LOVE IN PROBLEM

Pairing = [TAEIL X DOYOUNG] [HANSOL X YUTA] [JOHNNY X TEN] [JAEHYUN X TAEYONG] [MARK X DONGHYUCK] [JENO X JAEMIN] + JISUNG

Support Cast = Koeun, yumin(oc), etc.

Genre = Romance, Hurt/Comfort

Warning = YAOI, TYPO, AU, TIDAK SESUAI EYD, MPREG! TRANSGENDER!

.

BY Johntenny

Seorang namja manis dengan mata jernih bulatnya memandang nanar pada secarik kertas putih yang sedang digenggamnya. Pandangannya memburam karena air mata yang menumpuk di pelupuk matanya, dan siap menumpahkannya.

Dia meremat kertas itu dan melemparnya asal. Air mata yang ditahannya pun berakhir mengalir dipipi putihnya diiringi dengan isakan yang meluncur bebas dari bibir kissablenya. Dan kejadian beberapa jam yang lalu ikut berputar dalam ingatannya, kejadian yang mampu membuatnya hancur seketika.

FLASHBACK

Yuta baru saja keluar dari ruangan yang berwarna serba putih itu dan berjalan di koridor gedung yang penuh dengan orang-orang yang sedang berjuang melawan penyakit mereka. Ya gedung tempat Yuta berada sekarang adalah rumah sakit.

Dengan segala penyamaran yang melekat pada tubuhnya agar tidak dikenali publik, ia berjalan dengan riang, pulang menuju dorm mereka. Tentu saja SMROOKIES, karena itu Yuta tidak mau ada yang mengenalinya ditempat umum seperti ini, apalagi rumah sakit. Bisa-bisa ini menjadi viral.

.

Yuta keluar dari mobil yang ditumpanginya dan masuk ke dalam dorm dengan ceria. Ia tidak sabar ingin menyampaikan sesuatu pada kekasihnya. Sesuatu yang sangat membuatnya sangat bahagia. Apalagi dengan bukti hasil pemeriksaan dokter di rumah sakit tadi, ia sangat bersyukur.

Ia mesuk ke dalam kamarnya dan menghiraukan tatapan para member yang menatapnya aneh karena terus tersenyum. Tapi orang yang dicarinya justru tidak ada didalam. Ia mencari hampir ke setiap sudut ruangan dan semakin mengundang tatapan aneh dari yang lain.

"Ya! Yuta hyung, kau ini mencari apa sih? Mondar mandir terus!" Seru Doyoung yang risih dengan apa yang Yuta lakukan.

Yuta berhenti dari kegiatannya dan berbalik menatap Doyoung dan yang lainnya. "Aku mencari Hansol hyung." Ucapnya polos.

"Oh, Hansol hyung tadi dia ke gedung SM katanya." Ceplos Donghyuck yang kini bersender pada Mark. Yuta kini menatap Donghyuck berbinar. "Ah begitukah? Terimakasih informasinya Donghyuck."

Lalu Yuta segera pergi ke gedung SM menggunakan mobil yang sama. Sampai disana ia mencari Hansol ke ruang latihan tapi anehnya ia juga tidak menemukan Hansol di sana. Ia mencari ke seluruh tempat yang biasa ia dan Hansol kunjungi pun Hansol tak ada.

Yuta memutar otak, dan ia dapat satu ide. Ia belum mencari Hansol di atap. Lalu Yuta segera menuju lift dan memencet tombol lantai yang paling atas. Saat ia membuka pintunya, benar saja ia melihat Hansol di sana, tapi Hansol tidak sendirian, ia bersama seorang wanita yang sudah Yuta tahu siapa dia.

Yuta mengurungkan niatnya untuk membuka pintunya lebar, ia hanya memberi celah untuknya mengintip dan menguping apa yang sedang Hansol dan Koeun bicarakan disana karena mereka terlihat serius.

Posisi Hansol yang membelakangi Yuta membuatnya tak bisa melihat sang namja cantik. Yuta menajamkan penglihatan dan pendengarannya.

"Cepat katakan apa yang kau mau?" Tanya Hansol sedikit ketus pada yeoja didepannya.

"Eung... aku ingin meminta pertangung jawaban dari oppa karena malam hari perayaan Lee Sooman sajangnim waktu itu." Ucap Koeun menghiraukan nada ketus Hansol. Hansol mengernyit tak mengerti, ia merasa tak melakukan apapun dengan yeoja di hadapannya ini dua bulan yang lalu.

"Apa? Aku tidak melakukan apapun"

"Aku hamil anak Hansol oppa, dan oppa harus menikahiku"

JDEEERRR

Bagai disambar petir, tubuh Yuta melemas dan pegangannya pada kenop pintu atap mengendur. Ia menatap tak percaya pada dua orang disana.

Sama dengan Yuta, Hansol membelalakkan matanya pada Koeun. "Ya! Apa maksudmu?! Aku tidak pernah melakukannya denganmu! Kau jangan berkata yang tidak-tidak!" Bentak Hansol merasa kesal dengan tuduhan Koeun.

Koeun balik menatap Hansol tajam. "Malam itu sudah lewat dua bulan dan juga saat itu kau mabuk oppa! Mana mungkin kau ingat! Dan aku juga punya bukti tentang kehamilanku!" Sergah Koeun.

"Kalau begitu tunjukkan buktimu!"tantang Hansol. Koeun melempar kertas yang ia ambil dari saku celana jeansnya ke arah Hansol. Hansol menerima kertas itu dan membukannya. Disana tertera lambang rumah sakit, dan ia membulatkan matanya tak percaya saat membaca isi kertas itu.

Koeun menyeringai tapa sepengetahuan Hansol atas reaksi Hansol. "Bagaimana oppa? Kau percaya padaku kan? Kau tidak akan membiarkan anakku lahir tanpa seorang ayah kan? Kau akan bertanggung jawabkan?" Tanyanya dengan raut wajah yang dibuat semelas mungkin.

"Tapi..." Hansol tidak melanjutkan perkataannya karena melihat raut wajah Koeun yang begitu sedih. Ia tidak bisa melihat wanita bersedih dan juga orang yang dicintainya. Sejujurnya ia tidak percaya dengan semua ini, terlebih anaknya? Dia tidak percaya. Tapi mengingat betapa buruknya ia ketika mabuk, ia sedikit mempercayai itu anaknya.

Dengan kalut, ia memeluk Koeun yang kini meneteskan airmatanya. "Uljima aku akan bertanggung jawab." Dan Koeun menyeringai senang mendengar jawaban Hansol. Tak sengaja ia melihat ke pintu dan mendapatkan Yuta dibaliknya. Ia melayangkan senyum sinisnya pada Yuta.

