We're Going To Be Daddies

Author : yururin (AFF)

Indo trans by mashedpootato & baekagain

.

.

.

.

Chapter 17 : Closure

.

Kyungsoo dan Jongin dengan cepat berlari menuju halte bus terdekat, menunggu dengan tidak tenang dan takut tiap detik yang berlaku, khawatir pada teman mereka yang tengah depresi-dan juga, hamil. Segera setelah bus berhenti di dekat area kondominium Chanyeol, Jongin berubah ke sifat masa-bodoh-dengan-etika dan meraih tangan Kyungsoo, menariknya keluar dari kendaraan ramai penumpang tersebut dan mengabaikan tatapan-tatapan menilai yang diberikan ke arah mereka. Jika saja ini adalah waktu yang lain, Jongin sudah akan menjadi si fanboy-gila oleh fakta bahwa ia bisa berlari, menggenggam tangan satu sama lain, dengan Do Kyungsoo, tapi saat ini ia masih memiliki cukup sopan santun untuk tetap tenang dan fokus menghadapi masalah di tangan mereka. Dan masalah yang sedang dibicarakan saat ini kini tengah duduk di kursi ayunan, nampak tidak memiliki semangat hidup dan penuh kesedihan.

Kyungsoo dengan cepat melepaskan genggaman tangan Jongin dan berlari ke arah Baekhyun yang hanya mengenakan setelan piyama bergambar Pororo (yang merupakan pemberian dari Kyungsoo sendiri) serta jaket tebal, dengan rambut yang masih berantakan setelah bangun tidur. Kyungsoo dalam hati mengumpat (dan berjanji untuk membunuh Chanyeol) seraya ia melihat penampilan sahabatnya. Berlutut di hadapan lelaki yang bersedih itu, ia meraihnya ke dalam pelukan, tidak mengatakan apapun dan hanya mendengarkan kala Baekhyun menarik nafas dalam, menghembuskannya pelan (dan kembali ke sesi menangis setelahnya). Jongin berdiri di sebelah mereka dengan canggung, kotak makan siang di tangannya.

"K-Kyung..." Baekhyun bergumam serak, dan Kyungsoo mengeratkan pelukannya.

"Shhh, aku di sini. Kau boleh menangis. Tidak apa-apa. Jongin juga tidak keberatan." Kyungsoo berujar lembut, dan ia merasakan hatinya sedikit hancur kala Baekhyun mulai terisak.

"Aku... A-aku putus dengannya, Kyungsoo. Aku..."

"Tunggu, mari pulang ke rumah dulu, oke? Kau bisa mengatakan semuanya padaku setelah makan dan cuci muka." Kyungsoo menjauhkan tubuhnya, memberikan senyum berbentuk hati yang menjadi ciri khasnya.

Baekhyun mengangguk dan Jongin menyerahkan kotak makan siang padanya tanpa banyak bicara. Jongin pergi mencarikan taksi untuk mereka, dan Kyungsoo membantu Baekhyun berdiri. Figur eomma bermata lebar itu melempar tatapan pada bangunan besar di belakang mereka, dan mengerutkan hidungnya.

"Baek... Ia bahkan tidak pergi mengejarmu?"

Baekhyun menggigit bibir seraya menggelengkan kepala, menggenggam kotak makan siangnya erat hingga buku-buku jemarinya memucat.

.

~ xoxo ~

.

Chanyeol tidak mengejar Baekhyun karena sebuah alasan: kesadaran.

Setelah mendengar ucapan menyakitkan Baekhyun yang nyatanya merupakan suatu kebenaran, ia tidak bisa melakukan apapun kecuali menyalahkan dirinya sendiri seraya ia mundur dari pintu, memandang kesal ke arah Dara (dan memberikan tatapan membunuh pada Sooyoung). Kekasihnya- (lagi-lagi sekarang) mantan kekasihnya- benar. Seberapapun ia membenci hal itu, sebagian dari dirinya masih belum melepas Dara, diam-diam menginginkannya kembali meski dengan perasaan kuat yang ia miliki pada Baekhyun. Jika ia ingin tetap bersama dengan Baekhyun, maka ia harus menyelesaikan ini. Segera.

"Yeol-ah, kau baik-baik saja?" Tanya Dara, tulus peduli setelah melihat putus hubungannya yang tiba-tiba.

