NAUGHTY

Chapter 4


Taeyong memang diam. Hanya diam saat pemuda Jung itu mulai menarik dan membantingkan tubuhnya di atas ranjang dengan begitu kasar. Ia diam saat pemuda Jung itu mulai meraba-raba dan menciumi tubuhnya dengan begitu bernafsu. Ia pun diam saat pemuda Jung itu mulai merobek pakaian yang ia kenakan.

Ia diam. Namun bukan berarti rela. Tapi karena ia sudah terlalu lelah mengalami hal seperti ini. Kenapa selalu terjadi padanya?

Taeyongie, kau harus menjaga dirimu ya?

Taeyong sudah berjanji padanya.

Dan dia mengingkarinya.

'Maafkan aku...'


Jaehyun yang memang sedang marah. Memang dengan tak segan-segan dengan pemuda di depannya yang terbaring sambil menutup mata pasrah. Rasa iba menghampiri pemuda untuk beberapa saat ketika melihat wajah pemuda di depannya itu. Namun itu hanyalah sebentar, karena Jaehyun mengingat kembali alasan dari kemarahannya pada pemuda itu. Insiden di ruang Yunho-ssam. Ia melihat sebagian kejadian itu walau tak sampai akhir. Langsung pergi dengan perasaan sangat marah.

Jaehyun menggeram kesal. Tak ada yang berhak menyentuh orang yang ia inginkan!

Sentuhan-sentuhan itu menghilang.

Taeyong membuka matanya perlahan, melihat sepasang mata tajam pemuda yang kini ada di atasnya. Pandangan mata itu begitu menusuk. Mengintimidasi. Taeyong bisa melihat kemarahan di sana. Dengan cepat dipalingkannya wajahnya ke samping, enggan lebih lama melihat mata itu. Sejujurnya Taeyong…takut.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Taeyong masih mempertahankan kesan dinginnya. Namun sepertinya itu tidak berhasil. Karena suaranya jelas terdengar bergetar.

Jaehyun makin geram dengan pemuda di depannya. Membuatnya mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mendaratkannya di pipi kiri Taeyong dengan sekali hentakan. Sebuah tamparan. Membekaskan jejak merah dan rasa sakit. Taeyong mengangkat tangannya untuk mengusap pipinya yang terasa panas sambil mengalihkan pandangan ke arah Jaehyun. Pemuda itu masih sangat emosi rupanya.

"Kau ini bodoh atau apa hah!?" bentak Jaehyun "Aku mau memperkosamu dan kau diam saja! Harusnya kau menolak! Mendorongku! Pukul aku! Apa saja untuk menghentikanku!" lanjut Jaehyun tanpa menurunkan nada bicaranya yang tinggi. Jaehyun turun dari tempat tidur, menyalurkan kemarahan tanpa sebabnya dengan memukul dinding.

Bukannya takut atau merasa menyesal, Taeyong malah menyeringai lalu tertawa pelan. Mencoba mendudukkan dirinya di sisi ranjang tidur menghadap ke arah Jaehyun yang sedang berdiri. Menurunkan kaki-kakinya ke lantai dengan tangan menopang tubuhnya di belakang. "Ternyata Tuan Jung kita tak bisa melakukannya. Kenapa? Merasa bersalah? Kasihan padaku?" ucapnya lagi sambil melepaskan seragamnya yang sudah tak berbentuk. Membuat tubuh bagian atasnya terekspos. Melemparkan gulungan seragamnya itu ke arah Jaehyun. "Aku tak butuh belas kasihan seperti itu darimu!"

Benar benar baru pertama kalinya Jaehyun menemui pemuda seperti ini. Pemuda yang diam saja saat diperkosa? Bahkan dari ucapannya, semua orang akan setuju jika seperti ini Taeyong sendiri lah yang terlihat memintanya sekarang. APA PEMUDA ITU GILA?!

Jaehyun berbalik pergi dengan tangan terkepal kuat.

"Ternyata kau tak punya nyali, Jung!" Ucap Taeyong menantang. Cukup untuk membuat kemarahan Jaehyun kembali tersulut dan menerjang tubuh Taeyong hingga terlentang di kasur, untuk sekedar mengenalkan kekuatan kedua tangannya dengan leher putihnya. Mencekiknya.

