Harder © Oldurin20

.

.

.

CASTS © SMENT

.

.

.

See the end of the story for author's note

.

.

.

.

"Untuk apa kau menanyakan alamatku?" tanya Kai pura-pura bodoh.

"Tidak usah pura-pura bodoh."

"Hahaha, akhirnya kau menyerah juga. " ejeknya membuat yang ditelepon berdecak kesal.

"Beri tau alamatmu atau saat ini juga aku akan merubah pikiranku. "

"Baiklah, baiklah. Aku akan mengirimkannya lewat pesan. "

Seketika panggilan langsung terputus dan Kai segera mengirimkan alamatnya ke nomer Kyungsoo.

Setelah itu, ia langsung menelpon Sehun, namun ditengah-tengah panggilan ia baru ingat bahwa ini hari sabtu, akan sia-sia jika ia memanggil Sehun.

"Halo?"

Sehun mengangkatnya, tumben sekali.

"Waw, kau sudah bangun?"

"Iya aku ingin pergi pagi ini."

"Pergi kemana ? "

"Aku ingin pergi ke makam eomma, lalu makan siang. Kau mau ikut?"

"Hmmmm, kurasa kau butuh waktu sendiri untuk pergi ke makam, jadi mungkin aku hanya akan bergabung untuk makan siang, kabari aku jika kau sudah selesai pergi ke makam. "

"Baiklah. "

.

.
Selesai menerima panggilan dari Kai, Sehun langsung bergegas turun dari kamar apartemennya, ia hanya memakai jaket abu-abu dan celana jeans hitam pagi ini, membuatnya nampak lebih muda dibandingkan saat ia memakai suit, ia tidak memilih pakaian serba gelap karena ia tidak ingin memakai pakaian yang memperlihatkan kedukaan hatinya saat berkunjung ke makam, ia ingin selalu terlihat fresh jika berkunjung ke makam ibunya.

Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit dari apartemennya menuju makam ibunya, suasana sangat sepi, hanya ada dirinya disana sambil membawa sebuket bunga lili putih, Sehun berjalan sampai ia berada di depan nisan berbentuk salib yang menuliskan nama ibunya disana .

"Halo eomma, apa kabar ? " katanya sembari menyimpan buket bunga tersebut di depan nisan, Sehun duduk di hadapan nisan itu dan berdiam diri beberapa menit sebelum akhirnya ia kembali membuka mulutnya untuk bercerita.

"Beberapa hari yang lalu, aku mendapat kabar dari Kai tentang Luhan. Aku sangat terkejut, setelah menyerah bertahun-tahun akhirnya Tuhan menegurku untuk kembali mencari Luhan. " ia mengambil jeda sedikit sambil menatap sendu nisan salib di hadapannya. "Mianhae eomma…. Mianhae karena telah menyerah beberapa tahun lalu, aku berjanji kali ini aku akan membawa pulang Luhan, meski aku belum tau sosoknya seperti apa, tapi aku janji akan membawanya pulang seperti yang eomma minta dulu. "

Sambil duduk, Sehun menceritakan semua keluh kesahnya pada batu nisan di hadapannya, tentang kehidupan sehari-hari, tentang hal-hal bodoh yang menimpanya, tentang pekerjaannya yang selalu menumpuk, semua ia ceritakan saat itu juga. Sampai tak terasa waktu sudah hampir jam makan siang, ia berjanji akan makan siang dengan Kai, maka dari itu Sehun segera berdiri dan pamit pada eommanya, meninggalkan sebuket besar bunga lili besar disana.

.

.
.

Mereka berdua bertemu di restoran Kazakhstan yang dekat dengan apartemen mereka berdua, restoran itu sudah jadi langganan mereka setiap hari libur untuk makan siang, selain karena suasananya tenang, makanan yang disediakan juga sangat enak dan sederhana ditambah tidak terlalu mahal. Tidak selamanya seorang atasan perusahaan harus makan makanan mahal di restoran bintang lima terus.

"Bagaimana usahamu mencari Luhan ? sudah ada kemajuan ? " tanya Kai.

"Aku baru akan memulai meminta orang hari senin, jadi aku belum bertindak apa-apa untuk saat ini ? " Kai mengangguk pelan sambil menyeruput jus pesanannya. "Kau sendiri bagaimana dengan Kyungsoo ? " tanya Sehun.

