THE SWEETEST TROUBLEMAKER

Final Chapter

Riuh tepuk tangan terdengar lebih meriah saat dokumen penyelesaian jenjang pendidikan diterima oleh Baekhyun di atas podium kelulusan.

Sehun dan Kai terdengar paling gaduh sementara Chanyeol duduk dengan khidmat, menyaksikan kekasihnya dengan senyum yang terulas bangga.

Melihat sendiri bagaimana Baekhyun mendapat gelar sarjana tentu melahirkan kesan mendalam bagi Chanyeol. Meski tidak dengan gelar cumlaude seperti yang diraih olehnya kala itu, namun Chanyeol tetap merasa bangga karena Baekhyun telah menyelesaikan pendidikannya.

Pemuda itu masih duduk di sana, memperhatikan si mungil yang telah turun dari podium dan kini tengah berbaur dalam pelukan penuh haru sang Kakek.

"Ahh, jadi Kakek itu salah satu konglomerat paling berpengaruh di negara ini?"

"Tentu, dia Kakek tua yang sangat kaya. Bisa kulihat B Noona memang memiliki aura berkelas."

Obrolan singkat Sehun dan Kai yang berdiri di belakang sampai di telinga Chanyeol, dan entah mengapa hela napas kecil lolos setelahnya.

Benar. Baekhyun adalah apa yang tidak pernah gagal melahirkan decak kagum setiap orang. Dia definisi dari kata sempurna. Baekhyun mempunyai segalanya, dan hal itu kerap membuat Chanyeol menjelma menjadi manusia yang tak memiliki rasa percaya diri.

"Hei!" Sehun menepuk bahu Chanyeol yang sontak melempar lelaki itu dari lamunannya.

"Huh?" Chanyeol membeo setelah menoleh.

"Baekhyun Noona melambaikan tangan padamu."

"Oh, ya.." Chanyeol kembali menoleh kepada Baekhyun lantas refleks berdiri dan mulai mengurai langkah kearahnya.

Pemuda itu membungkukkan badannya dengan sopan kepada Kakek Byun dan dibalas dengan tepukan hangat di bahunya.

"Kakek, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Ajak Baekhyun dengan nada harap.

"Maaf, sayang. Tapi Kakek mempunyai jadwal lain setelah ini. Kau bisa pergi makan dengan Chanyeol. Dan nak.." Kakek Byun menoleh kepada Chanyeol, "bisa ikut denganku sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan."

Baekhyun mengangguk tanda setuju saat kekasihnya memohon ijin dalam tatap.

Tak lama setelahnya kedua pria favorit Baekhyun itu sedikit menjauh dari pusat keramaian.

"I-ini apa, Sajangnim?" Tanya Chanyeol setelah menerima sebuah amplop kecil.

Kakek Byun berdeham keras pertanda tidak merasa nyaman akan suatu hal. "Meski kau belum secara resmi melamar cucuku, tapi sudah pasti bahwa kau akan menikah dengannya. Maka dari itu mulai sekarang panggil aku Kakek."

Chanyeol mengerjap kecil sebelum kemudian menunduk sopan. "Baik, Kakek. Tapi ini apa?" Ia kembali mempertanyakan hal yang sesaat lalu diterimanya.

"Gunakan itu untuk persiapan pernikahan kalian."

Chanyeol membeo sesaat sebelum kemudian mendapati black card di dalam amplop yang baru saja ia buka. Lelaki itu menelan saliva seraya menunduk, melenyapkan segala keraguan sebelum kemudian menatap Kakek Byun dengan berani. "Maaf, Kakek. Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih untuk hal ini. Saya juga mengerti tidak ada sedikit pun niat buruk yang terbesit ketika Kakek memutuskan untuk memberikan ini kepada saya, tapi.. perihal mempersiapkan segala hal tentang pernikahan, saya masih cukup mampu mengatasinya sendiri. Maaf atas kelancangan saya, namun saya harus menolak. Meski tidak sebanyak yang Kakek beri, tapi saya memikiki hasil jerih payah saya sendiri."

Setelah menilai dengan cermat, Kakek Byun tersenyum tipis bahkan Chanyeol tidak menyadari itu. Satu hal baru berhasil membuat Kakek berdecak kagum dalam diam pada sosok pemuda di hadapannya.

Bahwa Park Chanyeol adalah sosok yang tegas dan mempunyai pendirian. Sosok yang mampu membawa perubahan besar juga baik bagi cucunya.

Kakek Byun meyakini itu.

~oOo~

Tangan Chanyeol meraba pada panel air conditioner di dalam mobil sementara tangannya yang lain sibuk meremas gundukan sintal di balik bra merah yang Baekhyun kenakan.

Si mungil melenguh kecil di atas pangkuan kekasihnya, desahannya tertahan oleh ciuman panas yang membuai dan sebagai pengalihan, ia meremas serta mengacak-acak rambut Chanyeol dengan geram.

Bunyi kecipak dari kedua bibir yang terpisah menghasilkan benang saliva yang terjalin diantara ruang yang tercipta.

Keduanya terkekeh kecil setelah menetralkan napas yang semula tersita oleh pergulatan bibir yang bersifat candu.

"You're a good kisser." Chanyeol berbisik seraya tersenyum miring memperhatian penampilan Baekhyun yang tampak berantakan karena ulahnya.

"Jadi kapan kau akan melamarku secara resmi? Aku bahkan sudah lulus hari ini." Masih di atas pangkuan kekasihnya, kini Baekhyun sibuk memainkan telinga lelaki itu.

"Out of the topic as usual." Si lelaki mengecup kembali bibir merah menggoda kekasihnya.

"Apa yang kau dan Kakek bicarakan tadi?" Diam-diam Baekhyun memendam rasa penasaran.

"He gave me an unlimited black card. Beliau mungkin cemas aku tidak mampu membelikanmu gaun pernikahan yang bagus."

"Oh ayolah.."

Chanyeol terkekeh. "Aku bergurau. Aku tahu maksud Kakek bukan seperti itu. Hanya saja," lelaki itu menggantung ucapannya lantas menatap Baekhyun. "Apa beliau meragukanku?"

"Apa kau punya uang?" Tanya Baekhyun dengan polos.

Chanyeol mengerjap beberapa saat sebelum kemudian tertawa. "Aku masih waras, sayang. Tidak mungkin aku mengajakmu menikah jika tidak mempunyai uang."

"Kalau begitu kita lakukan bersama. Anggap apa yang Kakek beri sebagai bonus. Kau tahu? Mungkin maksudnya bukan meragukanmu, beliau hanya terlalu menyayangiku. Kau mau memahaminya?"

"Benar begitu?"

"Tentu sayang." Baekhyun mengecup dahi kekasihnya, "Kakek mempunyai banyak kolega penting, apa kau mau membantuku menjaga nama baiknya? Kau mau memahami posisi beliau? Sekali lagi ini bukan karena tidak menghargaimu juga keluargamu. Kita lakukan ini bersama-sama, itu saja.."

Chanyeol masih membeo, mendengarkan kekasihnya dengan seksama.

"Baiklah, jika kau masih belum paham. Bagaimana jika begini.. aku satu-satunya yang berharga untuk Kakek. Beliau membesarkanku seorang diri dengan penuh kasih sayang, paling tidak biarkan beliau melakukan sesuatu yang berkesan untukku sebelum aku benar-benar lepas dari tanggung jawabnya. Kau mau memakluminya? Kau mau mengerti posisi beliau?"

"Oh, my baby.." Chanyeol merengkuh kekasihnya ke dalam peluk. "Kenapa kau semakin dewasa saja, hum? Aku bahkan semakin kau buat terkagum-kagum."

"Jadi kapan kau akan datang ke rumah? Jangan bilang kau hanya bercanda saat mengajakku menikah, apa seperti itu?"

Chanyeol memang selalu kalah dengan rengutan lucu Baekhyun dalam situasi apapun. Karenanya ia tertawa kecil sesaat lalu. "Besok." Bisiknya kembali.

"Benarkah?" Baekhyun berbinar senang, "oh aku nyaris mengembalikan cincin ini padamu." Tunjuknya pada kilauan berlian yang tersemat di jari manis.

