Naruto © Masashi Kishimoto
Tangled Two © Aiko Megami
Mature Theme
AU
Tangled Two
Chapter 1
First Encounter
.
.
Gedung-gedung pencakar langit di tengah keramaian malam Tokyo berdiri dengan gagahnya, seakan menantang langit gulita. Membuat kecil setiap hal yang ada di sekitarnya. Membuat ciut tiap orang yang melintasinya.
Oh ya, tapi tentu ini tidak berlaku jika kamu justru adalah salah satu pemilik gedung pencakar langit itu, kan?
Siapa?
Sasuke Uchiha.
.
Seorang pria dengan lengan kemeja digulung sesiku, dua kancing pada kerahnya dibuka, mengabaikan dasi yang tidak lagi rapi, wajah tampannya terlihat lelah, duduk menghadap jendela raksasa di ruangannya menatap lika-liku kota Tokyo dari lantai teratas gedung Uchiha Corp. Tentu saja ia adalah Sasuke Uchiha, sang presiden direktur dari perusahaan multinasional itu. Ia seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ditemani sebotol whiskey dan setumpuk berkas kerja yang harus ia periksa, malam ini akan panjang.
.
Sasuke dibesarkan untuk menjadi sempurna. Dikelilingi segala kemewahan yang ditawarkan oleh Ayah, sebagai gantinya, ia sudah belajar bisnis sejak masih di sekolah menengah. Menjadi orang seperti Sasuke, tidak mudah mencari teman, kebanyakan dari mereka hanya silau akan statusnya sebagai seorang Uchiha. Percintaan? Para wanita itu hanya butuh mobil dan uang, menurutnya. Menjadi orang nomor satu di perusahaan sebesar ini, every bit of him implies power.
Jika ditanya pada orang-orang yang sehari-harinya berada di sekitar Sasuke; partner-partner kerjanya di kantor, sekretarisnya, sampai sopir yang setiap hari siap untuk mengantarnya kesana kemari, Sasuke itu orang yang seperti apa, jawaban mereka pasti tidak jauh-jauh dari; workaholic, dingin dan kaku, cerdas, tidak ingin dibantah, juga kharismatik. Implikasi dari kepribadiannya yang kompleks dan tertutup.
Tahun ini Sasuke genap 29 tahun. Ia sadar, mungkin memang sudah seharusnya ia memiliki pasangan. Sasuke tidak suka anak kecil. Ia pikir, ia tidak punya waktu untuk hal-hal remeh seperti percintaan — pernikahan. Pekerjaannya, itu yang paling penting untuknya.
Ibunya, Mikoto Uchiha, sama seperti ibu lainnya di belahan dunia manapun, tidak henti-hentinya menyuruh Sasuke untuk menikah, setidaknya, mencoba hubungan yang serius. Ibu cukup khawatir juga, sih, dengan latar belakang Sasuke yang sebegitu impresif, banyak perempuan hanya akan memanfaatkannya, atau malah tidak berani sama sekali untuk mendekati anak lelakinya itu.
.
Maka karena kekhawatiran itu, kedua orang tua Sasuke, Fugaku dan Mikoto, menawarkan sebuah solusi. Pagi tadi, di kediaman keluarga Uchiha yang terletak di Azabu, mereka memberi tahu Sasuke mengenai ide ini. Sasuke akan dinikahkan – dijodohkan, dengan seorang putri kolega ayahnya.
Arranged marriage?
Sasuke terlihat tidak kaget. Terlalu tenang malah. Mungkin ini tidak akan terlalu buruk. Orang tuanya pasti akan memilihkan perempuan terbaik, kan? Sasuke hanya meng-iya-kan saja apa kata mereka dan langsung pergi lagi menuju kantornya. Daripada disuruh mencari sendiri, makhluk bernama wanita itu terlalu rumit. Ya, menurut Sasuke.
Sasuke dan perempuan itu akan bertemu akhir minggu ini, pernikahannya akan dilaksanakan antara satu sampai dua bulan ke depan.
Entahlah, Sasuke tidak begitu peduli.
.
.
