My Wife and My Fault

.

.

.

Cast : Luhan, Sehun, BoA, Baekhyun, Chanyeol

HUNHAN STORY

.

.

.

(typo dimana-mana)

.

.

.

Pagi telah kembali menyapa. Semua manusia kembali menjalani aktivitas kesehariannya dengan senyum yang merekah menyambut cuaca yang sangat cerah hari ini. Begitu juga dengan Oh Sehun, seorang direktur yang tampan, bahkan sangat tampan untuk seorang direktur muda yang membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung terjerat oleh pesonanya.

Tok tok tok...

"Masuk."

Cklek.

"Selamat pagi direktur Oh.."

"hmm.." Sehun membalas sapaan itu tanpa melihat ke arah sumber suara.

"Direktur Oh, kenapa anda cuek sekali?" balas orang itu.

Sehun tampak merutuki orang itu. dia benar-benar tidak mood pagi ini, ditambah dengan kehadiran seseorang yang entah siapa dan dengan lancang menggoda amarahnya untuk keluar di pagi hari ini.

"Aku peringatkan jangan ganggu aku. Cepat kelu... LUHAN?" Sehun terkejut dengan pemandangan yang ada dihadapannya sekarang. Ia tak percaya orang yang bersuara kepadanya tadi adalah Luhan, istri tercintanya. Sehun juga merasa aneh kenapa suara Luhan tidak mirip dengan suara yang biasanya.

"Lu, kenapa kau bisa disini?" tanya Sehun.

"Wae? Oh.. jadi suamiku tidak senang jika aku ada disini. Hmm, baiklah. Aku permisi Direktur Oh." Jawab Luhan dengan nada yang sengaja dibuat-buat sedih.

Sehun yang menyadari bahwa istrinya akan merajuk segera bangkit dari kursinya dan berlari ke arah pintu untuk mencegah Luhan pergi.

"Anio.. aku senang kau ada disini Lu," Sehun dengan cekatan meraih pergelangan tangan Luhan, menggenggamnya dengan erat agar Luhan tidak jadi keluar dari ruangan ini. "Jadi, apa yang membuat istri cantikku datang ke kantor, hmm. Bukankah kita baru 45 menit berpisah? Ah, apa istriku sudah merindukan suami tampannya ini?" goda Sehun sambil mencium leher jenjang Luhan. Luhan seketika merasakan panas di pipinya. Sehun benar-benar suami sempurna yang kapan saja bisa membuat Luhan merona hebat walau hanya dengan kata-katanya saja.

Luhan membalikkan tubuhnya dan menatap Sehun dengan gemas. "Siapa bilang aku merindukanmu direktur Oh. Aku hanya ingin mengantarkan ini." Luhan mengangkat tangan kanannya yang tengah memegang sesuatu, yang Sehun tebak itu adalah kotak makanan.

Sehun menaikkan satu alisnya, "Jadi hanya gara-gara kotak bekal ini saja? Tidak ada yang lain? apa kau yakin Lu?"

Luhan menganggukkan kepalanya dengan semangat. "100% yakin direktur Oh."

Sehun mulai menjauh dari Luhan. Ia kembali berjalan menuju kursi empuknya. "Baiklah. Letakkan saja disana, dan kau bisa pulang sekarang." Ucap Sehun dengan nada datar dan tanpa melihat ke arah Luhan.

Luhan terdiam. Hey, bukan ini yang ia inginkan. Kenapa Sehunnya bereaksi seperti ini? Harusnya Sehunnya akan mencoba membalas ucapannya dengan kalimat-kalimat godaan yang akan membuat Luhan merona lagi. Tapi, apa ini?

Tiba-tiba...

"HAHAHAHAHA... ekspresimu sangat lucu dan menggemaskan sayang." Balas Sehun yang terlihat sangat senang melihat ekspresi Luhan setelah rencana –Mari mengerjai Luhan- berjalan dengan sangat sukses.

"Yak! Oh Sehun, kau tega sekali memngerjaiku seperti itu." teriak Luhan kepada Sehun yang semakin menjadi-jadi.

