'Taruhan? Nagisa di jadiin Taruhan? Ama Akabane-senpai!?' Kayano tidak percaya, gadis berambut hijau terang itu menatap ke belakang – ke arah Akabane Karma- yang sedang duduk terdiam sambil menatap diam pada satu arah, Kayano mengikuti arah pandangan- ternyata Nagisa. Kayano menggigit bibir bawahnya- lalu beralih kembali menatap Karma yang masih menatap Nagisa. Kayano dilema- pandangannya Raja setan merah itu- tulus banget! Masa iya sih?
'Akabane-senpai kok tega sih? Atau aku yang salah dengar? Akabane-senpai emang jahat, tapi- masa jadiin orang yang dia suka itu bahan taruhan? Atau dia itu sebenernya enggak suka ama Nagisa?' Kayano pusing, kapal nyata Favoritnya baru saja terbentuk, masa udah mau karam?
Dalam hati fujo laknat itu berdoa, semoga saja dia salah dengar.
'YOSH! Malu bertanya sesat di hati- eh di jalan. Mending tanya aja deh.'
.
.
MOS! By me: Sasha Kakkoi Chan!
Ansatsu Kyoushitsu disclaimer by Matsui Yusei-sensei!
(Saya cuman minjem karakter doang)
.
/ SERIUS! Maaf semua atas keterlambatan update *huhu
Janjinya mau cepet tapi yah- namanya juga saya hanyalah manusia biasa, kadang lupa ama janji #dihajar
nyatanya diri ini (sebenernya) mager mau lanjut gimana, kadang lupa isi cerita T_T
Oke, nggak usah banyak bacot!
SILAKAN BACAAAA!
.
.
Chapter 5 : MOS HARI KETIGA (FINAL CHAP)
.
Karma menyimpan barang-barang sekolahnya kedalam tas dengan cepat plus hati yang bahagia. Tugasnya sehabis Mos hari ini sudah tidak ada, berterimakasih banyak pada Isogai Yuuma yang begitu mengerti keadaannya yang habis patah hati- tapi nggak sakit hati banget, lagian sehabis ini dia akan berjuang lagi, haha.
Setelah memastikan tidak ada satupun yang tertinggal, Karma segera berlari keluar mencari sosok Nagisa- mau ngajak pulang bareng si calon istri.
Namun- sayang beribu sayang, langkahnya terhenti saat melihat sosok sahabat calon pacarnya yang berdiri dengan kedua tangan melipat di depan dada, memandang dirinya lurus, seakan ada sesuatu yang ingin di katakan.
"Kaede.. Kayano-chan? Ada apa?" tanya Karma sambil tersenyum- dalam hati ingin memaki. Ayolah, Dia ingin bertemu Nagisa sekarang ini.
"Akabane-senpai.. aku mau bertanya?" Kayano angkat suara.
"bertanya? Aduh.. bisa besok saja? Kan besok juga masih MOS. Senpai lagi buru-buru nih."
"Nagisa ya?" goda Kayano, Karma terkesiap-
"Tenang aja, senpai. Nagisa masih ada di suatu tempat di sekolah ini kok- aku memintanya menunggu. jadi kalau kau berpikir kau tidak akan bisa menemuinya karenaku, tenang aja. Dia masih ada kok." Ucap Kayano. Karma terdiam-
"Baiklah. Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Karma- pasrah, Kayano tersenyum-
"Apa... senpai benar-benar menjadikan Nagisa bahan taruhan dengan Rio-senpai?" – senyum itu luntur, Kayano bertanya dengan nada dingin. Tatapannya memandang Karma datar. Karma terbelak-
'B-bagaimana...?' batin Karma- tenggorokannya tercekat. Kayano terdiam, menunggu jawaban - tatapan gadis itu menajam ke arah Karma, namun dalam hati gadis cemas setengah mati- berharap kalau tuduhannya ini tidak benar.
"D... darimana kau..?" ucap Karma terbata, Kayano tertampar di dalam hati- JADI BENAR!?
Kayano mendengus tawa tak percaya, jadi benar Karma menjadikan Nagisa taruhan?
"Jadi... senpai benar-benar tidak serius ya suka sama Nagisa? Waahh- daebak*!" decih Kayano. Karma menunduk- Kayano semakin yakin, wah- Akabane-senpai benar-benar.. brengsek!
"Senpai.. kau benar-ben-"
"Tidak! Kau salah!" seru Karma. Kayano mengangkat sebelah alis-
"Apa?"
"Kau... yah, aku tidak menyangkalnya. Ya benar, aku dan Nakamura sedang bertaruh, di mana taruhannya aku harus memacari Nagisa." Kayano tak percaya- oh astagah! Karam~ karam~
"Ceh! Brengsek-"
"- Tidak! Dengarkan. Aku salah, aku tau itu. Tapi- kau salah akan satu hal..-" potong Karma, kepala merah itu berdiri dan menatap Kayano dengan senyum manis.
"Aku.. benar-benar serius menyuka- ah tidak. Aku benar-benar mencintai Nagisa, dan ingin dia menjadi milikku. Aku ingin dia kekasihku, bukan karena dasar taruhan itu, asal kau tahu saja." Kayano terbelak- gejolak 'sesuatu' dalam dirinya seketika mendidih. Kayano meneguk ludah- kambing hitam apa ini ya lord!?