"Tadi pagi ia meneleponku, ia bilang dia akan datang ke apartemenku malam ini, dan ya, pada akhirnya ia menerima tawaranku. "

"Selamat untukmu, jangan terlalu kasar pada anak awam sepertinya. "

"Tergantung bagaimana moodku nanti malam. " katanya sambil tertawa pelan.

.

.

.

Waktu menunjukkan pukul setengah enam, dan hal itu tentu saja membuat Kyungsoo semakin gugup, ie berjalan keluar rumah karena ia tau jarak dari rumahnya ke apartemen Kai sangatlah jauh, jadi ia harus berangkat lebih awal agar datang lebih awal pula, toh ia juga tidak ingin berlama-lama di apartemen Kai. Setelah menyelesaikan perjanjian dan kontrak ia akan segera langsung pulang.

Selama perjalanan, pikirannya tidak bisa tenang, ia akan kehilangan harga dirinya malam ini hanya demi uang, kalau bukan karena Luhan tidak mungkin ia menjual dirinya sendiri. Sungguh hatinya berkecamuk, bahkan saat tiba di depan apartemen Kai, rasanya ia mau muntah karena kepalanya tiba-tiba memusing hebat, ia benar-benar tegang sampai titik dimana ia sulit menelan ludahnya sendiri.

Ia naik lift ke lantai delapan dan mencari kamar nomer delapan ratus tujuh, setelah tiba di depan kamarnya, ia menekan bel dan pintupun langsung dibukan dengan cepat, seqkan Kai sudah menunggu dibalik pintu dalam waktu yang lama untuk sigap membukakan pintu.

"Selamat malam. " sapa Kai, sementara Kyungsoo hanya mengangguk dan memasang senyum sangat terpaksa.

"Duduklah di dapur, aku sudah menyiapkan makan malam. "

"Aku…"

"Aku tidak peduli kau sudah makan atau belum, tapi aku sudah menyiapkan makan malam untukmu jadi makanlah. " katanya dengan nada yang sangat otoriter.

Selama makan malam berlangsung, tidak ada topik pembicaraan di antara mereka, hanya bunyi dentingan alat makan yang saling beradu satu sama lain.

Setelah makan malam selesai, Kyungsoo dengen refleks langsung mencuci semua piring kotor yang ada.

"Kau sudah terlihat sangat sigap mengurus pekerjaan rumah. " ujar Kai, yang dituju hanya diam saja tidak menjawab apa-apa.

Selesai mencuci, Kyungsoo mengikuti Kai ke kamarnya, kamarnya sangat besar tapi terlihat sangat simple dan tidak terlalu banyak barang, hanya ada lemari pakaian, beberapa rak buku dan lukisan-lukisan sederhana.

Setelah sampai di kamar, Kai langsung menutup pintu dan menatap Kyungsoo dengan tajam.

"Buka bajumu. "

"Kenapa harus aku yang membukanya ? "

"Karena aku yang berkuasa disini, jadi kau harus menuruti perintahku. "

Jengkel dengan omongannya, Kyungsoo perlahan membuka jaket dan kaos yang ia kenakan, dengan gerakan yang serba ragu, akhirnya ia hanya menyisakan dalaman hitam yang ia gunakan.

"Berhenti, kau tidak usah membuka dalamanmu, biar aku yang membukanya nanti. "

Kyungsoo hanya menurut, setelahnya Kai menyuruhnya untuk duduk di pinggir ranjang, Kyungsoo memainkan jarinya untuk menghilangkan rasa gugup, matanyapun tidak fokus ke satu arah, selalu mencari arah lain agar tidak bertemu dengan mata Kai.

"Lihat aku. "

Satu hal yang membuat Kyungsoo sangat kesal, kata-katanya terdengar seperti perintah yang absolut, membuatnya nampak tidak bisa melawan sama sekali.

Ia melihat matanya, ada kilat nafsu disana tapi juga sesuatu yang Kyungsoo tidak bisa tebak. Kyungsoo meneguk salivanya dan kembali melempar pandangannya ke arah lain, namun Kai meraih dagunya dan mengecup sudut bibir Kyungsoo, membuat Kyungsoo sedikit kaget. Kemudian ia menjilat halus sudut bibir Kyungsoo, Kai memang pandai bermain-main dengan emosi orang, ia bahkan tidak menyentuh sama sekali bibir Kyungsoo, merasa cukup bermain dengan sudut bibir Kyungsoo, Kai turun sedikit untuk menjilat rahang Kyungsoo dan menyentuh pelan leher hangat Kyungsoo dengan jari-jarinya yang dingin, membuat pemiliknya sedikit mendesis.