"Hahah... maafkan aku sayang. Ayo, kemari!" pinta Sehun

"Aku tidak mau!"

"sayang.. aku tidak menerima penolakan" jawab Sehun dengan nada yang membuat Luhan sedikit merasa merinding.

Luhan berjalan perlahan mendekati Sehun. Sehun yang merasa menang menyeringai kepada Luhan. Luhan akhirnya duduk diatas pangkuan Sehun, namun ia enggan untuk menatap Sehun dan malah memilih menunduk dan memainkan dasi yang dipakai suaminya.

"Lu, tatap aku." Ucap Sehun.

Luhan masih tetap dengan posisinya. Menunduk dan memain-mainkan dasi Sehun.

"Luhan.." Sehun memanggil nama Luhan sekali lagi dengan tangannya yang mulai menyelip masuk kedalam baju yang dikenakan Luhan, mengelus perut datar dan mulus itu, lalu beranjak ke atas menyentuh nipple Luhan.

"eunghh..." lenguhan Luhan keluar tanpa disengaja akibat sentuhan yang diberikan oleh Sehun.

Sehun mengeluarkan seringaiannya. "Aku memanggilmu sayang, kenapa kau malah mendesah, hmm?" sehun terus melancarkan kegiatannya di nipple Luhan.

"S-sehh..hunhh.." desah Luhan.

Tok tok tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Sehun memberhentikan aktivitasnya dan membuat Luhan merasa lega. Sehun sedikit mengumpat kepada siapa pun yang beraninya mengetuk pintu ruangannya disaat ia tengah menggoda istrinya untuk mendesahkan namanya. Namun Sehun terpaksa meredam amarahnya karena ia tidak mau istrinya melihat dirinya marah akan hal yang sangat sepele.

"Masuk!"

Cklek.

"Selamat pagi Sehun.. eoh Luhan, kau juga ada disini?"

"NOONA?" Jawab Sehun yang tampak terkejut.

"Sayang, kenapa kau sangat terkejut dengan kehadiran BoA noona?" tanya Luhan yang sedikit bingung melihat reaksi Sehun.

"A-aani.." Balas Sehun dengan nada sedikit gugup.

"Haha, mungkin Sehun terkejut karena noona tidak biasanya datang sepagi ini ke kantor Sehun, Lu. Ditambah lagi kau juga ada disini Lu, noona tebak pasti noona mengganggu kegiatan kalian kann?"

"T-ttidak, noona tidak mengganggu." Kini Luhan kembali merasakan panas di kedua pipinya.

"Hahaha, arraseo." Balas BoA

"Eumm, ada apa kesini noona? A-apaa ada yang ingin noona bicarakan?" kali ini Sehun yang membuka suara.

"hmm, anio. Nanti saja kita bicarakan, noona tidak ingin mengganggu kalian."

"eh? Gwaencanha noona. Aku juga akan segera pulang. Aku kesini hanya mengantarkan kotak bekal Sehun saja. Jadi, noona bisa bicara dengan Sehun sekarang." Balas Luhan

"eoh? Benarkah?" tanya BoA

"Nee, noona. Ah, Aku pergi dulu. Jangan lupa makan ini nanti sayang. Dah.. aku mencintaimu." Ucap Luhan kepada Sehun sembari melambaikan tangannya.

"A-aku juga" balas Sehun.

Diliriknya BoA yang hanya tersenyum manis melihat Luhan pergi. Setelah pintu terteutup, Sehun bernafas lega, dan kembali menatap ke arah BoA.

"apa-apaan tadi itu noona?" tanya Sehun

Boa berjalan ke arah Sehun dan sesampainya di depan Sehun, Boa mengecup lembut bibir Sehun.

"Mianhae, noona tidak tahu kalau ada Luhan. Tapi setidaknya Luhan tidak akan curiga kan?" balasnya.

"Aku harap begitu." Jawab Sehun dengan raut wajah sedih karena merasa bersalah telah membohongi dan mengingkari janjinya dengan Luhan. "Oh ya, apa yang membawa noona kemari sepagi ini?" tanya Sehun.