Tangled Two © Aiko Megami
.
.
Sabtu pagi ini terasa sesak dan tidak menyenangkan seperti yang seharusnya. Langit cerah. Tidak terlalu panas, tidak juga terasa dingin. Tapi kenapa hatinya tidak bisa merasa sama?
.
Biasanya, pagi hari saat weekend begini Hinata gunakan untuk mengganti waktu tidurnya di hari-hari lain yang tidak cukup demi menopang gaya hidup yang sehat. Terima kasih pada kuliah pagi dan tugas-tugas yang menumpuk sebagai mahasiswi tingkat akhir.
Setelah bangun sekitar pukul 10, Hinata akan langsung menghubungi sahabat tersayangnya, Ino, untuk brunch di restoran shabu-shabu favorit mereka. Lalu diikuti dengan yoga sampai pukul 3 sore. Kemudian mereka kembali ke rumah Hinata (atau Ino) untuk mandi dan bersiap-siap pergi lagi, I mean, malam minggu, duh?
Meski sebenarnya Hinata lebih suka tempat yang tidak terlalu ramai dan berisik, ia biasanya mengikuti usulan Ino saja, sih, ke nightclub atau bar paling prestigous di Tokyo, berkumpul dengan teman-teman mereka yang lainnya.
After all, Hinata Hyuuga itu putri tunggal dari pebisnis kelas kakap, Hiashi Hyuuga. Walaupun dalam membesarkan Hinata, Hiashi berusaha agar anak perempuannya ini bisa hidup se 'normal' mungkin, tetap saja, terlahir dengan menyandang nama belakang yang sama dengan keluarga dengan status sosial seperti ini, she sure is living a certain lifestyle yang tidak sama dengan orang-orang pada umumnya.
But Hinata turned out great, dia perempuan yang pintar, baik, dan bisa memanfaatkan kekayaan berlebih Ayahnya dengan tidak berlebihan (aside from the fact that she drove an e-class benz, sure.)
Lagi pula, apa yang berlebihan dan tidak, itu subjektif, kan?
.
Jadi, Hinata berdiri di sini sekarang, di depan kaca pada dinding kamarnya. Memandangi cerminan dirinya yang menggunakan setelan baju ke-7 yang sudah ia coba sedari tadi. Akhirnya ia memutuskan hari ini akan memakai summer dress yang simpel dan manis berwarna biru dan kuning pastel dengan nude ankle strap heels. Hinata terlihat sangat cantik dan anggun. Di bawah, mobil sudah siap menunggu untuk berangkat brunch seperti biasanya. Namun kali ini bukan bersama Ino. Tapi bersama Ayahnya, bertemu dengan calon suaminya.
Ya, Tuhan.
Hari ini ia akan bertemu dengan calon suaminya. Hari ini. Kurang dari 2 jam lagi. Hinata terus-terusan mengulang ini di kepalanya. Mencoba mempersiapkan mentalnya agar tidak awkward nanti di depan calon keluarga barunya. Tapi tetap saja belum tampak senyum manis yang biasa bertengger di paras cantiknya.
Kenapa?
Ya, tentu saja karena calon suaminya ini adalah 'pilihan' Ayahnya. Seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Hinata pernah melihat wajah calon suaminya di majalah bisnis sebagai salah satu CEO muda sukses se-Asia. Hinata setuju jika dilihat dari segi kemapanan finansial, fisik, dan status sosial, siapa pun dari keluarga Uchiha pasti sudah memenuhi semuanya. Tapi tetap saja, Hinata juga seperti gadis-gadis lain pada umumnya yang mengelu-elukan cinta, apalagi di usianya yang masih cukup muda. Ia masih mengecap pendidikan sebagai mahasiswi jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas bergengsi di Tokyo. Ia masih punya jalan yang panjang bagi kehidupannya.
Tapi memang rasa sayang terhadap ayahnya yang begitu besar mengalahkan semuanya. Hinata tahu (dan rasanya semua orang juga tahu) bahwa pernikahan ini adalah pernikahan bisnis. Meski Ayah memang sangat memanjakan Hinata, Hinata mengerti bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa ia sanggah. Salah satunya ini. Hinata juga sebenarnya sudah cukup lama mengira-ngira bahwa ia (pada akhirnya) memang akan dijodohkan demi kerajaan bisnis keluarganya. Ia hanya tak menyangka akan secepat ini.