"Uhuk―" Taeyong mulai kehabisan nafasnya karena pasokan oksigennya tak terpenuhi. Jaehyun sama sekali tak main-main dengan kekuatan cekikannya. Taeyong mencoba melepaskan tangan dari lehernya itu, menendangi ke segala arah, namun sia-sia. Ujung matanya mulai panas dan mengalirkan air mata. Pandangannya mulai mengabur. 'Apa aku akan mati?' batin Taeyong pasrah. "Uh-uuk J-ja-ehyun―" Nafas Taeyong makin tesengal sengal.

Jaehyun melepaskan tangannya setelah sadar apa yang ia lakukan.

Matanya terbelalak kaget melihat Taeyong yang terbaring tak berdaya dengan nafas putus-putus sambil memegangi lehernya.

Jaehyun sudah akan minta maaf, tapi Taeyong malah tertawa. "Jadi seleramu yang seperti ini ya?" Pemuda itu tertawa di sela nafas pendek-pendek miliknya. Mengalungkan tangannya dengan sengaja di leher Jaehyun.

"Cih! Tak ku sangka kau sama saja seperti Chaeyeon! Bahkan lebih jalang darinya!" Ujar Jaehyun sambil berjalan menjauh, menepis tangan Taeyong kasar. Dengan segera Jaehyun mengambil dompet dalam saku celananya. Mengambil sejumlah uang dalam jumlah yang besar. Melemparkan uang itu kearah Taeyong.

"Aku membayar berapapun yang kau mau, kau milikku malam ini." ucap Jaehyun dengan seringai miliknya. Jaehyun mulai menanggalkan pakaiannya dan mulai mendekati Taeyong yang masih terdiam. "Itukan yang kau mau?" Ucapnya sesaat sebelum ia mulai menggeluti tubuh Taeyong. Mencium dan menghisap bibirnya, meraba setiap bagian tubuhnya, merabanya dengan sensual.

Sama sekali tak sadar dengan Taeyong yang tak beraksi sedaritadi.

"Aku tidak tahu kau semurahan ini, Taeyongie―"

Jijik.

Taeyong merasa jijik dengan dirinya sendiri.

"Tapi tenang saja karena aku akan membayar mahal, meski untuk barang murahan sepertimu." Jaehyun mencumbui leher Taeyong. "Katakan, sudah berapa banyak pria yang kau minta untuk menidurimu? Apa Yunho-ssam juga salah satuny―"

"Kau tak tahu apa-apa tentang diriku." ucap Taeyong.

Membuat segala 'aktifitas' Jaehyun terhenti seketika. Ditatapnya wajah Taeyong yang masih terlihat datar dengan heran. Mata Taeyong seperti mati. Tapi seringai Jaehyun muncul kembali. "Hah! Kau hanya seorang pela―"

'Brukkk'

Taeyong mendorong Jaehyun hingga Jaehyun terjatuh dari atas ranjang

"KAU TIDAK TAHU AKU JADI JANGAN BICARA SEPERTI KAU TAHU SEGALANYA!"

Air mata Taeyong mulai turun dengan emosinya yang mulai meledak. Jaehyun cukup kaget dengan nada bicara Taeyong yang memang sangat keras itu. Taeyong menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri sambil mengusap matanya.

Jaehyun melihat ekspresi datar itu kembali tak lama setelahnya.

"Kau tidak tahu aku yang yang telah begitu bodohnya mencintai sosok yang jelas-jelas itu adalah paman kandungku sendiri. Kau tidak tahu aku yang diperkosa oleh teman terbaikku yang paling aku percaya. Kau tidak tahu aku yang dipaksa membuka seluruh pakaianku di depan rekan rekan bisnis ayahku hanya untuk taruhan. Kau juga tak tahu kan aku yang dijual hanya untuk melunasi hutang keluargaku. Lalu? Apa yang kau ketahui tentangku, Jung?"

Dingin.

Dinginnya menusuk Jaehyun.