"Terimakasih telah bersabar. Sebenarnya ada hal yang sedikit menyita waktu."

"Apa yang terjadi?" Mendadak Baekhyun diserang rasa cemas dan helaan napas berat Chanyeol yang hinggap di pipinya menambah kepanikan.

"Sebelumnya Omma masih meragukanku. Beliau tipikal orang tua yang mencemaskan segala sesuatu di masa depan. Beliau takut putranya akan membuat anak orang lain kesulitan dan-"

"Hentikan." Baekhyun mendekap kepala kekasihnya dengan sayang, "kau tahu aku selalu yakin selama bersamamu semua akan baik-baik saja."

Chanyeol mengangguk. "Beruntunglah Omma percaya akan hal itu."

"Jangan mencemaskan apapun mulai sekarang, karena kita akan segera memulai sesuatu yang baru. Kau paham, tampan?"

Chanyeol mengangguk lalu tersenyum seraya mendongak dan menatap kekasihnya. "Babe.."

"Hum?" Baekhyun mengecup ujung hidung si tampan.

"Apa kau sengaja menggesekan bokongmu sedari tadi?"

"Tidak."

"Lalu kenapa celanaku sempit?" Chanyeol mencicit seraya mengerang kecil.

"Seriously?" Baekhyun membeo pada sang kekasih yang melempar tampang memelas, "di sini? Di dalam mobil?"

Chanyeol mengangguk semakin memelas.

Setelah Baekhyun mendengus pasrah, Chanyeol tidak lagi terlalu peduli jika ada siapapun di luar sana merasa kebingungan melihat sebuah mobil yang bergerak dengan tak lazim.

- The Sweetest Troublemaker -

Sekali lagi nyonya Park menepis debu yang hinggap di bahu pakaian yang Chanyeol kenakan setelah mereka turun dari mobil. "Putraku benar-benar tampan." Senyumnya terulas lebar manakala Chanyeol menatapnya intens.

Pemuda itu memohon segala kekuatan di balik tatapannya kepada sang Ibu.

Selama ini Chanyeol tidak pernah lebih dari dua detik saat memusatkan atensinya pada sosok yang telah membawanya ke dunia. Bukan karena alasan yang tidak menyenangkan, namun semakin ia beranjak dewasa banyak hal yang harus ia sembunyikan seorang diri, karena ia telah paham bahwa Ibunya adalah wanita paling peka ketika tak jarang Chanyeol kerap mengalami kesulitan dalam beberapa hal yang tidak orang lain ketahui.

Sifat sang Ibu yang tak jarang merasa cemas berlebih membuat Chanyeol harus menjaga situasi agar semuanya baik-baik saja di mata wanita itu. Chanyeol paling benci membuat Ibunya sedih, cukup sekali saja ia membuat kesalahan dengan berakhir di kantor polisi kala itu.

Chanyeol menggeleng. Sebenarnya itu bukan sepenuhnya kesalahan, karena kejadian tak menyenangkan itu yang membawanya kini berdiri di depan gerbang mewah sebuah rumah seorang gadis yang pertama kali ia temui di kantor polisi tersebut.

Konyolnya, niat Chanyeol datang untuk melamar gadis genit itu secara resmi.

Oh, semesta selalu mempunyai cara yang mengejutkan, bukan?

"Oppa, you look so handsome!" Haru berbisik dengan decak kagum.

"Yes, i am."

Chanyeol nyaris merusak tatanan rambut sang adik karena gemas dengan cengiran lucunya.

"Whoa, ini bukan rumah tapi istana."

"Park Haru." Tuan Park mengingatkan diakhiri dehaman tegas.

"Selamat datang!"

Sosok tua itu menyambut dengan hangat di halaman rumah.

Keluarga Park membungkuk sopan pada sosok berwibawa tersebut.

"Tidak usah sungkan, silahkan masuk." Kakek Byun merangkul bahu tuan Park dengan hangat dan menggiring tamunya masuk ke dalam rumah.

"Oppa, apa mereka bodyguard?" Haru berbisik dengan rasa pensaran bercampur rasa kagum.

Chanyeol mengangguk untuk memuaskan rasa penasaran berlebih sang adik.

"Park Haru-ssi? Nona Baekhyun ingin bertemu dengan anda di kamarnya. Mari ikut saya."

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya kearah Tao lantas mengangguk tanda mengijinkan Haru untuk ikut dengannya.

Sesaat setelah membiarkan adiknya naik ke lantai dua, Chanyeol kembali mengekori kedua orang tuanya menuju tempat perjamuan tamu.

Pemuda itu kembali mengulas sedikit keterkejutan di balik ekspresi wajah saat melihat sosok sebayanya duduk di sofa tamu. Chanyeol masih mengingatnya, lelaki yang kini mengulurkan tangan kearahnya bernama Kris, yang kala itu sempat membuat Chanyeol sulit tidur mengingat tingkah manja Baekhyun kepadanya.

~oOo~

"Eonni, apa kau pengawal Baekhyun Eonni?"

Tao mengangguk. "Ya benar, nona." Sahutnya, masih setia menuntun Haru menuju kamar Baekhyun.

"Whoa, daebak!" Haru bertepuk tangan dengan kagum, "bagaimana bisa ada pengawal secantik dirumu? Oh ya, kenapa kamar Baekhyun Eonni sangat jauh? Sebenarnya seberapa besar rumah ini?"

Haru nyaris akan mengeluh lebih panjang jika saja Tao tidak lebih dulu berhenti di depan sebuah pintu ruangan.

"Nona Baekhyun ada di dalam, silahkan masuk." Tao memutar knop dan mendorong daun pintu.

"Terimakasih, Eonni." Haru bergegas masuk dengan langkah ragu.

Sesampainya di dalam, rahangnya nyaris dibuat lepas karena terkagum pada dekorasi kamar serta luas bak sebuah kamar putri di negeri dongeng.

"Park Haru!"

Seruan itu berasal dari Baekhyun, ia baru saja selesai dirias oleh makeover kenamaan dengan hasil yang membuat Haru untuk ke sekian kalinya membatu karena rasa kagum. Gadis itu bahkan masih mematung setelah dipeluk oleh Baekhyun.

"Oh adikku sangat manis." Baekhyun mencubit gemas kedua pipi Haru.

"Oppa benar-benar beruntung." Haru kembali berdecak kagum, "Eonni sangat cantik! Astaga! Cantik sekali!" Lanjutnya dengan histeris.

Baekhyun tertawa. "Sudah. Haru bahkan lebih cantik dariku. Oh, manis sekali. Kemarilah, Eonni mempunyai hadiah untukmu."

Haru menurut saat digandeng oleh Baekhyun menuju ranjang tidur.

"I-ini apa, Eonni?" Haru membola pada beberapa kotak hadiah yang dihiasi golden tape.

Terlihat mewah dan mahal.

"Ini semua untukmu. Haru boleh membukanya nanti di rumah, okay?"

Haru masih membola meski kini ia tengah dipeluk gemas oleh Baekhyun.

"Manis sekali kau ini. Astaga, aku tidak pernah menduga rasanya akan sangat menyenangkan mempunyai seorang adik. Kau tahu? Eonni selalu berpikir rasanya akan sangat mengganggu, Eonni tidak ingin segala perhatian dan kasih sayang itu terbagi. Ugh! Dulu membayangkannya saja membuatku ngeri. Tapi Haru begitu manis, Eonni menyukaimu. Sungguh!" Baekhyun mengeratkan pelukannya.

"Jika tidak mendapat kasih sayang, sayangilah sesama. Jika tidak mendapat perhatian, maka pedulilah terhadap sesama. Kebahagiaan itu tidak akan hinggap jika kau masih ragu untuk berbagi dengan orang lain. Karena mereka adalah alasan mengapa hidupmu berwarna."

Baekhyun melepas pelukan, lantas menangkup wajah Haru. "Astaga, siapa yang mengajarimu kata-kata bijak seperti itu?"

"Oppa." Haru menyahut dengan lucu, "dia selalu mencermahiku seperti itu." Lanjutnya dengan polos.