Boa kembali mencium dahi Sehun, mata dan berakhir di bibir lembut Sehun. Hanya kecupan, tidak melumatnya. "Aku juga merindukan kekasih tampan ku tau."

Sehun tersenyum dan mengelus lembut rambut halus Boa yang berstatus kekasih (diam-diam)-nya ini. "Arraseo. Tapi lain kali noona harus menghubungiku dulu, hmm. Aku takut seperti tadi. Untung saja Luhan tidak cerewet pagi ini, kalau iya, habislah aku disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaannya." Sehun bergidik ngeri membayangkan hal itu benar-benar terjadi.

Boa yang melihat ekspresi lelaki(nya) itu hanya bisa tersenyum manis. "Salahkan dirimu sayang. Siapa suruh bermain dua, eoh?"

Sehun kembali tertunduk. Ya. Dia memang salah. Dia memang lelaki yang tak berhati, tega menduakan istri yang sangat dicintainya dan demi untuk mendapatkan Luhan ia rela melakukan apapun.

Flashback.

Di tengah teriknya sinar matahari berdiri seorang pria yang jauh dari kata tampan, melainkan terlihat sangat cantik dengan mata rusa dan bulu mata yang lentik, ditambah hidung yang mancung dan bibir yang sangat menggoda. Ia tampak sangat begitu kesal. Bisa ditebak pasti dia sedang menunggu seseorang yang penting, kalau tidak mana mungkin ada yang tahan berdiri di tengah lapangan di bawah terik matahari yang sangat panas ini.

"Kenapa lama sekali? Apa dia mengerjaiku?" Pria itu terus melirik jam tangannya.

"hah...hah...hah...Lu. aku disini!" teriak seseorang dari seberang sana

"Yakk! Oh Sehun! Kenapa kau lama sekali? Kau hampir saja membuat kulit lembutku menjadi kusam! Aku sudah mati-matian melakukan perawatan, kau tahu?" kesal Luhan.

"mian Lu. Aku tau aku salah, jadi maafkan aku ya. Dan satu lagi, aku tidak tahu kalau kau sering perawatan kulit, aku kira kau manly? Sindir Sehun

"yakk! Aku memang manly! Apa salahnya kalau aku melakukan perawatan." Kesal Luhan yang tidak terima bahwa ke-MANLY-annya diragukan.

Sehun yang mendengar penuturan Luhan hanya bisa menahan tawa. "Arraseo. Mau manly atau tidak, mau perawatan kulit atau tidak, kau tetap kekasihku yang imut dan cantik!"

"ishh.. perayu ulung" timpal Luhan

"tapi kau suka kan, SA-YA-NG" ucap Sehun.

Luhan kini tengah merona hebat dengan sebutan sayang yang dilontarkan oleh Sehun, kekasihnya. Walaupun pada kenyataannya Luhan dan Sehun itu sudah menjadi sepasang kekasih sejak tahun lalu, namun bagi Luhan sebutan itu jika keluar dari mulut Sehun akan terasa berbeda yang bisa membuat jantungnya berdegup kencang dan pipinya akan langsung merona hebat.

"Jadi ada apa sebenarnya? Kenapa aku disuruh menunggu disini? Ini kan lapangan bola Sehun, kau ingin mengajakku tanding bola?" Luhan kembali dengan nada cerewetnya.

"Eum.. itu..a-aku mau mengatakan sesuatu padamu, Lu." Ucap Sehun dengan gugup.

"Apa yang mau kau kata... eh, Sehun! Kenapa kau berlutut?" pekik Luhan

Sehun berlutut di depan Luhan sembari mengeluarkan sebuah boneka rusa. "Luhan, aku.. Oh Sehun dengan resmi melamarmu Xi Luhan, untuk menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku kelak."

Luhan membuka mulutnya lebar-lebar. Dia sangat terkejut dan tidak menyangka apa yang dilakukan oleh kekasihnya ini. Dan tunggu, melamar? Dengan boneka rusa? Oh ayolah, ini bukan saatnya untuk bercanda. Jika benar ini adalah sebuah lamaran, harusnya ada sebuah cincin disini dan bukan boneka rusa.