.

Disisi lain Yuta benar-benar sudah lemas. Ia tidak sanggup melihat mereka lagi, bahkan tubuhnya pun sudah merosot ke lantai, dan airmatanya ikut mengalir menuruni pipi gembilnya.

Dia menatap perut datarnya dan mengelusnya perlahan. Jika Hansol bertanggung jawab pada Koeun, lalu bagaimana dengan bayi mereka? Apa anaknya akan lahir tanpa ayahnya? Lalu hubungan mereka...?

Mata basah Yuta tak sengaja bertabrakan dengan Koeun yang kini menyeringai dibalik punggung Hansol. Yuta mengerti arti tatapan itu. Yuta tahu betapa Koeun begitu mencintai Hansol, tapi kenyataannya, Hansol mencintainya, maka dari itu Koeun berusaha membuat Hannsol menjadi miliknya. Dia juga tahu anak yang dikandung Koeun bukanlah anak Hansol, karena dua bulan yang lalu itu Hansol hanya melakukan hubungan dengannya. Dan Koeun, ia melihatnya dengan namja lain.

Apa ini hanya jebakan Koeun untuk merebut Hansol darinya. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya pada Hansol tapi ia tahu Hansol punya prinsip untuk tidak mengubah kata-kata yang keluar dari bibirnya.

Yuta berdiri dan secepatnya berlari menjauh dari sana. Dengan airmata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya. Dan menghiraukan semua tatapan orang-orang disana.

FLASHBACK OFF

Yuta berbaring di kasur yang ia tempati dan Ten. Airmatanya terus mengalir tanpa bisa ia cegah. Ia bahkan tidak peduli dengan hujan yang mengguyur kota Seoul diluar sana, dan udara dingin yang begitu menusuk tulang. Ia berbaring tanpa selimut dan membiarkan matanya tertutup perlahan. Yuta tertidur bersama perasaan hancur dan juga dia membiarkan perutnya kelaparan karena melupakan makan malamnya.

Disisi lain, Hansol baru tersadar sesuatu. Ia baru saja mengatakan ia akan bertanggung jawab pada Koeun, itu artinya ia akan menikahi Koeun, lalu bagaimana dengan hubungannya dan Yuta? Ya Tuhan bagaimana bisa ia melupakan hal penting itu. Dia tidak bisa mencabut kata-katanya lagi, dan apa yang harus ia katakan pada Yuta? Ia pasti sudah menghancurkan perasaan kekasihnya.

Dia sangat mencintai Yuta, tapi dia tidak bisa meninggalkan Koeun, walau dia tidak tahu pasti kebenaran dari anak yang dikandung Koeun, namun dia tidak mau membuat yeoja itu kehilangan harga dirinya terlebih yeoja itu juga sudah dikenal publik sama dengannya.

Walau dia tidak bisa memberikan cinta pada Koeun seperti ia mencintai Yuta, tapi dia juga masih punya rasa kasihan. Sebenarnya juga dia sudah menganggap Koeun hanyalah sebagai teman, sedangkan sekarang dia harus bertanggung jawab pada Koeun dan apa ia juga harus melepaskan Yuta? Perasaannya tak bisa melepaskan Yuta. Ia terlalu mencintai namja Jepang itu.

"Oppa, jadi kapan kau akan menikahiku?" Pertanyaan dari Koeun membuyarkan semua lamunan Hansol. Hansol menoleh dan mendapati Koeun disampingnya. Saat ini mereka sedang berada di apartment Koeun. Koeun yang memintanya untuk menemaninya disini.

Hansol berdehem sebelum menjawab. "Mungkin secepatnya dan kita perlu bertemu kedua orangtua kita dulu ok" jawab Hansol dan dijawab senyuman manis yeoja itu.

Koeun meloncat ke pangkuan Hansol dan membuat namja tampan itu terkejut dan yang lebih membuat Hansol tak percaya ketika yeoja itu melumat bibirnya.

Sementara member SMROOKIES yang lain kini berada di dorm dengan raut wajah khawatir, mereka sangat khawatir dengan keadaan Yuta yang sudah sejak sore mengunci pintu kamarnya dan Ten. Ten sih tak masalah, toh dia bisa numpang ke kamar lain, yang masalah adalah Yuta yang belum makan malam. Dan juga Hansol yang belum juga pulang sejak siang.

Taeil sang tertua mencoba mendekati kamar Yuta, ia menoba membujuk adik Jepang nya itu. Taeil mengetuk pintu kamar Yuta.

Tok Tok Tok

"Yuta-ya apa kau tertidur? Kalau belum, makanlah dulu, kami menyisakan banyak makanan untukmu, jangan sampai kau sakit." Setelah mengucap itu Taeil menunggu jawaban dari Yuta. Tapi nihil, Yuta tak merespon apapun dari dalam kamar. Taeil menghela nafas kecewa.

"Yuta-ya ada apa denganmu? Bolehkah hyung masuk?" Pinta Taeil lagi. Dia masih belum menyerah.

"Yuta-ya tak apa kau tak mau keluar, asal katakan kalau kau baik-baik saja. Dan apa kau sudah bertemu Hansol?" Tak hanya Taeil, tapi member lain juga masih menunggu Taeil membujuk Yuta keluar kamar dengan harap-harap cemas.

"Pergilah hyung, aku ingin sendiri" jawaban Yuta yang begitu lirih dari dalam, membuat Taeil tak bisa berbuat apa-apa. Dia kembali ke ruang tengah dengan raut kecewa dan tanpa Yuta bersamanya.

Member lain menatap Taeil bingung. "Dimana Yuta hyung, Taeil hyung?" Tanya Doyoung.

Taeil menghela nafas, "Dia mengusirku, dia bilang dia ingin sendiri." Yang lain mendesah kecewa mendengar jawaban Taeil.

"Lalu aku bagaimana?" Tanya Ten mulai gusar. "Kau tidur denganku saja" celetuk Johnny. Ten menoleh ke arah Johnny, lalu tersenyum lebar. Dia menghampiri namja America itu lalu memeluknya seperti koala. "Kau yang terbaik!" Riangnya.

Yang lain hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Ten. Johnny mengangkat tubuh Ten dan membuat namja itu dalam gendongannya. "Ya sudah ayo kita tidur baby." Lalu Johnny membawa Ten ke kamarnya dan Hansol.

Setelah dua penggembira itu pergi, suasana seketika hening. "Baiklah minirookies, ini sudah jam 9 kalian besok sekolah. Jadi sekarang kalian harus tidur." Ucap Taeil memecahkan suasana hening.