Baekhyun terenyuh dalam haru. "Calon suamiku memang terbaik. Ahh tidak, Park Haru yang terbaik."

Baekhyun hendak akan kembali memeluk Haru jika saja ketukan pintu tidak lebih dulu menginterupsi.

"Nona, semua sudah menunggu. Mari turun ke bawah."

"Baiklah."

Setelah menetralkan napas, Baekhyun bangkit dan melangkah dengan yakin ditemani oleh Haru dan Tao.

Oh, astaga! Aku tidak tahu rasanya akan sangat mendebarkan bertemu dengan calon mertuaku dalam prosesi lamaran seperti ini.

Dan sore itu menjadi saksi bagaimana kedua belah pihak keluarga, tanpa terbebani oleh perbedaan status sosial dan latar belakang sepakat untuk menjadi satu pada sebuah tanggal yang telah ditentukan bersama.

- Final Chapter -

Untuk ke sekian kalinya Baekhyun mendengus, mencoba menekan kesabarannya hingga ke titik terendah ketika jarum pendek jam yang melingkar di pergelangan tangan menunjuk pada angka yang memasuki siang hari.

Perjanjiannya tidak sesiang itu, namun Chanyeol belum juga memunculkan batang hidungnya.

"Nona, apa tidak sebaiknya menunggu di dalam rumah?" Tao sedari tadi berdiri di belakang Baekhyun memberi saran.

"Tidak perlu, dia sudah datang." Sahut Baekhyun dengan ketus ketika atensinya menangkap mobil Chanyeol dari kejauhan.

Baekhyun masuk ke dalam mobil lantas membanting pintu, tak memberikan Chanyeol kesempatan untuk membukakan pintu ketika bahkan lelaki itu telah keluar dari kendaraannya.

"Hei.. aku terlambat. Aku mengaku salah dan-"

"Kita berangkat sekarang."

"Babe.."

"Kita berangkat sekarang!"

Chanyeol menaikkan kedua tangan seperti seorang tahanan. Menyerah pada niatnya yang akan membujuk Baekhyun yang kini jelas tengah merajuk.

Chanyeol akui ia salah karena terlambat dari jam yang telah ditentukan. Perjanjian mereka melakukan fitting baju pengantin tidak dijadwalkan sesiang itu memang. Dan Chanyeol terpaksa menyalahkan jam kerja lembur kemarin atas merajuknya si mungil yang kini masih memasang wajah ketus tanpa sepatah kata pun.

"Sayang.." Chanyeol masih sibuk membagi atensinya pada jalanan juga Baekhyun.

Tak ada sahutan. Baekhyun justru memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Aku terlambat bangun. Omma bilang tidak tega membangunkanku karena aku pulang kerja larut."

Lelaki itu masih mencoba membujuk gadisnya. Satu tangan masih setia memegang kemudi sementara satu tangan lainnya menggenggam jemari si mungil. Dan sibuk mengecupi punggung tangannya.

Baekhyun mengerjap pelan, lantas rasa bersalah timbul. Ia melirik kekasihnya sebelum kemudian memeluk lelaki itu.

"Tidak apa-apa. Aku tahu menunggu itu sangat mengesalkan." Tukas Chanyeol diakhiri kecupan kecil di puncak kepala Baekhyun.

"Pukul berapa sekarang?"

"Urmm- nyaris pukul 12. Kenapa?"

"Aku lapar."

"Kau belum makan?"

Baekhyun menenggelamkan wajahnya pada leher Chanyeol.

"Baiklah, kita makan terlebih dahulu."

"Tidak mau. Itu akan memakan waktu. Kita sudah sangat terlambat."

Chanyeol mengernyit seraya memutar kemudi. "Lantas?"

"Di depan tikungan sana ada restoran cepat saji." Baekhyun menunjuk keluar jendela, "belikan aku 2 big mac, 2 sandwich tuna, medium french fries, dan 2 botol air mineral."

Chanyeol membola selama sejenak. "Kau akan menghabiskan semua itu?"

"Kenapa? Kau tidak akan menikahiku jika aku gendut?"

Chanyeol menggeleng keras. "Bukan itu maksudku. Oh, baiklah. Mau ikut?"

"Tidak, di luar panas. Dan-"

"Aku benci terpapar sinar matahari." Chanyeol melanjutkan dengan menirukan suara Baekhyun yang centil.

Baekhyun menahan tawa. "Apa kau tidak tahu betapa menyeramkannya orang yang sedang kelaparan? Cepatlah!"

"Okay. Okay." Setelah menepikan kendaraan, Chanyeol bergegas keluar dan memasuki restoran cepat saji.

Baekhyun menunggu dengan sabar, ditemani alunan lagu-lagu yang mengisi seluruh ruang di dalam kendaraan. Selang beberapa saat, ia melihat kekasihnya kembali, dengan beberapa kantong makanan di tangannya.

"Air mineral dingin?" Si mungil membeo kesal pada titik embun yang menghias botol minuman yang Chanyeol bawa. "Aku tidak bilang air dingin! Ganti! Aku tidak mau!"

Chanyeol bahkan belum menetralkan napas setelah terpapar terik matahari di luar sana, dan kesalahan yang ia buat terpaksa kembali membawanya keluar mobil dan berjalan menuju minimarket terdekat.

Sementara si mungil mulai menguak isi kantong makanan yang dipesannya beberapa saat lalu.

Chanyeol tersenyum singkat kepada kasir minimarket tanpa sadar setelah ia membayar dan berlalu, banyak yang menggila akan ketampanannya di dalam sana.

Lelaki itu kembali dengan harapan tidak lagi membuat kesalahan. "2 botol air mineral. Tidak dingin." Tukasnya seraya menyerahkan kantong plastik kepada Baekhyun.

"Bagus. Sekarang makanlah." Tukas Baekhyun dengan santai seraya menelisik nail art kesayangannya.

Sunyi yang mengudara membuat si mungil keheranan, kemudian ia melirik pada Chanyeol yang tengah membeo.

"Tunggu apa lagi? Makan sayang.." lantas membuka kantong makanan dan menyerahkan sandwich kepada kekasihnya. "Habiskan."

Nada mutlak tak terbantahkan itu adalah sebentuk rasa cemas, karena ia tahu kekasihnya yang terlambat bangun sudah pasti belum sempat mengisi perut.

"Park Chanyeol, aku bilang makan!"

Mendengar nada tak bersahabat dari kekasihnya, Chanyeol bergegas menyantap semua yang ia beli sesaat lalu. "Ini terlalu banyak, perutku bisa meledak."

"Berlebihan. Habiskan sayang, kita tidak punya banyak waktu. Aku mencintaimu." Si mungil membelai wajah kekasihnya dengan sayang sebelum kemudian membuka tutup botol air mineral dan memberikannya pada lelaki itu.

Chanyeol sempat menyentakkan kepala, meski begitu ia tetap merasa begitu terhibur dengan cara Baekhyun memberikan sebuah perhatian.

Selalu tak terduga.

~oOo~

Chanyeol menghabiskan beberapa saat dengan membolak-balik katalog yang tersedia di atas meja tunggu. Lalu sesaat kemudian gorden di ruangan fitting itu terbuka.

Mulutnya terbungkam, atensinya tersita dan dunianya seolah berhenti dalam beberapa saat.

Byun Baekhyun-nya seperti menyedot segala keindahan yang ada di muka bumi.

Dalam balutan gaun pengantin yang begitu pas di tubuhnya, Chanyeol mulai tertarik untuk menyombongkan diri kepada siapapun, bahwa calon istrinya adalah versi masa kini dari dewi kecantikan Yunani.

"Astaga, anda sangat cantik, nona Byun. Bukan begitu, tuan?"

Chnayeol tersentak dari rasa kagum, lantas mengangguki pertanyaan si pemilik butik.

"Benarkah?" Baekhyun kembali memastikan bahwa dirinya memang pantas bersanding dengan lelaki setampan Park Chanyeol di altar nanti.

"Cantik. Sangat cantik." Chanyeol memuji dengan lantang. "Tapi.."

