoo. Dan benar saja, terlihat Kyungsoo yang sedang melepas sepatunya di depan kamarnya.

"Kyungsoo!"

Kyungsoo segera menoleh, dan terkejut melihat orang yang tidak diharapkan kedatangannya saat ini justru sedang berlari ke arahnya. Dia menghela nafas panjang sebelum berusaha menahan keinginannya untuk menangis melihat Jongin saat ini.

"Kita harus bicara Kyungsoo."

"Aku sedang sedikit sibuk, mungkin kita bisa bicarakan lain kali. Pulanglah aku lelah dan ingin istirahat."

"Sebentar saja, Kyung."

"Kubilang lain kali saja, Jongin."

"AKU INGIN SEKARANG KYUNGSOO!" Jongin sangat kesal menghadapi perubahan Kyungsoo. Karena tadi pagi Kyungsoo baik-baik saja bahkan mereka juga sempar berciuman lama di atap tadi. Kenapa sekarang Kyungsoo seolah berusaha menghindarinya.

"Wae?" Hanya itu yang keluar dari mulut Kyungsoo.

"Apa kau sedang menghindariku?"

"Tidak"

"Tapi yang kulihat kau memang berusaha menghindariku, Kyungsoo."

"Aku bilang aku hanya sedang sibuk dengan tugas, kau pikir urusanku hanya denganmu, aku juga punya kehidupan sendiri."

"Yeri bilang kelas seni free tugas, Kyungsoo. Alasanmu sangat kuno."

"Terserah kau saja." Kyungsoo hampir saja masuk ke dalam kamarnya sebelum Jongin menahannya.

"Apa kau pacaran dengan Kim So Hyun?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Kyungsoo menghela nafasnya. Dia sama sekali tidak berpikiran untuk pacaran dengan So Hyun meskipun dia tahu So Hyun sudah lama digosipkan suka padanya.

"Kurasa tidak ada salahnya, dia cantik, cukup pintar, dan dia gadis yang baik."

"Yak! Do Kyungsoo!" Jongin segera merapatkan tubuh Kyungsoo ke dinding. Kyungsoo merasa kesakitan karena pergelangannya dicengkeram sangat erat oleh Jongin.

"Aku sedang tidak bercanda Kyungsoo. Apa aku melakukan kesalahan sehingga kau tiba-tiba bersikap seperti ini?"

Kyungsoo berusaha menahan air matanya, dia selalu teringat dengan ancaman Yeri. dia tidak mau merusak masa depan Jongin jika semua orang tahu Jongin adalah seorang gay karena dirinya. Dia juga tidak mau hubungan keluarganya maupun keluarga Jongin renggang karena keeogoisannya untuk tetap memiliki Kim Jongin.

"Lepaskan dia Kim Jongin, kau membuat tangannya kesakitan."

Jongin dan Kyungsoo menoleh dan melihat Sehun dengan tatapan dinginnya berdiri tidak jauh dari tempat mereka. Mendengar itu pun Jongin segera melepas cengkeramannya, hatinya yang kalut membuatnya tidak sadar hampir melukai Kyungsoo. Setelah Jongin melepaskan tangannya, Kyungsoo segera masuk ke dalam kamar asrama dan mengunci pintunya.

"Kyungsoo buka pintunya. Aku belum selesai bicara denganmu. Kyungsoo." Jongin terus menggedor pintu kamar Kyungsoo.

"Sebaiknya kau pulang, dia bukan tipe orang yang mudah dipaksa."

"Kau tidak tahu apa-apa."

Sehun tertawa mengejek mendengar jawaban Jongin. karena Sehun yakin dia mengerti apa yang membuat Kyungsoo bersikap demikian kepada Jongin.

"Percuma kau menggedor pintunya sampai tanganmu pegal, biarkan dia menenangkan pikirannya. Ada saatnya dia akan bicara denganmu."

Akhirnya Jongin menghentikan usahanya untuk menggedor pintu, dan melenggangkan kakinya meninggalkan asrama Kyungsoo dengan raut muka yang amat kesal.

Sehun berdiri di depan pintu kamar Kyungsoo.

Tok tok tok

"Jongin sudah pergi, ini aku Sehun. Bicaralah denganku."