Karma tersenyum. "Karena.. Nagisa benar-benar mengikat hatiku sekarang ini. Aku benar-benar jatuh pada pesonanya. Sangat." Lanjut Karma- tatapannya melembut menatap keluar jendela. Angin sepoi-sepoi menerpa lembut anak-anak rambut Karma- dan demi kamus inggris si author, Karma sungguh asdfghjkl sekarang. Kayano sudah tidak tahan- kegilaannya tidak bisa di tahan lagi sekarang.
"KYAAAAAAA! SO SWEATT! ASTAGAH-ASTAGAH! HARTA BERHARGA UMAT MANUSIA INI! OH MY! PENGAKUAN REAL SANG SEME! MIMPI APA DIRIKU SEMALAM KYAAAAA!" Karma sweatdrop seketika. Kayano maju mendekati Karma dengan girang-
"AKABANE-SENPAI! DAIJOBU! AKU PERCAYA PADAMU! AKU MENDUKUNG MU SERA- ah tidak, itu terlalu kecil- SERIBU JUTA PERSEN!" seru Kayano dengan wajah berbinar-
"Heh?" Karma tak percaya, Kayano menyilangkan tangan di depan dada, dan tersenyum bangga.
"Aku tahu kok. Kau pasti serius suka sama Nagisa. Aku bersyukur. Kau tahu senpai, radar fujoshit bangsat milikku ini tidak pernah salah menilai ketulusan seorang seme kepada si uke, maupun sebaliknya. Aku sudah berpengalaman tentang beginian, jadi makanya- aku benar-benar yakin kau tulus menyukainya." Karma tertawa. Yang beginian ternyata ada ya?'
"Terimakasih." Ucap Karma, Kayano tersenyum.
"Nah senpai, temui Nagisa gih. Dia ada di pintu keluar." Ucap Kayano, Karma mengangguk. Kemudian tersenyum-
"sekali lagi.. Makasih." Ucap Karma- Kayano tersenyum mantap.
"Demi kelancaran otepeh, aku akan melakukan apapun. Ayo senpai! Jangan buat Nagisa menunggu lama!" ucap Kayano sambil mendorong punggung Karma-
"Oke, Sankyuu!" seru Karma lalu berlari pergi meninggalkan Kayano- Kayano tersenyum sambil bercakak pinggang.
"Aduuuhhh... Mayan, bisa di jadiin referensi fanfic ini. kyaaa-" jerit Kayano tertahan.
...
Karma melebarkan senyumnya- manik yang juga senada dengan rambut menangkap sosok kepala biru yang di carinya. Karma menghentikan larinya- langkahnya di ubah menjadi lambat, namun tidak dengan senyum (kerennya) yang tak juga memudar. Terbesit ide jail ingin mengagetkan Nagisa- mumpung posisi Nagisa sedang membelakanginya, hehe.
'Plok!'
"NAGISA!" seru Karma dengan nada bahagia- lalu dengan segera melihat wajah Nagisa- ingin melihat ekspresi kaget pemuda itu akibat ulahnya.
"Kau kage- eh.." Karma tak melanjutkan, maniknya membulat. Tubuhnya tiba-tiba berhenti bergerak-
"Hiks-" Nagisanya.. menangis.
Karma terdiam- "N-nagisa? Ada apa? Ada yang menjahilimu? Katakan padaku!" emosi Karma meledak- siapa yang berani menyakiti Nagisanya hingga menangis!? Minta bertemu Tuhan secepatnya kayaknya!
"Ugh.. Hiks.. T-tidak kok s-senpai..h-hanya.. hik... debu.. hehe.." Nagisa berucap terbata-bata, lalu segera menghapus air matanya. Karma terdiam- lalu berbungkuk sedikit untuk mensejajarkan tinggi mereka, kemudian mengangkat kedua tangannya hendak ikut menghapus air mata-
'plak'
-namun, maaf Karma. Nagisa menolak niat baikmu.
"T-tidak apa kok. A-aku bisa sendiri senpai, hehe.." ucap Nagisa dengan di selingi segukan. Karma terdiam-
"Katakan padaku, Nagisa. Siapa yang menyakitimu?" manik saffir Nagisa membulat melihat tatapan Karma berubah serius. Apa Karma marah?
Nagisa mendengus membuang muka. "Senpai. Ano ne- berhenti bersikap sok peduli pada manusia yang kau jadikan mainan taruhan." Nagisa berucap dingin- lalu kemudian memberikan senyum- seakan tidak terjadi sesuatu. Berbeda dengan keadaan Karma tiba-tiba menjadi kaku- terbelak tidak percaya.
"Nagi-"
"Tidak apa kok senpai. Ah- senpai. Kalau lihat Kayano- bilang aku pulang duluan. Permisi." Ucap Nagisa, berbungkuk sebentar kemudian mempercepat langkahnya menjauhi Karma. Karma tersentak- Nagisa sudah cukup jauh berlari sebelum dia menahannya.
Karma menendang dinding dengan gigi yang bergemeletuk geram. "Sialan! Kenapa jadi begini!?"
