Disclaimer: All characters belong to Masashi Kishimoto. But this story purely mine. I don't take any profit from this work. It's just because I love it.

Warning: modifikasi canon, miss-typos, and other stuffs.

Note: drabble dadakan (dipaksa nemenin publish sama Aika Namikaze, ehe c":) untuk kakashi's birthday!

[Suatu hari, Kakashi bermimpi]


welcome home, kakashi

.

Kakashi sudah lupa rasanya tertidur dalam mimpi indah bak pelangi.

Dengan usianya yang tak lama lagi melampaui dewasa, ia hanya terlelap dalam gelap-gelap yang tak menimbulkan apa-apa. Ia terlalu tua untuk mimpi-mimpi, terlalu matang untuk menggapai dunia fantasis. Hidupnya sudah melewati batas lika dan liku, batas kulminasi, hingga yang tersisa hanyalah peristirahatan yang menunggu selamanya.

Tapi, suatu hari, Kakashi bermimpi.

Ia muda lagi. Dengan gegas-gegas dan pandangan yang masih melambung tinggi. Di sampingnya ada Obito, ada Rin, dan ada Minato-sensei. Mereka merangkum senyum dalam batas infiniti. Kakashi menjadi satu-satunya yang diam tak menghampiri. "Ke sini, Kakashi." Rin mengujar dalam tawa yang menghampiri netra. Sebelah tangannya digenggam Obito, yang satunya melambai terulur pada Kakashi.

"Cepatlah, kau membuang waktu kami!"

Itu suara Obito. Mengatensi dalam kerut-kerut samar yang mencapai kening. Minato-sensei ada di belakang mereka, menaut satu senyum yang selalu menjadi penenang di antara percik-percik api kecil.

"Kami menunggumu, Kakashi …"

Kakashi mulai melangkah dengan onomatope tak terkendali. Gegasnya mendominasi, dengan mata tak mampu menatap fokus di sana-sini. Senyum mereka bertiga kemudian saling mengisi, "Kakashi, Kakashi, Kakashi," berepetisi hingga rasanya menjadi resonansi permanen yang mengganggu indera pendengarannya.

Mereka kemudian perlahan-lahan bertransformasi. Mendewasa dengan senyum yang tak berubah sama sekali. Pakaiannya kini adalah seragam jounin. Kakashi masih berlari, dan mereka masih menunggu dengan senyum menghiasi.

"Ayo, Kakashi …"

Transformasi terjadi lagi. Mereka bersubtitusi menjadi lebih dewasa, lebih, lebih, dan lebih. Di bahunya sendiri ada jubah Hokage. Dan ada kehangatan di rongga dada yang menghampiri. Ia tak pernah melihat mereka tumbuh dewasa secara bersamaan. Dan melihatnya sekarang ini, membuat Kakashi merasakan perasaan yang tak terdefinisikan.

Ketika Kakashi mengira mereka akan bertransformasi sekali lagi, semuanya berhenti.

Ia mendengar detak jarum jam yang begitu dekat. Kemudian, langkah-langkah tipikal yang bergerak statis. Tap tap tap tap. Dan bahunya dipeluk begitu saja, oleh tiga pasang tangan, suhu tubuhnya menghangat seketika, Kakashi merasakan rumahnya kembali.

"Selamat datang, Kakashi."

Kakashi tersenyum dalam mimpi, dan hingga nanti, ia tak ingin bangun dan menghentikan semua ini.


Di dalam ruang putih yang tersterilisasi, ada gaungan suara monotonis yang traumatis.

Disusul helaan napas berat dan begitu banyak isakan tangis.

Dalam diamnya, tiga warna di antara banyaknya entitas di sana, mengucap perpisahan dalam hati yang terkikis.

"Selamat jalan, Kakashi-sensei."

.

.

(end.)