Pintu besar sebuah hotel terbuka, membuat seorang resepsionis yang bertugas menoleh segera. Dilihatnya seorang pria berambut pirang berponi sedang menuju ke arahnya dengan sebuah senyuman ramah yang tak sedikitpun mencurigakan, "Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis wanita itu dengan senyum yang tak kalah ramah.
"Saya ingin menemui teman saya yang bernama Utakata, bisa tolong carikan nomor kamarnya?"
"Mohon maaf terlebih dahulu, bisa anda perlihatkan KTP anda? Bukan bermaksud apa-apa, karena ini perintah langsung dari atasan."
"Oh baiklah, tunggu sebentar." Pria itu mengambil dompetnya dan kemudian menyerahkan KTP yang diminta, "Ini dia."
Sang resepsionis mengambil KTP tersebut, dan kemudian menatap lagi pria di depannya.
"Apa ada masalah?" tanya pria itu dengan senyum yang tak kunjung lepas.
"Ah, tidak ada. Sebenarnya anda sangat cocok mewarnai rambut anda dengan warna pirang seperti itu," sang resepsionis mulai mencarikan nomor kamar yang dipesan dengan nama Utakata, dan setelah selesai wanita itu kembali menyerahkan KTP yang berfotokan seorang pria berambut coklat itu kepada pemiliknya. "Nomor kamar yang anda tanyakan berada di lantai tiga nomor tiga dua nol."
"Terima kasih." Balas pria itu.
Pria itupun berjalan ke arah lift berada, dan saat lift mulai bergerak, dengan kasar pria itu menarik kulit wajahnya sendiri yang ternyata sebuah silikon, rambut pirang panjangnyapun lepas dan hanya menampakkan rambut pirang pendek yang sedikit jabrik.
"Ternyata menyamar seperti itu melelahkan juga, kalau saja anggota timku melihatku seperti itu, pasti mereka sudah tergelak sampai memegangi perut." Gumam pria itu yang ternyata adalah Naruto, alias buronan nasional yang keberadaannya kini paling dicari di seluruh tanah sakura.
[My New Papa is Lolicon?]
All character owned by Masashi Kishimoto
Warning: OOC, Typo, Loli Ino, Agent Naruto, Not Lemon but! Huehuehue...
Genre: Romance, Drama, Action, Family, Adventure, Humor, Overpower, and Etc.
Summary: Naruto Uzumaki, seorang agen dengan pangkat operasi Black Ops yang sekarang sedang menikmati liburan panjangnya. Tapi kini dia harus menikmati liburan tersebut dengan seorang gadis kecil berumur 11 tahun yang polos bukan buatan. Apakah yang melatarbelakangi kehidupan mereka berdua?
Azriel Present
[...]
Chapter 8: Plan and Team.
Helaan nafas itupun keluar ketika bokong Naruto tepat mendarat ke empuknya sofa di kamar apartemen yang disewa oleh Utakata, dan tepat setelah itu teriakan dari dua suara yang sangat dikenal oleh pria berambut pirang itupun mengisi setiap kesunyian dari ruang tamu.
Pelukan hangat yang bercampur dengan tangisan membuat Naruto tak berkutik, tak jauh dari ketiga sosok pirang itu Anko Mitarashi satu-satunya orang yang sudah berumah tangga di sana hanya bisa tersenyum melihat momen berkumpulnya mereka kembali, sedangkan sang penyewa apartemen hanya tersenyum nakal.
"Jika kita tidak mengenal mereka, mereka bertiga benar-benar terlihat seperti satu keluarga yang saling menyayangi, benar'kan?" tanya Utakata sambil melihat Anko yang langsung mengedikkan bahu.
"Yah, mungkin akan lebih baik lagi kalau memang jadi satu keluarga, bagaimana menurutmu tentang pendapatku, Kapten?"
"Menurutmu enak merawat dua gadis kecil?" dan setelah kalimat itu terucap, Naruto harus menerima runtutan pukulan pelan dari Yugito yang membuat Utakata tertawa.
~o~
"Hei Ino, bisa lepaskan papa sekarang?" Mendengar rengekan anak angkatnya itu, Naruto tahu kalau jawabannya adalah tidak. Tatapan pria itu kini beralih ke arah kanan di mana Yugito sedang bergelanyut manja di lengannya. "Yugito, kau ini bukan anak kecil lagi 'kan?"
Wanita yang diajak bicara memanyunkan bibir, "Senpai, lebih dari lima tahun kita tidak bertemu, dan sekalinya bertemu kembali, kita malah harus berpisah lagi selama tiga hari. Kaupikir rasa rinduku ini tidak berarti?"
Naruto mendesah pelan, "Aku tahu itu, tapi bisakah kau sedikit menahan diri untuk saat ini? Karena aku tidak mau citraku sebagai seorang kapten jatuh lebih jauh lagi." Tatapan Naruto kembali ke depan, yang di mana terpampang dua orang yang cengar-cengir tak jelas sambil terus mengambil fotonya tanpa izin.
"Bo-do, aku tidak peduli, hmph!"
Naruto mendesah lagi, "Kau harus memberiku waktu istirahat, Yugito. Dalam tiga hari ini aku cuma tidur enam jam, apa kau tidak kasihan padaku?"
Senyum terkembang di bibir Yugito, "Kalau begitu, ayo kita tidur bareng, aku juga sudah ngantuk kok."
"Baiklah-baiklah, kita tidur bareng, tapi sebelum itu tolong angkat Ino ke kamar." Naruto dengan pelan mengelus kepala Ino yang tertanya sudah terlelap.
