NAUGHTY
CHAPTER 1
Seorang anak laki-laki berambut hitam terlihat tengah berjalan di lorong sepi sebuah asmara. Tujuannya adalah sebuah ruangan dengan papan bertuliskan 'kepala sekolah' di pintunya. Yah dia adalah murid baru yang akan memulai tahun keduanya di asrama itu. Lee Taeyong. Tidak ada rasa takut yang terpancar diwajahnya yang menyerupai karakter anime hidup itu. Hanya satu. Datar.
Dia memang anak baru. Namun entah mengapa dia bisa dengan mudahnya menemukan ruangan yang dia cari diantara ribuan ruangan yang ada di asrama yang luas itu.
'Tok.. tok.. tok..'
Taeyong mengetuk pintu itu dengan malas malasan. Sebenarnya tidak ada sedikitpun niatnya untuk bersekolah disini, orangtuanya yang memaksa. Jadi apa boleh buat?
"Masuk!" suara terdengar dari dalam ruangan.
Taeyong masuk diikuti raut muka yang telah diubahnya.
"Siapa kau?" Tanya Heechul dengan nada sinisnya, yang ia ketahui sebagai kepala sekolah di asrama itu.
"Saya Lee Taeyong." Taeyong memperkenalkan dirinya sambil tersenyum kecil.
"Hnn... merepotkan. Baiklah karena semua keperluanmu telah diurus, kau bisa mengikuti pelajaran mulai besok. Dan sekarang kau bisa menempati kamarmu. Minseok akan mengantarmu," perintahnya malas malasan. Sepertinya dia memang sedang tidak mod untuk mengurusi hal seperti ini. Entahlah mungkin memang begitu.
"Terimakasih." Taeyong membungkukkan badannya.
"Sekarang kau bisa keluar," balasnya sinis sambil membalikkan kursinya membelakangi Taeyong. Kepala sekolahnya itu kini malah sibuk tersenyum pada cermin di tangannya sambil sesekali membenarkan rambutnya.
"Permisi." Taeyong pun beranjak keluar dari ruangan itu. Ekspresi wajahnya berubah lagi. Datar.
Saat membuka pintu itu seorang pria tinggi dengan rambut hitam sudah menunggunya. Senyum ramah tak lupa menghiasi wajahnya yang tampan. Ekspresi wajah Taeyong mulai berubah lagi.
"Sudah selesai?" Tanya pria itu. Taeyong hanya mengangguk mengiyakan
"Bagus kalo begitu. Ayo kuantar," ajaknya. Dia mulai melangkahkan kakinya. Berjalan di depan Taeyong, Taeyong mengukutinya di belakang
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Minseok memulai pembicaraan walau pun tanpa menengok ke arah Taeyong dan terus berjalan.
"Apa?" Taeyong balik bertanya. Karena heran. Tak mengerti
"Kesan pertamamu tentang sekolah ini."
"Bagus" Taeyong menjawab.
'Bosan' Taeyong membatin pada saat bersamaan.
"Begitukah? Baguslah, semoga kau betah di sini," katanya. Senyuman mengembang di wajahnya
Suasana hening kembali. Tak ada yang bicara hanya derap kaki merekalah yang terdengar menggema dilorong itu.
Minseok menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan. Lalu berbalik dan menatap Taeyong.
"Ini kamarmu dan err- ada sedikit info," katanya.
Taeyong mengerutkan keningnya
"Ini soal teman sekamarmu," katanya ragu ragu.
"Kenapa?" Tanya Taeyong tak mengerti.
"Tidak apa apa. Hanya saja teman sekamarmu itu agak ya- begitu." katanya masih ragu ragu.
"Maksudnya?"
"Penghuni kamar ini sebelumnya bahkan memaksa pindah ruangan karena tak tahan dengan kelakuannya." Minseok meringis, "Kau juga bisa bilang padaku jika merasa tak nyaman. Aku akan bertanya pada Heechul-shi untuk solusinya."
Mendengar itu Taeyong diam-diam tersenyum sinis. Mungkin Minseok tidak melihat karena dia sedang menundukkan kepalanya. 'Menarik', pikir Taeyong 'Mungkin asrama ini tak semembosankan yang ku kira.'
"Tidak apa apa," Taeyong berkata pelan sambil tersenyum kecil. Mungkin memang inilah yang dia harapkan.
Mendengar hal itu Minseok langsung menatapnya.
"Aku tidak tahu bisa tahan dengannya atau tidak sebelum mencoba," lanjutnya meyakinkan.
Raut wajah Minseok seketika berubah lega mendengar pernyataan itu. Membuatnya tersenyum lagi. "Baiklah kalau begitu. Barang barangmu sudah ada didalam. Kau istirahatlah. Jika ada apa-apa kau bisa bicara padaku. Sampai jumpa Taeyong!" katanya berpamitan.
"Terimakasih," balasnya.