"Are, Akabane-senpai?" ucap Kayano bingung, perempuan pecinta Pudding dan BL itu datang bersama Nakamura Rio.
"Yo." Nakamura menyapa- namun di balas dengusan dari Karma.
"Hey! Apa-apaan sikapmu itu hah, Karuma-chan." Karma menatap Rio sengit- pemuda berambut merah maju mendekati Rio lalu tanpa berpikir panjang mencengkram kerah baju gadis berambut pirang itu.
"Kyaa-" Kayano menjerit-
"Sialan! Ini semua karenamu, Nakamura!" Rio berjengit akan teriakan Karma- gadis itu juga ikut mencengkram kerah baju Karma.
"Brengsek! Apa-apaan kau! Lepas tau! Apa masalahmu hah!?" Rio ikut berteriak- Karma mendengus lalu dengan kasar melepaskan cengkramannya, begitu juga dengan Rio.
"Cih." Kayano keringat dingin.
"K-kau..! Apa-apaan sih Karma!? Main cekik-cekik segala!" ucap Rio, dia sedikit emosi ini permirsa. Karma tidak membalas, Lelaki berambut merah itu hanya menatap ke arah lain. Kayano melihat sekeliling lalu sadar akan sesuatu-
"A-akabane-senpai.. Ano, Nagisa mana?" Karma tidak menjawab, namun kepala semerah darah menunduk menatap sepatu miliknya, Kayano tahu.. pasti ada sesuatu ini. Kayano menatap Rio yang sedang merapikan bajunya, lalu mendekati gadis berambut pirang itu lalu berbisik sebentar. Rio mangut-mangut.
"Hoy, Karma. Jelasin masalah lu ke gue itu apa? Jangan main nyosor aja! Kita masih bisa ngomong baik-baik, kan." Terdengar dengusan dari Karma, Rio jadi jengkel.
"Hoo... gue tau. Apa bahan taruhan kita tau yang sebenarnya hmm..?" tanpa menunggu reaksi dari Karma, Rio sudah tau jawabannya. Rio menghela nafas-
Gadis berambut pirang itu maju mendekati Karma lalu menepuk bahu Karma. "Bagaimana? Mau kau batalkan?" Karma menatap Rio kaget.
"Hah? Serius!?" Rio menyeringai.
"Tentu. Tapi-" Rio mendekati telinga Karma-
"- artinya kau kalah dong." Karma terbelak- yang benar saja! Kalah dari Nakamura!? Nggak akan! Tapi.. Nagisanya..
Rio tersenyum miring.
"Bagaimana? Crossdress loh." Ucap Rio.
"Apa!? Crossdress!? Serius Nakamura-senpai!?" Kayano bertanya tak percaya. Rio mengangguk mantap- Kayano menutup mulutnya menahan jeritan. Ayolah- siapa Fujoshit yang nggak suka liat salah satu seme atau Uke favoritnya crossdress?
Dalam hati Kayano bimbang. Kalau mendukung Karma, berarti Kapalnya akan segera berlayar. Tapi, kalau dia dukung Rio- makanya dia akan mendapatkan harta berharga yang begitu limited edition! Yang (mungkin hanya)sekali seumur hidup, astagah!
Terdengar Karma mendecih- lelaki itu juga sedang bimbang. Dia mau berhenti dalam permainan busuk yang di setujuinya dengan Nakamura, tapi dia juga tidak mau menjadi mainan gadis pirang itu. Karma frustasi- andai dia punya mesin waktu. Dia tidak akan menyetujui permainan si brengsek pirang itu. Astagah- baru saja tadi dia berbahagia karena berhasil membuat Nagisa terbuai dalam ciumannya, dan juga berhasil membuat Kayano berpihak padanya. Cih- sungguh sialan!
Karma berbalik, dan melangkah menjauh dari kedua gadis itu. Kayano menatap Rio yang menatap Karma datar.
"B-bagaimana ini Nakamura-senpai?" Rio menatap Kayano- lalu tersenyum.
"Entah. Aku juga tidak tahu harus bagaimana sekarang. Semua ini terserah Karma, kan?" ucap Rio. Kayano mengangguk.
"Kalau menurutmu bagaimana, Kayano-chan? Membuat mereka jadian? Atau mau liat Karma crossdress?" astagah! Ini tawaran yang sulit!
"Aduh, senpai. Sulit banget nih! Tentu saja aku ingin mereka berdua segera bersatu, tapi Crossdress Akabane-senpai menggoda iman ini. kan sayang- limited edition nih." Ucap Kayano frustasi.
"Kan? Aku juga sama. Untung-untung ini aku bisa membuat Karma menerima tantanganku. Tapi, aku tidak mau juga sampai menyakiti si Nagisa- rencananya sih ini rahasia doang antara aku ama Karma. Tapi kau sudah tau kan? Dan kayaknya si Nagisa itu juga tau deh. Haa~" Nakamura menghela nafas. Kayano berpose berpikir.
"Aku jelasin ke Nagisa aja, gimana?" tanya Kayano.
"eh? Emang bisa?" Kayano mengangguk.
"Kalau jelaskan langsung ke dia pasti bisa- tapi aku nggak tau apa dia bisa terima atau tidak." Ucap Kayano, Rio mengangguk.
"Jelaskan aja deh. Tentang dia terima atau tidak- itu urusan belakangan."