"Aku memang tidak suci. Tapi aku bukan pelacur dan tidak butuh uangmu," lirihnya.

Jaehyun masih berkelut dengan pikirannya yang kacau. Ia sama sekali tak menyangka Taeyong memiliki masa lalu seperti itu. Jaehyun sudah tega menghancurkan Taeyong yang sudah hancur. "Maaf." Ujarnya pelan. Mendekat pada Taeyong.

Taeyong mendongakkan kepalanya saat ia merasakan tubuhnya dipeluk.

"Maafkan aku…" Ucap Jaehyun lembut sambil mempererat pelukannya. "Aku hanya marah! Aku marah melihat apa yang kau lakukan bersama Yunho-ssam. Taeyong, kau hanya milikku. Aku sudah memutuskan bahwa kau akan menjadi milikku."

Taeyong sama sekali tak menyangka Jung Jaehyun bisa berlaku selembut dan sehangat ini pada dirinya. Lalu ucapannya yang sama sekali tak bisa Taeyong sangka.

Perasaannya sudah lebih baik sekarang tapi ia tak ingin Jaehyun mengetahuinya. Ia takut pelukan ini akan terlepas. Ia ingin lebih lama seperti ini. Menghirup aroma tubuh yang hampir sama dengan 'dia'. Menikmati pelukan hangat yang sudah lama tak dia rasakan. Ini begitu menghayutkannya hingga ia baru sadar jika bahunya basah.

"Jung… kenapa kau menangis?"

Jaehyun menjawab dengan gelengan. Jaehyun tidak tahu kenapa dia menangis. Yang jelas, ia merasa sangat bersalah dengan perlakuan buruknya pada Taeyong. "Aku berjanji takkan melakukan seperti itu lagi padamu. Aku tidak tahu perasaan apa ini. Tapi aku tahu jika aku ingin menjadikanmu milikku. Mulai sekarang aku yang akan menjagamu."

Kalimat yang selalu ia tunggu dari seseorang. Yang ia pikir tak pernah ia dapatkan.

Dengan perasaan tak rela. Taeyong mulai melepaskan pelukannya. Diangkatnya wajahnya. Di kembangkannya senyuman manis tulus yang berbeda dari biasanya pada pemuda di depannya sebagai ucapan terimakasihnya.

"Terimakasih Jaehyunie." Ucap Taeyong sambil mencium bibir Jaehyun sekilas.

Jaehyun pun tersenyum membalas.

'Jaehyunnie?'

Jaehyun memeluk tubuh Taeyong lagi sambil tersenyum lebar. "Panggil aku seperti itu lagi."

"Jaehyunnie."

"Aku ingin dengar lagi."

"Jaehyunnie."

"Lagi."

"Jaehyu―"

Jaehyun mencium Taeyong kali ini. Taeyong membalasnya sambil tersenyum.

Saling berbagi. Saling menikmati. Saling Mendominasi. Saling memuaskan satu sama lain. Menjadikan malam ini menjadi malam yang tak terlupakan.


Jaehyun membaringkan tubuh Taeyong dengan lembut di atas ranjang. Memulai dengan menciumi lembut bibir pemuda di depannya dengan ciuman yang bertahap. Sementara Taeyong mendesah. Tangannya yang terbebas mulai membelai belai tubuh Taeyong dari bagian atas sampai bawah. Bibirnya yang telah puas dengan bibir mulai turun menjelajahi tubuh putih itu dengan memberikan tanda di tempat yang ia lalui.

Jaehyun berhenti.

"Kau yakin mau melakukannya?" tanya Jaehyun setelah melepaskan ciumannya. Memandang Taeyong dengan ekspresi lembut yang tak yakin. Ia tak mau menyakiti Taeyong.

Dengan senyum mengembang. Taeyong menganggukkan kepalanya.

"Ahhhh…Jaehyunnieeeh…"

Hanya suara desahan dan kata 'jaehyun' yang mengalun dari bibir Taeyong berikutnya. Saat Jaehyun sibuk mempersiapkannya.