"Tentu saja dia baik-baik saja! Dara, aku harus pergi menemui ibuku hari ini. Tinggallah di sini, oke?" Ujar Sooyoung tiba-tiba seraya turun dari kursinya, mengabaikan tatapan sang adik.

"E-eh? Tunggu, Sooyoung-ah, aku tidak yakin-

"Omong kosong! Yeol sangat tidak keberatan kau di sini, ya kan?" Sooyoung menoleh pada adik laki-lakinya, dan tersenyum manis.

"Fuck you. Bahkan jika aku menolak, kau tetap akan mencari cara lain untuk menghancurkan hubunganku dengan Baekhyun. Enyahlah jika kau memang ingin menemui seseorang." Ujar Chanyeol kasar, melangkah kembali ke kamarnya dan menghindari keberadaan dua perempuan itu di rumahnya.

"Sooyoung-ah, apa yang-

"Mari kita bicarakan hal ini lain waktu, aku benar-benar harus pergi, girl." Sooyoung menepuk pipi Dara sebelum meraih tasnya dan keluar dari apartment.

Dara duduk terdiam di dapur, tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan. Ia merasa tidak nyaman bahkan untuk menggerakkan tubuhnya sedikit saja, tahu pasti bahwa ia telah mengganggu sesuatu. Aneh rasanya ketika beberapa minggu lalu ia mengabari Sooyoung bahwa ia akan kembali ke Korea, dan seketika disambut dengan Sooyoung yang begitu bersemangat dan menyarankan sebuah tempat untuknya menginap, yang entah bagaimana merupakan kediaman mantan kekasihnya, Chanyeol.

Jika ia boleh jujur, ia sempat berpikir bahwa mungkin ia bisa kembali berhubungan dengan lelaki tersebut, terlebih setelah hancurnya hubungannya dengan Jiyong (pria yang tinggal bersamanya di Amerika). Sooyoung memberi ide tersebut padanya, dan ia baru menyadari bahwa Chanyeol telah memiliki hubungan dengan Baekhyun, lelaki cantik (yang tengah mengandung) yang secara tiba-tiba memutuskan hubungan mereka. Ia merasa menjadi orang yang patut disalahkam, meski ia sendiri tidak mengetahui detail permasalahan.

Telinga Dara menegak oleh suara keras pintu kamar yang dibuka. Keluar Chanyeol yang nampak begitu kusut dan lelah dengan mengenakan atasan denim berlengan panjang dan skinny jeans putih, tatanan rambut tidak rapi seperti biasanya. Dara memberanikan dirinya tersenyum, hanya untuk mendapati Chanyeol memandangnya penuh tanya, seakan berpikir apakah ia perlu mengatakan sesuatu atau tidak.

"...anggap saja rumah sendiri. Aku mau keluar." Ujar Chanyeol pelan, menganggukkan kepala dan melangkah menuju pintu.

Dara mengangguk, mengamati pergerakan Chanyeol. Ia bisa melihat ketergesaan dan keputusasaan di sana, dan Dara tersenyum prihatin. Ketika pintu tertutup, ia mengangkat tubuhnya dari kursi, meraih mug yang sudah terpakai di meja dan menuju bak cuci piring untuk mencucinya.

Sehari lalu, atau bahkan beberapa jam yang lalu, ia pasti sudah akan merasa senang hanya dengan membayangkan perbaikan pada hubungannya dengan Chanyeol, namun sekarang ia sudah mengerti. Bersama tiap gosokan di mug, ia melepaskan harapannya untuk bisa kembali dengan Chanyeol, juga semua perasaan yang tersisa pada lelaki yang lebih muda tersebut. Dia sudah memiliki kesempatannya di masa lalu, dan ia melepaskannya, dan ia menyadari itu. Ini semua sudah terlambat baginya, dan ia tahu bahwa ia dan Chanyeol memang tidak seharusnya bersama.

Pandangannya teralih pada sebuah foto mungil yang ditempel di jendela depan bak cuci. Itu dari sebuah photo booth dengan logo amusement park yang ia dan Sooyoung kunjungi kemarin. Di foto tersebut adalah Chanyeol dan Baekhyun, nampak usil dan sangat bahagia. Ia tidak bodoh. Ia tahu bahwa dirinya adalah penyebab putusnya hubungan kedua lelaki tersebut, dan itu membuat hatinya terasa sakit oleh rasa bersalah kala menyadarinya.