.
.
Karma membiarkan air dingin dari shower mengguyur tubuhnya yang masih terbalut seragam sekolah.
Karma menggeram- ingatannya kembali melayang pada wajah menagis pemuda berambut yang di sukanya.
Ini salahnya! Dia membuat Nagisa menangis! AAAARRRGGGG! Andai saja dia tidak membuat pertaruhan konyol dengan si Nakamura- pasti sekarang dia dan Nagisa sudah.. Argggghhhhhh! Sialan!
Karma meremas rambutnya frustasi. Ini tidak bisa di biarkan!
Karma mematikan air, lalu menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Oke, Karma bertekad.
Oke, Temui Nagisa atau kau akan semakin menderita.
.
Di saat yang sama: Kayano
"Eh? Kayano-chan?" sapa ibu Nagisa saat melihat Kayano yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Selamat Sore, Tante. Aku mencari Nagisa, dia ada?" tanya Kayano sopan-
"Eh, Nagisa. Ada kok. Masuk aja ke dalam, dia ada di dalam kamarnya." Ucap ibu Nagisa, Kayano mengangguk sopan lalu memasuki rumah Nagisa. Kayano sudah sering bermain ke rumah Nagisa, jadi dia sudah hapal dengan letak-letak ruangan dan kamar Nagisa. Kayano menarik nafas dalam-dalam saat sudah berada di depan kamar sahabat birunya, lalu kemudian mengetuk pintu kamar bercat coklat itu.
"Nagisa..? Ini aku Kayano. Aku masuk ya?" seru Kayano-
"... Masuk saja. Tidak di kunci kok." Samar-samar Kayano mendengar jawaban Nagisa, Kayano tersenyum tipis lalu masuk ke kamar Nagisa.
Terlihat pemuda berambut biru itu sedang duduk di atas ranjangnya sambil memainkan handphonenya. Nagisa mengalihkan pandangannya dari handphonenya lalu memandang Kayano sambil tersenyum- Kayano terhenti.. detak jantungnya tiba-tiba mengencang saat melihat.. ya, dia yakin- kedua kelopak mata Nagisa bengkak seperti habis menangis.
"Hmm? Kayano, ada apa kau kemari?" Kayano tersadar, lalu berjalan mendekati Nagisa lalu duduk di kursi belajar milik lelaki itu.
"Ano.. ini soal.. ehm..-" Kayano seketika gugup- tidak tau harus berkata apa. Terdengar Nagisa menghela nafas- senyum lelaki itu menghilang diganti dengan guratan sedih.
".. Akabane-senpai 'kan?" ucap Nagisa- Kayano gugup seketika.
"Jadi begini, Nagisa- Akabane-senpai nggak bermaksud begitu..! dia-"
"Cukup Kayano! Kau tidak perlu membicarakan tentang dia lagi."
Duh, Nakamura-senpai. Belum juga di jelaskan, dia udah ngga mau terima.' batin Kayano frustasi. Di pandangnya sahabatnya yang sedang menunduk menatap ponselnya- Kayano mengepal, gadis berambut sewarna tumbuhan liar segar itu memutar otak agar bagaimana Nagisa bisa mendengarkan penjelasannya. Kayano tidak mau berhenti- masa depan 'asupannya' sedang di pertaruhkan sekarang. Kayano tidak akan menyerah.
Kayano mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan pelan. Tatapan gadis itu berubah serius- dengan langkah mantap mendekati Nagisa lalu menarik kedua bahu itu agar menatap wajah shouta itu.
'sialan! Nagisa kok lebih imut dari gue ugh- eh.. fokus Kayano! Fokus! Demi Otepeh! Demi asupan!' Nagisa menatap Kayano bingung-
"Kaya-"
"NAGISA!" Kayano berseru tiba-tiba membuat Nagisa tersentak kaget-
"Eh, Apa?" Nagisa gugup saat Kayano menatapnya serius, tiba-tiba perasaannya berubah panik.
"Tatap mataku dan jawab pertanyaanku dengan jujur!" Nagisa dengan ragu-ragu mengangguk.
" Kau.. apa kau mencintai Akabane-senpai?" pupil mata Nagisa membulat- detak jantungnya berpacu kencang mendengar pertanyaan Kayano. Nagisa membuang muka- menggigit bibir bawahnya sebentar lalu membuka mulutnya untuk menjawab. "-Tidak."
Kayano mendengus- dengan gaya ala cowok seme- Kayano memaksa Nagisa memandang wajahnya lalu meringai meremehkan di depan wajah Nagisa. "Serius? Kau dengar ucapku tadi kan Nagisa-kun. Tatap mataku dan jawab pertanyaanku." Oke, Nagisa seriusan panik sekarang. Kayano benar-benar menyeramkan-
"T... tidak." Wajahnya masih memandang Kayano- tapi pandangannya menghindari tatapan gadis itu- Kayano mendesah jengkel lalu mendorong bahu Nagisa. Kayano melipat kedua tangannya di depan dada-
"Dasar Tsundere." Nagisa tertohok- A.. apa!?