"Kau mulai menikmatinya. " itu pernyataan, bukan pertanyaan. Sulit diakui tapi memang Kyungsoo mulai merasa tidak enak, tubuhnya mulai merinding dan sedikit gemetar.

Kyungsoo mencoba menggeser jemari dan tangan Kai yang sedaritadi menyentuh lehernya, namun Kai justru menepisnya dan menyuruh Kyungsoo untuk jangan bergerak sama sekali, ia sangat submissive malam ini, seperti mangsa yang tidak bisa berbuat apa-apa setelah ditangkap predator.

Perlahan tangan Kai turun memainkan puting Kyungsoo, dan lidahnya kini berkelana di leher Kyungsoo, sesekali ia mengecup leher hangat itu dan membuat Kyungsoo memekik sesekali. Wajahnya sudah mulai memerah bahkan menjalar sampai ke kuping, ia benar-benar merasa lemas.

Gemas dengan leher Kyungsoo, ia menggigitnya dengan keras membuat Kyungsoo setengah berteriak.

"Jangan ! taringmu terlalu tajam. " ujarnya saat ia merasakan perih di lehernya, taringnya sudah seperti vampire, ia yakin bekasnya tidak akan hilang sampai beberapa hari ke depan.

Kai tidak menggubris sama sekali komentar Kyungsoo, ia sudah hilang dalam nafsunya, sekejap, ia mendorong Kyungsoo dan duduk di atas Kyungsoo sambil membuka bajunya dan melemparkannya ke sembarang arah, Kai tau Kyungsoo mulai panik, kedua tangannya seperti menahan tubuh Kai untuk mendekat, namun Kai dengan mudahnya menepis kedua tangan kurus itu dan menguncinya di atas kepala Kyungsoo, kali ini ia mencium bibir Kyungsoo, tidak terlalu ganas maupun amatur, ia bahkan dengan santainya memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kyungsoo, tidak peduli kalau Kyungsoo tersedak salivanya sendiri.

Kai bisa mendengar Kyungsoo yang sudah mulai sibuk mendesah sedari tadi, jelas saja, Kai terus menyentuh tubuhnya dan bermain dengan putingnya tanpa henti selagi tangan yang satu lagi mengunci kedua tangan Kyungsoo dan membuatnya tidak bisa berkutik.

Tak lama ia bangkit –masih menahan kedua tangan Kyungsoo- dan duduk di atas perutnya.

"Kau mulai ereksi hanya dengan permainan seperti ini saja ? " ejek Kai yang sedari tadi sudah melihat dalaman Kyungsoo yang membasah.

Yang diejek hanya membuat ekspresi kesal sambil mendecak kencang.

"Wajahmu sangat merah, aku harus mengabadikan moment ini. " katanya sambil mengambil handphonenya.

"Hentikan ! jangan bertingkah bodoh ! "

"Ini bukan tindakan bodoh. " katanya sambil mulai mengambil gambar Kyungsoo dengan kondisi yang terlihat sangat erotis, Kyungsoo berusaha keras untuk menghindari kontak mata dengan kamera, ia juga berupaya untuk melepaskan kedua tangannya dari genggaman tangan Kai. Ia sudah bisa merasakan sakit dan pegal di kedua pergelangan tangannya, ia yakin itu akan membiru setelahnya.

Setelah selesai, Kai membuka pakaian dalam Kyungsoo yang kini menampilkan ereksinya, Kyungsoo benar-benar merasa malu, baru pertama kali ini ada orang lain selain dirinya yang melihat kelaminnya. Kai meletakkan tangannya melingkari kejantanan Kyungsoo dan mulai bermain dengannya.

"Tidak ! aku mohon jangan bermain dengan- ah ! "

Kai benar-benar suka melihat seseorang tidak berdaya di bawahnya, terutama saat melakukan seks, ia merasa benar-benar mendominasi pasangannya.

Rintihan dan sederet permohonan Kyungsoo membuat dirinya sendiri merasa terangsang, ia merasa harus segera memasuki Kyungsoo. Untuk mencegah Kyungsoo ejakulasi duluan, ia mengikat penis Kyungsoo dengan pita kecil mencegah spermanya keluar, sekaligus menambah rasa sakit Kyungsoo.