"Sayang... maukah?" tanya Sehun

"Tu-tunggu... apa ini lamaran sungguhan? Benar-benar sungguhan?"

Sehun menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Iya sayang. Aku melamarmu Luhan."

Plakk..

Secara tiba-tiba Luhan memukul kepala Sehun. Sang korban merasa kesakitan dan menatap Luhan dengan tatapan bingung.

"Kau! Kau melamarku.. melamarku dengan bo-boneka jelek ini? Apa kau waras Oh Sehun?" kesal Luhan

"Memangnya kenapa? Apa yang salah? Ahh.. apa kekasihku berharap itu sebuah cincin?" tanya Sehun dengan menaikkan satu alisnya.

"i-iitu.. bu-buukan begitu. Ta-tapi memang wajar kan, biasanya seorang kekasih akan memberikan sebuah cincin disaat dirinya akan melamar. Apa aku salah?"

"ANII! Kau tidak salah Lu. Aku sengaja melamarmu dengan boneka rusa ini, nanti jika kedua orang tua ku sudah menyetujui baru aku akan melamarmu dengan cincin, Lu." Jawab Sehun

"jadi, orangtua mu tidak menyetujui hubungan kita, begitu?" Luhan merasakan dirinya bergetar ketika mendengar penuturan Sehun tentang hubungan mereka.

"Bukan tidak Lu, hanya belum menyetujuinya. Jika aku bicara pada mereka dan menjelaskan bahwa aku sangat mencintai dirimu, pasti mereka akan mengerti dan menyetujui hubungan kita Lu." Balas Sehun menenangkan kekasihnya.

"t-ttapi.."

"ssttt... tenanglah Lu. Aku akan berusaha membuat semua ini menjadi mudah untuk kita. Kau tidak perlu khawatir, aku akan mengurus semuanya ya." Sehun berusaha membuat Luhan merasa tenang dan nyaman, tidak memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.

"Baiklah. Aku percaya padamu sayang."

Sehun tersenyum melihat Luhan. Diraihnya tangan Luhan dan dibawanya ke dalam dekapannya. Memeluk Luhan dengan erat. Luhan hanya menurut, saat ini dirinya memang benar-benar membutuhkan pelukan hangat dari kekasih yang dicintainya.

PRANG..

"APA KAU BILANG? MENIKAH DENGAN SEORANG PRIA KATAMU? APA KAU WARAS OH SEHUN?" teriak Oh Sejoon, yang tak lain adalah ayah dari Sehun sendiri.

"Yeobo.. tenanglah. Ayo bicara baik-baik, kita dengarkan dulu penjelasan dari Sehun." Itu adalah Kim minna, istri Oh Sejoon dan ibu dari Oh Sehun.

"Appa, aku mohon. Restui hubungan kami, tadi aku sudah melamar Luhan. Aku ingin bersamanya appa."

"Kau sadar Oh Sehun, kau adalah putraku, PUTRA SEORANG DIREKTUR TERNAMA, OH SEJOON." Teriak ayah Sehun yang tampak benar-benar marah terhadap anaknya.

"Aku tahu appa. Tapi aku ingin bersamanya, tidak bolehkah?" pinta Sehun.

"apa kau mencintainya? Benar-benar mencintainya?" kali ini ibu sehun yang berbicara.

"Ne, eomma. Aku sangat-sangat mencintai Luhan. Apa pun akan aku berikan asalkan aku bersamanya." Balas Sehun yyang menatap sendu ibunya.

"KAU.."

"Yeobo.. tenanglah. Biarkan Sehun memilih pilihannya sendiri. Biarkan dia berbahagia dengan caranya sendiri. Aku mohon padamu sayang, hiks." Pinta Ibu Sehun yang berusaha meluluhkan hati suaminya.