Baekhyun mengernyit ketika Chanyeol berdiri dan mengurai langkah kearahnya.

"Apa bagian dadanya tidak terlalu terbuka, sayang?" Tukas Chanyeol dengan hati-hati, mengingat Baekhyun tampak menggilai gaun pengantin berhias manik berlian tersebut.

"Oh!" Baekhyun terkekeh kecil, kekasihnya masihlah Park Chanyeol dengan kadar posesif yang begitu tinggi.

"Kenapa?"

"Park Chanyeol tetaplah Park Chanyeol. Tapi sayang, aku menyukai gaun ini.." Baekhyun merengut kecil, mencoba merayu sang kekasih agar tidak memintanya mengganti gaun pilihannya.

Chanyeol menimang opsi. Cukup lama sebelum kemudian desahan kecil terdengar. "Baiklah, untuk calon pengantinku. Tentu saja."

"Yeay! Park Chanyeolku terbaik!" Si mungil refleks menangkup wajah Chanyeol dan menghujani bibirnya dengan kecupan.

Tanpa sadar ada dua orang pelayan dan pemilik butik yang tampak canggung melihat apa yang baru saja dilakukannya.

~oOo~

Baekhyun merasa begitu penat, fitting baju pengantin tidak sesederhana pikirnya. Banyak hal yang harus diperhatikan dan diurus agar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dan karena prosesi prewedd dilakukan di hari yang sama hingga petang menjelang, Baekhyun menghabiskan perjalanan pulang dengan tertidur di bahu kekasihnya.

Ciuman kecil yang menghujani pipinya adalah sebuah alarm.

Kelopak mata itu perlahan mengerjap, disambut oleh gelapnya langit yang terlihat di balik kaca jendela mobil.

"Oh, sejak kapan kita sampai?"

Chanyeol menenangkan Baekhyun dengan sebuah elusan di punggung tangan. "Satu jam yang lalu."

"Astaga, aku pasti sangat lelah."

"Tentu, kau lelah."

"Tapi menyenangkan. Aku bersama calon suamiku melakukan fitting bersama, hal yang diidamkan oleh banyak pasangan."

"Kau senang?"

"Tentu saja!" Baekhyun membali memeluk perut kekasihnya. "Oh ya, mau memainkan sebuah game?

"Game?"

"Berhubung kita akan segera menikah bagaimana kita memainkan game kejujuran?"

"Bagaimana cara mainnya?"

"Kau hanya harus mengungkapkan satu rahasia yang selama ini disembunyikan dariku. Begitu pun aku."

"Terdengar menarik." Chanyeol tersenyum.

"Baik, kau lebih dulu."

"Kenapa harus aku? Ladies first." Chanyeol terkekeh.

"Oh, baiklah. Ini sebuah rahasia besar. Aku harap kau tidak marah."

"We'll see.."

"Aku pernah pergi ke dukun."

"Huh?!" Chanyeol membeo, "dukun?"

"Aku tidak tahu dia dukun atau apa sebutannya yang jelas dia sangat sakti."

"Oh ayolah!" Chanyeol terkekeh.

"Dengar dulu, kau ingin tahu mengapa aku pergi menemui dukun itu?"

"Tell me."

"Karenamu!"

"Sekarang kau menyalahkanku?"

"Hei, bayangkan saja semua laki-laki yang melihatku sudah pasti akan bertekuk lutut. Tapi kau? Melirikku saja sepertinya tidak sudi! Ada apa denganmu?!" Baekhyun menggeram kesel seolah hendak akan mencakar kekasihnya.

"Astaga! Jadi karena aku tidak melirikmu kala itu jadi kau pergi ke dukun? Tunggu.. apa aku masih dalam pengaruh guna-guna?"

Baekhyun mencubit gemas perut kekasihnya. "Tidak seperti itu! Dukun itu berkata, alasan kau tidak melirikku karena aku mengalami kutukan sial yang membuatku jadi jelek di mata laki-laki."

Chanyeol menepuk jidatnya.

"Dan dia berkata aku akan menjomblo seumur hidup jika tidak melepas keperawananku kepada lelaki bershio monyet."

"Ya Tuhan, B! Kau percaya pada dukun itu?"

"Tentu! Sebelum aku sempat duduk dia sudah berhasil menebak permasalahnku."

"Lalu?"

Dia menyebut namamu." Baekhyun menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Dan raut wajah Chanyeol sama sekali tak membantu.

"Aku?"

"Ya. Dia bilang kutukanku akan lenyap jika aku menyerahkan keperawananku dan bercinta denganmu."

Chanyeol menggaruk kulit kepala sementara wajahnya tampak berpikir. "Tunggu.."

Baekhyun semakin gugup dan takut.

"Jadi karena.. astaga! Kau mendekatiku karena kau pikir aku mampu mematahkan kutukan itu? Apa kau yakin terkena kutukan? Hei pantas saja kau selalu bersikap mesum terhadapku!"

"Eiyy! sudahlah itu tidak penting lagi sekarang. Aku mencintaimu. Kita jadi menikah 'kan?" Baekhyun mengalihkan pembicaraan lalu merayu dengan mengecup bibir kekasihnya.

"Kutukan.." Chanyeol tertawa, "dan dari mana dia tahu tentangku?!"

"Sudah kubilang dia sakti! Baiklah, jangan diperpanjang lagi. Sekarang giliranmu."

Si lelaki tampak berpikir. "Aku memikirkanmu semalaman suntuk setelah kita bertemu di kantor polisi untuk pertama kali."

Baekhyun menutup mulut dengan dramatis. "Astaga! Jadi kau tertarik padaku sejak pertama kita bertemu?"

Chanyeol melempar cengiran jenaka. Lantas memeluk kekasihnya dengan sayang.

"Lantas kenapa sok keren sekali 'sih?"

"Aku hanya tidak percaya diri. Pikirku hanya tertarik saja. Lalu aku tahu sangat berisik dan merepotkan, dan entah mengapa sejak saat itu semesta kerap mempertemukan kita. Konyol sekali!"

"Hei!"

Chanyeol tertawa lalu mengecup dahi Baekhyun. "Aku juga senang saat mengantarmu pulang waktu kau mabuk berat kala itu. Lalu aku merasa terhibur dengan tingkah konyolmu sewaktu menabrakkan mobilmu pada mobil travel yang aku serta teman-temanku tumpangi. Dan aku sangat senang mengetahui fakta bahwa kau ikut camping dengan kami ke hutan. Kau sangat cantik. Aku suka." Ia menukas panjang lebar dengan polosnya.

"Astaga!" Baekhyun terkekeh, "tapi sampai saat ini aku masih kesal jika mengingat perhatian yang kau berikan pada Irene Eonni!"

"Aku salah. Itu bukan cinta, hanya sebentuk rasa peduli. Dan ternyata aku menyukaimu."

Si mungil tersenyum jumawa lantas memeluk kekasihnya dengan sayang. Dibalas dengan kecupan manis di dahi.

"Babe.."

"Hum?"

"Setelah ini kita tidak diperbolehkan untuk bertemu dulu."

Baekhyun mematung sesaat sebelum kemudian menghelan napas. "Oh, aku pasti akan sangat merindukanmu. Astaga, aku tidak ingin hari ini berakhir." Si mungil mengeratkan pelukannya.

Chanyeol terkekeh ringan. Lalu menangkup wajah kekasihnya. "Kau pasti bisa, sayang."

"Pastikan meneleponku besok, besoknya, besoknya lagi. Untuk berjaga-jaga agar kau tidak melarikan diri sebelum pernikahan kita digelar."

Ada gelak tawa yang mengudara, setelah mengecup bibir Baekhyun dengan lembut, Chanyeol menatapanya dalam. "Sampai bertemu di altar, kekasihku."

Dan Baekhyun terlalu terbuai, rona di pipinya disembunyikan di balik telapak tangan.

Satu dari sekian banyak tingkah menggemaskannya yang mampu membuat Chanyeol menggila.

- Final Chapter -

Selang beberapa hari setelah melakukan fitting.

