Destiny of Us

Chapter 11

Main Casts : Park Chanyeol and Byun Baekhyun (GS)

Other Casts : Find it by yourself

Genre : AU, Drama, Family, Marriage Life, Romance

Length : Multichapter

2019Summerlight92


"Please, Sir."

Jonghyun menoleh pada supir taksi yang baru saja membukakan pintu untuknya. "Thank you," ia tak lupa mengucapkan terima kasih. Sembari menunggu kopernya dikeluarkan dari bagasi, Jonghyun memandangi bangunan hotel di depannya. Bibir pria itu melengkung sempurna, seiring dengan binar matanya yang penuh antusias.

Rencana Jonghyun tempo hari bukanlah isapan jempol belaka. Setelah menempuh perjalanan panjang dari Seoul, akhirnya Jonghyun sampai di Marbella. Ia bahkan sudah sampai di hotel tempatnya menginap selama beberapa hari ke depan.

Menurut informasi dari orang suruhan Jonghyun, hotel ini diketahui sebagai hotel tempat Baekhyun dan Chanyeol menginap selama berbulan madu di Marbella. Saat memperoleh informasi itu, Jonghyun tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Dengan memilih hotel yang sama, Jonghyun akan lebih mudah memberikan kejutan kepada pasangan suami-istri yang sedang berbulan madu itu.

Pandangan Jonghyun kembali pada supir taksi yang menyerahkan kopernya. Selesai urusan dengan supir taksi itu, Jonghyun berjalan memasuki hotel untuk melakukan check in. Ketika transit di London, Jonghyun sudah melakukan pemesanan kamar lebih dulu demi mempersingkat waktu. Sesampainya di hotel tujuan, Jonghyun tidak perlu menunggu pemeriksaan ketersediaan kamar yang ada, mengingat hotel ini selalu dipadati pengunjung, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selesai dengan administrasi reservasi k hotel, dan menerima kunci kamar, Jonghyun bergegas pergi menuju lantai tempat kamarnya berada.

Jonghyun belum tahu di kamar nomor berapa Chanyeol dan Baekhyun menginap. Pria ini hanya mengikuti instingnya. Menebak bagaimana latar belakang Chanyeol, bisa dipastikan pasangan itu memilih kamar yang paling mewah. Dalam hati, Jonghyun berharap semoga instingnya tidak salah.

Situasi di sekeliling Jonghyun sekarang tidak terlalu ramai, mengingat jam makan siang sudah selesai beberapa jam lalu. Sambil menunggu lift turun, Jonghyun memikirkan rencananya begitu tiba di kamarnya nanti. Ia berniat memesan layanan antar makan ke kamar karena tubuhnya yang kelelahan, pasca perjalanan panjang dari Seoul ke Marbella.

Jonghyun menaiki lift menuju lantai kamarnya berada. Ia memperhatikan angka pada penunjuk lantai, menunggu dengan sabar sampai terdengar bunyi tanda lift berhenti di lantai sesuai tujuan. Jonghyun sedikit tergesa keluar dari lift, lantaran ingin secepatnya beristirahat di kamar. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Jonghyun. Langkah kakinya sampai terhenti di depan pintu lift yang baru saja dia naiki.

Hotel ini ternyata memiliki empat lift, dua lift masing-masing berada di sisi yang berbeda dan berhadapan satu sama lain. Ada seorang wanita berdiri di dekat lift depan Jonghyun. Ia amati punggung wanita itu dengan seksama.

Jonghyun merasa tidak asing dengan perawakan wanita itu. Ia terus mengawasi gerak-gerik wanita itu, dari menunggu sampai memasuki lift. Saat wanita itu berbalik, mata Jonghyun seketika membulat sempurna.

Ia mengenal sosok wanita itu.

Jonghyun berlari maju sambil mengulurkan tangan untuk menahan pintu lift sebelum tertutup. Wanita itu belum menyadari kedatangan Jonghyun. Inilah yang membuat Jonghyun secara perlahan memperlihatkan seringaian penuh arti.

"Tidak kusangka kita akan bertemu di sini ..." Jonghyun menikmati setiap perubahan ekspresi wajah wanita itu, "Seohyun ..."

Ada raut keterkejutan yang tercetak jelas di wajah wanita itu.

Sungguh, Jonghyun tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang selama ini dicari-cari oleh keluarga Byun dan Chanyeol.

Wanita ini adalah kakak kandung Baekhyun, Byun Seohyun.

"Kau ..." Seohyun menatap tak percaya, "Hong Jonghyun."

"Benar, ini aku." Jonghyun tanpa ragu masuk ke dalam lift yang dinaiki Seohyun. Hanya berselang beberapa detik, pintu lift tertutup. "Senang bertemu lagi denganmu."

Seohyun tidak mengatakan apapun, tetapi ekspresi wajahnya memperlihatkan raut tidak suka atas kemunculan Jonghyun. Seohyun memalingkan wajah, menghindari tatapan mata Jonghyun yang terus memperhatikannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Seohyun tanpa melihat Jonghyun.

"Itu pertanyaan yang seharusnya aku ajukan padamu," Jonghyun tertawa sarkas, "Setelah menghilang dan membuat semua orang panik mencarimu, ternyata kau ada di sini."

Seohyun menatap Jonghyun sinis.

"Aku tahu kau tidak suka bertemu denganku, tapi sekarang kau tidak bisa kabur ke manapun. Jadi ...," Jonghyun tersenyum penuh kemenangan, "ayo kita bicara."

.

.

.

Angin dari arah pantai berhembus sedikit kencang, menggerakkan beberapa helai rambut Chanyeol. Duduk pada kursi yang tersedia di balkon, Chanyeol memeriksa jam pada ponselnya. Rencana Chanyeol menikmati suasana pantai dari balkon kamar, sepertinya tidak terlaksana dengan baik. Pria ini justru sibuk dengan pikirannya yang berkelana entah ke mana.

Chanyeol kembali mengingat-ingat sosok wanita yang diceritakan Baekhyun beberapa saat lalu. Meski hanya melihat punggungnya saja, Chanyeol merasa tidak asing dengan wanita itu. Ia lantas mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Menghubungi seseorang yang diyakini Chanyeol bisa menghilangkan kekhawatiran yang tengah menggelayutinya.