"Baiklah. Kau bisa bersama dengan pria yang bernama Luhan itu..." jawab Oh Sejoon. Sehun tampak berbinar, ia bahagia mendengar ayahnya setuju dengan hubungannya. "Tapi.. kau tidak perlu menganggap aku ini ayahmu lagi dan dia ibumu. Kau bukan anak kami lagi." Oh Sejoon pergi meninggalkan Sehun dan ibunya. Senyum yang terlihat di wajah Sehun sekarang telah menghilang. Dia tidak menyangka bahwa ayahnya akan berkata seperti itu. Diliriknya ibunya yang tengah menangis hebat, Sehun segera menghampiri ibunya, memeluknya dan menghapus air mata yang membasahi pipi ibunya.

"Mianhae eomma, aku sangat mencintai Luhan. Aku tidak bisa berpisah dengannya eomma. Mianhae eomma." Ucap Sehun yang terisak dipelukan ibunya.

"Eomma mengerti nak, pergilah. Eomma akan bujuk appa agar menarik perkataanya. Kau adalah anak eomma satu-satunya, akan begitu sampai akhir hayat nanti. Jangan dengarkan ucapan appa mu tadi, dia hanya sedang marah padamu, Sehun."

"Ne, eomma. Aku mengerti jika appa marah. Aku akan pergi eomma, eomma harus janji hidup dengan sehat dan datang saat pernikahanku eomma."

"Tentu nak, tentu. Eomma akan datang ke hari bahagiamu."

Sehun melepaskan pelukannya, ia menatap wajah lembut ibunya dan segera bangkit. "aku pergi eomma."

Ibu Sehun hanya bisa menangisi kepergian anak-satu-satunya. Hatinya sangat sakit dan badannya terasa lemas memikirkan semua yang telah terjadi hari ini.

"Sayang, kau dari mana?" tanya Luhan

"Aku pulang dari menemui orangtua ku Lu." Balas Sehun

Tiba-tiba saja Luhan merasakan tubuhnya menegang. "La-lalu.. apa kata me-mereka?"

"Mereka setuju Lu."

"Oh mereka setuju. Eh, mereka apa...?" pekik Luhan

"Mereka SE-TU-JU sayang." Sehun menekankan pada kata setuju.

"Jinjja? Sayang, apa mereka benar-benar setuju? Setuju kita menikah?" tanya Luhan yang masih tidak percaya.

"iyaa sayang.. apa kau senang?" Sehun tersenyum pada Luhan dan sedikit memainkan poninya.

"Lalu kapan kita menikah?" tanya Luhan yang tampak sangat bahagia.

"Besok Lu."

"be-besok? Kenapa cepat sekali? Mereka kan baru menyetujuinya tadi sayang."

"Sebenarnya... hanya eomma yang setuju, appa tidak mau menyetujui hubungan kita Lu."

Deg..

Hati Luhan terasa disayat-sayat sekarang. Baru saja ia bahagia karena dirinya akan menikah dengan Sehun, namun setelah mengetahui kenyataan bahwa ayah Sehun tidak menyetujui pernikahan itu membuat hati Luhan sangat sakit, badannya melemah dan air matanya tak terasa keluar membasahi pipinya.

"Hey, Lu. Sayang, kau tak apa? Kenapa kau menangis, hmm?"

"appa tidak menyetujui pernikahan kita Sehu, appa tidak menyetujuinya, hiks..hiks.." isak Luhan.

"Tak apa sayang, setidaknya eommaku menyetujui pernikahan kita, itu sudah lebih dari cukup." Sehun membawa Luhan dalam pelukannya. "ssstt.. tenanglah. Semua akan baik-baik saja, Lu. Jika kau menangis seperti ini terus, apa kata pendeta nanti jika melihat calon istriku yang tidak cantik lagi karena matanya yang membengkak."

"J-Jadi.. kita benar akan menikah besok?" tanya Luhan memastikan

"Benar sayang, aku sudah mempersiapkan semuanya. Ya, walaupun ini terkesan dadakan, tapi aku rasa pernikahan kita besok lebih dari kata sederhana." Ucap Sehun.

"Apa orangtua mu akan datang?"