Setelah persiapan selesai. Jaehyun mulai menyiapkan dirinya, mengambil nafas dalam-dalam sambil mengelus sisi tubuh Taeyong. Bersiap di bawah sana untuk memasukkan dirinya ke bagian terdalam Taeyong.

"Boleh kumasukkan?" tanya Jaehyun yang masih sibuk menciumi tengkuk Taeyong. Taeyong yang sudah tak berdaya hanya mengangguk pasrah sambil terus mendesah dengan apa yang Jaehyun perbuat pada tubuhnya. Jaehyun mulai memasukkan dirinya pada Taeyong.

"Ahhh! S-sakit." Jerit Taeyong kesakitan.

"Haruskah aku berhenti?"

Taeyong menggeleng.

Dengan segera Jaehyun memagut bibir itu dengan bibirnya sendiri. Mencoba setidaknya mengalihkan perhatian Taeyong.

Dengan perlahan Jaehyun memasukkan dirinya ke bagian terdalam Taeyong. Setelah berada di dalam dan merasakan betapa ketatnya Taeyong, Jaehyun diam menunggu persetujuan Taeyong. Mengelus kepalanya sayang melihat Taeyong kepayahan.

Dengan sebuah anggukan kecil dari pemuda itu Jaehyun mulai memaju mundurkan pinggulnya. Taeyong masih terlihat kesakitan dengan itu.

Dengan bertahap. Jaehyun semakin bertambah cepat.

"Ahnnh! Ahh..!" Taeyong sudah mulai mendesah lagi dengan suara yang lebih keras. "Uhh! lebih c-cepat Jaehyunnie. Aahh! Ahh…! Nyaaah!" ujar Taeyong tersengal.

Jaehyun makin menaikan temponya.

Slap!

Slap!

Slap!

Makin lama erangan mereka makin tak terkendali. Hingga―

"Jaeh-ah!-hyun A-ku mau―"

"Bersama. Uhh!"

"Jaehyuuuun!"

Dorongan terakhir dan mereka sampai bersama.


Malam telah berganti. Pagi mulai menjelang dengan terbitnya matahari. Mengusik tidur sepasangan tubuh tanpa pakaian yang kini terbalut dalam selimut. Saling memeluk.

"Emmm…"

Jaehyun terbangun lebih dulu, mulai membuka matanya yang berat perlahan. Dilihatnya Taeyong masih tertidur dengan pulas dalam dekapannya

'Malam yang menyenangkan. Dia memang hebat,' batin Jaehyun yang tanpa sadar menarik sudut-sudut bibirnya membentuk sebuah senyum.

Entah berapa kali mereka melakukannya semalam. Tapi Jaehyun bisa mengingat berbagai posisi saat mereka melakukannya. Favoritnya adalah saat Taeyong bergerak liar menggeliat di atasnya. Taeyong terlihat sangat sexy saat itu, berbeda sekali dengan wajah polosnya yang dibuatnya sekarang.

Rasa bersalah menyelimuti Jaehyun saat ia melihat bekas merah melingkar di leher Taeyong. Dengan perlahan diangkatnya tangannya menyentuh bekas luka itu dan mengusapnya pelan. Membuat Taeyong yang tadinya tertidur mulai membuka kedua matanya.

Taeyong tersenyum. Jaehyun membalas senyumnya.

"Maaf… Lehermu…" Ujar Jaehyun.

Taeyong mengangkat tangannya menyentuh tangan Jaehyun yang mengusap lehernya kemudian menutup kedua matanya lagi. menikmati sentuhan tangan hangat sang pemuda Jung.

"Tak apa, Jaehyun. Aku memafkanmu karena kau sangat hebat semalam." Ujar Taeyong enteng. Sambil kembali terlelap dalam pelukan Jung Jaehyun karena masih mengantuk. Jaehyun tersenyum sebelum menyusul Taeyong menuju alam mimpi.

Lalu mereka kembali terlelap.

Memilih membolos dan melupakan jika ada ulangan penting hari ini.

Itu bisa diurus nanti kan?


TBC!

Terimakasih yang udah review! Yuhuuu~

Gimana chapter ini? Ikutin terus ya! Ditunggu reviewnya lagi!