"Ini aku." Suara Chanyeol terdengar tegas, tapi terselip kegelisahan dalam nada bicaranya. "Apa kau tahu—"

Belum sempat bibir itu mengeluarkan pertanyaan, lawan bicara Chanyeol justru lebih dulu memberinya kabar mengejutkan. Mata sebulat kelereng itu membelalak, bersamaan dengan mulutnya yang terbuka lebar.

"Ka-kau bilang apa? Dia ... dia ada di Eropa?" Chanyeol sampai mengulang pernyataan lawan bicaranya. "Di negara mana? Katakan! Dia ada di negara mana?!"

Tanpa bisa dikontrol, nada bicara Chanyeol meninggi. Lawan bicaranya ketakutan, terdengar dari cara menjawab pertanyaan Chanyeol dengan sedikit tergagap. Pria ini tak mampu menyembunyikan kekecewaannya karena jawaban yang diinginkan tidak berhasil dia peroleh.

"Lacak keberadaan wanita itu dan segera laporkan padaku secepatnya. Kau mengerti?"

Setelah memberi perintah, Chanyeol mengakhiri sambungan telepon. Melampiaskan perasaannya yang berkecamuk, Chanyeol menggenggam ponselnya kuat-kuat. Pikiran Chanyeol terus dipenuhi informasi tentang keberadaan Seohyun, kakak kandung Baekhyun.

Yang tidak lain adalah mantan calon istrinya.

"Seohyun ...," Chanyeol mengusap wajahnya frustasi, "dia ada di Eropa?"

Chanyeol mengurut hidungnya, kemudian menghela napas panjang. Ia mengingat-ingat kembali perawakan wanita yang diceritakan oleh Baekhyun.

Awalnya, Chanyeol berusaha menepis dugaan jika wanita itu adalah Seohyun. Namun, kabar dari orang kepercayaannya mengenai keberadaan Seohyun, semakin memperkuat dugaan Chanyeol sebelumnya.

"Jika benar itu Seohyun, untuk apa dia ada di sini?" gumam Chanyeol bingung.

Chanyeol dan Baekhyun sedang berbulan madu, lalu tiba-tiba Baekhyun melihat sosok wanita—yang diyakini Chanyeol adalah Seohyun. Selanjutnya, Chanyeol menerima kabar bahwa Seohyun berada di Eropa. Meski belum diketahui di negara mana, keyakinan Chanyeol semakin kuat jika wanita yang dilihatnya bersama Baekhyun memang kakak kandung gadis itu.

Apakah ini suatu kebetulan?

"Kebetulan atau ...," pandangan Chanyeol meragu, "dia memang sengaja muncul setelah kami ke luar negeri?"

Tangan Chanyeol bertepuk. Seperti ada lampu menyala di atas kepala Chanyeol, memberikan pencerahan untuk kemampuan otaknya. Ia tertawa skeptis. "Mungkinkah selama ini, dia mengawasi kami dari tempat persembunyiannya?"

Chanyeol mengusap-usap dagunya. Tanda sedang berpikir dengan serius.

"Ya, pasti seperti itu. Dia melarikan diri, bersembunyi di suatu tempat untuk mengawasiku dan Baekhyun." Chanyeol mengangguk-angguk penuh keyakinan. "Itulah mengapa dia sekarang ada di sini."

Chanyeol mendesis pelan merasakan kepalanya sedikit berdenyut. Ia memijat pelipisnya sejenak, menarik napas panjang demi menenangkan pikirannya yang kacau. "Kau harus tetap tenang, Park Chanyeol ..."

Terlalu fokus dengan dunianya sendiri, Chanyeol tidak menyadari kedatangan Baekhyun yang sudah berdiri di belakangnya. Tepat di samping kusen kaca penghubung kamar dan balkon.

"Oppa ..."

Pria itu berbalik. Wajahnya terlihat kaget dengan bola matanya yang sedikit membelalak. Chanyeol mengamati penampilan dan gelagat Baekhyun, dan dengan mudah menebak bila gadis ini baru saja bangun dari tidur siang. Ia menghampiri Baekhyun yang mengucek-ucek mata sambil sesekali menguap lucu.

"Baru bangun, hm?" tanya Chanyeol sembari mengusap lembut pipi Baekhyun.

Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Menguap sekali lagi, kemudian memandangi Chanyeol dengan ekspresi bingung. "Apa yang Oppa lakukan di sini?"

"Hanya menikmati pemandangan pantai saja," jawab Chanyeol berusaha menutupi apa yang sedang mengusik pikirannya.

Kerutan di dahi Baekhyun semakin kentara, "Oppa tidak tidur siang?" tanyanya lagi dan mendapat cengiran polos dari Chanyeol.

Baekhyun mendesah pelan. Pantas saja ia tidak mendapati keberadaan suaminya sewaktu terbangun dari tidur siang. Baekhyun hanya mendapati kondisi sisi sebelah kirinya masih rapi seolah belum tersentuh. Gadis ini langsung pergi mencari Chanyeol, dan menemukannya di balkon kamar. Sebelum mendekati Chanyeol, Baekhyun sempat menangkap gurat kelelahan di wajah suaminya.

Baekhyun mengambil kesimpulan bahwa pria itu tidak tidur siang.

"Kenapa tidak ikut tidur bersamaku, Oppa?"

Nada manja yang keluar dari Baekhyun membuat Chanyeol tertegun selama beberapa detik, kemudian tertawa gemas dan kembali mengusap pipi gadis itu. "Apa istriku ini sedang merajuk, hm? Karena tidur sendirian?"

Meski tersipu malu, Baekhyun sedikit menggelengkan kepalanya. "Semalaman Oppa sudah merawatku dan aku pikir Oppa pasti kurang tidur." Raut cemat menghiasi wajah gadis ini.

Perhatian kecil ini membuat perasaan Chanyeol menghangat. Ia membelai kepala Baekhyun dengan penuh cinta. "Terima kasih. Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir."