"Kenapa kalian lama sekali?!" Baekhyun berhambur memeluk Luhan dan Kyungsoo sesaat setelah mereka sampai di apartemennya. "Oh! Kalian sibuk sekali akhir-akhir ini."

Tentu saja, setelah lulus tidak ada waktu yang ingin Luhan maupun Kyungsoo buang. Keduanya sibuk dengan agenda masing-masing baik mempersiapkan diri mengikuti wawancara kerja di sebuah perusahaan ternama seperti yang Kyungsoo lakukan, atau mulai memasukkan beberapa demo untuk memulai suatu bisnis menjanjikan seperti yang Luhan lakukan belakangan ini.

"Oh! Aku lapar sekali!" Luhan berhambur menuju meja saji yang mana telah banyak hidangan kesukaannya di sana. Tentu saja Baekhyun yang menyiapkan semua itu, "kau tahu, B? Aku merindukanmu!" Seru Luhan dengan mulut penuh.

Baekhyun mengernyit. "Apa yang Sehun lakukan padamu sehingga kau kehilangan keanggunanmu, Luhan?"

Luhan tersedak. Sementara Kyungsoo merasa begitu puas dengan penderitaan temannya.

"Kyungieee.." Baekhyun masih setia memeluk Kyungsoo dengan erat. Benar-benar di rundung rindu.

"Mari kulihat wajah calon mempelai kita." Kyungsoo menangkup wajah mungil Baekhyun dengan serius. "Hei, anak muda! Kenapa wajahmu terlihat kusut? Apa yang menyita waktu istirahatmu?"

Seketika Baekhyun merengut. "Ternyata ada banyak hal yang mencemaskan sebelum pernikahan, Ahjumma!"

"Ahjumma? Kemari kau anak nakal!"

Baekhyun lolos dan Kyungsoo mengejarnya memutari meja saji.

Keduaya tertawa lepas layaknya anak kecil yang terlibat sebuah permainan.

Dan acara Bridal Shower yang menjadi niat utama dibumbui oleh pola jenaka khas anak-anak remaja.

"Oh, Tao Eonni di sini juga?" Luhan menyuap potongan pizza terakhir sebelum akhirnya duduk di sebelah Tao yang tengah menikmati segelas wine.

"Sudah cukup bermain-mainnya. Bagaimana kalau kita menikmati wine mahal ini?" Luhan memberi saran sebelum kemudian menuangkan botol berisi cairan merah ke dalam tiga gelas kosong yang tersedia.

Baekhyun dan Kyungsoo menyerah dengan sisa tawa, lalu berhambur menuju sofa.

"Tao Eonni cantik sekali malam ini. Jika Kris gege melihat maka habislah kau!" Celetuk Kyungsoo sebelum memeluk lengan pengawal pribadi Baekhyun tersebut.

"Ja! Dalam rangka melepas masa lajang.." Luhan terkekeh geli seraya mengangkat gelas wine-nya, "dan menjelang hari pernikahan sahabat kita tercinta. Cheers!"

"Cheers!" Seru semua orang.

Ke empat orang di ruangan itu sepakat menghabiskan malam dengan bersenang-senang dan melakukan apapun dengan tawa bahagia. Tidak ada yang membahas perihal apa yang akan terjadi setelah Baekhyun resmi menjadi seorang istri.

Mereka sepakat tidak akan membiarkan kesedihan menyelimuti acara Bridal Shower tersebut.

"Kita sambut.. Hwang Zitao!" Luhan berseru layaknya seorang pembawa acara ketika sebuah lagu di layar plasma siap diputar.

Tao telah memegang mic dan berdiri menghadap ketiga gadis nakal itu sebelum sebuah iringan musik menggiring tubuhnya ke dalam gerakan yang terlampau ketinggalan jaman. Siapa sangka wanita yang kerap berwajah serius dan garang tersebut memilih lagu jaman dulu yang terkenal memiliki irama menggelitik.

Dan gerakan badannya yang konyol membuat tawa ketiga gadis yang menyaksikan aksi berkaraokenya itu meledak.

Meski selang beberapa saat Kyungsoo bangkit dan ikut menikmati alunan musik dengan gerakan badan yang terlihat sama konyolnya, ia bahkan ikut menyanyikan beberapa bagian seraya berdansa dengan Tao.

"Baby don't cry.. tonigt.." Lalu Luhan menjelma menjadi makhluk sendu dengan menyanyikan sebuah lagu dari salah satu boygroup Korea terkenal yang kerap membuat Baekhyun berteriak histeris karena ketampanan salah satu rapper-nya. "Say no more.."

"Baby!" Semua orang berseru saat Luhan mengerahkan mic ke arah penonton.

"No more.."

"Don't cry!"

Lagu yang Luhan bawakan telah lama berlalu namun dirinya, Kyungsoo dan Tao kini menatap datar pada Baekhyun yang tengah sibuk menggoyangkan badan di depan layar plasma, dengan iringan sebuah lagu yang belakangan viral di kalangan anak-anak balita.

"Baby shark doo..doo..doo..doo..doo. Baby shark doo..doo..doo..doo..doo. Baby shark doo..doo..doo..doo..doo. Baby shark! Semua gerakan badan!" Baekhyun berseru dengan suara melengking di balik mic layaknya diva internasional.

Luhan memijit pelipis sementara Kyungsoo memilih menyantap makanan yang tersedia.

Tao?

Wanita itu telah lama menatap kosong pada udara. Seolah hidupnya didera oleh hampa yang menyiksa.

Bagaimana bisa gadis yang akan menjadi seorang istri dalam beberapa hari ke depan begitu menggilai nyanyian balita dan hafal setiap gerakannya?

"Ja! Sudah, ya. Nona Byun, lebih baik kita minum!" Luhan dengan gemas merebut mic dari tangan Baekhyun, memaksa si mungil menghentikan gerakan badannya yang terlihat kekanakkan dan menyerahkan kaleng bir kepada gadis itu.

Semua orang menikmati malam itu. Ke empat wanita yang telah menghabiskan beberapa kaleng bir itu kini merebahkan tubuh mereka sejajar di atas permadani, memusatkan masing-masing atensi pada langit-langit ruangan dengan kaki yang di angkat dan di sandarkan pada punggung sofa.

"Aku menyukai malam ini." Tao memecah keheningan.

"Oh, Tao Eonni bisa berbicara juga." Celetukkan Luhan itu membuat semua orang terkekeh dalam keadaan setengah mabuk.

"Apa Eonni masih perawan?"

Luhan seharusnya menjambak Kyungsoo karena pertanyaannya, namun kadar alkohol yang terkandung dalam bir yang ia nikmati beberapa saat lalu seolah membuat semua hal terasa menyenangkan.

Tidak ada tindakan radikal apapun selain kekehan konyol.

"Kris dan aku.. sering melakukannya."

"Astaga!" Baekhyun berseru seraya menangkup wajahnya yang merona. "Eonni jujur sekali."

Sementara Kyungsoo dan Luhan saling memukul bahu satu sama lain dengan polah jenaka.

"Lu, apa kau sudah resmi dengan Sehun?" Tanya Baekhyun.

"Tentu, dengan sebuah ciuman panas di toilet umum pengisian bahan bakar."

"Tidak ada tempat lain?" Kyungsoo tertawa keras.

"Saat hendak akan mengantarku pulang, kita mampir ke tempat pengisian bahan bakar. Sialnya aku merasa ingin buang air. Dan.. dan.. kita berciuman di sana."

"Sihun mengikutimu?"

"Sehun, namanya Sehun, Tao Eonni!" Luhan meralat. "Benar juga, apa dia mengikutiku ke toilet umum itu?"

"Hei, mengapa dia terdengar seperti penguntit mesum?" Baekhyun berseru diakhir gelak tawa.

"Apa Kyungsoo punya kekasih?"

"Tidak!" Luhan dan Baekhyun menyahuti Tao secara serempak.

"Kasihan sekali.."

Dan lagi, gelak tawa mengudara. Mereka seolah tak mempunyai beban, dan efek dari alkohol begitu membantu.

"Siapa sangka kau akan menikah secepat ini, B.." ada yang kembali memecah keheningan. Kyungsoo dengan nada yang terdengar pelan.