"Nggak! Enak saja!" Kayano mendengus-
"Iya, aku lupa. Kau itu kan campuran Tsund campur Yandere." Ucap Kayano. Kini gantian Nagisa yang mendengus-
"Nggak dua-duanya. Aku bukan Tsundere ataupun Yandere." kelah Nagisa.
"Ya ya ya. Sekarep mu sajalah, Nagisa." Ucap Kayano- Nagisa membuang muka.
"... Tapi aku serius Nagisa. Apa kau mencintai Akabane-senpai?" Kayano menunggu jawaban Nagisa- namun lelaki itu masih tetap diam, enggan menjawab.
Kayano menghela nafas. "Aku tau kau pasti marah. Siapa cewek yang gak marah kalau dirinya di jadikan taruhan sama cowok yang di sukanya' ya kan?" Ucap Kayano- Nagisa tertohok lalu memandang Kayano tajam.
"Siapa yang kau bilang cewek, Kayano? Aku laki-laki ya!" Kayano mendengus menahan tawa-
"Iya iya.. aku tau. Tapi kau terlalu cantik untuk menjadi pria. Ganti kelamin sana, sebelum terlambat."
"a.. APA !? NGGAK AKAN!" seru Nagisa- Kayano tersenyum. Dirinya juga cuma bercanda, dan juga mana rela otepe beloknya berubah jadi pasangan straight, nggak redoh. Hilang ntar asupannya.
"Lagian Kayano.. bukankah kau harusnya berpendapat sama denganku. Kau dengar sendiri tentang taruhan itu dari mulutnya sendiri' kan." Ucap Nagisa- Kayano menggaruk pipinya.
"I-iya sih.. T-tapi.. EH! HARUSNYA KAU TAU ALASAN AKABANE-SENPAI DONG!" seru Kayano, Nagisa tidak menjawab- lelaki itu hanya membuang muka. Kayano menatap Nagisa selidik-
"Apa jangan-jangan... Kau tidak dengar penjelasan Akabane-senpai sampai habis?" Nagisa tersentak. Kayano benar- lelaki itu benar-benar tidak mendengar penjelasan 'mantap dan so sweat' Karma. Oh, sungguh di sayangkan kau tidak dengar Nagisa.
"Kau tidak menguping sampai selesai, iya kan? Iya kan? Dasar kau!" ucap Kayano kesal- namun sedikit bersyukur juga. Ini hanya kesalapahaman kecil- kapalnya terselamatkan. Terimakasih, Kami-sama!' Kayano memanjatkan syukur.
"Taruhan tetap taruhan. Aku tidak suka." Ucap Nagisa kukuh. Kayano menghela nafas-
"Iya, aku mengerti. Asal kau tau ya, lanjutan perkataan Akaba-"
'- Seishu... Satsubatsuron-'
Ringtone panggilan masuk dari handphone Nagisa memotong ucapan Kayano- keduanya melirik layar touchscreen Nagisa yang menunjukan nama 'Karma-kun is calling'- Nagisa panik seketika- segera saja dia menyembunyikan handphonenya di belakang tubuhnya- kemudian menatap Kayano yang memasang senyum bejat ala Fujoshi.
"A-a-a... I-ini.. A-ano-a-a..-"
"Ho'oh.. Jadi panggilnya 'Karma-kun' hee? Ekhm- sejak kapan, euhmm?" Kayano menggoda- wajah Nagisa memerah seketika.
"Tidak apa-apa, Nagisa. Ayo- angkat cepat." Ucap Kayano, Nagisa menggeleng.
"Heh? Kenapa? Cepat sana angkat! Mungkin aja penting." Ucap Kayano.
"T-tidak.. Aku tidak mau! Aku masih marah." Ucap Nagisa- kemudian menatap layar hapenya yang masing menunjukan panggilan Karma. Dengan keraguan- Nagisa mereject panggilan- Kayano shok seketika.
"KENAPA KAU PUTUSKAN, BAKA NAGISA!?" sial, padahal ini kesempatan yang bagus.' Jerit Kayano dalam hati.
Kayano mendengus kesal. "Nagisa, Kau ben-"
'- Seishu... Satsubatsuron-'
Lagi-lagi ucapan Kayano terputus, dan lagi-lagi layar touchscreen handphone Nagisa menunjukan 'Karma-kun is calling' disana. Kayano mendesah kesal melihat Nagisa yang tidak ada niat untuk menjawab- si Nagisa perlu di pancing.
"Pengecut." Nagisa menatap Kayano- tidak percaya.
"A-apa!? Aku tida-"
"Iya, Kau pengecut." Ucap Kayano lagi, Nagisa turun dari kasur dan berdiri di hadapan Kayano-
"Tidak! Aku tida-"
"Iya! Kau pengecut! Kalau kau tidak suka sama Akabane-senpai, kau pasti tidak akan panik seperti itu. Dan- Kalau kau tidak suka sama Akabane-senpai-" Kayano menjeda perkataannya dan menatap Nagisa sinis-
"-Kenapa kau marah dengan tindakannya? Asal Kau tau Nagisa- Marah itu tandanya kau sayang." Nagisa terdiam. Marah? Sayang? Wajah Nagisa memerah. Tunggu- apa ini artinya dia menyanyangi Karma?