"Aku tidak ingin Oppa kelelahan dan jatuh sakit," bibir Baekhyun mencebil, kepalanya sedikit menunduk, "Selain itu, rasanya sepi tidur sendirian di ranjang sebesar itu. Aku sudah terbiasa dengan keberadaan Oppa di sampingku."

Sejak keduanya resmi mengakui perasaan masing-masing, Baekhyun semakin ekspresif menunjukkan rasa cintanya pada Chanyeol. Ia memeluk pria itu, menyandarkan kepalanya dengan nyaman pada dada bidang sang suami. Berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya yang semakin kentara.

Baekhyun tidak tahu bahwa Chanyeol sebenarnya sudah melihat ekspresinya itu. Pria ini tertawa gemas. Ia merasakan kebahagiaan yang kian meluap dalam dirinya. Dengan lembut, Chanyeol mengusap punggung Baekhyun, dan berulang kali mengecup pucuk kepala gadis itu.

"Tenang saja. Nanti malam, aku pastikan kau tidak akan kesepian," balas Chanyeol sengaja berbisik di telinga Baekhyun.

Bulu kuduk Baekhyun berdiri mendengar suara bass Chanyeol yang terkesan seksi dan menggoda. Sekarang bukan hanya wajah Baekhyun, tetapi telinganya pun turut memerah. Chanyeol semakin tergelak melihat reaksi istri mungilnya ini.

Di tengah momen manis yang sedang mereka lakukan, pikiran Chanyeol mendadak teringat lagi pada hal yang mengusiknya beberapa menit yang lalu. Sejujurnya, ia tidak ingin menanyakan masalah Seohyun pada Baekhyun. Gadis ini sudah mengorbankan banyak hal karena ulah kakaknya—meski sekarang hubungan mereka berakhir dengan perasaan cinta satu sama lain.

"Sayang?"

"Ne?" Baekhyun melonggarkan pelukannya, mendongak dan menatap Chanyeol dengan mata berkedip polos. "Ada apa, Oppa?"

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Kedua alis Baekhyun tertaut, "Soal apa?"

Chanyeol meragu, tetapi dorongan rasa penasaran itu kian kuat dalam dirinya. "Apa ... apa kau tahu informasi tentang kakakmu?"

Wajah Baekhyun seketika berubah keruh. Bola matanya bergulir, memandang arah lain untuk menghindari tatapan Chanyeol yang terlihat berharap bisa mendapatkan jawaban 'iya' darinya.

"Tidak, Oppa. Aku sama sekali tidak tahu informasi apapun tentang dia," Baekhyun memandangi Chanyeol dengan ekspresi sulit diartikan. "Kenapa ... Oppa tiba-tiba bertanya soal Seohyun-eonni?"

Beruntung Chanyeol memiliki kepekaan yang tinggi. Ia dengan mudah membaca ekspresi wajah Baekhyun, sekaligus menangkap maksud dari pertanyaan itu.

"Sebenarnya ... sampai sekarang aku masih mencari di mana keberadaan kakakmu. Aku masih dihantui rasa penasaran, mengapa dia melarikan diri jelang hari pernikahan kami. Aku ingin tahu apa alasannya," jawab Chanyeol jujur. Namun, ia tidak sadar kalimatnya ini membuat Baekhyun memiliki pemikiran macam-macam. Raut kesedihan tercetak jelas di wajah gadis itu.

"Jika keberadaan Eonni sudah diketahui ...," Baekhyun meremat ujung gaun santai yang dia kenakan, "A-apa ... Oppa nanti akan menceraikanku ... la-lalu menikah dengan Seohyun-eonni?"

"Apa?" Chanyeol terkejut mendengar pertanyaan Baekhyun, "Astaga, kenapa kau berpikir seperti itu, Sayang?"

"A-Aku ... aku takut ... Oppa nanti—"

"Ssssh, jangan berpikir seperti itu!" Chanyeol menyela ucapan Baekhyun yang dinilai mulai melenceng dari pemikirannya. Ia menangkup wajah istrinya, kembali menghadiahi tatapan penuh cinta yang memancarkan kehangatan. "Dengar, aku tidak akan menceraikanmu hanya untuk menikahi Seohyun. Meski pernikahan kita diawali dengan perjanjian antara aku dan ayahmu, tapi hatiku tidak pernah berbohong. Aku mencintaimu sepenuh hatiku. Aku berjanji, hanya maut yang bisa memisahkan kita, bukan perceraian."

Baekhyun meneteskan air mata mendengar kata-kata penuh cinta yang keluar dari bibir Chanyeol. Ia merasa malu dengan pemikiran pendeknya dan sontak menghambur dalam pelukan pria itu. "Maafkan aku, Oppa ..."

Menghela napas lega, Chanyeol semakin mengeratkan pelukan mereka. "Aku yang seharusnya minta maaf karena sudah memberikan pengalaman kurang menyenangkan di awal pertemuan kita. Wajar saja kalau kau berpikir seperti ini," ucapnya. Ia melonggarkan pelukan mereka sejenak, lalu menatap wajah Baekhyun yang sudah basah karena air mata. Dengan penuh kelembutan, Chanyeol menghapus jejak-jejak aliran bening di pipi istrinya tersebut.

"Alasan Seohyun melarikan diri, aku tetap membutuhkan jawabannya. Tanpa ada maksud tertentu seperit yang kau pikirkan. Kau tahu, sekarang aku sangat bahagia karena akhirnya hatiku sudah berlabuh padamu," Chanyeol mengecup kedua mata Baekhyun secara bergantian, "Jangan pernah meragukan perasaanku padamu, Sayang. Aku sangat mencintaimu."

Baekhyun mengangguk-angguk, dan memasang senyuman lebar nan mempesona. "Aku juga sangat mencintaimu, Oppa ..."

Keduanya kembali berpelukan. Chanyeol tersenyum, tetapi hanya sesaat karena pikirannya lagi-lagi diingatkan dengan informasi dari salah satu orang kepercayaannya yang ditugaskan mencari keberadaan Seohyun.

Seohyun ... mengapa kau tiba-tiba muncul di hadapan kami? Apa tujuanmu sebenarnya?

.

.

.