Minirookies mengangguk nurut, dan Mark menuntun keempat adiknya menuju kamar mereka berlima. Mark, Donghyuck, dan Jeno tidur di kasur berukuran king size yang muat untuk tiga orang atau lebih. Sedangkan Jaemin dan Jisung tidur di kasur berukuran queen size yang bermuatan dua orang.

Mark mematikan lampu nakas mereka. "Jaljayo dongsaengie..." ucap Mark. Suara serak itu begitu jelas terdengar di telinga Donghyuck. "Jaljayo Mark hyung..." jawab mereka.
Baru saja Donghyuck akan memejamkan mata, ia dibuat terkejut oleh sepasang lengan yang melingkar apik di perutnya dan membuatnya masuk ke dalam sebuah pelukan hangat. Donghyuck bisa merasakan detak jantung dari seseorang yang memeluknya.

Beruntung Jeno membelakanginya dan tak melihat wajahnya yang memerah. Donghyuck tersenyum dan memejamkan matanya, tak berniat menyingkirkan pelukan itu dari tubuhnya.

Mark menyamankan posisinya yang memeluk Donghyuck. Dia tidak peduli jika Donghyuck dapat mendengar suara detak jantungnya. Dia tersenyum dan memejamkan matanya.

Jeno yang sedang berbaring menghadap kanan, tersenyum begitu melihat pemandangan di hadapannya. Bisa dengan bebas, ia memandang si cantik miliknya. Si cantik yang dimaksud Jeno tentulah Jaemin.

Jeno memperhatikan Jaemin yang dengan telaten meninabobokan si kecil Jisung. Jisung yang berada didekapan Jaemin tak membuatnya cemburu, justru ia melihat mereka seperti ibu dan anak, berlebihan memang.

Tak sengaja pandangan keduanya bertemu, Jeno mengerling dan menggumam pada Jaemin. "Jaljayo Jaeminie~"

"Jaljayo Jeno-ya..." balas Jaemin dan tersenyum lalu memejamkan matanya mengikuti yang lainnya.

.

Sekarang dorm yang berisi 13 orang namja itu terlihat sepi, karena hampir semua penghuninya masuk ke dalam kamar. Termasuk dua namja manis yang kini berbaring di atas ranjang mereka dengan mata jernih mereka yang menatap lurus ke langit-langit kamar.

"Doyoung-ah..." panggil yang lebih tua pada namja manis disampingnya. Doyoung hanya bergumam tanpa berniat menjawab.

"Aku khawatir sungguh..." keluh Taeyong. Doyoung menoleh pada Taeyong. "Apa yang hyung khawatirkan?" Tanya Doyoung.

Taeyong menghela nafasnya dan menoleh pada Doyoung. "Apa menurutmu Hansol hyung dan Yuta sedang bertengkar? Karena tadi Yuta kan baik-baik saja sebelum bertemu Hansol di gedung SM, tapi saat pulang dari SM dia bahkan menangis... sebenarnya apa yang terjadi..." Taeyong terlihat sangat khawatir.

"Aku juga berpikir seperti itu, di tambah lagi Hansol hyung belum pulang sedari tadi." Jelas Doyoung.

"Sudahlah hyung, nanti saat Hansol hyung pulang mereka juga akan berbaikan." Tambahnya. Taeyong mengangguk dan mulai memejamkan matanya.

Doyoung berbaring membelakangi Taeyong dan ikut memejamkan matanya.

.

Ten berbaring miring menghadap Johnny, begitu juga dengan Johnny. Ten memeluk Johnny seperti guling dan menelusupkan wajahnya ke dalam dada bidang Johnny. Johnny mengeratkan pelukannya pada pinggang ten, Lalu mencium pucuk kepala Ten lama, membuat namja manis dalam pelukannya itu tersenyum dalam tidurnya.

Hansol membuka pintu dorm setelah menekan sandinya. Ia melangkah masuk dan mendapati ruangan yang sudah kosong. Diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul 1 pagi.

Ini sudah sangat larut dan ia sudah sangat mengantuk. Ia berjalan menuju kamarnya dan membuka pintunya. Hansol mengernyit saat melihat dua orang yang tertidur di ranjangnya.

Tapi ia tersenyum begitu mengetahui siapa keduanya. Ten yang tenggelam dalam pelukan tubuh besar Johnny dan Johnny yang tersenyum dalam tidurnya. Mereka terlihat sangat bahagia. Hansol memilih kembali menutup pintunya.

Ia berpikir jika Ten tidur dikamarnya berarti di kamar Ten hanya ada Yuta. Dan itu artinya ia tidur di kamar mereka. Jujur Hansol agak bimbang untuk tidur di kamar Yuta, setelah apa yang terjadi padanya tadi.

Karena sudah sangat lelah, Hansol pergi menuju kamar Yuta dan saat ingin membuka pintunya, pintunya justru terkunci. Ingin sekali dia mengetuk pintu dan membangunkan Yuta, namun dia berpikir pasti Yuta sangat lelah. Maka dari itu Hansol berjalan gontai menuju sofa ruang tangan dan membaringkan tubuh besarnya disana.

Hansol memejamkan matanya dan membiarkan otaknya me-refresh semua apa yang terjadi Hari ini. Dia ingin tertidur dengan tanpa beban. Dan tak lama Hansol benar-benar tertidur.

.

Yuta terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya yang terasa sedikit perih. Ia mengecek ponselnya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 3 pagi, dia melirik nontifikasi di ponselnya dan berharap ada yang masuk, tapi harapan hanyalah harapan untukknya. Karena kenyataannya tidak ada satu pun nontifikasi di ponselnya. Bahkan dia berharap Hansol lah yang mengiriminya pesan.

'apa kau sudah melupakanku secepat itu Hansol hyung...'

Yuta bangkit dari tidurnya saat rasa haus menyerangnya. Ia membuka pintu kamarnya yang berada di sebelah kamar minirookies.

Yuta berjalan sedikit sempoyongan menuju dapur. Saat ia sampai di depan lorong yang langsung terhubung ke dapur dan ruang tengah, mata doenya tak sengaja menangkap tubuh seseorang yang tertidur di sofa. Yuta memincingkan matanya untuk melihat dengan jelas seseorang itu karena pencahayaan yang minim.

Saat melihat surai blonde, dia sudah bisa menebak siapa orang itu. Ingin Yuta menghampirinya, tapi seolah ada yang menahannya. Yuta hanya diam terpaku memandang Hansol yang tertidur di sofa.