"Aku marah karena dia menjadikan taruhan! Bukan artinya aku sayang!" ucap Nagisa membela diri. Kayano mendengus-
"Kayak cewek saja kau, Nagisa." Nagisa tersentak-
"Aku ti-"
"Iya! Kalau kau lelaki, dan tidak menyimpan rasa- kenapa sampai menangis segala?" skak mat! Nagisa terdiam- Kayano berbalik dan mengambil tas sekolahnya, lalu menatap ke arah Nagisa sebentar-
"Hadapi dia, jangan jadi pengecut." – ucap gadis puding itu lalu keluar dari kamar Nagisa. Kayano bersandar pada pintu kamar Nagisa sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang-
"Oh, astagah! Kesambet setan apa aku sampai bisa keluarin kata-kata keren begitu, haha.." Kayano mendesah lega- selanjutnya terserah pada Nagisa. Gadis itu yakin- semua pasti baik-baik saja. Kayano tersenyum lebar- lalu menemui ibu Nagisa untuk meminta izin pulang.
Kembali pada Nagisa- lelaki berambut biru itu menatap layar hapenya- Karma sudah tidak menelponnya lagi. Nagisa menjatuhkan dirinya di atas kasur- menenggelamkan wajahnya di bantalnya.
"Ughh.. kuso-"
'- Seishu... Satsubatsuron-'
Nagisa mengangkat wajahnya seketika dan mengambil handphonenya- dan di sana.. lagi-lagi tertera 'Karma-kun is calling'-
Nagisa menghirup nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya berlahan. Oke, Nagisa bertekad-
"Hadapi! Dan katakan kalau kau tidak marah dan tidak punya perasaan apapun padanya." Nagisa menyakinkan dirinya. Nagisa mengangkat panggilan Karma-
"Halo, Akaba-"
'Nagisa! Aku di depan rumahmu! Ku mohon keluar'lah.'
-tuut. Karma mematikan panggilan. Nagisa bangkit- dan memandang handphonenya dengan pandangan tidak percaya.
"HEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHH!"
.
.
Karma berdiri di depan pagar rumah Nagisa dengan perasaan cemas- pasalnya dia tidak yakin kalau Nagisa akan keluar menemuinya mengingat lelaki imut itu sedang membencinya.
Ah, tau begini langsung izin masuk ke rumahnya. Berdiri di sini bisa-bisa di kira penjahat lagi.' Batin Karma. Karma mengadah menatap langit yang mulai menggelap- lalu beralih melirik jam tangan, sudah sekitar lebih tiga puluh menit semejak dia menutup telepon sepihak mereka setelah meminta Nagisa keluar menemuinya.
Karma semakin panik- ingatan Nagisa benar-benar menjauh darinya benar-benar membuatnya.. oh Kami-sama, Aku harus menemuinya!' sudah habis kesabarannya- Karma hendak berbalik menuju ke rumah Nagisa- tapi, sosok lelaki berambut biru yang amat di kenalnya membuat langkahnya terhenti sejenak.
Nagisa... berlari ke arahnya. Senyum Karma merekah, perasaannya menjadi bahagia saudara-saudara.
Nagisa membuka pagar, lalu menutupnya kembali- kemudian berjalan berlahan ke arah Karma dengan perasaan gugup.
"Akabane-senpai./Nagisa!" Karma terlalu bahagia- hingga melampiaskannya dengan cara memeluk tubuh mungil itu dalam kukungan tubuhnya. Nagisa memerah- dengan segera mendorong bahu Karma. Sadar dengan kelakuannya- Karma melepaskan pelukannya dengan rasa kecewa, Nagisa benar-benar mara-
"Jangan di sini senpai, tetangga dan ibuku bisa liat." Gumam Nagisa- namun bisa di dengar jelas oleh Karma. Karma mengedipkan matanya beberapa kali- kemudian menyinggung senyum.
"Kalau begitu.. Mau jalan-jalan denganku?" Nagisa mengadah menatap Karma- lalu mengangguk mengiyakan.
..
"Maaf, Nagisa. Untuk yang tadi." Karma memulai pembicaraan, keduanya sekarang berada di taman kota, berdua duduk di atas ayunan anak-anak. Nagisa menatap Karma kemudian menyinggung senyum.
"Tidak apa-apa senpai, Kayano juga sudah menjelaskan semuanya itu." Karma menatap Nagisa.
"Serius?" puji syukur, Karma akan mentraktir Kayano sebagai balasan terimakasih nanti. Wajah Karma berbinar bahagia melihat Nagisa tersenyum ke arahnya. Oke, semua baik-baik saja!
"Jadi- kalau kau sudah mengerti. Apa kau mau menjadi kekasihku?" ucap Karma to the point- Karma sudah tidak bisa bersabar lagi, dia sudah ngebet pingin cowok imut di depannya ini menjadi kekasihnya (sekarang juga).
"Eh?" Nagisa tersentak- kemudian menggaruk pipinya yang tidak gatal. Lelaki shota itu menunduk menatap sepatunya.
"Aku memang sudah mengerti situasinya, senpai. Tapi, Maaf-" Nagisa menggantung kalimatnya, kemudian mengadah menatap Karma yang menatapnya dengan manik membulat shok. Nagisa tersenyum manis-
"- Kita kakak-adek'an aja ya, Akabane-senpai."
Eh?