Tatapan mata Jonghyun sekilas tertuju pada layar televisi, tetapi fokus pria ini sama sekali tidak ada di sana. Seperti kaset rekaman yang rusak, pembicaraan dengan Seohyun beberapa jam lalu terus berputar di kepala Jonghyun. Meraih kaleng bir yang ada di atas meja, Jonghyun mulai membuka dan meneguknya secara perlahan. Desahan penuh kelegaan keluar dari bibir Jonghyun. Ia menyeka sudut bibirnya yang sedikit basah karena cairan dari bir yang baru saja diminumnya.

Bersandar pada sofa, Jonghyun menatap langit-langit ruang tamu. Pria ini mengabaikan tayangan televisi di depannya. Ia memilih mengingat-ingat kembali pembicaraannya dengan Seohyun beberapa jam lalu.

Sampai detik ini, Jonghyun sama sekali tidak menyangka akan bertemu wanita itu, di negara tempat Chanyeol dan Baekhyun berbulan madu.

Flashback

Suasana kafe sedikit lengang setelah jam makan siang berakhir. Pelayan baru saja menyajikan minuman kepada Jonghyun dan Seohyun, yang kini duduk di tempat paling pojok, dalam posisi berhadapan satu sama lain.

Hanya terdengar suara Jonghyun yang sedang berbicara dengan pelayan. Dia mengucapkan terima kasih atas pesanan mereka yang baru saja diantarkan. Setelah itu, Jonghyun kembali fokus pada Seohyun yang sejak pertemuan mereka di hotel, tak pernah mengeluarkan sepatah kata pun.

Sesampainya di kafe, Jonghyun bahkan yang memesan untuk Seohyun. Wanita itu masih diam seribu basa.

"Bagaimana kabarmu?"

Hening. Untuk kesekian kali tak ada suara yang keluar dari bibir Seohyun. Sikap diamnya membuat Jonghyun lama-kelamaan merasa jengkel. Namun, ia tetap berusaha mengendalikan emosinya demi berinteraksi dengan kakak kandung Baekhyun ini.

Menyesap minumannya sejenak, Jonghyun tersenyum tipis sembari berkata, "Sungguh kejutan yang luar biasa bisa bertemu kembali denganmu."

Seohyun hanya memberikan reaksi dengan sebelah alisnya yang terangkat heran.

"Apalagi ... kita bertemu di tempat yang tidak terduga," Jonghyun tertawa, tetapi ucapannya sama sekali tidak terdengar lucu.

Menyadari tawa Jonghyun yang terkesan sarkastik, Seohyun memasang sikap waspada.

"Apa yang kau lakukan di hotel itu, hm?" Jonghyun menatap lekat bola mata Seohyun, "Apa selama ini ... diam-diam kau mengawasi lalu membuntuti adik dan mantan calon suamimu? Kau membuntuti sampai ke lokasi bulan madu mereka."

"Itu bukan urusanmu," Seohyun akhirnya bersuara. Nada bicaranya terdengar tegas. "Aku ke sini karena aku memang memiliki urusan dengan mereka. Aku berbeda denganmu, yang bertingkah seperti penguntit istri orang."

Kata-kata tajam itu menghancurkan pertahanan Jonghyun. Tidak ada lagi ketenangan maupun keramahan pada wajahnya. Amarah tergambar jelas di wajah Jonghyun karena ucapan penuh penghinaan yang dilontarkan Seohyun.

"Kenapa? Apa ucapanku salah?"

"Bukankah kau sama saja?" Jonghyun berusaha keras menekan emosinya yang terpancing oleh ucapan kakak Baekhyun itu. "Kau bilang datang ke sini untuk bertemu adik dan mantan calon suamimu. Apa sekarang kau menyesal melihat mereka menikah?"

Seohyun merespon dengan sikap anggun, tertawa sembari menutupi mulutnya dengan sebelah tangan. Ia kembali melempar senyuman mengejek untuk Jonghyun.

"Aku? Menyesal?" Seohyun kembali tertawa, "Kau sungguh pandai melucu."

Tangan Jonghyun mengepal kuat. Ia benar-benar tersinggung dengan sikap Seohyun. Lama tidak bertemu dengan Seohyun, membuatnya menyadari bahwa ada banyak hal yang berubah dari sikap wanita ini.

"Lantas apa tujuanmu datang ke sini?" desak Jonghyun mulai kehilangan kendali diri.

"Aku hanya ingin memastikan satu hal," Seohyun tersenyum penuh arti, "Sebelum mengembalikan semuanya pada tempat semula."

Jonghyun mengernyitkan dahi. Tidak paham dengan jawaban Seohyun. "Apa maksudmu?"

Lagi-lagi Seohyun hanya tersenyum, tanpa memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan Jonghyun.

"Suatu saat, kau akan tahu ..."

Flashback end

Desahan penuh frustasi lolos dari sela-sela bibir Jonghyun. Ia meraih remote, mematikan layar televisi sebelum beranjak ke kamar tidur. Jonghyun duduk di tepian ranjang, kemudian mulai membongkar isi kopernya yang semula diletakkan di samping nakas. Sejenak, ia menatap balkon kamar, dan menyadari bahwa langit mulai senja.

"Sebaiknya besok saja aku pergi menemui Baekhyun," gumamnya kembali melanjutkan kegiatan membongkar isi koper. Tiap kali membayangkan bagaimana pertemuannya nanti dengan Baekhyun, senyuman sempurna terukir di bibir Jonghyun.

"Paling tidak aku sudah memiliki cara untuk pergi menemui Baekhyun," ujar Jonghyun menghibur diri. Di tengah perasaan bahagianya, Jonghyun kembali teringat dengan ucapan Seohyun.

Penguntit istri orang.

Jonghyun tertawa menyeringai.

Tidak, Seohyun. Aku bukan menguntit. Aku hanya ingin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku ...

.

.

.

Sehun melangkahkan kakinya keluar dari kamar Yujie. Menutup pintu sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara yang bisa mengusik tidur putrinya. Yujie sudah terlelap sekitar 1 jam lalu, setelah Sehun selesai membacakan dongeng pengantar tidur. Sehun sempat ikut tertidur di samping putrinya, tetapi buru-buru bangun karena harus kembali ke kamarnya.