Yuta memutuskan untuk ke dapur. Mengambil minum untuk menghilangkan dahaganya. Setelah meminum segelas air putih, Yuta meletakkan gelasnya kembali di atas meja. Ia melihat microwave yang di dalamnya terlihat ada semangkuk makanan. Yuta berpikir mungkin itu adalah makanan yang disisakan para member untuknya.

Yuta mengeluarkan mangkuk itu yang ternyata berisi Soup Cream. Yuta mengambil sendok dan mulai memakannya. Yuta tersenyum begitu rasa gurih terasa di lidahnya. Ini sangat lezat menurutnya.

Yuta mencuci mangkuknya setelah makan. Saat ia berbalik, ia dikejutkan dengan dirinya yang menubruk tubuh seseorang. Ia mendongak untuk menatap orang yang sudah di tabraknya. Mata doenya melebar diikuti dengan tubuhnya yang menegang. Pandangannya bertemu dengan mata bulat besar namun mempesona milk namja dihadapannya. Begitu juga dengan namja di hadapannya yang menatapnya... Sendu?

Yuta mengerjap dan menunduk, Lalu ia sedikit mendorong tubuh itu dan berlalu dari sana. Tapi, sebelum itu terjadi, namja itu menahan lengan tangannya.

Yuta melepaskan tangan Hansol dari tangannya. Ia memandang Hansol dengan tatapan kecewa yang begitu besar. "Jangan sentuh aku..." Lirihnya.

Deg!

Perasaan sesak menghampirinya, setelah mendengar ucapan lirih Yuta. Dia bisa melihat kalau Yuta menjauhinya.

"Yuta..."

"Kita akhiri sampai disini..." lanjutnya. Hansol menatap Yuta tak mengerti.

"Apa maksudmu Yuta?" Tanya Hansol bingung.

"Aku mendengar semuanya tadi... Jadi Ku pikir takkan ada gunanya aku menahanmu. Biar pun aku tidak percaya apa yang dikatakannya itu benar, tapi tetap Saja kita akan berakhir seperti ini. Aku tidak ingin semakin sakit... Jadi cukup sampai disini." Ucap Yuta menatap ke dalam mata Hansol. Mata Yuta sudah di banjiri air mata sedari tadi. Membuat Hansol sangat sakit.

Hansol menatap tak percaya pada Yuta, sekarang dia mengerti apa maksud Yuta. Ya Yuta mungkin benar, seberapa kuatnya Yuta menahan, tetap saja hubungan mereka akan seperti ini.

Hanson memeluk tubuh Yuta dan meletakkan dagunya di bahu sempit milik namja manis itu. Perasaan sesak itu semakin menjadi saat is merasakan sang kekasih tak membalas pelukannya. "Aku tahu kau masih mencintaiku, dan Aku pun juga masih mencintaimu. Perasaan ini tidak pernah pudar Yuta, justru semakin bertambah setiap harinya. Mungkin kau mendengar pembicaraanku dengan Koeun tadi, dan Aku minta maaf karena tidak berpikir panjang. Tapi Aku juga tidak bisa meninggalkannya terlebih kini Koeun sedang hamil. Setidaknya harga dirinya tidak jatuh dimata publik nantinya. Aku mohon pengertianmu Yuta." Tanpa sadar Hansol meneteskan airmatanya.

Yuta meneteskan airmatanya yang tiada hentinya, setelah mendengar penjelasan Hansol. Dia bahkan bisa mendengar suara Hansol yang bergetar. "Aku minta maaf Yuta, Aku sungguh menyesal..." Lirihnya dengan Nada penuh penyesalan.

Yuta melepaskan pelukan Hansol secara kasar saat ia merasakan perutnya bergejolak. Dia beralih ke wastafel dan memuntahkan isi perutnya.

"Hoek huwek... Huwek" Yuta mencengkram pinggiran wastafel. Yuta merasakan perutnya seperti diremas dari dalam, bahkan ia hanya memuntahkan saliva kental yang pahit bukan soup yang tadi ia makan.

Hansol yang panik dan khawatir pun memijat tengkuk Yuta agar mempermudah Yuta muntah. Yuta melemas dan hampir terjatuh kalau saja Hansol tidak menahannya dari belakang. Hansol membiarkan Yuta bersandar di dadanya. Ia mengusap wajah Yuta yang kini pucat pasi dengan sayang.

"Kau kenapa Yuta? Apa yang sakit?" Tanya Hansol khawatir. "Perutku sangat sakit... Hiks." Tanpa sadar Yuta menangis karena lemas dan rasa sakit di perutnya juga hatinya. Hansol membawa tangan kanannya di atau perut Yuta Lalu mengusapnya perlahan, berharap rasa sakit yang Yuta rasakan menghilang.

Yuta sendiri cukup terkejut dengan perlakuan Hansol padanya. Tapi ia tidak memungkiri kalau perlakuan Hansol membuatnya sedikit baikan. Dan rasa sakit di perutnya perlahan menghilang. Hansol membalik tubuh ringkih Yuta hingga menghadapnya, ia berlutut dihadapan Yuta. Membuat Yuta sedikit terkejut atas tindakannya.

Hansol menyingkap piyama yang Yuta pakai, sehingga menampakkan perut datar Yuta. Hansol menatap Yuta khawatir. Yuta panik dengan apa yang Hansol lakukan pun menepis tangan Hansol tetapi Hansol menahan tangannya.

Lalu Hansol memajukan wajahnya dan mencium perut datar Yuta dengan penuh perhatian. Dan memeluk pinggang ramping Yuta.

Yuta sempat terkejut dengan perlakuan Hansol. Darahnya berdesir dan jantungnya berdetak kencang. Hatinya tersentuh dengan perlakuan manis yang Hansol lakukan. Tangan kanannya ia letakkan di atas surai pirang Hansol, dan mengelus surai itu penuh cinta.

Ini adalah salah satu kebiasaan Hansol ketika ia sakit. Biasanya Hansol akan mencium bagian yang Yuta merasa sakit. Seperti sekarang, Hansol mencium perutnya, dan ajaibnya rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Dan benar saja, perutnya yang semula terasa seperti diremas dari dalam, kini hilang dan digantikan oleh perasaan senang sekaligus haru.

Yuta teringat dengan anak yang sedang dikandungnya. Dia tersenyum lirih dan terlihat miris. 'appa mu sedang menciummu sayang... Mianhae eomma...' batin Yuta sedih.

Hansol melepaskan ciumannya di perut Yuta dan menegakkan tubuhnya kembali. Dia membenarkan baju Yuta yang tersingkap dan menatap ke dalam mata cantik milik Yuta yang sudah di penuhi airmata.