.
.
Tangled Two © Aiko Megami
.
.
Sasuke memasuki restoran mewah di kawasan Shibuya yang telah di booking oleh Ayahnya. Maksudnya, seluruh restoran itu sudah dipesan khusus untuk pertemuan dengan keluarga Hyuuga hari ini. Ayahnya ingin pertemuan ini bisa lebih intimate dan hangat. Sasuke hanya bergumam mendengar penuturan Ayahnya, meski ia tetap berpikir bahwa ini berlebihan. Jika seperti itu lebih baik bertemu di rumah saja. Tapi Sasuke enggan berdebat.
Sebenarnya Sasuke juga cukup penasaran dengan wanita yang telah dipilihkan Ayah dan Ibunya. Selama ini para wanita yang selalu mendatanginya. Mereka semua cantik dan terpelajar. Tentu saja walaupun mereka berhubungan hanya untuk some particular purpose, mereka bukan perempuan sembarangan. Sasuke tidak bisa asal main dengan perempuan mana saja, dan sebulan kemudian kembali untuk meminta pertanggungjawaban atas kehidupan lain yang tumbuh di dalam perut, atau lebih parahnya lagi, ia bisa terjangkit STD. Mengerikan.
.
Lima belas menit berlalu, Fugaku dan Mikoto Uchiha melihat kedatangan Hiashi Hyuuga dengan sumringah. Seorang perempuan cantik yang mengikuti Hiashi dengan anggun di belakangnya adalah yang ditunggu-tunggu. Calon menantunya. Calon istri Sasuke Uchiha, Hinata Hyuuga.
Sasuke segera berdiri menyambut kedatangan mereka yang sudah ditunggu sedari tadi.
Jadi ini, calon Ayah mertuanya, Hiashi Hyuuga, kolega perusahaan sekaligus teman dekat Ayahnya. Seorang pebisnis ulung dengan perusahaan raksasanya yang sudah berdiri dari generasi ke generasi.
Lalu pandangan Sasuke sampai pada Hinata.
Mata mereka bertemu.
Mereka biarkan itu selama beberapa detik. Mencoba membiasakan diri dengan kehadiran satu sama lain.
Sasuke tidak mengalihkan pandangannya. Hinata akhirnya menundukkan kepalanya mencoba menghindar dari tatapan Sasuke yang membuat ia merasa tidak nyaman.
Dia cantik, pikir Sasuke. Sangat cantik. Matanya bulat dengan iris terang seperti bulan. Rambutnya tergerai panjang menutupi bagian belakang tubuhnya. Badannya mungil — dengan emphasis di bagian-bagian yang tepat. Bagi Sasuke, jika hanya menilai dari tampilan fisik Hinata, perempuan itu terlihat seperti boneka keramik — fragile, handle with care.
Mana tahan ia dengan laki-laki seperti Sasuke?
Tangled Two
.
to be continued
.
A/N:
CLICHE
Iya, iya, aku tahu.
Sebenernya draft awal cerita ini sudah aku tulis di tahun 2013, kemarin lagi ngecek file2 di laptop eh ternyata masih ada, lalu aku tergerak untuk ngelanjutin lagi, so here it is
Aku juga belum tahu cerita ini gimana akan aku (berusaha untuk) kembangkan, semoga dalam character dan story development nya bisa aku minimalisir ke-klise-an nya ahaha
be it plotnya atau dalam cara penyampaian tulisanku
Oh iya ini fic multichap pertamaku! Jadi aku butuh sekali respon dan masukan dari kalian2 semua
Kalo review yang aku dapat cukup untuk menunjukkan antusiasme dari para pembaca, aku akan usahakan untuk updatenya ngga lama-lama! (dan lebih panjang isi tiap chapter, i know ini masih dikit:()
Anyway, thanks for reading! Jangan lupa review, ya!