Sambil mengusap kedua matanya, Sehun membuka pintu kamar. Namun, ia tak menemukan keberadaan Luhan di sana. Menutup pintu kembali, Sehun pun berpindah ke ruang tamu. Tebakan Sehun akurat, ia melihat Luhan duduk di sofa dan tampak sibuk berbicara dengan seseorang lewat percakapan ponsel. Sampai-sampai layar televisi yang masih menyala diabaikan oleh wanita itu.

Sehun penasaran, siapa yang menelepon malam-malam begini?

"Kau sudah bertemu dengan kakakku?" nada bicara Luhan terdengar antusias. Ia melirik sekilas pada Sehun, melambaikan tangan agar suaminya lekas mendekat. "Aigo, kakakku memang seperti. Jangan anggap serius omongannya, Baekkie ..."

Ah, ternyata Baekhyun. Waktu di negara Spanyol lebih lambat 8 jam dari waktu Korea Selatan. Di sini memang sudah tengah malam, tetapi di negara tempat Chanyeol dan Baekhyun berbulan madu adalah sore hari.

Setelah duduk di samping Luhan, Sehun mengambil remote di atas meja, kemudian mengganti saluran televisi.

"Tunggu! Kau bilang apa?" nada bicara Luhan tiba-tiba berubah. Sehun cepat-cepat menoleh dan menemukan wajah istrinya tampak kaget. Ia bertanya lewat gerakan bibir, tanpa suara. Luhan merespon dengan gelengan lemah, tetapi detik selanjutnya wajah wanita ini terlihat semakin keruh. Sepasang mata rusanya membelalak lebar.

"Chanyeol—" Luhan mengambil jeda sejenak. Ia berharap ada gangguan pada sambungan telepon mereka, tetapi kata-kata Baekhyun terdengar sangat jelas. "—dia menanyakan soal Seohyun?"

Reaksi Sehun tak jauh berbeda dari Luhan. Pria ini melotot kaget, bola matanya terlihat seperti ingin keluar. Pekikan tertahan meluncur dari bibir Sehan, dan sebelum berteriak keras, Luhan lebih dulu menutup mulutnya dengan tangan kanan. Istrinya itu memberikan deathglare agar dirinya bisa menahan diri.

Setelah memastikan suaminya bersikap patuh, Luhan kembali fokus pada Baekhyun.

"Apapun yang Chanyeol tanyakan soal Seohyun, abaikan. Mungkin dia hanya ingin tahu alasan kakakmu melarikan diri jelang hari pernikahan mereka sebelumnya," Luhan terdiam selama beberapa detik, mendengarkan suara Baekhyun yang menyiratkan kegelisahan dan kekhawatiran. Wajah Luhan seketika berubah panik mendengar ucapan gadis itu.

"Tidak! Dia tidak mungkin menceraikanmu hanya untuk menikahi Seohyun. Tolong, jangan berpikiran semacam itu, Baekkie. Aku percaya pada Chanyeol. Dia tidak mungkin melakukan hal itu. Hatinya sudah memilihmu ..." ujar Luhan menggebu-gebu. Ia melirik Sehun yang sedari tadi menyimak pembicaraannya dengan Baekhyun. Lewat sorot matanya, Luhan memberitahu Sehun bahwa dirinya kesal pada Chanyeol.

Sehun sendiri belum bisa berkomentar apa-apa, meskipun dirinya ikut diliputi rasa penasaran. Apalagi setelah nama Seohyun mencuat dalam pembicaraan Luhan dan Baekhyun.

Bagaimana bisa Chanyeol menanyakan soal Seohyun pada Baekhyun? Tidakkah dia memikirkan perasaan istrinya? Dasar bodoh ...

Belum habis rasa penasaran Sehun, tiba-tiba dia mendengar tawa cekikikan dari samping. Sehun bergidik ngeri mendapati seringaian nakal yang menghiasi wajah Luhan. Entah topik apalagi yang sedang istrinya bicarakan dengan Baekhyun. Sehun mengambil gelas yang ada di atas meja, mengisinya dengan air putih untuk diminum.

"Jika kau ingin menekan keraguanmu itu, Baekkie ... aku punya tips paling jitu," Luhan menyeringai, "Seret suamimu ke ranjang!"

PRAT!

Air minum tersembur keluar dari mulut Sehun. Ia terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya. Suara batuk Sehun ini tidak sengaja terdengar oleh Baekhyun, karena gadis ini langsung bertanya pada Luhan.

"Ah, bukan siapa-siapa." Luhan berdeham kikuk, "Sudah, kau jangan mengkhawatirkan apapun dan ingat tips pemberianku tadi, ne?"

Usai memberikan beberapa petuah—yang menurut Sehun lebih ke arah menjerumuskan—Luhan beralih memandangi wajah suaminya dengan cengiran polos tanpa dosa. Ia mengelus-elus punggung Sehun, "Aigo, kau batuk, Sayang?"

Mata Sehun memicing, "Kau merusak pikiran polos Baekhyun."

Luhan melepas wajah polosnya, yang kini sudah berganti menjadi seringaian nakal. "Aku hanya memberikan tips soal malam pertamanya dengan Chanyeol. Lagi pula ... kau yang lebih dulu merusak kepolosanku, Tuan Oh."

Dengusan tawa lolos dari bibir Sehun. Ia kembali meneguk minumannya, sebelum bertanya lagi soal obrolan Luhan dan Baekhyun. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian tiba-tiba membahas soal Seohyun?"

Ekspresi wajah Luhan berubah lagi. Kali ini terlihat marah, tetapi justru terkesan imut dan menggemaskan di mata Sehun.

"Park dobi itu benar-benar menyebalkan! Bisa-bisanya dia menanyakan soal Seohyun pada Baekhyun di waktu bulan madu mereka. Apa dia sudah bosan hidup, hah?!" amuk Luhan yang membuat Sehun buru-buru menenangkan. Ia tak ingin suara keras istrinya membangunkan putri mereka yang sudah tertidur.

"Hei, tenanglah." Sehun merangkul bahu Luhan, "Mungkin Chanyeol punya alasan tersendiri menanyakan soal Seohyun."