"entahlah, aku berharap appa dan eomma akan datang. Tapi kita tidak bisa terlalu berharap, karena appa sepertinya akan melarang eomma datang ke pernikahan kita."

Luhan menundukkan kepalanya. Luhan merasa bersalah karena dirinya, Sehun jadi dibenci oleh orang tuanya sendiri. Orang tua yang sangat menyayangi Sehun. Berbeda dengan dirinya, orang tua Luhan seakan tak peduli dengan kehidupan Luhan. Apa Luhan senang atau tidak, apa Luhan sehat atau tidak, mereka tidak memperdulikannya. Namun Luhan sedikit beruntung karena ada Sehun disisinya, yang selalu menyayanginya, mencintainya dengan sepenuh hati, membuat luka di hati Luhan sedikit terobati.

Hari telah berganti. Hari ini merupakan hari pernikahan Luhan dengan Sehun. Luhan merasakan sangat gugup, belum pernah ia merasakan segugup ini sebelumnya. Luhan telah selesai dirias, wajahnya yang cantik akan membuat orang lain yang melihatnya terpesona dan melupakan bahwa dia adalah seorang laki-laki. Dikala menunggu acara akan dimulai, Luhan terkejut akan kehadiran seseorang yang masuk secara diam-diam ke ruang rias tempat Luhan berada sekarang.

"maaf, anda siapa?" tanya Luhan

Orang itu mendekati Luhan, dan seketika Luhan terkejut melihat siapa yang ada di depannya sekarang. "eo-eomma..."

"Iya Luhan, ini eomma, nak. Selamat atas pernikahanmu nak. Hiks.."

"eo-eomma... kenapa menangis?" panik Luhan

"tidak apa-apa nak, eomma hanya bahagia melihat anak eomma akan menikah hari ini." Jawab Kim Minna

"Lu, eomma tidak bisa lama-lama disini. Appa Sehun melarang eomma untuk datang ke pernikahan kalian, tapi untung eomma ada alasan untuk pergi kesini sebentar." Jelasnya

"hiks.. eomma.."

"ssst... dengar Lu, eomma hanya ingin kau tahu bahwa eomma merestuimu dengan Sehun. Tapi kau harus janji satu hal pada eomma, Luhan. Jangan katakan pada Sehun bahwa eomma datang kesini, eomma tidak mau dia membenci ayahnya jika melihat eomma disini. Lebih baik dia membenci kami berdua saja." Pinta ibu Sehun.

"tapi eomma.." ucap Luhan

"eomma mohon Lu. Eomma akan terus memantau kalian dari jauh, tapi jangan pernah katakan hal itu pada Sehun, bolehkah?"

"n-nee... eomma. Aku janji akan merahasiakannya." Jawab Luhan

"Baiklah. Semoga bahagia dengan pernikahanmu nak." Iabu Sehun membelai lembut pipi Luhan dan segera pergi meninggalkan ruangan itu.

Akhirnya acara akan dimulai, Luhan dan Sehun mengucapkan janji sehidup semati mereka dengan mantap tanpa ada kesalahan. Pendeta pun mengumumkan bahwa mereka telah sah menjadi suami istri sekarang. Mereka diperbolehkan untuk mencium pasangannya dan seiring ciuman tersebut di sambut dengan tepukan meriah dari para tamu yang hadir di acara tersebut.

Flashback end.

"noona, sepertinya kau harus pergi. Aku sebentar lagi ada rapat dengan direktur Kim." Ucap Sehun

"hmm, baiklah. Oh ya, mau makan siang bersama?" tanya Boa

"sepertinya tidak, lain kali saja. Noona lihatkan tadi Luhan memberikanku kotak bekal, aku harus memakannya, jika tidak istriku akan sangat-sangat cerewet." Balas Sehun.

"hahaha, arraseo. Aku pergi dulu sayang." Boa mengecup bibir Sehun dan kemudian pergi dari ruangan itu.

T.B.C

Huaaahh... akhirnya update juga^^

Silahkan dibaca HunHan shipper

Next update?

Tergantung review dari kalian yaa...
kamsahamnida^^