Sebenarnya Sehun sudah berusaha keras untuk tetap mengabaikan Kyungsoo. Namun, pertahanannya runtuh melihat Kyungsoo hampir menangis saat Jongin memojokkannya di dinding. Orang yang paling dekat dengannya setelah keluarganya adalah dirinya. dan Kyungsoo tidak mungkin menceritakan masalahnya dengan keluarganya. Itulah mengapa Sehun sejenak melupakan masalahnya dengan Kyungsoo. karena semarah apapun dia dengan Kyungsoo, dia masih sangat menyayangi namja mungil itu.

"Kyungsoo, kau akan membiarkan sahabatmu ini berdiri disini sampai lumutan Hah?" Canda Sehun mencoba menarik perhatian Kyungsoo.

Akhirnya pintu terbuka memperlihatkan wajah Kyungsoo yang amat berantakan karena menangis.

"Boleh aku masuk?"

Tanpa menjawab Kyungsoo mempersilahkan Sehun masuk ke dalam kamarnya.

"Kau itu laki-laki, kenapa akhir-akhir ini kau suka sekali menangis hah?" Ujar Sehun tanpa melihat Kyungsoo yang sedang tengkurap di ranjangnya. Dia sibuk melihat-lihat foto Kyungsoo dan dirinya yang sedang tersenyum lebar di meja belajar Kyungsoo.

Karena tidak ada jawaban dari Kyungsoo, Sehun mendekati ranjang Kyungsoo dan menyuruh Kyungsoo untuk duduk.

"Maafkan aku, mungkin aku salah satunya yang membuatmu seperti ini. Aku menyesal."

Mendengar itu, hati Kyungsoo menghangat setidaknya satu masalahnya sudah menemui titik terang. Dia langsung menerjang Sehun.

"Kau memang sahabat terbaikku."

Sehun tersenyum kecut mendengarnya. Sepertinya dia benar-benar harus melupakan perasaannya.

"Ceritalah padaku, aku akan mendengarkanmu."

Kyungsoo melepas pelukannya dan menatap Sehun. Namun sepertinya Kyungsoo engggan untuk menceritakannya.

"Aku bisa menjaga ceritamu Kyungsoo dan kalau aku bisa, mungkin aku akan membantumu.

"Tidak Sehun, aku tidak mau banyak orang terlibat hanya karena aku. Aku akan mencoba menyelesaikan ini sendiri."

Sehun tersenyum meskipun Kyungsoo tidak mau terbuka padanya. Tanpa Kyungsoo cerita pun Sehun sudah tahu, dia hanya ingin membuat Kyungsoo melepaskan semua unek-uneknya.

"Baiklah, aku selalu berdiri de belakangmu."

"Kau bahkan menghindariku beberapa hari ini."

"Aku hanya sedang berpikir."

"Maafkan aku Sehun." Kyungsoo menundukkan kepalanya.

"Sudahlah, tidak perlu diungkit lagi."

"Aku tidak tahu, kenapa aku semudah itu jatuh cinta pada Jongin."

Mendengar itu, Sehun sedikit merasa kesal, bagaimana pun kebenciannya pada Jongin belum luntur, dan dia sangat tidak ingin membahas Jongin bersama Kyungsoo saat ini.

"Sudahlah, kau sebaiknya istirahat dan berhentilah menangis."

"Temani aku."

"Yak, kenapa kau mendadak manja denganku, heh ?"

"Aku hanya merindukan sahabatku."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

Sehun tersenyum melihat sifat manja Kyungsoo padanya tumbuh lagi, dia benar-benar menahan mati-matinya hasratnya untuk mencium Kyungsoo saat ini juga. Dan tembok yang sudah ia bangun untuk melupakan Kyungsoo mendadak hancur hanya karena rengekan Kyungsoo barusan. "Kau benar-benar membuatku gila, Do Kyungsoo."

TBC...

Ada yang nunggu chapter ini nggak?

Ini asli chapter paling berantakan, banyak typo dimana-mana, dan aku belum bisa mengeditnya karena sebenarnya aku lagi UTS dan aku sempet2in lanjutin FF ini. Makasih yang udah pada review n fav ff gak jelas ini... :D

Salam Kael