"Tetap saja itu tidak etis!" seru Luhan kesal. "Jika aku jadi Baekhyun, aku merasa terusik saat suamiku menanyakan mantan calon istrinya kepadaku. Tidak peduli orang itu adalah kakakku sendiri."

"Aku tahu. Nanti biar aku yang bicara pada Chanyeol dan menasehatinya," kata Sehun, kemudian memeluk Luhan dan tak lupa mencium bibir istrinya tersebut. "Yujie sudah tidur. Sebaiknya kita tidur sekarang atau—"

Mata rusa Luhan mengerjap polos, "Atau apa?" ia kemudian menyesal bertanya saat mendapati ekspresi Sehun berubah, dengan seringaian nakal yang menghiasi wajah suaminya itu.

"Olahraga malam," bisik Sehun seduktif dan membuat Luhan menggeliat geli.

"Se-Sehun ...," Luhan mencicit dan berusaha melepaskan diri dari kungkungan Sehun yang semakin kuat. Bukannya berhenti, Sehun justru semakin bersemangat membuat tubuh istrinya siap untuk ritual 'olahraga malam' mereka.

"Sehun, berhenti!" bentak Luhan karena tangan Sehun yang bermain nakal di tubuhnya. "Aku tidak bisa!"

Suaminya itu menatap dengan ekspresi bingung, "Kenapa?"

"Masih bertanya?" Luhan mendengus gemas, "Tentu saja karena tamu bulananku."

Rahang bawah Sehun terjun bebas, seiring dengan ekspresi kekecewaan yang mendominasi wajahnya. "Aaaargh ..." ia meraung kesal sambil menggigiti sandaran sofa yang mereka duduki. "Kenapa tidak bilang dari tadi? Rasanya seperti ingin buang angin, tapi tertahan di ujung dan akhirnya batal."

Luhan hanya menggelengkan kepala mendengar perumpamaan yang diucapkan Sehun, sangat konyol. "Oh iya, apa ada paket misterius yang datang lagi?" ia mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Sehun menyandarkan punggung dengan malas, dan mulai mengganti-ganti saluran televisi untuk melampiaskan kekesalannya karena gagal menikmati 'olahraga malam' bersama Luhan. Kendati demikian, ia tetap menjawab pertanyaan istrinya dengan baik. "Untuk hari ini tidak ada. Entahlah, besok akan ada atau tidak."

Luhan terkikik gemas melihat sikap merajuk Sehun. Ia sandarkan kepalanya di bahu Sehun, memainkan jari tangannya di dada bidang pria itu. "Kau marah, hm?"

"Jangan memancingku, Sayang ...," Sehun menyentil gemas hidung Luhan, "Aku tidak marah, hanya kecewa. Tapi yah ... apa boleh buat. Aku rasa little Sehun harus bersabar menunggu untuk berkunjung ke rumah kesukaannya."

Pipi Luhan merona mendengar kata-kata Sehun itu. Ia refleks mencubit pinggang Sehun hingga terdengar pekikan kesakitan. "Mesum!" selanjutnya terdengar tawa dari suaminya itu.

Luhan menyamankan posisinya dalam pelukan Sehun yang sangat hangat. "Aku benar-benar penasaran siapa pengirim paket itu. Aku harap, dia bukan orang yang akan mengganggu kebahagiaan Baekhyun dan Chanyeol. Mereka baru akan memulainya. Aku tidak mau jika terjadi sesuatu pada mereka ..."

"Ya, semoga saja." Sehun menatap wajah Luhan dengan raut penuh keseriusan, "Aku pun tak ingin hal itu terjadi pada mereka. Kita yang akan mengawal dan mengawasi kehidupan mereka dari kejauhan, memastikan bahwa kebahagiaan Chanyeol dan Baekhyun tidak akan terganggu oleh siapapun."

Luhan mengangguk setuju, "Ya, kita akan melakukannya ..."

.

.

.

Baekhyun menatap layar ponselnya dengan wajah merona parah. Ia baru selesai mengobrol dengan Luhan. Bercerita tentang pertemuannya dengan Yifan, hingga sikap Chanyeol yang mengusik pikirannya karena tiba-tiba menanyakan Seohyun. Namun, kekhawatiran itu seketika berubah menjadi perasaan gugup yang bercampur malu, setelah Luhan mengangkat topik malam pertama.

Memikirkan bahasan itu, jantung Baekhyun berdetak semakin cepat. Ia merasakan hawa panas di sekitar pipi.

"Sayang?"

Baekhyun berjengkit kaget mendengar suara Chanyeol dari belakang. Ia bahkan sampai melompat dari sofa ruang tamu, berbalik menghadap Chanyeol yang memandanginya keheranan.

Chanyeol merasa memanggil Baekhyun dengan suara lembut, tetapi dia tidak menyangka reaksi istrinya begitu kaget. Sampai-sampai melompat dari sofa. Untung saja gadis itu tidak terjatuh.

"Kau baik-baik saja?" tanya Chanyeol setelah mendekati Baekhyun dan mendapati warna merah yang mendominasi wajah gadis itu. Ia khawatir jika gadis ini kembali terserang demam.

Dengan gerakan cepat, Baekhyun mengangguk berulang kali. "A-aku baik, Oppa," sayang, ia tidak berhasil menyembunyikan kegugupannya karena memikirkan ucapan Luhan beberapa saat yang lalu. Baekhyun terus memandangi Chanyeol, dan suaminya mengangguk paham. Ia menghela napas lega karena Chanyeol tidak menanyainya lagi.

"Kita makan malam di restoran hotel saja, ne?" Chanyeol mengusap lembut kepala Baekhyun. "Besok kalau kondisi kesehatanmu sudah pulih, aku akan mengajakmu jalan-jalan lagi."

Gadis itu kembali mengangguk patuh. Ekspresinya yang imut dan polos seperti anak kecil, membuat Chanyeol tidak tahan. Dengan gerakan cepat, Chanyeol mencium bibir Baekhyun. Ia terkekeh pelan mendapati mata istrinya yang membulat lucu.

"Siapa suruh kau terlalu menggemaskan?" goda Chanyeol dengan kerlingan nakal.