"Ya. Siapa sangka. Park Chanyeol itu benar-benar menguasai duniaku. Aku begitu menggila karenanya."

"B.. aku bertanya karena merasa penasaran begitu lama."

"Apa itu, Lu?"

"Bagaimana bentuknya?"

Semua orang kecuali Luhan masih mencerna maksud dari pertanyaan tersebut. Dan ketika Kyungsoo maupun Tao telah sampai pada tahap sebuah pemahaman, mereka pun seolah menaruh rasa penasaran yang sama dengan menoleh kearah Baekhyun.

"Eiyy! Kau tahu maksudku.." goda Luhan seraya menyenggol lengan Baekhyun.

Sementara gadis itu masih mencoba mengerahkan segala upaya untuk mencerna pertanyaan Luhan sebelum kemudian ia berteriak histeris. "Astaga, Lu!"

"Ayolah beritahu aku!" Rengek Luhan dengan wajah lucu!

"Lalu kenapa kalian terlihat penasaran juga?" Beo Baekhyun pada Kyungsoo dan Tao.

"Ayolah. Ayolah beritahu bagaimana bentuk dan ukurannya."

"Hei, dasar kau rusa mesum!"

"B.. jawab saja!" Kyungsoo menggeram karena tak lagi dapat menahan rasa penasarannya.

"Tidak mau! Itu punyaku! Untuk apa memberitahu kalian bentuk dan ukurannya?" Baekhyun mengatakan dengan tegas, membuat semua orang bungkam dan kembali menatap langit-langit kamar.

Cukup lama sunyi menemani.

"9 inci."

Luhan, Kyungsoo dan Tao sempat menyangka Baekhyun telah pulih dari mabuknya. Namun mereka salah besar, dan serempak melirik Baekhyun yang tengah tersenyum nakal.

"Keras dan besar." Si mungil menelan salivanya dengan lapar, "mulutku bahkan hampir robek saat itu. Astaga, apa dia keturunan raksasa atau semacamnya?" Meski begitu binar mata Baekhyun menunjukan kekaguman pada benda yang saat ini terngiang di otak mesumnya.

Semua orang ikut menelan saliva.

"Punya Kris tidak sepanjang itu." Celetuk Tao dengan polos.

"Aku jadi penasaran bagaimana dengan Sehun?" Luhan menimpali.

"Hidungnya besar dan sudah pasti 'anunya' menjanjikan." Kyungsoo berbicara seolah ia adalah seorang pakar.

Desah pelan lolos dari semua orang. Baekhyun dan Luhan masih merona dengan apa yang mereka bayangkan.

Sementara Kyungsoo menyimpan tanda tanya di balik ekspresi wajah. "Apa.. punya Jongin sehitam dirinya?"

- The Sweetest Troublemaker -

Seumur hidupnya Baekhyun tidak pernah membayangkan sesuatu selain daripada bersenang-senang, menikmati hidup dan menghabiskan masa mudanya. Pun tidak pernah terbesit dalam benaknya bahwa suatu saat ia akan melalui sebuah fase baru yang mereka sebut dengan sebuah pernikahan.

Baekhyun masih sangat muda. Ia bisa saja terus melanjutkan hidup dengan status lajang dan mencari kesenangan dengan cara lain. Namun satu nama itu membuatnya percaya bahwa kebahagiaan hanya akan didapat dengan terus bersamanya seumur hidup.

Baekhyun adalah penganut paham bahwa apa yang terikat kuat tidak akan lepas dengan mudah. Alih-alih memilih menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang, ia kini lebih memilih mematut diri di ruangan mempelai wanita dengan sebuah gaun pengantin yang melekat sempurna di tubuhnya.

Senyum lebar terulas meski berbanding terbalik dengan detak jantung yang memburu tak sabar.

Pujian demi pujian akan sosok cantiknya kini telah banyak menghuni gendang telinga.

Beberapa orang terdekat sudah berdatangan ke gedung resepsi, dan waktu berjalan dengan cepat seirama dengan sesuatu yang berada di balik tulang rusuk.

Luhan bilang Baekhyun adalah wanita tercantik dengan gaun pengantin yang kini dikenakan. Kyungsoo menimpali bahwa tidak akan ada yang mampu menandingi kecantikan Baekhyun hari ini.

Kris memuji dengan binar ketulusan dan Kakek berkali-kali mengira bahwa Baekhyun adalah putri kerajaan.

Oh, Kakek tua itu berlebihan.

Baekhyun kembali tersenyum. Buket bunga senantiasa dipegangnya dengan erat saat sebuah bisikan dari Luhan sampai pada indera pendengaran.

"Calon suamimu berkali-kali lipat lebih tampan! Astaga! Demi Tuhan! Tuxedo-nya sangat pas dan cocok. Kalian benar-benar pantas bersanding!"

"Lu.." Kyungsoo mengingatkan sementara Baekhyun tak dapat menahan senyumannya.

"Nak.. sudah siap?"

Baekhyun menghembuskan napas sebelum kemudian mengangguk pada sang Kakek.

Pintu ganda itu terbuka secara dramatis. Deretan kursi berpenghuni menghias akses jalan di mana seorang gadis berbalut gaun berkilauan mengurai langkah, dan Kakek tua berwajah penuh wibawa menggandengnya dengan senyum tulus.

Decak kagum lambat laun terdengar. Seolah tanpa cacat, Baekhyun membius para tamu undangan dengan kecantikannya yang sempurna.

Perlahan netra itu mulai berpaling pada sosok yang tengah membatu di altar.

Tidak tahukan dia bahwa Baekhyun tengah menahan diri untuk tidak menjerit histeris karena ketampanannya?

Sosok itu tersenyum lebar.

Chanyeol tak dapat menahan kebahagiaannya yang membuncah.

Sempurna. Pikirnya.

Tidak ada yang mampu menyita atensinya selain dari pada mempelainya yang kini telah sampai di pangkal altar.

Chanyeol membungkuk hormat pada Kakek Byun yang kini menepuk bahunya dengan hangat sesaat setelah mengulurkan tangan Baekhyun kepadanya.

Cara kedua mempelai saling bertatap dan melempar senyum membuat siapapun menghela dalam haru. Tak terkecuali pihak keluarga.

Nyonya Park dan Haru bahkan telah lama menitikan air mata bahagia.

Diantara mereka yang berdiri di garis altar, tidak ada yang tahu jantung siapa yang paling menggila karena berdegup dalam gugup.

Lalu keduanya adalah sepasang suami istri yang telah terikat oleh janji suci.

Riuh tepuk tangan bercampur haru adalah ujung dari sebuah ciuman yang berlangsung cukup lama.

Adakah yang sebahagia Chanyeol dan Baekhyun saat ini?

~oOo~

Ketika Baekhyun meminta Chanyeol untuk memahami posisi penting sang Kakek, meski pada awalnya sempat ragu namun kini Chanyeol mengerti.

Tak terhitung berapa banyak orang dalam balutan stelan jas mahal dan gaun berkelas yang menyalami serta memberi Chanyeol selamat.

Kakek Byun mengenalkan menantunya pada semua kolega penting yang hadir dengan perasaan bangga. Dan Chanyeol memang mengimbangi otoritas sang Kakek tua dengan tata krama dan sopan santun yang melahirkan begitu banyak pujian.

Diam-diam Chanyeol menyapu atensi, lalu meminta izin kepada sang Kakek untuk mencari keberadaan istrinya dalam keramaian pesta yang tengah berlangsung.

"Yo! Dope wedding!" Tiba-tiba Johnny berhambur memeluk Chanyeol, "congrats my bro!"

"Oh pangeran Dobby sangat keren saat berdiri di altar." Itu Wendy.

Sisanya seperti biasa, hanya kegaduhan kecil yang berasal dari Sehun, Jongin dan Jongdae.

Chanyeol terkekeh ringan, dari sekian banyak hal, teman-temannya berpengaruh besar dalam segala keputusan yang diambilnya. Mereka adalah apa yang Chanyeol sebut sebagai keluarga kedua.

"Di mana B Eonni?"