Hansol mengusap air mata itu, dan ia bisa melihat tatapan kecewa dari mata Yuta. Hansol menarik tubuh Yuta hingga menempel dengan tubuhnya. Ia memiringkan kepalanya ke kiri dan menempatkan tangan kirinya dipinggang Yuta. Sedang kan tangan kanannya, mengusap bibir penuh milik Yuta. Mata Hansol ikut menatap bibir Yuta dan ia mulai memajukan wajahnya hingga jarak mereka hanya beberapa senti saja.

Yuta menatap balik ke dalam mata bulat Hansol. Ia sudah mulai terbuai dan meletakkan kedua tangannya di dada Hansol. Kedua belah bibir itu bertemu, berawal dari sekedar menempel. Hingga Hansol mulai menghisap bibir bawah Yuta dan melumatnya. Yuta memiringkan kepalanya ke kanan dan membalas ciuman dari Hansol.

Tanpa sadar air mata keduanya mengalir membasahi ciuman keduanya yang didasari oleh cinta suci mereka. Mereka berpikir mungkin ini adalah yang terakhir kalinya. Karena sehabis ini mungkin cinta mereka akan kandas.

Yuta mengalungkan lengannya di leher Hansol. Setelah di rasa kehabisan nafas, Yuta memukul pelan dada Hansol. Lalu Hansol melepaskan ciumannya, dan beralih menatap mata bulat Yuta.

Ia mengusap bibir bengkak Yuta. "Terimakasih sudah membalas cintaku... Aku merasa seperti orang yang paling beruntung saat bisa memilikimu dan dicintai olehmu... Tapi Kenyataan ini yang harus kita terima... Jika kita berjodoh kita akan kembali bersama Yuta... Aku minta maaf jika kini aku menyakitimu... Tapi percayalah sampai saat ini dan selamanya aku akan tetap mencintaimu... Terima Kasih atas selama ini... Aishiteru Nakamoto Yuta" ucap Hansol Lalu mencium kening Yuta sayang.

Tanpa sepatah kata pun Yuta berlari meninggalkan Hansol yang kini terdiam di dapur. Yuta memasuki kamarnya dan membiarkan tangisnya pecah disana. Yuta terisak keras, dan dia mencoba untuk tidak peduli dengan semuanya.

'tapi aku juga sedang mengandung anakmu hyung... Aishiteru yo Ji Hansol...'

Yuta berbaring sambil mengusap perutnya yang bekas dicium Hansol. Yuta menangis hingga tertidur.

.

Hansol berjalan lemas menuju Ruang kumpul dan merebahkan diri di sofa panjang. Ia memejamkan matanya dan membiarkan air mata membasahi wajahnya. Ia tidak bisa menghampiri Yuta dan memeluk seseorang yang sudah menjadi mantan kekasihnya itu. Dia tidak sanggup melihat betapa hancurnya Yuta sekarang. Dia hanya bisa diam dan menangis menyesali semuanya.

.

Sementara seseorang yang sedari tadi hanya bisa menonton pertengkaran sepasang kekasih yang mungkin sudah putus itu dengan perasaan tak menentu, hanya bisa terdiam. Dia sudah melihat semuanya, dari Yuta yang menyerah, sampai ciuman terakhir mereka.

Entah dia harus senang atau tidak. Dia mencintai namja manis itu dan ingin memilikinya sedari dulu. Tapi dia terlambat karena sudah didahulukan oleh Hansol. Dia sangat kecewa saat itu, tapi sekarang ia melihat hubungan mereka kandas, ia justru tidak merasa sangat bahagia. Tapi ia merasa sakit saat melihat Yuta menangis.

'apa ini harapanku untuk memilikimu lagi Yuta?'

Pagi menjelang, semua member sudah terbangun untuk melakukan aktifitas hari ini. Taeyong dan Jaehyun yang pastinya memasak makanan untuk sarapan mereka. Mereka semua mengernyit aneh saat melihat Taeyong yang menumis daging di penggorengan sambil menutupi hidungnya dengan sapu tangan.

"Hyung kau kenapa? Sakit?" Tanya Jaehyun heran sekaligus khawatir. Taeyong mematikan kompor setelah dagingnya sudah matang. Ia menoleh dan tersenyum pada kekasihnya itu. "Nan gwenchana..."

Jaehyun tidak percaya saat melihat wajah pucat Taeyong. Dia menyentuh kening Taeyong, dan sedikit bernafas lega saat merasakan suhu tubuh Taeyong normal.

Jaehyun kembali menata piring, sementara Taeyong memindahkan daging ke piring dan meletakkannya di meja makan yang berukuran besar itu.

Tak lama semuanya sudah berkumpul untuk sarapan bersama. Minirookies juga sudah siap untuk pergi ke sekolah, "ini bekal untuk kalian, jadi lebih baik kalian simpan uang jajan kalian untuk keperluan lain." Ucap Jaehyun sambil memberikan lima kotak makanan pada minirookies.

Minirookies tersenyum dan berucap terimakasih pada Jaehyun dan Taeyong yang sudah membuatkan makanan untuk mereka. "Terimakasih Jaehyun hyung, Taeyong hyung"

"Ne, cheonmaneyo..."

Semuanya sudah berkumpul dan memulai sarapan mereka.

Yuta hanya diam belum memakan daging yang diambilnya. Entah kenapa perutnya sangat benci pada daging, apalagi dengan aroma daging yang begitu amis baginya. Hidungnya sangat sensitive sekarang, mungkin karena kehamilannya.

Tapi Yuta tidak mau mengecewakan Taeyong atau dikira pilih-pilih makanan. Maka itu Yuta mencoba memakan walau hanya sesendok. Namun yang terjadi malah lebih parah. Perutnya seketika bergejolak saat daging itu menyentuh alat perasanya.

Yuta membekap mulutnya dan segera berlari menuju kamar mandi. Semua orang yang disana, memandang bingung dan khawatir pada Yuta. Hansol yang baru mau beranjak dari duduknya itu, tertahan oleh gerakan Taeil yang begitu cepat menyusul Yuta.

Semua member memandang Taeil dengan wajah bingung, terlebih lagi saat melihat Hansol yang notabenenya adalah kekasih Yuta. "Loh, kok hyung diam saja? Yuta hyung..."

"Tidak apa-apa, ada Taeil hyung kok. Lagi pula kami sudah tidak ada hubungan lagi..." Ucapan Ten terputus oleh perkataan Hansol yang membuat semua orang disana terdiam hening.

Doyoung terdiam sambil memandang pintu kamar mandi yang dipakai Yuta dan Taeil dengan pandangan sendu.

.