Lagi, rona merah muncul di pipi Baekhyun. "Oppa ... mandi dulu. Biar kusiapkan airnya," ia beranjak dari ruang tamu, berjalan melewati Chanyeol, dan hendak kabur ke kamar mandi.

GREP!

Baekhyun terkesiap merasakan sepasang lengan yang memeluknya dari belakang. Belum sempat bertanya, ia kembali dibuat terkejut saat merasakan tubuhnya terangkat ringan, diikuti gerakan tangannya yang melingkar di leher Chanyeol. Ia mendongak, dan mendapati tatapan sang suami yang begitu lekat dan dalam.

"Aku ingin mandi bersamamu," bisik Chanyeol sengaja di telinga Baekhyun.

"Ta-tapi aku sudah mandi," cicit Baekhyun dengan kepala tertunduk malu.

"Mandi dua kali tidak masalah."

"Nanti kalau aku jatuh sakit lagi bagaimana?"

Chanyeol tersenyum sembari menggelengkan kepala. Ia tahu Baekhyun sengaja menghindar, tetapi sikap ini justru membuatnya kian bersemangat menggoda gadis itu.

"Aku sebenarnya tidak ingin kau sakit lagi. Tapi kalau itu terjadi, nanti aku yang menjadi doktermu lagi," putus Chanyeol final. "Aku tidak mau mendengar penolakan."

"Oppaaaa~"

.

.

.

Sooyoung membuka pintu ruang kerja Siwon secara perlahan. Ia melihat suaminya sedang sibuk memeriksa sebuah berkas dalam map. Pemandangan itu membuat Sooyoung tersenyum tipis. Ia tidak terkejut akan kebiasaan suaminya yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaan, meskipun sekarang sudah waktunya untuk tidur.

"Kurangi kebiasaan kerja berlarut-larut. Kau sudah tidak muda lagi," celetuk Sooyoung seraya berjalan mendekati meja Siwon. Ucapannya ini disambut tawa kecil sang suami, yang segera menutup map dan memberinya pelukan hangat.

"Baik, Istriku. Suamimu ini akan mematuhinya," balas Siwon, kemudian mencium pipi Sooyoung. "Ayo, kita tidur sekarang."

"Tunggu sebentar." Sooyoung menahan lengan Siwon, "Sebenarnya aku datang ke sini ingin mengatakan sesuatu padamu."

Tidak ada alasan bagi Siwon untuk mengernyitkan dahinya, "Soal apa?" ia bertanya dengan raut wajah penuh rasa penasaran. Ia menangkap kegelisahan dari sorot mata sang istri.

"Saat aku mengunjungi Luhan kemarin, dia bercerita padaku. Selama beberapa hari terakhir, ada seseorang yang mengirim paket-paket misterius untuk Chanyeol," Sooyoung menunduk, "Sehun mengamankan paket-paket itu, lalu membukanya bersama Luhan. Salah satu paket berisi ..."

Ketidaksabaran Siwon muncul, terlebih saat Sooyoung dengan sengaja menggantung kalimatnya. "Apa isinya?"desaknya semakin tidak sabar.

Sooyoung mendongak dengan wajah penuh kekhawatiran. "Isinya ... hasil tes pemeriksaan kehamilan."

"Apa?!" Siwon memekik tak percaya, "Hasil tes pemeriksaan kehamilan?!"

Sooyoung mengangguk, "Aku sudah menerimanya dari Luhan. Hanya berupa potongan kertas yang menunjukkan bukti positif pasien hamil. Akan tetapi, identitas pasien atau informasi lainnya tidak ada."

Siwon terdiam. Ia merenungi penjelasan Sooyoung. Namun, sikapnya ini justru membuat sang istri tidak mampu lagi menyembunyikan kegelisahannya.

"Aku rasa ... ada seseorang yang ingin memberitahukan identitas ibu kandung Hyoje pada Chanyeol," Sooyoung meraih kedua tangan Siwon dan menggenggamnya erat. "Chanyeol dan Baekhyun sedang berbulan madu. Aku tidak mau masalah ini mengusik kebahagiaan mereka yang baru terjalin. Belum saatnya Chanyeol tahu siapa ibu kandung Hyoje."

"Aku mengerti," Siwon mengusap wajah Sooyoung, "Kembalilah ke kamar lebih dulu, nanti aku menyusul. Aku harus menelepon seseorang untuk menangani masalah ini."

Sooyoung meragu. Siwon tersenyum hangat dan mengusap lembut pipinya.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku jamin masalah ini tidak akan menggangu kehidupan Chanyeol dan Baekhyun," lanjut Siwon.

"Baiklah. Aku serahkan semuanya padamu," balas Sooyoung. Perasaannya jauh lebih lega setelah berbicara dengan Siwon. Begitu pun setelah sang suami memberikan jaminan bahwa masalah tersebut tidak akan mengganggu kehidupan pernikahan putra dan menantunya.

Setelah kepergian Sooyoung dari ruangannya, Siwon ternyata sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan menelepon seseorang. Ia justru duduk kembali di kursinya dengan ekspresi sulit diartikan.

Siapapun yang jeli bisa menangkap seringaian kecil yang muncul di bibir pria itu.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan tepat 10 malam. Baekhyun sedang berada di kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.

Namun, itu adalah hal yang dia lakukan sekitar 20 menit yang lalu.

Kini, Baekhyun justru terdiam di kamar mandi, memandangi tampilan dirinya pada cermin. Tubuh Baekhyun sudah dilapisi lingerie yang secara khusus dipilihkan oleh Luhan. Model lingerie itu sangat cocok untuk Baekhyun. Warna maroon yang bersentuhan dengan kulit putih Baekhyun membuat penampilan gadis ini terlihat dewasa dan seksi. Belum lagi lekukan tubuhnya yang tercetak sempurna dalam balutan lingerie itu.

Menelan ludah, Baekhyun benar-benar tidak bisa mengontrol rasa gugupnya yang semakin menjadi. Ia bersandar pada pintu kamar mandi. Menghela napas panjang agar bisa mengendalikan detak jantungnya yang sangat cepat.