"Kau gila ?! " serapah Kyungsoo saat kejantannya diikat dengan pita.

"Sebaiknya kau diam saja, nikmati saja apa yang kulakukan. "

Kai melumuri kedua jarinya sekaligus dengan cairan yang sangat wangi, tanpa aba-aba ia langsung memasuki kedua jarinya sekaligus ke dalam anus Kyungsoo, membuat Kyungsoo

menjerti cukup kencang, namun setelahnya ia menahan jeritannya dengan menggigit bibirnya keras.

"Kau bisa melukai bibirmu nanti. "

Tak usah diberitaupun Kyungsoo tau kalau bibirnya bisa berdarah, tapi lebih baik begitu daripada ia mengeluarkan suara yang menjijikan seperti pelacur. Kai memaju mundurkan kedua jarinya dan sesekali memutarnya, Kyungsoo harus susah payah menahan desahannya gara-gara ulah Kai. Sekitar semenit Kai melakukan fingering yang sangat melelahkan bagi Kyungsoo, barulah ia mengeluarkan jarinya, Kyungsoopun menghela nafas lega, meskipun belum sepenuhnya lega karena pita di penisnya belum dilepas.

"Bersiaplah Kyungsoo, kita sudah sampai di acara utama. " katanya sambil menyeringai lebar.

Kyungsoo memperhatikan Kai membuka celananya dan tertegun, tidak mungkin milik Kai akan cukup di anusnya, fingering barusanpun tidak akan mempersiapkannya sama sekali.

Kai memegang pinggul Kyungsoo dan perlahan ia memasukkan penisnya ke dalam anus Kyungsoo, Kyungsoo langsung dapat merasakan perih berkali-kali lipat mendapati kejantanan Kai di dalamnya.

"Ahh ! " refleks ia memeluk punggung Kai dan menggigit bibirnya lebih kencang, mengakibatkan luka kecil pada bibirnya.

"Sssshh. " Kai sendiri mengerang saat dirinya dijepit kencang oleh Kyungsoo, selanjutnya Kai merendahkkan tubuhnya dan mulai mengecup lembut leher Kyungsoo, menenangkan Kyungsoo agar tidak terlalu tegang agar Kai bisa bergerak.

"Tenang Kyungsoo…." Bisiknya sambil menjilat telinga Kyungsoo.

Kai sudah merasa jepitan Kyungsoo mengendur, maka iapun mulai bergerak sambil mencium bibir Kyungsoo, di sisi lain ia mulai merasa perih pada punggungnya karena Kyungsoo mencakarnya dengan kencang seiring ia mempercepat gerakannya. Peluh mengalir pada tubuh keduanya, rasa sakit dan rasa puas menggerogoti keduanya.

"Kai ! Ahhhhh ! " bahkan Kyungsoo sudah tidak peduli lagi kalau suaranya terdengar seperti pelacur, ia sudah tidak bisa menahan suaranya lagi.

Salah satu tangan Kai mulai bergerak membuka sampul pita di penis Kyungsoo karena ia merasa akan segera ejakulasi di dalam Kyungsoo, bertepatan dengan dibukanya pita itu, Kai pun mengeluarkan semuanya di dalam Kyungsoo.

Keduanya terengah-tengah, sama-sama kehabisan tenaga. Terutama Kyungsoo, matanya sangat berat tapi keinginannya untuk pulang sangatlah tinggi, sayangnya tubuhnya tidak bisa diajak untuk bekerjasama, jadi ia hanya tetap berbaring dan terus menghela napas. Kembali ia merasakan ciuman lembut di bibirnya, Kyungsoo tidak akan sanggup kalau Kai meminta ronde kedua, toh perlahan ia menutup matanya dan terlelap dalam tidurnya.

.

.

.

.

.

Haloooo, bagaimana chapter ini? Hehehe mungkin pendek sih yaaa, tapi yaahhh, setidaknya pada akhirnya Kai kesampean buat tidur sama Kyungsoo heheheh. Untuk chapter selanjutnya, author gabisa janjiin akan update tanggal berapa karena sebenernya author masih disibukkan dengan tugas-tugas kuliah. Semoga ajaaa bisa update secepatnya.

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!