"Hoek..." Yuta memuntahkan sarapan yang ada di mulutnya. Perutnya sangat menolak daging yang ia makan, juga bau amis yang sensitif di hidungnya. Mungkin in karena pengaruh kehamilannya. Yuta meringis saat merasakan perutnya kembali sakit. Yuta mengusap sayang perutnya. 'eomma mohon jangan lagi sayang...'

Seolah mengerti, perutnya perlahan kembali normal. Yuta tersenyum dan membasuh wajahnya dengan air. Tiba-tiba Taeil datang dengan wajah khawatir. "Yuta kau baik?" Tanyanya.

Yuta menatap Taeil disampingnya dengan senyuman lemah. "Aku tidak apa-apa hyung..."

Taeil tak percaya, ia menggunakan telapak tangannya untuk menyentuh kening Yuta. Kening Yuta tidak panas, tapi wajah Yuta begitu pucat. "Lalu kenapa kau muntah-muntah?" Tanya Taeil. "Mungkin Aku sedang tidak suka daging hyung..." Jawabnya.

"Kenapa tidak bilang, kau bisa memakan sayur atau buah kan." Ucap Taeil lalu menuntun Yuta untuk kembali sarapan di meja makan. Yuta kembali duduk di tempatnya. Tapi, Yuta kembali enek dengan bau daging. Taeil mengoleskan aroma therapy di leher Yuta, dan memgambil salad buah yang sempat di buat oleh Taeyong kemarin.

"Taeyong-ah, aku minta salad buahmu tak apa kan? Selera makanku bermasalah dengan daging." Ucap Yuta pada Taeyong menoleh dan mengiyakan ucapan Yuta. Yuta tersenyum, "gomawo"

Yuta memakan salad buahnya dengan tenang. "Kau tidak boleh memakan buah yang asem karena ini masih pagi Yuta, nanti kau bisa sakit perut" ucap Taeil memperingati Yuta.

Semua terbengong melihat perhatian Taeil pada Yuta. Apa setelah putus dari Hansol, Yuta langsung berpacaran kembali dengan Taeil? Sebenarnya apa yang terjadi?

Hansol melihat Yuta dan Taeil dengan pandangan tak terima dengan senyum palsunya. Sementara namja manis berwajah kelinci itu hanya bisa menghela napas kecewa.

"Hyung kenapa kau tidak makan daging?" Tanya Jaehyun pada Taeyong yang memakan salad sayur. Ia Baru menyadari kalau kekasihnya itu hanya memakan salad. "Aku tidak mau, rasanya mual, aromanya saja sudah menyengat." Jawab Taeyong.

"Lalu bagaimana bisa hyung gemuk kalau tidak mau memakan daging." Ucap Jaehyun tak percaya. "Kalau begitu aku suapin yaa" rayu Jaehyun.

Taeyong menggeleng dan menolak rayuan Jaehyun. "Aku bilang tak mau, Jaehyun. Jangan paksa aku." Taeyong mencebik pada Jaehyun. Jaehyun hanya pasrah dan tak memaksa Taeyong lagi, dia tidak mau merusak pagi ini dengan keributan.

Tiba-tiba Ten beranjak dari duduknya dengan tergesa menuju kamarnya. Johnny yang disampinya menoleh aneh ke arah Ten. "Ten kau mau kemana? Makananmu belum habis." Ucap Johnny khawatir pada Ten yang tak memperdulikan ucapannya.

Doyoung beranjak dari duduknya dan mengambil air sari apel di kulkas, ketika melihat wajah pucat Ten. dia melihat tanggalan di kalender untuk memastikan sesuatu.

tak lama Ten kembali dengan wajah yang masih sedikit pucat. Doyoung mendekati Ten dan memberikan secangkir sari Apel yang dibuatnya pada Ten.

"Gomawo Doyoung-ah..." Ucap Ten dan diangguki Doyoung. Johnny memeriksa kening Ten dengan raut wajah khawatir. Dia bernafas lega saat merasakan suhu tubuh Ten yang normal-normal saja.

Ten kembali melanjutkan sarapannya dengan sedikit tidak bernafsu karena rasa sakit di perutnya. Tapi bagaimana pun juga dia harus menghargai sarapan yang dibuat Taeyong.

"Hyung, kami sudah siap." Ucap Jisung. "Aigoo... Baiklah ayo kita berangkat sekarang..." Johnny menepuk keningnya karena hampir lupa untuk mengantar minirookies ke sekolah mereka.

"Kami berangkat hyungdeul... Annyeong." Lalu mereka segera menuju mobil yang memang sudah disiapkan oleh Johnny. "Belajar yang baik dongsaengdeul." Balas Taeyong sedikit berteriak.

"Johnny hyung... aku nitip buah yaaa..." Ucap Yuta pada Johnny. "Sekalian saja beli buat perlengkapan sehari-hari yang sudah mulai kurang." Ucap Taeil dan memberikan Black card yang mereka punya dari SM.

Johnny mengangguk. "Kalau begitu aku butuh teman untuk berbelanja." Ucapnya sambil menerima Black card dari Taeil. "Aku saja... kebetulan aku tahu apa yang sudah mulai habis." Usul Doyoung dan berdiri dari duduknya. Ia mencuci piringnya setelah makan di wastafel.

"Doyoung-ah" Panggil Ten. Doyoung menghampiri Ten dan sedikit menunduk saat Ten membisikkan sesuatu padanya. Doyoung mengangguk mengerti, sedangkan yang lain hanya menatap mereka penasaran. "Ten kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Johnny.

Ten menggeleng pelan. "Sudahlah minirookies sudah menunggu. Jangan sampai mereka telat." Ucap Ten.

Johnny dan Doyoung mengantar minirookies ke sekolah mereka. Beruntung minirookies masih punya waktu setengah jam sebelum bel dibunyikan.

Setelah itu mereka mampir ke super market untuk membeli keperluan sehari-hari. "Johnny hyung, kau pergi ke bagian makanan saja, biar aku mengurus yang lain." Ucap Doyoung.

Johnny mengikuti kata Doyoung tanpa banyak bertanya, dan dia segera pergi ke tempat buah-buahan. Doyoung menuju tempat lain untuk membeli yang lain.

Untung mereka memakai penyamaran, jadi tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka. Johnny sudah mengambil beberapa buah yang sekiranya dibutuhkan disana, seperti apel yang setiap hari selalu diperlukan.

Disisi lain, Doyoung mengambil salah satu benda khusus dengan pandangan panas dingin dan juga ragu. Karena takut dipandang curiga orang lain, dia mengambil asal dan memisahkannya dari keranjang belanja yang sudah berisi banyak keperluan lain.