Ino dan Yugitopun pergi dari ruang tamu yang kini bersisakan tiga orang anggota badan keamanan paling disegani di dunia.
"Jadi, bagaimana kabar dari dua anggota lainnya? Kimimaru dan Sasori?" tanya Naruto yang kini menjadi serius.
"Mereka sudah berada di sini kapten, dan besok siang kita akan menemui mereka." Jawab Utakata yang kemudian mendapat anggukan dari Naruto.
"Baiklah, kita akan menemui mereka jam sepuluh siang di kafe ini." Naruto memberikan selebaran promosi sebuah kafe, "Tempat ini memiliki penjagaan yang lenggang, karena tempat ini sering sekali dilewati oleh petugas yang patroli, jadi tempat ini adalah yang terbaik."
"Sebelum anda beristirahat, saya ingin memberikan infromasi seputar lokasi kediaman Yagura." Anko memperlihatkan gambaran sebuah gedung tinggi di layar tablet miiiknya, "Gedung ini berada tepat di dekat pantai Iwagakure, bertepatan di sisi timur laut Konoha, dan satu setengah kilometer berlawanan arah dari gedung ini terdapat sebuah bukit yang posisinya sangat pas diisi oleh sniper. Bagaimana menurut anda, kapten?"
Naruto mencubit dagunya sebelum mulai bicara, "Apakah tak ada pantulan cahaya dari sana?"
"Tidak, di sudut 105 (one zero five) dari arah barat laut seratus persen anti dengan pantulan cahaya."
"Kau bisa mengatasi ini sendirian?"
"Siap, pak!"
Naruto menghembuskan nafas, wajahnya yang tadi serius dan kaku kini melunak kembali. "Baiklah, kita sudahi sampai di sini, kita perlu istirahat untuk pertemuan besok siang, dan Utakata, untuk malam ini aku pinjam kamarmu."
Utakata tersenyum dan angkat suara ketika Naruto berdiri, "Iya-iya, sana buat hamil Yugito-chan." Ucapan itu sukses membuat kepalanya menerima jitakan keras dari Anko yang berada di sampingnya, dan Naruto terus saja berjalan tanpa mempedulikan omongan dari bawahannya itu.
~o~
"Senpai, apa yang kalian bicarakan tadi?"
Baru saja Naruto masuk ke dalam kamar yang hanya diterangi dengan sebuah lampu meja, pertanyaan Yugito seketika membuatnya tersenyum.
"Hanya membicarakan soal rencana untuk besok." Jawab Naruto sambil menggantungkan baju yang baru saja ia lepas.
"Aku ikut."
Pria berambut pirang itu senantiasa tersenyum dan mulai mendekati Yugito yang duduk di pinggiran kasur, tangan kekarnya mulai mengusap puncak kepala gadis itu kala dia sudah berada di sampingnya. "Aku minta tolong padamu untuk menjaga Ino selama aku pergi besok," melihat kalau mata Yugito bersinak khawatir Naruto melanjutkan, "Aku masih belum ingin menyerang Yagura, besok hanya akan bertemu dengan anggota pasukanku."
"K-Kau tidak bohong 'kan?"
"Tidak, aku tidak bohong." Setelah itu Naruto berpindah ke sisi lain ranjang, dan mulai merebahkan diri, "Besok aku akan menyewa kamar, kita harus pindah dari kamar ini supaya tidak menuai kecurigaan, selamat malam."
"Selamat malam, senpai."
~o~
Siang harinya, Naruto, Utakata, dan Anko kini sudah berada di dalam kafe yang ditujukan kemarin malam. Dan sekarang dihadapan mereka bertiga telah duduk dua pria berwajah kalem yang sepertinya sudah menarik perhatian dari para gadis yang kebetulan nongkrong di kafe ini, dan hal itu membuat Anko sebagai satu-satunya wanita di antara mereka sedikit minder.
Mungkin bagi wanita lain, dikelilingi pria-pria tampan seperti ini adalah impian yang tak mungkin bisa terwujud. Namun bagi Anko, dikelilingi pria-pria seperti ini seolah dikelilingi bau anyir darah yang tak kunjung kering layaknya air hujan yang menggenang. Bahkan jika berduaan dengan Utakatapun yang notabenenya orang yang suka bercanda, sisi feminimnya tidak akan bisa keluar meski dia mencoba sekeras apapun.
"Selamat siang kapten, Anko-san, lama tidak bertemu." Sasori menyapa, tak lupa menampilkan senyuman imut ala boneka miliknya. Tapi senyuman itu tak kunjung membuat Utakata senang.
"Oi, kenapa kau tidak menyapaku?"
"Oh, ternyata ada Utakata-san juga, maaf poni rambutmu membuatku tidak bisa menyadari keberadaanmu, fufufufu."
Utakata mendecih.
Setelah situasi sedikit melunak karena pertengkaran yang Sasori lakukan, Naruto ingin angkat suara tetapi digagalkan oleh kedatangan pelayan yang memberikan daftar menu pada mereka. Tak ada suara selama dua puluh menit setelah itu, hanya dentuman suara piring dan sendok yang terdengar di antara mereka.
Suara desahan terakhir keluar dari mulut Utakata, dan tepat setelah itu Naruto mulai bicara. "Bagaimana persiapan peralatan?"
"Dua hari lagi, kapten." Jawab Kimimaru.
"Baiklah, kalian berdua malam ini sewa kamar di tempat kami, kita akan secepatnya mengatur strategi untuk menghabisi Yagura Yamanaka."
To be Continued...