Karma berasa hidupnya berakhir sekarang. Yang benar saja, Kakak-adek'an? Kisah cintanya kek drama sinetron?
"M-maksud k-kamu Nagisa?" Karma berucap tak percaya- Nagisa berdiri dari ayunan yang di dudukinya- kemudian berbalik menatap Karma. Nagisa menggigit bibir bawahnya, merasa gugup seketika, manik saffirnya menatap crimson Karma sendu-
"Maksudku- A-aku tidak suka padamu, senpai." Ah, ingin Nagisa berkata bahwa perkataannya itu bohong, tapi- Nagisa harus mengatakan itu.
Karma terdiam- tatapannya berubah kosong. Nagisa tidak kuat- segera saja dia memalingkan wajahnya menatap ke arah lain. Arah apapun asal bukan pemandangan kecewa dari lelaki sadis ini.
"S-sudah jam s-segini. S-senpai, aku pulang dulu. Sore jaa-" Nagisa pamit- di tatapnya sejenak Karma yang menunduk, Nagisa menyinggung senyum kecut- lalu berbalik pulang.
'greb!'
"- Tunggu!" Karma meraih pergelangan tangan Nagisa, menahan lelaki biru itu semakin menjauh. Nagisa tersentak- wajahnya memerah. Dengan berlahan memalingkan wajahnya ke arah Karma.
Dia- Karma menatapnya sambil menyinggung senyum (tampan) ke arahnya. "Aku mengajakmu pergi, maka aku harus bertanggung jawab membawamu kembali. Ayo." Nagisa mengerjab tak percaya, Karma menarik tangannya, berjalan kembali ke rumah Nagisa sambil bergandengan tangan. Nagisa memerah, di tatapnya wajah Karma yang terlihat sangat- oh tampannya.
'BADUMPPPHHH!'
- Nagisa menggigit bibirnya keras, menahan bibirnya menyinggung senyum bahagianya- sialan! Kenapa Karma- gampang sekali membuatku jatuh cinta?
..
"S-senpai.. S-sampai di sini saja-" ucap Nagisa saat sudah berada di depan pagar rumahnya. Karma menatapnya- kemudian menggeleng.
"Ti-dak. Aku akan mengantarmu sampai selamat masuk ke dalam rumahmu." Errr—Karma terlalu berlebihan sekarang.
"Tidak apa-apa senpai. Sampai di sini-"
"-Nggak! Pokoknya sampai ketemu mamamu." Ucap Karma- sambil membuka pagar rumah Nagisa. Nagisa panik- apa!? Sampai ketemu mama'nya? Mau ngapain coba?
Setelah terbuka, Karma segera menarik Nagisa masuk. Karma menekan bell rumah Nagisa- tanpa menunggu lama, sosok wanita berambut biru sebahu muncul membuka pintu.
"Ya, Hal- eh, Nagisa." Ucap Ibu Nagisa- Shiota Hiromi, wanita paru baya itu menatap anak semata wayangnya bingung- kemudian beralih ke sosok Karma yang menyinggung senyum sopannya.
"Selamat malam tante." Karma berucap sopan- Nagisa menatap kaget senpainya, baru kali ini melihat Karma bersikap sopan santun.
"Ah, M-malam. Ada apa ya? Nagisa?" Hiromi beralih ke arah anak gadis- ehm, lelakinya. Nagisa gugup- seketika kelu mau berkata apa pada sang Ibu.
"Tidak ada apa kok, Tante. Saya cuma nganterin Nagisa'nya pulang dengan selamat sampai rumahnya." Ucap Karma- Hiromi mengangguk mengerti. Kemudian teralih pada tangan anaknya yang saling bertaut dengan lelaki berambut merah tampan yang baru di kenalnya. Nagisa yang sadar arah tatapan ibunya segera menarik tangannya dari genggaman Karma- sialan! Dia akhirnya mengerti kenapa Karma ngotot mau nganter dia sampai depan rum- ah bahkan sampai di depan ibunya.
Karma santai-santai saja saat Hiromi melihat dirinya menggenggam tangan anaknya- berbeda dengan Nagisa yang sudah panik setengah mati.
"Ah, Begitu. Ngomong-ngomong, siapa namamu anak muda? Dan kamu siapanya Nagisa?" Karma tersenyum-
"Karma, Akabane Karma, tante. Saya kakak kelas Nagisa." Oh, eh- tunggu! Hiromi mengerjab- Akabane? Kayak tidak asing marga ini' pikir Hiromi.
"Kalau begitu saya permisi dulu, tante." Karma berucap sopan- sambil berojigi pamit. Hiromi tersadar dari lamunannya, kemudian tersenyum pada Karma.
"Ah- iya. Terimakasih sudah mengantar Nagisa-" Nagisa menatap ibunya tidak percaya, ini kenapa ibunya ngomong kek gitu? Memang dia anak gadis apa?
Karma tertawa (aduuh, tampannya)- "Tidak apa-apa tante. Sudah menjadi tugas saya sebagai calon suam- eh, kakak kelas maksudnya." Hiromi memandangan Karma tidak percaya, dia yakin tadi lelaki itu akan berkata 'calon suami'- iya kan? Di pandangnya Nagisa yang menatap Karma dengan wajah memerah- ini.. jangan-jangan-
"Nagisa- kakak pulang dulu ya. Sampai bertemu besok di sekolah." Ucap Karma- tangan kirinya terangkat untuk mengusap pucuk kepala Nagisa lembut- kemudian berbalik pulang.