Ia meletakkan mug yang baru selesai dicuci, mengambil nafas dalam, memandang foto itu sekali lagi, dan memperhatikan senyuman di bibir Baekhyun.

"Aku akan memperbaiki semua ini, aku berjanji."

.

~ xoxo ~

.

Baekhyun, Kyungsoo dan Jongin duduk di ruang tengah kediaman Kyungsoo, sementara si lelaki yang tengah mengandung bayi menyumpal wajahnya dengan telur gulung, kimbap, dan kimchi serta apapun yang Kyungsoo sajikan kepadanya. Jongin memperhatikannya, merasa puas. Syukurlah, air mata Baekhyun telah surut, dan meski dengan sakit hari pasca putus hubungan, ia merasa sangat lapar, jadi ia sesaat menyingkirkan permasalahannya dan membiarkan dirinya memanjakan diri dengan masakan buatan Kyungsoo.

Akhirnya, ia meletakkan sumpitnya, menggumamkan terimakasih, dan membiarkan pandangannya menyapu apartemen rapi sahabatnya. Apa yang menarik perhatiannya adalah sebuah mantel milik Kim Jongin yang tergantung di gantungan jas (ia sudah melihat lelaki itu memakainya berkali-kali selama di kampus). Ia mengerutkan alisnya, teringat bahwa Jongin tidak mengenakan mantel ketika mereka bertemu dengannya di amusement park. Ia mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Jongin.

"...apa kau melakukan seks dengan Kyungsoo?" Tanyanya terang-terangan, dan Jongin tergagap tidak jelas, sambil melambaikan tangannya.

"Yah, Byun Baekhyun, apa-apaan yang kau bicarakan itu." Kyungsoo memutar bola matanya meski dengan rona merah yang nampak di pipinya.

"Aku hanya bertanya. Itu adalah mantelnya, dan dia tidak memakainya baru-baru ini, jadi aku hanya berasumsi bahwa ia ada di sini malam sebelumnya. Dan lagi, aku samar mendengar suaranya ketika aku meneleponmu, menyuruhmu untuk kembali tidur." Baekhyun mengedikkan bahu.

"Well, ia memang tidur di sini semalam. Tapi dengan alasan yang sepenuhnya berbeda dengan apa yang pikiran mesummu kira, you bitch." Kyungsoo meraih piring-piring kotor dari meja, menjulurkan lidah pada Baekhyun.

"Kalau begitu, alasan apa?"

"Ketika kalian berdua pulang lebih awal malam lalu, Lu Han menyeret kami semua untuk minum-minum di bar, dan membuat Kris membayar semuanya. Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi, tapi begitulah kejadiannya. Dan, well, bisa dibilang aku sangat mabuk semalam, begitu juga dengan Sehun. Kyungsoo memutuskan untuk mengakhiri malam itu, dan ia membiarkanku untuk menginap disini selama semalam." Jongin mengangkat bahunya, dan Baekhyun hanya menjawab dengan gumaman, mengingat hal-hal yang terjadi malam lalu.

Jongin, dan juga Kyungsoo yang masih berada di dapur, menyadari perubahan jelas di tingkah temannya. Biasanya, Baekhyun akan muncul dengan tanggapan-tanggapan tak masuk akal lain untuk menjawab alasan terlalu-polos-untuk-dinilai-nyata yang diutarakan Jongin, tapi ia justru hanya diam, memeluk kakinya dan mengamati ibu jarinya seraya menggerak-gerakkannya. Jongin berdehem, dan Baekhyun memandangnya dari balik bulu matanya.

"Baek, apa yang terjadi dengan Chanyeol?" Ia akhirnya bertanya, dan Kyungsoo berhenti mencuci piring dan segera duduk dengan keduanya.

Baekhyun menarik bibirnya menjadi sebuah garis tipis, merasakan tenggorokannya kembali mengering oleh tayangan ulang kejadian kemarin malam dan pagi tadi. Ia memandang teman-temannya, dan melihat kepedulian yang tulus di wajah mereka kala dengan gugup menunggu Baekhyun mengatakan apa yang terjadi. Ia menggigit bibirnya, mengambil nafas panjang dan memastikan air matanya tidak menetes agar ia bisa berbicara dengan jelas, dan bukannya menangis meraung-raung.

"...Dara dan Sooyoung datang pagi tadi." Mulainya, dan ia merasa sedikit senang ketika Kyungsoo mengumpat di antara desis nafasnya.

