Joker Game © Yanagi Koji

saya tidak mengambil keuntungan materiil apa pun dari menulis fanfiksi ini.

.

Dongeng

post-canon. drabble. kamimiyo.


Punggungnya membungkuk di atas meja. Untuk yang kesekian kali, dihabiskannya malam bersama lembaran buku serta berbatang-batang rokok atau gelas-gelas alkohol yang semakin lama semakin terasa tawar saja, meringis ketika membayangkan Miyoshi di akhirat sana mungkin melihatnya dan sedang tertawa-tawa.

Di hadapannya, lukisan Millais terbentang seperti mengejek; kenapa juga Ophelia harus terus-terusan mengingatkan Kaminaga pada Miyoshi? Padahal dilihat dari sisi mana pun, keduanya tidak punya kesamaan selain fakta kalau mereka sudah mati. Ophelia bukan Miyoshi dan Miyoshi bukan Ophelia; tidak seharusnya dirinya menyama-nyamakan si wanita dengan si mata-mata.

Atau mungkin ia memang hanya terpengaruh pertanyaan Miyoshi saja—sudah mati, atau masih hidup?—entah yang mana jawaban untuk rasa penasarannya, tapi semuanya sama saja dengan dongeng-dongeng yang pernah didengarnya sewaktu kecil dan tubuh kosong Miyoshi; terkubur, tertidur jauh di belakang ingatan dan tanah yang asing, sedikit lagi sebelum selamanya terlupakan.

Seandainya saja Kaminaga bisa membangunkan Miyoshi dengan ciuman cinta sejati; sayang sekali Ophelia bukan bagian dari dongeng yang bahagia.