"Kau harus tenang, Baekhyun ...,"

Sejak nama Seohyun disinggung oleh Chanyeol, dan curahan hatinya pada Luhan tentang masalah itu, muncul keinginan kuat dalam diri Baekhyun agar suaminya tidak lagi berurusan dengan Seohyun. Tidak peduli fakta bahwa wanita itu adalah kakak kandungnya sendiri.

Baekhyun tidak rela jika Chanyeol berpaling darinya.

"Inilah saatnya ...," mata Baekhyun memancarkan sorot mata penuh keyakinan, "kurasa ... aku tidak bisa menundanya lagi."

CKLEK!

Dengan langkah kaki yang begitu pelan, Baekhyun keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menghampiri Chanyeol yang duduk di atas ranjang dan sedang berkutat dengan tablet-nya. Pria itu terlalu fokus dengan kesibukannya sendiri, sampai tidak menyadari kedatangan Baekhyun yang sudah berdiri di samping ranjang.

Gugup, Baekhyun ingin memanggil Chanyeol, tetapi tenggorokannya mendadak terasa gatal. Yang terjadi, ia justru menundukkan kepala. Tanpa sadar bahwa sang suami sudah lebih dulu menoleh ke arahnya. Mata pria itu seketika membelalak lebar begitu disuguhi dengan penampilan sang istri. "Sa-Sayang?"

Baekhyun berjengkit kaget mendengar suara bass itu, dan hanya melirik gugup ke arah Chanyeol. Wajahnya sudah merah padam. Rasanya Baekhyun ingin sekali menenggelamkan diri. "O-Oppa," remasan tangannya pada ujung lingerie kian kuat demi menyalurkan perasaan gugup yang semakin menjadi.

"Ka-Kau ...," Chanyeol pun tak jauh berbeda dengan Baekhyun. Ia bahkan kesulitan untuk berbicara. "Ke-kenapa berpenampilan seperti itu?"

Baekhyun semakin menunduk. "Aku ... siap ..."

"Apa?" Chanyeol menautkan kedua alisnya. Kinerja otaknya melambat untuk sesaat. "Siap untuk apa?"

Baekhyun menggigit bibir bawahnya, "Aku siap untuk malam pertama kita, Oppa ..." cicitnya dengan kepala tertunduk dalam.

Mata Chanyeol berkilat. Jujur saja, Chanyeol sama sekali tidak memprediksi hari ini akan tiba. Kata-kata yang diucapkan Baekhyun terdengar lugas, nyatanya mampu memberikan efek luar biasa bagi pria ini. Mata Chanyeol berkilat. Bukan karena amarah melainkan nafsu dan gairah miliknya yang bangkit dalam sekejap mata.

SRET!

Dalam satu tarikan, Baekhyun terjatuh dalam pangkuan Chanyeol. Kedua tangannya bertumpu pada bahu pria itu, "O-Oppa?"

Chanyeol tidak bisa menahan diri ketika jemari tangannya mulai menyentuh setiap bagian dari tubuh Baekhyun yang kini hanya dilapisi oleh lingerie. Semakin sering menyentuhnya, semakin meningkat gairah Chanyeol.

Sebagai pemanasan, Chanyeol melumat bibir Baekhyun dengan penuh kenikmatan. Tangannya kembali menjelajah setiap inci bagian tubuh Baekhyun, memberikan rangsangan pada gadis itu agar lebih siap menerima proses 'penyatuan' mereka.

Suasana di kamar itu berubah panas dan penuh gairah. Chanyeol memutar posisi mereka, membuat Baekhyun terbaring di ranjang dengan kedua tangannya yang mengungkung tubuh gadis itu.

"O-Oppa ..."

Seringaian Chanyeol semakin kentara, "Jangan khawatir," ia mencium bahu mulus Baekhyun yang terekpos sempurna. Menyalurkan rangsangan-rangsangan seduktif untuk istrinya.

"Aku akan melakukannya dengan lembut ...," kali ini Chanyeol menatap Baekhyun dengan penuh damba, "Bersiaplah, Sayang. Malam ini ... aku akan memberikan pengalaman yang luar biasa untukmu."

Pipi Baekhyun merona. Ia menyadari suasana di sekeliling mereka semakin panas, dan perlahan tubuhnya mulai bergerak mengikuti apa yang dikatakan Chanyeol. Kedua tangannya mengalung di leher pria itu.

"Ya, Oppa." Baekhyun memasrahkan dirinya di bawah kungkungan Chanyeol, "Malam ini aku akan menjadi milikmu seutuhnya ..."


TO BE CONTINUED

23 Maret 2019


Author's Note :

Long time no see

Finally bisa melanjutkan cerita ini lagi *tebar confetti*

Aku ingin menyampaikan permohonan maaf kepada kalian semua yang sudah menunggu kelanjutan FF ini. Maaf untuk keterlambatannya yang super duper lama *deep bow*

Oke, kita kembali pada chapter ini.

Bagaimana perasaan kalian? Pas seru-serunya dan panas-panasnya malah muncul kata laknat alias "To Be Continued" hihi

Tahan ya, tahan dulu. Next chapter, scene ahem-ahem mau dicantumin atau disensor nih? *senyum evil*

Oh iya, ada yang tebakannya bener, soal pertemuan Seohyun dan Jonghyun? Selamat, buat yang tebakannya bener 😊

Untuk scene Siwon dan Sooyoung, adakah yang membuat kalian berubah pikiran tentang siapa yang mengirimkan paket-paket misterius untuk Chanyeol? Kalau ada yang berubah pikiran, selamat berpusing-pusing ria /kabur sebelum diserbu massa/ XD

Lalu, soal obrolan Jonghyun dan Seohyun dalam flashback, aku belum sepenuhnya menjelaskan arah sikap Jonghyun. Pelan-pelan saja ya, tapi mungkin kalian sudah bisa menerkanya sendiri. Kira-kira, baik Jonghyun maupun Seohyun ini masing-masing seperti apa? Kita buka perlahan di chapter-chapter mendatang ya 😊

Last, aku berterima kasih kepada kalian yang selalu sabar menunggu, juga memberi kritik dan saran untuk perbaikan cerita ini. Aku minta maaf untuk segala kekurangan yang saya miliki selama menulis cerita ini *deep bow*

Terima kasih sudah membaca dan review 😊