"Datang? Kenapa?" Jongin, di luar dugaan, justru nampak lebih tenang.

"Sooyoung bilang bahwa Dara tidak memiliki tempat untuk menginap, jadi dia berjanji dan menawarkan tempat tinggal Chanyeol untuk ditempati."

"...kau putus dengannya karena itu?" Tanya Kyungsoo bingung.

"Tidak, brengsek. Aku tidak mungkin menyerah segampang itu." Gerutu Baekhyun.

"Tunggu. Biar kutebak." Sela Jongin, dan Baekhyun menoleh padanya.

"Baiklah?" Jawab Baekhyun, sedikit memiringkan kepalanya.

Jongin bergeser mendekat, meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya lembut. Kyungsoo melakukan hal yang sama pada tangan Baekhyun yang lain, dan tindakan kecil itu membuat Baekhyun ingin kembali menangis. Ia menggigit bibirnya lebih dalam, kembali memandang ke jari kakinya.

"Kau merasakan sesuatu." Ujar Jongin pelan, dan Baekhyun mengerutkan dahi.

"...itu sungguh bukan kalimat yang jelas, Jongin." Jawab Baekhyun, dan si lelaki berkulit gelap mengusapkan ibu jarinya di sepanjang punggung tangan Baekhyun.

"Chanyeol... si brengsek itu sesaat lupa denganmu, iya kan? Kau merasa terkhianati, dan kau tahu bahwa ia masih belum seutuhnya selesai dengan Dara. Apa aku benar?"

Baekhyun mulai terisak, menarik tangannya dan menutup wajah dengan keduanya. Tubuhnya bergetar oleh isakan tanpa suara, dan Kyungsoo mendekatkan diri untuk memeluk tubuhnya. Jongin menghela nafas seraya menelusurkan tangannya ke rambutnya sendiri, sebuah ekspresi kekesalan nampak di wajahnya.

"Si brengsek itu." Gumamnya, dan Kyungsoo menoleh padanya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Kyungsoo dengan mata melebar.

"Chanyeol adalah temanku. Aku tahu dia. Aku hanya... aku sungguh mengira ia sudah mengakhiri perasaannya pada Dara saat ini, tapi... fuck, aku akan mencekik pehernya suatu saat nanti. Itu adalah salah satu dari impian panjangku, kau tahu?" Gumam Jongin.

Kyungsoo memilih terdiam, mengusap rambut Baekhyun dan membisikkan ucapan-ucapan menenangkan padanya, mengingatkannya akan saat-saat menyenangkan dimana ada dia, Baekhyun, Lu Han dan Tao bersama-sama. Hal itu berhasil, meski hanya sedikit, membuat Baekhyun mengangguk pelan oleh ingatan itu, dan membuat ia tertawa kecil di antara tangisnya. Ketika Baekhyun sudah lebih tenang, Kyungsoo menempelkan kedua telapak tangannya pada pipi Baekhyun dan membuat ia memandang dirinya, menekan pipinya hanya untuk memastikan ia melakukannya.

"K-Kyung, jangan tekan wajahku, bitch." Gerutu Baekhyun, dan Kyungsoo tersenyum.

"Kau tahu apa yang kau butuhkan saat ini?"

"Hm?"

"Jarak."

"...hah?"

"Jongin, kemasi tasmu. Kita akan pergi berlibur sekarang." Ujar Kyungsoo tegas, menimbulkan tatapan curiga sekaligus bingung dari kedua lelaki yang lain.

.

~ xoxo ~

.

Chanyeol berjalan tak tentu arah di sekitaran kondominiumnya. Ia tahu bahwa ini tidak akan menyelesaikan masalah apapun, tapi ia sungguh tak tahu harus berbuat apa saat itu. Ia sungguh mencintai Baekhyun, sangat, tapi kehadiran Dara di hadapannya setelah sekian lama sungguh mengagetkannya hingga pikirannya tak mampu memproses tindakannya sendiri. Tanpa mempertimbangkan Baekhyun, ia melupakannya begitu saja, memberi Dara semua perhatiannya (yang membingungkan). Ia seharusnya marah pada wanita itu, tapi justru lihat apa yang telah dia lakukan? Ia mengacak rambutnya dengan geraman.

"Fuck..." Geramnya, mengingat wajah Baekhyun kala ia memutuskan hubungan mereka.