Di kasir, ia menghampiri Johnny untuk sekaligus membayar bawaan mereka. Tak kira-kira belanjaan mereka mencapai 5 kantung plastik besar yang sudah dipastikan berat semua.

"Hyung tunggu di mobil saja aku sepertinya masih ada keperluan." Ucap Doyoung dan di iyakan Johnny. Johnny dibantu oleh beberapa orang disana untuk membawa belanjaan mereka di mobil.

Doyoung meletakkan benda yang tadi dipisahkannya untuk di bayar ke kasir. Sang kasir mengernyit bingung tapi ia tetap melayani Doyoung dan segera membungkusnya untuk Doyoung.

Setelah membayar Doyoung segera menyembunyikan benda yang ia beli tadi. Dan duduk di mobil lalu pulang ke dorm bersama Johnny.

.

Mereka sudah sampai di dorm dan langsung meletakkan barang belanjaan mereka di meja makan yang sudah rapi. Doyoung celingukan mencari seseorang. "Ten eoddi?" Tanyanya pada Hansol yang masih membersihkan counter dapur.

"Dikamarnya mungkin." Jawab Hansol. Doyoung menghampiri Ten yang berada di kamarnya sendiri dan Yuta. Membiarkan Johnny yang mengurus barang mereka bersama Hansol hyung.

.

Tok tok tok

"Ten ini aku Doyoung."

Doyoung mengetuk pintu kamar Ten dan Yuta. Tak lama terdengar sahutan dari dalam. "Masuk saja Doyoung-ah." Balas Ten dari dalam.

Doyoung membuka pintu kamar dihadapannya, dan melangkah masuk ke dalam. Setelah menutup pintu tersebut, dirinya mengernyit saat melihat Ten dan Yuta yang duduk saling berhadapan. Mereka terlihat sangat serius, dan secarik kertas yang berada di genggaman Ten.

"Ten ada apa?" Tanya Doyoung bingung dan mendekati keduanya.

"Ini, aku menemukan ini tadi di dekat meja nakas." Ucap Ten datar tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Yuta yang kini menunduk. Doyoung mengambil secarik kertas yang disodorkan Ten padanya, lalu membacanya.

Mata kelinci Doyoung membulat sempurna saat membaca isi kertas itu. Doyoung mengalihkan pandangannya pada Yuta dengan tatapan tak percaya.

"Ini serius? Yuta hyung?" Tanya Doyoung dan segera duduk di samping Yuta.

Yuta mengangguk lemah menjawab pertanyaan Doyoung. "Sejak kapan hyung?" Tanya Ten lagi. "Aku baru saja memeriksanya kemarin" lirih Yuta.

"Lalu ini anak siapa hyung?" Tanya Doyoung. "Hansol hyung..." air mata Yuta sudah tumpah sedari tadi, dan setelah menyebut nama Hansol perasaan sakitnya semakin menjadi.

"Lalu kenapa... kenapa Hansol hyung bilang kalian sudah putus? Apa maksudnya itu?" Tanya Ten tak mengerti. Yuta terperangah saat Ten mengatakan kalau Hansol sudah memberitahu yang lain tentang hubungan mereka.

"Kemarin aku ingin memberikan kejutan pada Hansol hyung mengenai kehamilanku, tapi di saat itu aku terlambat mengatakannya karena Koeun datang mengacaukan semuanya. Dia datang dan mengatakan kalau Hansol hyung harus bertanggung jawab atas kehamilannya dan Hansol hyung mengatakan kalau dia akan bertanggung jawab pada Koeun setelah melihat bukti yang Koeun berikan. Dan malamnya setelah kalian tidur, aku dan Hansol hyung..." Yuta tidak sanggup melanjutkan ceritanya, Yuta terisak dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Doyoung dan Ten mencelos mendengar pengakuan Yuta. Mereka memeluk Yuta dan mengelus punggung namja Jepang itu dengan prihatin.

"Apa hyung sudah cerita mengenai kehamilan hyung pada Hansol hyung?" Tanya Doyoung. Yuta mengangkat wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. "Aku tidak bisa mengatakannya. Lagipula semuanya sudah terlambat."

"Tidak hyung, kau harus mengatakannya pada Hansol hyung. Lagipula memangnya Koeun benar-benar hamil anak Hansol hyung? Aku sih tidak yakin." Ucap Ten. "Ya, dia memang bukan hamil anak Hansol hyung, karena ia bilang dia melakukannya bersama Hansol hyung dua bulan yang lalu. Sama persis saat aku melakukannya bersama Hansol hyung juga. Aku sudah tahu ini akal-akalan Koeun untuk merebut Hansol hyung dariku." Jelas Yuta.

Ten dan Doyoung kembali dibuat menganga dengan penjelasan Yuta. "Ya kalau begitu hyung bisa menjelaskannya pada Hansol hyung, kau harus mengatakan yang sebenarnya pada Hansol hyung sebelum terlambat." Ucap Ten menggebu.

"Tidak Ten. Kau tahu bagaimana Hansol hyung sudah menganggap Koeun sebagai temannya, dan sekarang dia percaya kalau itu anaknya. Dia pasti tidak akan merubah ucapannya. Lagipula Koeun itu sangat berbahaya, dia bisa melakukan apapun semi keinginannya. Maka dari itu, biarkan saja dulu, suatu saat semua kejahatannya pasti akan terungkap." Yuta menerawang ke depan.

Dadanya begitu sesak saat mengingat keadaannya bersama Hansol. Yuta kembali terisak dalam pelukan Doyoung dan Ten.

"K-kalian hiks berjanjilah akan merahasiakan ini dari siapapun hiks" mohon Yuta. Ten dan Doyoung mengangguk mengiyakan. Mereka sangat khawatir dengan keadaan yang akan mereka hadapi.

.

Yuta menyeka airmatanya dan tersenyum pada Ten dan Doyoung. "Gomawo sudah mau mengerti, aku percaya pada kalian." Ucap Yuta sambil tersenyum. Ten dan Doyoung ikut tersenyum dan mengelus bahu Yuta. "Cheonmaneyo." Jawab keduanya.

"Oh ya Ten, ini pesananmu. Maaf jika salah jenisnya, aku tidak tahu yang mana yang biasa kau pakai, jadi aku beli keduanya" Ringis Doyoung sambil menyerahkan sekatung plastik yang berisikan belanjaannya pada Ten. Sebenarnya itu adalah pesanan Ten pada Doyoung.

Ten tersenyum dan menerima plastik itu dari Doyoung. "Gwenchana" Jawabnya.