"Mungkin sedang ganti baju- Oh itu dia.." Chanyeol menunjuk pada sosok cantik berbalit gaun anggun.

Istrinya.

Semua orang berseru menyaksikan lekuk tubuh Baekhyun di balik gaun putih yang kini dikenakannya.

"Kau menang banyak, bung!" Jongin meninju bahu Chanyeol yang di balas dengan cengiran.

"Hei.." Baekhyun menyapa semua orang lalu tersenyum saat tangan suaminya melingkar posesif di pinggang.

"Cantik sekali, Baekhyun." Puji Johnny.

"Cantik sekali, wow!" Jongin, Sehun dan Jongade menimpali.

"Apakah aku akan secantik Eonni kelak ketika berdiri di altar?"

"Kau belum berniat melamar Wendy?" Celetuk Baekhyun pada Johnny yang sontak membuat lelaki itu maupun Wendy bersemu dan canggung.

Chanyeol tertawa lalu mencium puncak kepala istrinya.

Keduanya kembali berbaur dengan para tamu undangan. Banyaknya kolega penting sang konglomerat membuat pesta pernikahan yang berlangsung mewah dan meriah memakan banyak waktu.

Chanyeol telah berkali-kali mencoba menepis rasa lelah Baekhyun dengan segala cara hingga akhirnya pesta mereka mencapai puncak.

Meski begitu mereka masih harus mengikuti penerbangan terakhir karena jadwal bulan madu ditetapkan pada hari yang sama.

"Makan dulu. Kau belum terlihat makan apapun." Chanyeol masih mencoba membujuk istrinya yang kini terkulai lemah di pelukan.

Baekhyun menggeleng. "Minta sopir matikan ac nya. Dingin."

Chanyeol menuruti keinginan Baekhyun. "Apa sebaiknya kita tunda dulu penerbangannya? Aku bisa minta sopir memutar balik dan kita pulang. Kau terlihat sangat lelah."

"Tidak perlu. Aku memang lelah, tapi tidak ingin menunda bulan madu kita." Baekhyun semakin tenggelam dalam pelukan suaminya.

"Oh, baiklah."

Dan Chanyeol membiarkan sang sopir terus melaju, mengantar mereka menuju bandar udara.

- Final Chapter -

Adalah Dubai, yang menjadi destinasi wisata honeymoon yang Baekhyun pilih saat sang Kakek memberikan beberapa rekomendasi.

Pasangan pengantin itu kini menginjakkan kakinya di Dubai International Airport setelah menempuh perjalanan udara kurang lebih delapan jam.

Disambut oleh beberapa staf resort yang baru Chanyeol ketahui adalah rekan bisnis dari Kakek mertuanya, kini limousin yang terparkir elit di depan bangunan megah bandar udara internasional itu mulai melaju.

Baekhyun tak lagi banyak berbicara, lelapnya kembali berlanjut setelah sempat terinterupsi oleh landing-nya pesawat yang ia dan suaminya tumpangi.

Chanyeol masih setia terjaga, membiarkan istrinya beristirahat. Meski ia sama lelahnya, namun melihat Baekhyun terkulai di pangkuannya, membuat lelaki itu tak henti-hentinya mengecup puncak kepala si mungil dengan sayang.

Salah satu resort yang terkenal dan menjadi destinasi wisatawan dunia saat berkunjung ke Dubai menjadi tujuan utama saat ini.

Chanyeol mulai terkantuk-kantuk saat dirasanya kendaraan yang sedari melaju kini berhenti.

"I can handle her by myself." Chanyeol menolak saat beberapa staf resort menawarinya bantuan karena melihat Baekhyun masih terlelap.

Setelah itu ia menggendong istrinya menuju kamar, dituntun oleh salah satu pelayan yang membawakan barang-barangnya.

"Is there anything else I can do for you, sir?"

"No. Thank you."

Chanyeol menjawab sekenanya setelah membaringkan Baekhyun di atas ranjang dan membiarkan pelayan itu berlalu.

Hela panjang menguar di udara. Setelah menetralkan napas, Chanyeol bergegas menguak isi koper dan menggantikan pakaian istrinya.

Si mungil terganggu dalam lelap, karena sebentuk hawa dingin menyapa kulit saat sang suami menanggalkan pakaiannya.

Setelah istrinya kembali tenang, Chanyeol bergegas memakaikan pakaian untuknya, ia sendiri pun melepas pakaian. Dalam keadaan bertelanjang dada, Chanyeol ikut berbaring dan memeluk Baekhyun, menyusulnya ke alam mimpi.

~oOo~

Semilir angin sejuk adalah alasan mengapa Chanyeol mengernyit dalam tidurnya.

Perlahan kesadarannya terkumpul saat pori-pori kulit tak mampu lagi menahan serangan suhu pagi.

Matanya setengah terbuka, dan gorden yang berterbangan menyambut penglihatannya. Samar, debur ombak terdengar, dari celah jendela Chanyeol dapat melihat pasir putih yang bersanding dengan biru air laut.

Senandung kecil mengalihkan perhatian, mengikuti insting Chanyeol yang semula tertelungkup kini membalik badan, ia menoleh sebelum kemudian mendapati sosok mungil berbalut bathrobe dengan rambut basah di ambang pintu kamar mandi.

Senyum miring tercetak, Chanyeol bertumpu pada telapak tangan seraya memperhatikan istrinya yang kini sibuk memilah pakaian.

Rasanya menyenangkan merasakan pagi yang disambut oleh sosok cantik, yang kini ia sebut istri.

Beberapa saat kemudian Chanyeol bangkit.

"Astaga!" Baekhyun terlonjak ketika Chanyeol memeluknya dari belakang, "hei, aku terkejut!" Protesya seraya menegakkan punggung.

"Selemat pagi, istriku." Bisik si lelaki lalu mengecup daun telingan istrinya.

Baekhyun mengulum senyum lalu berbalik. "Selamat pagi, suami- astaga!" Ia tidak melanjutkan ucapannya dan telah lebih dulu menyembunyikan rona merah pipi di dada bidang sang suami.

Kontan saja Chanyeol tertawa. "Kemari, kau harus melihat ini." Lalu menuntun Baekhyun menghadap jendela kamar.

"Whoa!" Si mungil berseru kala garis bibir pantai menyapa atensi. "Aku tidak menyadari sebelumnya. Indah sekali.."

Chanyeol mengeratkan pelukan dari belakang. Tanpa bersuara, ia memejamkan mata. Menikmati sapuan lembut angin laut juga aroma shower gel yang menguar dari tubuh istrinya. "Aku punya uang.." bisiknya kemudian.

Baekhyun terkekeh. "Lantas?"

"Mau berbelanja?"

"Oh Tuhan! jadi kau memberiku uang saku?"

"Tentu. Karena kau istriku."

Baekhyun berbalik lantas menangkup wajah suaminya. "Shopping is my life, darling!" Lalu menghujani pipi suaminya dengan ciuman gemas.

"Pakai bajumu. Setelah aku mandi, kita berangkat."

"Yes, sir!" Baekhyun memberi hormat sebelum membiarkan suaminya masuk ke dalam kamar mandi.

~oOo~

Baekhyun kerap disebut sebagai seseorang yang suka berlaku seenaknya. Manja. Sombong dan angkuh. Namun semua hal itu tidak serta merta membuatnya menghakimi keadaan orang lain. Baekhyun tidak pernah sekali pun menilai seseorang dari apa yang terlihat oleh netra. Baginya menghakimi status sosial dan latar belakang seseorang adalah tindakan yang tidak elegan.

Meski begitu ia tarpaksa dibuat penasaran dari mana datangnya jumlah saldo yang terpendam di dalam kartu kredit suaminya?

Bahkan Baekhyun yakin jumlahnya tidak sedikit karena selembar kartu itu mampu membayar sebuah tas keluaran terbaru di salah satu konter brand ternama.

Si mungil masih membeo ketika kantong berlogo mewah itu berada dalam genggamannya.

Chanyeol yang senantiasa setia menunggu kini terheran-heran dengan ekspresi wajah sang istri. "Apa yang salah? Kau tidak suka modelnya?"