Ia merasa dadanya teremas erat, dan ia menarik nafas dalam, berusaha mencegah dirinya untuk tidak menangis. Ia tidak akan membiarkan dirinya melakukannya karena ini semua adalah kesalahannya sendiri, ia tahu itu. Sebuah langkah pelan membuatnya mengangkat kepala dengan cepat. Dara berdiri di hadapannya, dengan tas koper di belakang kakinya. Sebuah ekspesi yang tak terbaca nampak di wajahnya, dan Chanyeol mengerutkan dahi.

Sekarang ketika ia melihat Dara, seketika ia merasa begitu kesal, dan ia membenci bagaimana perutnya masih bisa merasakan beberapa kupu-kupu yang beterbangan di dalamnya kala Dara melangkah mendekat. Ia tahu ia seharusnya merasakah hal semacam ini hanya kepada Baekhyun, namun tubuhnya berujar lain. Ia menarik bibirnya menjadi sebuah garis tipis, mengangkat tangannya untuk memberikan sinyal pada Dara agar berhenti.

"Apa yang kau inginkan." Desisnya di antara giginya yang menggeretak, dan Dara mengedikkan bahu.

"Aku hanya ingin memastikan... beberapa hal." Ujarnya pendek, mengambil langkah yang lain.

"Apa?"

"Aku sungguh minta maaf. Ini semua salahku." Ujarnya, mengabaikan tatapan kesal yang diberikan Chanyeol kala ia mendekatinya.

"Tidak. Akulah yang mengacaukan segalanya dan... ugh."

"Yeol, dengar." Dara meraih tangan Chanyeol ke genggamannya dan menariknya dari kursi taman untuk sepenuhnya berdiri.

Wanita itu merengkuh wajahnya, dan Chanyeol membeku. Alis Chanyeol mengernyit bingung, dan Dara hanya bertahan diam, memandang tepat pada matanya. Ia nampak berpikir, menikmati jarak yang ada, sebelum ia menjilat bibirnya sendiri. Chanyeol semakin mengernyitkan dahinya.

"Kau mencintainya, iya kan?" Tanya Dara pelan, sebuah senyuman di bibirnya.

"Ya, tentu saja... Dan tolong lepaskan aku."

"Katakan itu."

"Katakan apa? Demi Tuhan, Dara, hentikan." Chanyeol mencoba mendorong wanita itu menjauh, namun ia bertahan di tempatnya.

"Katakan bahwa kau mencintai Baekhyun." Tuntutnya.

"...sialan, apa ada yang salah denganmu?" Chanyeol sepenuhnya bingung pada tingkah laku Dara.

"Ayolah, Park Chanyeol. Katakan."

"...aku mencintai Baekhyun." Hatinya merasa sakit kala ia mengucapkannya, berharap jemari cantik Baekhyun lah yang merengkuh wajahnya saat ini.

"Ya, tentu saja. Kau sangat mencintainya, iya kan?"

"Berapa banyak lagi aku harus memberitahumu-

"Sebanyak yang kau butuhkan untuk membuat hal itu masuk ke dalam pikiran dan hatimu, brengsek." Ujar Dara emosi, sedikit mengerutkan keningnya.

Mata Chanyeol melebar. Dara tidak pernah berujar kasar. Dan Dara pastinya bisa menebak pikirannya saat itu, karena ia kemudian mengangkat bahunya.

"Kebiasaan yang aku tiru dari Jiyong." Komentarnya sendiri, dan Chanyeol menggigit bibir.

"...apa kau akan melepaskan wajahku atau-

"Tidak."

"Apa?" Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, dan Dara mengedikkan bahu.

"Kau... kita perlu melakukan ini." Dara mencondongkan dirinya mendekat dan berjinjit.

"Apa yang kau-

Dara menempelkan bibir mereka berdua. Jika itu terjadi bertahun-tahun lalu, Chanyeol sudah akan merona merah dan merasakan perutnya berlompatan, tapi tidak. Ia merasa kosong, hampa, dan salah. Ia mendorong Dara pelan, dan ia melihat tatapan yang sama pada wanita itu. Mereka melangkah menjauh dari satu sama lain, dan Dara menepuk lengannya dengan tenang.

"Kau justru memikirkan Baekhyun, iya kan?"

Chanyeol memandangnya, namun ia bertahan diam.

"Kau berharap dialah yang menyentuhmu, menciummu... Aku pun juga, justru memikirkan Jiyong." Ia berujar pelan, dan lelaki itupun mengangguk.