Minseok pergi. Taeyong membuka pintu ruangan yang ada di depannya, yang juga akan menjadi kamarnya selama dia bersekolah disini. Kesan pertama yang ia dapat adalah ruangan ini cukup berantakan untuk seleranya. Tipikal kamar anak laki-laki. Warna biru langit menghiasi dinding ruangan itu. Tapi Taeyong tidak peduli. Yang ia perhatikan sekarang adalah seorang pemuda berkulit putih dengan rambut hitam yang tengah tidur terlentang di salah satu ranjang di ruangan itu. Senyum sinisnya kembali keluar saat ia melihat wajah teman sekamarnya.
'Lumayan,' batinnya
Pemuda itu terbangun. Mengetahui ada yang datang. Mata hitamnya menatap tajam kearah Taeyong yang berdiri di depan pintu dengan mimik wajah datar.
"Siapa kau?" tanyanya.
"Teman sekamarmu yang baru," jawabnya santai. Senyuman kecilnya yang manis keluar lagi.
Jaehyun memandangi Taeyong dari atas sampai bawah. Senyuman err- seringai muncul di wajahnya yang tampan, membentuk sebuah dimple kecil di pipi. Seringaipun muncul di wajah Taeyong tapi tak terlihat karena dia sedang menunduk. Jaehyun menghampiri Taeyong. Hingga jarak diantara mereka hanya tinggal beberapa senti.
Jaehyun mengangkat dagu Taeyong dengan sebelah tangan. Tangannya yang satunya lagi bertopang pada pintu yang tertutup. Tatapan mereka bertemu. Manik hitam bertemu dengan manik hitam lainnya. Taeyong diam saja.
"Hm, siapa namamu?" Tanya Jaehyun.
"Taeyong. Lee Taeyong." jawab Taeyong datar.
"Nama yang bagus. Aku Jaehyun. Jung Jaehyun," gumamnya. Sesaat sebelum dia memiringkan kepalanya dan mencium bibir Taeyong. Hanya sebuah ciuman lembut yang lama. Taeyong diam saja, tidak menolak dan tidak membalas, tidak juga menutup matanya. Dia hanya diam. Diam tanpa ekspresi.
Ah, jadi ini maksud Minseok sesaat sekamarnya ternyata sebrengsek ini.
Jaehyun hendak melepaskan ciumannya. Tapi tangan di lehernya menahannya malah mendorongnya agar tak berhenti. Jaehyun yang dari tadi menutup matanya. Langsung membelalakan matanya saat dirasakan bibir yang tadi diciumnya sekarang tengah melumat habis bibirnya. Jaehyun yang terbengong hanya diam melihat seseorang yang diketahuinya bernama Taeyong itu sedang melumat bibirnya dengan liar. Ia tak menyangka. Pemuda manis yang tadinya ia ia kira 'polos' dan mungkin akan meninjunya karena pelakuan tak senonohnya tadi bisa melakukan semua hal ini.
"Mm,"
Namun Jaehyun tak memikirkannya lagi. Ia juga mulai membalas ciuman panas itu
"Mmm," desahan terdengar.
Mereka saling melumat. Saling mendesah. Saling berpagutan. Saling membalas satu sama lain. Saling memperdalam ciuman mereka. Mereka menikmatinya. Bahkan sangat menikmatinya. Desahan-desahan terus bermunculan. Hingga akhirnya mereka melepaskan ciuman panas itu. Karena pasokan udara yang hampir habis. Keduanya sama-sama menyeringai puas.
"Kau hebat," puji Jaehyun pada pemuda di depannya sambil berusaha menormalkan deru napasnya yang cepat.
Seringai di wajah Taeyong muncul lagi. "Terimakasih?" jawabnya datar.
Setelah napas mereka kembali normal. Mereka memulai pembicaraan
Mereka berdua sekarang tengah duduk di tepi kasur berseprei putih milik Jaehyun. Yang Jaehyun pikir mungkin malam ini akan menjadi milik mereka.
"Sudah lama aku tak melakukan itu." Taeyong hanya bergumam memulai pembicaraan. Tapi ekspresinya sungguh datar.
"Kau sudah berpengalaman rupanya." Jaehyun berkomentar dengan seringai nakal.
"Begitulah. Aku sering melakukannya dengan pacarku. Dulu."
"Dulu?" Jaehyun bertanya tanda tak mengerti.
"Ya. Dulu. Sebelum pacarku mati," jawab Taeyong sambil menerawang jauh. Tatapannya kosong.
"Aku turut menyesal…"
Taeyong tersenyum lemah.
"Kau berkata sudah sering berciuman seperti tadi." Taeyong mengangguk. "Maka aku yakin kau juga sudah pernah melakukan itu kan?"
"Itu?"
"Sesuatu yang lebih dari yang tadi," jelas Jaehyun.
"Sex? Tentu saja."
Jaehyun cukup terkejut dengan jawaban pemuda di depannya. "Bottom?"