Baekhyun menggeleng.

"Lantas?"

"Uangmu banyak, sayang kau tidak terlibat bisnis ilegal bukan?" Baekhyun berbisik dengan waspada.

Chanyeol mengulum bibir, lebih tepatnya menahan tawa. Lalu menggeleng.

"Oh syukurlah.."

"Hei, aku tidak semiskin yang terlihat." Goda Chanyeol seraya menggandeng istrinya keluar.

~oOo~

"Ahh jadi studio tattoo itu sebenarnya milikmu? Dan kau punya beberapa cabang di pusat kota?"

Chanyeol menyedot minuman yang sesaat lalu di antar ke kamar oleh pelayan resort. Ia mengangguk.

"Kau membiayai kuliahmu sendiri?"

Chanyeol kembali mengangguk.

Baekhyun melirik beberapa kantong belanja dari beberapa store dengan logo brand kenamaan dunia, hasil dari menguras isi saldo kartu kredit suaminya tadi siang.

Chanyeol benar-benar merasa seperti seorang pembisnis ilegal melihat ekspresi istrinya kini. Ia tidak tersinggung, malah sangat terhibur. Lelaki itu bangkit dari sofa lantas memeluk si mungil. "Apapun itu aku selalu berharap bisa mengimbangimu."

Baekhyun mematung sesaat. Helaan napas suaminya sampai pada tengkuk, dan itu menyayat hatinya. "Bahagia tidak selalu dengan nominal, sayang."

"Aku tahu."

"Bagus. Aku mencintaimu, kau tahu itu 'kan?"

Chanyeol mengangguk. "Aku pun begitu."

"Hei.." Baekhyun menarik diri, "kita mempunyai kolam renang pribadi. Mau mencobanya?"

Si mungil mundur satu langkah sebelum kemudian menanggalkan seluruh pakaian dengan senyum nakal dan berlari menuju kolam renang yang menghadap langsung ke arah pantai.

Chanyeol sempat cemas namun mengingat pengemanan resort bagitu ketat, dan setiap suit mempunyai ruang privasi, ia akhirnya merasa lega tanpa takut tubuh molek istrinya menjadi tontonan orang lain.

Lelaki itu ikut menanggalkan seluruh pakaian sebelum akhirnya menyusul si mungil masuk ke dalam kolam.

"Wow!" Baekhyun tertawa senang saat merasakan sejuk di seluruh tubuh.

"Aku nyaris membawamu masuk kembali jika tidak ingat suit kita mempunyai ruang privasi." Bisik Chanyeol setelah berhasil memerangkap tubuh istrinya di pangkal kolam.

"Tenang saja, sayang.. hei, lihat! Sunset!" Si mungil menunjuk antusias pada gradasi keemasan di penghujung senja. "Cantik sekali." Serunya seraya menumpukan lengan pada ujung kolam.

Sementara Chanyeol sibuk mengecupi bahu telanjang istrinya dari belakang, lalu berulah dengan telapak tangan yang menjelajah gundukan sintal favoritnya. "Aku haus." Bisiknya.

Baekhyun tersenyum maklum, ia berbalik, melupakan senja. Dan memilih memuaskan dahaga suaminya.

"Big baby.." gumamnya seraya bertumpu pada bahu Chanyeol dan membiarkan bayi raksasa itu melumat habis payudaranya.

Chanyeol mulai mendambakan sebuah pencapaian, melepas dahaga di tenggorokannya saja tidaklah cukup. Ia akan memburu kenikmatan lain sesaat setelah mengangkat tubuh sang istri dan membaringkannya di pinggiran kolam.

Ia selalu menggila kala jemari Baekhyun menyisiri rambut basahnya dengan sensual. Wanita itu berhak disalahkan atas tindakannya. Namun Chanyeol lebih senang membalasnya dengan satu hentakan keras yang melahirkan rasa hangat di bawah sana.

Dan jelas, teriakan kecil yang berasal dari mulut Baekhyun adalah untuk si jumbo yang belum terbiasa beradaptasi dengan ruang sempit dambaan Chanyeol.

Semula hanya berupa lenguhan kecil, namun Chanyeol tidak sudi beraliansi dengan sebuah tempo. Ia mendamba pada kecepatan yang melahirkan sengatan nikmat nan candu.

Dan ulah beringasnya membuat desahan Baekhyun mengemuka lebih liar.

Si mungil menggeleng dalam nikmat, seluruh sarafnya kaku tampak jelas oleh bagaimana kakinya melingkar erat pada pinggul sang suami..

Tidak ada yang cemas akan merasa beku dengan suhu yang dihasilkan oleh air kolam karena peluh mulai mengimbangi sisa titik air di badan.

"Pelan-pelan.. sayang.. astaga!"

Baekhyun jelas putus asa, klimaks pertamanya telah lama berlalu dan Chanyeol sudah berniat menjemput pencapaian kedua wanita itu dengan tempo yang tak kenal kompromi.

"Ssstt.. just enjoy.. the sunset!" Chanyeol menggeram.

"Di sana sayang.. yeah! Di sans! Oh! Babe!"

Kuku tangan Baekhyun memutih, saraf di dalam tubuhnya menegang hebat sementara apa yang tak terbungkus sehelai kain itu sedikit melengkung karena sebuah pencapaian. Tidak berakhir di situ, Baekhyun masih dibuat kewalahan dengan libido Chanyeol yang kian meninggi. Suaminya menggeram kecil, sorot elangnya menuntun sang pemilik pada ujung kenikmatan sebelum kemudian memuncaki permainan mereka dengan panas yang menyemprot bagian terdalam tubuh Baekhyun berulang kali, mengimbangi setiap hentakan.

Chanyeol mendesah panjang, masih sibuk menyentak lahar panas yang nyaris keluar dari sarangnya sebab jumlahnya yang tidak bisa disebut seberapa.

Kicauan burung di penghujung hari, debur ombak yang tak pernah berakhir saling bersahut dengan sisa lenguhan yang menguar di udara.

Cintanya begitu besar, Baekhyun melihat di kedua iris kelam itu.

Sebuah kecupan lembut mendarat di dahi lalu senyum kecil di bibir Chanyeol terulas. "Terimakasih pada Kakek untuk pesta pernikahan yang mewah dan berkesan. Untuk penerbangan kelas satu, juga suit berbintang yang kita huni sekarang. Setelah kemewahan ini berakhir, tanggung jawab beliau akan aku ambil alih. Keberatan?"

Baekhyun menggeleng, lalu melingkarkan lengan pada leher suaminya.

"Park Baekhyun. Kau adalah mutlak milikku hingga seterusnya. Maka dari itu, apa kau siap melepas apapun yang kau punya di istanamu dan ikut denganku kemana pun aku pergi?"

Baekhyun mengangguk patuh. "Tentu, suamiku. Aku akan berada di sampingmu. Maka dari itu bimbing aku, ajari aku dengan baik."

Chanyeol tersenyum bangga. Dan kecupan lembut yang hinggap di bibir Baekhyun adalah sejuta cinta yang dirasa.

- THE END -

an:

Demi apa END? whoaaa masih inget banget pas pertama ngetik chapter 1. Nekat banget bikin romance comedy sementara playlist galau semua (makanya maklumin aja kalau humornya gak kerasa, gak bakat lawak aku tuh) huahahaha

Apa cuma aku aja yang mesem-mesem sendiri pas mereka nikah? Hahahaha sampe kayak orang gila aku tuuuhhh ngetiknyaaaaa :D

Dan yeaahhh aku gak akan lupa buat ucapin terimakasih kepada readers-nim tercinta yang setia mengikuti ff ini dari awal banget, dari 0 review sampe 4k! Salut sama animo kelyan. Terharu juga T.T makasih banyak-banyak kepada reviewers/followers/favers/siders :p ayaflu guys!

So, it's time to say goodbye to Park Berandal dan Goddess B! Ugh kok sedih ya? :(

Tapi tenang aja IG mereka tetap aktif kok, buat mengobati rasa rindu kelyan.

Okay, sampai bertemu di romance comedy selanjutnya :p

SAMPISCHU CHU CHU :*