"...di antara kita sudah berakhir, Dara." Gumam Chanyeol, hanya untuk menambahkan.

"Aku tahu. Maafkan soal apa yang pernah aku lakukan. Percayalah, aku merasa buruk setiap hari ketika mengingatnya. Dan aku juga minta maaf untuk hari ini. Kau... Chanyeol, kau perlu mengejar Baekhyun. Dan aku sangat mendukung kalian berdua!" Ujar Dara, mengepalkan tangannya ke udara pelan.

Chanyeol tertawa, dan mengikuti apa yang Dara lakukan. Ia berbalik untuk pergi, tapi ketika ia sudah tiba di pintu keluar taman, ia berbalik kepada Dara, dan ia melihat wanita itu berkutat dengan ponselnya. Ia memanggilnya, dan wanita itu mengangkat wajahnya, memberikan pandangan penuh tanya.

"Mengapa kau ada disini, Dara?" Tanyanya singkat, dan Dara mengangkat bahu, tertawa meski tanpa ada tanda kebahagiaan di dirinya.

"Jiyong dan aku... kami melewati masa yang sulit saat ini... sama seperti kalian berdua."

"...aku mengerti." Chanyeol menendang batu kecil dengan ujung sepatunya, dan Dara melambaikan tangan padanya.

"Aku paham bagaimana perasaanmu. Kita tengah berada di kapal yang sama saat ini, Chanyeol. Kejarlah Baekhyun, oke? Ia benar-benar sangat cantik."

"...baiklah, noona." Ujar Chanyeol, setengah meledek.

"Omo, itu terdengar bagus. Tolong sampaikan ucapan maafku pada Baekhyun, oke?"

"...akan aku sampaikan. Semoga beruntung untukmu juga."

.

~ xoxo ~

.

Setelah meninggalkan Dara (yang nampaknya berhasil menghubungi Jiyong melalui telepon) malam sebelumnya, Chanyeol tak hentinya mencari Baekhyun kesana kemari. Ia mencari di area kampus, kedai bubble tea dimana Sehun dan Minseok bekerja, kediaman Byun dan tempat tinggal lama Baekhyun. Ia bahkan mengecek rumah Tao (tidak ada siapapun di rumah), dan ia tidak tahu dimana Kyungsoo dan Lu Han tinggal. Kyungsoo tidak menjawab panggilan teleponnya, dan Sehun juga tidak tahu apapun. Jadi ia harus tidur dengan rasa bersalah, penyesalan, dan khawatir yang membebaninya malam itu.

Segera setelah kilau pertama sinar matahari muncul memasuki kamar sepinya, ia melompat bangun, bersiap menuju kampus. Jika ada satu hal yang ia tahu pasti tentang Baekhyun, itu adalah kenyataan bahwa lelaki mungil itu tidak suka melewatkan kelasnya. Ia sangat yakin akan bertemu Baekhyun di kampus hari ini. Namun dengan sialnya, Sooyoung muncul di rumahnya lagi pagi itu, namun ia memilih untuk tidak mempedulikan ucapan wanita tersebut (mengenai mengusir Dara atau semacamnya). Ia sama sekali tidak menghiraukannya dan memilih bersiap-siap.

"Hey, apa kau mendengarkanku, dasar bocah nakal?!" Ujar Sooyoung emosi, melemparkan sepotong roti panggang ke arahnya.

"Tidak." Jawabnya, seraya mengenakan baju blazer miliknya.

"Dasar kau sialan." Desis Sooyoung, dan Chanyeol mengangkat satu tangannya.

"Dengar, noona, aku sungguh tidak peduli dengan dirimu saat ini. Aku harus pergi ke kampus sekarang, jadi tolong pastikan ketika kau mengenyahkan dirimu dari tempat ini, kunci pintunya." Ujar Chanyeol kasar, bangkit berdiri seraya meraih ransel dan keluar dari rumah (ia mendengar sesuatu dilempar ke atas lantai yang mungkin adalah Sooyoung yang tengah mengamuk melampiaskan emosinya)

Chanyeol perlu bertemu Baekhyun saat ini dan menyampaikan permintaan maaf. Ia harus, karena ia membutuhkannya. Ia menyadari semua itu saat ini.

.

.

.

T/N:

Gimana caranya biar bisa dapet sahabat macem Kyungsoo