Taeyong mengangguk. Taeyong mulai mendekatkan diri ke Jaehyun. Menyentuh pipinya dan mengelus-elusnya menggunakan ibu jari dengan lembut. Sebelum berpindah mengelus bibir Jaehyun. "Aku sudah lama tak melakukannya. Dan kurasa-"
"Apa?" Tanya Jaehyun penasaran dengan lanjutan kata-kata dari pemuda di depannya. Seringai nakal dan tatapan menggoda dari Taeyong membuatnya makin tak mengerti arah pembicaraan ini.
"Kurasa aku ingin melakukan itu malam ini. Denganmu. Kau tidak keberatan bukan?" Tanya Taeyong. Matanya berbinar dan ia dengan sengaja menggigit bibir bawahnya dengan sensual.
Jaehyun melongo.
'Kena kau!' batin Taeyong sambil berseringai dalam hati.
Butuh beberapa waktu bagi Jaehyun untuk mencerna kata kata yang keluar dari mulut Taeyong. Hingga seringai nakal pun muncul dari wajah tampannya. "Dengan senang hati," jawabnya.
Dengan begitu. Sepasang sejoli itu memulai ronde panjang mereka di malam itu dengan ciuman panas yang tak kalah dengan yang pertama tadi. Desahan-desahan kenikmati keluar dengan mulus dari mereka
'Mmm-'
'Ahh-'
'Hmm-'
Tak henti hentinya terdengar.
Setelah Jaehyun merasa puas dengan ciuman panas mereka. Jaehyun menurunkan ciumannya ke leher putih nan mulus milik Taeyong. Dia cium. Dia jilat. Dia hisap dengan liar, meninggalkan bekas merah di sana. Sedangkan Taeyong hanya mendesah pelan menikmati semua itu. Tangannya yang bebas meremas remas bagian bawah Jaehyun yang masih terbalut celana. Tentu saja hal itu membuat gairah Jaehyun semakin memuncak.
BUK!
Namun tiba tiba Taeyong mendorong Jaehyun, hingga ia terjatuh diatas ranjangnya sendiri
"Kenap-" tanya Jaehyun marah karena perlakuan Taeyong yang tiba tiba tadi.
"Ssttt!" perintahnnya.
Kemudian Taeyong mengeluarkan handphone dalam saku celananya dan menjawab telepon. Mau tak mau akhirnya Jaehyun diam.
"Halo? Iya aku tidak apa-apa- Aku baik baik saja- Iya iya-" Taeyong terus saja berbicara di telepon tanpa menghiraukan Jaehyun yang masih menunggunya.
'Mengganggu saja' batinnya
"Iya. Kututup."
Taeyong mematikan sambungan teleponnya dan menghampiri Jaehyun yang kini dalam posisi tiduran terlentang di kasur
"Sudah?" Tanya Jaehyun sinis dalam posisi masih terlentang di kasur, Taeyong ngangguk mengiyakan
"Bagus."
Jaehyun menarik tangan Taeyong hingga dia jatuh di kasur. Jaehyun langsung menindih Taeyong dengan tubuhnya dan langsung mengulum bibir tipis Taeyong dengan penuh nafsu. Tangan kiri Jaehyun menopang tubuhnya agar tidak menghimpit Taeyong terlalu keras sedangkan tangannya bebas beraksi dengan baik di bagian dada Taeyong. Membuka satu persatu kancing seragam Taeyong. Tapi Taeyong lagi lagi mendorong badan Jaehyun menjauh.
"Sekarang apa lagi?!" Tanya Jaehyun emosi gara gara aktifitasnya terganggu, lagi.
Taeyong berdiri, menatap tajam mata Jaehyun. "Aku berubah pikiran. Sepertinya tidak sekarang. Aku lelah." kata Taeyong akhirnya. Kembali mengancingkan bajunya dan pergi kekamar mandi, mengganti seragamnya dengan piyama dan tidur.
Sementara itu Jaehyun tiba-tiba merasa marah.
'Brengsek! Rupanya dia mau main main denganku!' batin Jaehyun.
Pemuda Jung itu berbaring dan menarik selimut dengan kasar, sebelum pada akhirnya dia pun tertidur.
Taeyong sebenarnya belum tidur. Dari dalam selimutnya dia bersusah payah menggigit bibirnya agar suara isakannya tidak terdengar. Air mata mengalir di pipinya. Dan akhirnya tertidur setelah kantuk mulai menjalarinya, tertidur setelah menangis memang kebiasaannya selama beberapa bulan ini. Semua ini gara gara seseorang. Seseorang yang amat ia cintai sekaligus ia benci dalam waktu bersamaan. Seseorang yang telah mengkhianatinya, mengkhianati cintanya. Atau lebih tepat memanfaatkannya. Cinta terkadang dapat membuat seseorang menjadi lemah dan tak berdaya.
TBC
Penasaran? Tunggu kelanjutan ya!
Jangan lupa untuk REVIEW!
Salam -
-Anak Papa Jaehyun dan Mama Taeyong.