Yuta melirik ke arah plastik itu dengan dahi berkerut. "Itu apa?" Tanya Yuta bingung. "Biasa hyung." Jawab Ten sambil mengerling pada Yuta. Lalu Ten pergi ke kamar mandi untuk menyelesaikan 'urusannya'.

Yuta mengangkat sebelah alisnya sebelum melihat tanggalan. Lalu mulutnya berbentuk O ketika ia mengingat sesuatu. Tak lama Ten keluar dari kamar mandi.

"Kau 'keluar' hari ini?" Tanya Yuta dan diangguki oleh Ten. "Dihari pertama pasti selalu sakit, menyebalkan." Gerutu Ten.

"Kau masih mending hanya hari pertama, aku sampai hari terakhir masih saja sakit." Desah Doyoung.

"Hm ya itu memang sudah derita kita kan" ucap Yuta dengan senyum kecil. Doyoung dan Ten mengangguki perkataan Yuta. Ini memang derita mereka sebagai yeoja. Yeoja? Ya mereka lebih tepatnya Taeyong, Yuta, Doyoung, dan Ten, mereka adalah seorang perempuan yang terpaksa menjalani takdir yang mengubah mereka. Seorang yeoja yang tidak pernah diterima oleh sebuah keluarga atau yang tidak bisa menerima seorang yeoja atau pun karena tidak dapat memiliki anak seorang namja. Ini nasib yang harus mereka terima.

"ngomong-ngomong bagaimana kau bisa memprediksi sebelumnya kalau kau hamil, sebelum kau ke rumah sakit hyung?" tanya Ten penasaran. Yuta terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab. "awalnya memang sudah kuduga hal ini akan terjadi, karena dua bulan yang lalu kami melakukannya tanpa pengaman. Dan benar saja aku sudah telat dua bulan."

Mereka juga melakukan operasi transgender dengan tidak melepaskan alat reproduksi wanita mereka, karena mereka tidak ingin menyesal sendirinya. Orangtua mereka tidak tahu jika mereka meminta kepada sang dokter yang menangani mereka untuk tidak mengangkat organ vital wanita mereka. Mereka hanya diberi penambahan organ vital laki-laki dan hormon laki-laki.

"ah begitu ya..." gumam Ten dan Doyoung. "kita keluar saja sekarang, pasti yang sudah bersiap untuk latihan hari ini" ucap Yuta dan yang mereka pun bangkit dari kasur Yuta dan keluar untuk latihan hari ini dengan member lainnya.

Semua siswa yang berada di kelas XI-3 serius memperhatikan guru mereka yang sedang menjelaskan materi matematika. Tapi sepertinya dengan seorang namja manis bernama Na Jaemin. Sudah dari setengah jam yang lalu, ia merasa gelisah. Perutnya terasa begitu nyeri, seperti di remas dari dalam. Entah kenapa ia merasa jika sakitnya semakin terasa bukannya menghilang. Jaemin melirik ke bawah dan ia begitu terkejut ketika melihat celana sekolahnya basah, Jaemin melirik Jeno disampingnya. Ia mengguncang lengan Jeno pelan untuk mendapatkan perhatian dari kekasihnya itu.

Jeno menoleh dan mendapati Jaemin dengan wajah pucat serta keringat dingin yang sudah mengalir deras dari pelipisnya. Jeno mencondongkan tubuhnya ke kanan untukbertanya pada Jaemin. "Jaemin-ah, ada apa?" tanyanya. Ada nada cemas yang terselip di sana.

"aku tidak tahu hyung, tapi perutku begitu sakit hyung. Dan sekarang celanaku basah" jawab Jaemin. Jeno yang melihat keadaan Jaemin yang begitu kacau pun meminta izimn kepada sang guru yang sedang mengajar untuk mengantar Jaemin ke ruang kesehatan.

Jeno membawa Jaemin ke ruang kesehatan, dan beruntung dokter yang menengani ada di sana. Sang dokter segera menghampiri keduanya, dan menyuruh Jaemin untuk berbaring di salah satu ranjang di sana. Dan Jeno memperhatikan dengan khawatir apa yang dokter itu lakukan. "Apa yang kau rasakan?" tanya dokter wanita yang kelihatan masih muda itu. "perutku sangat sakit dokter, seperti linu" jawab Jaemin sambil menunjuk perut bagian bawahnya. Sang dokter sedikit menekan bagian yang Jaemin tunjuk. "Kau sakit di bagian sini?" tanya sang dokter memastikan. "Apa celanamu basah?" tanya sang dokter dan Jaemin mengangguk.

Dokter itu mengangguk seakan mengerti. "Gantilah celanamu dulu" perintah dokter itu dengan ramah. Jaemin mengangguk dan mengganti celananya di toilet yang tersedia di sana. "Jadi bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Jeno khawatir. Sang dokter tersenyum. "Dia akan baik-baik saja. Itu hanya menstruasi" jawabnya tenang. Lain hal dengan tanggapan Jeno yang sangat shok. "MWO?!" dengan gagap Jeno membungkuk meminta maaf karena tidak sopan membentak sang dokter. "T-tapi dok, Jaemin itu kan namja" jawab Jeno lemas. Tak lama Jaemin kembali dan kembali berbaring di ranjang.

"saya pikir kau harus bertanya pada temanmu lebih lanjut, dan saya juga tahu jika teman anda namja, haksaeng. Namun yang terjadi memang itu." Jawabnya. Jeno segera menghampiri Jaemin yang kini menangis. "Jaemin-ah..."

"Hyung, di celanaku ada darah, aku tidak tahu itu apa" Jaemin mengadu, dan Jeno dapat melihat guncangan dalam jiwa Jaemin. Jeno melemas dengan lemah dia menjawab. "Kau mengalami menstruasi Jaemin-ah"

Jaemin menatap tak pecaya dengan apa yang dikatakan Jeno. "tapi aku namja hyung" jawab Jaemin dengan tatapan kosong. Setelahnya semuanya hening, sementara sang dokter keluar untuk memberikan mereka privasi. Jaemin menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Jeno mengusap bahu bergetar Jaemin lembut. "Hyung pergilah, aku ingin sendiri" dan Jeno dapat mendengar suara isakan Jaemin setelahnya.

TBC

Hai, sebelumnya ini adalah FF pertamaku di FFN. Aku lagi suka NCT dan aku mau coba bikin. Maaf ya kalau ini aneh. Sebenarnya aku gak pede buat FF ini, apa lagi kalo diliat pairnya jarang banget. Buat yang membaca FF ini aku minta maaf jika ada typo, dan kalo alurnya ngeselin. Dan aku sangat berterima kasih buat yang minat baca. Dan aku minta pendapat reader sekalian, mending lanjutin atau enggak?

Salam Johntenny