"Eh- iya, s-sampai jumpa, Akabane-senpai." Hiromi memandang anaknya selidik- dan Nagisa tau ibunya sedang memandangannya, dan dia yakin ibunya akan bertanya macam-macam tentang dirinya dan Karma- tapi.. sebelum semua itu terjadi, Nagisa segera berbalik berlari menuju ke kamarnya. Hiromi kalah gesit- Nagisa tidak memperdulikan teriakan ibunya- dia butuh bantalnya untuk menahan teriakannya sekarang ini.
.
.
"Yo, selamat pagi Nagisa!" sapa Kayano saat dirinya dan Nagisa berpas-pasan di depan pintu masuk sekolah barunya. Nagisa tersenyum-
"Selamat pagi juga, Kayano." Ucap Nagisa- Kayano tersenyum misterius lalu menyenggol bahu Nagisa.
"Ne, ne.. bagaimana? Kemarin lancar?" tanya Kayano- Nagisa hanya tertawa.
"Lancar kok, hanya saja. Kemarin-" Nagisa menceritakan segala hal saat Karma mengantarnya pulang dan saat Karma memperkenalkan diri di depan ibunya- Nagisa bercerita dengan sedikit berbisik, takut di dengan para siswa Mos lain.
"Whuaaaa! Gila- dia serius banget sama kamu berarti." Nagisa hanya menyinggung senyum malu, Kayano tertawa bahagia.
"Tapi jangan lupa- hari ini loh. Kau bisa tahan?" Nagisa mengangguk yakin-
"Aku tau pasti dia akan menembakmu lagi hari ini, tapi kau harus menolaknya. Kau harus tahan godaan ya?" ucap Kayano, Nagisa mengangguk. Nagisa bukannya tidak suka Karma- dia sudah yakin dia mencintai Karma, tapi- Nagisa akan membalas dendam pada Karma karena sudah membuatnya menjadi bahan taruhan gak jelas dengan Nakamura Rio. Balas dendamnya apa? Mendukung kemenangan Nakamura- dan membuat Akabane Karma crossdress. Yah, jujur Nagisa juga ingin melihat Karma berpakaian ala joshi- ah, memikirkannya Nagisa mau tertawa.
Berbicara tentang Karma- Nagisa belum melihat sosok lelaki berambut merah yang amat di sukainya itu. Beberapa kakak OSIS lain sudah berkeliaran di lapangan- biasanya Karma sudah berkeliaran menjaili adek kelas, tapi ini- Nagisa mendesah dalam diam, Karma mungkin telat atau ada tugas di dalam ruang OSIS.
"SEMUA! BERKUMPUL SESUAI KELOMPOK! MOS HARI TERAKHIR DI MULAI!"
.
.
Oke, Nagisa cemas sekarang- tinggal satu mata pembelajaran hari ini dan Karma tidak terlihat di manapun. Karma yang merupakan salah satu penjaga kelompoknya, di ganti oleh Maehara.
Beberapa siswa MOS lain di kelompoknya juga heran- si iblis yang suka menyiksa adek kelas tidak muncul. Ada apa sebenarnya? Padahal ini hari terakhir dimana Karma bisa berbuat semena-mena pada mereka- eh, kedengarannya Masokis ya?
Sekarang sedang istirahat makan siang- Kayano datang membawa bekalnya sambil duduk di samping Nagisa yang makan tanpa berselera.
"Nagisa." Panggil Kayano- Nagisa yang tampaknya melamun tak mengindahakan panggilan Kayano. Kayano jadi elfeel-
"Woy, Nagisa!"
"-eh, Kayano?" syukur, Nagisa akhirnya sadar.
"Kau kenapa? Lesu banget?" Nagisa tidak menjawab, hanya mendengus tak minat.
"Bagaimana? Apa Karma-senpai menembakmu lagi?" Nagisa menggeleng-
"Boro-boro buat nembak, muncul aja enggak." Ucap Nagisa-
"Eh, serius?" Nagisa mengangguk. Kayano akhirnya mengerti kenapa Nagisa jadi lesu- Jadi Karma berserah, dan bakal crossdress dong? Yeess!
"Bagus dong Nagisa! Dia pasrah dengan keadaanya buat ngeCrossdress!" Kayano berbinar-binar, berbeda dengan Nagisa yang tampak tak bahagia. Kayano jadi bingung-
"Kau.. Kangen dia ya?" tanya Kayano, Nagisa memandang Kayano lalu mengangguk pelan. Kayano menahan jeritan- OH MY GOD!
"Gimana nih? Aku khawatir ama dia." Nagisa membenamkan wajahnya di atas lutut, Kayano hanya menyinggung senyum.
"Tenang aja, Nagisa. Mungkin dia seda-"
"Yo, Shiota-kun, Kaede-chan." Sapa Maehara pada mereka berdua. Keduanya mendongkak menatap Maehara yang menyinggung senyum ramah pada mereka.
"Eh- Maehara-senpai!? A-ada apa?" tanya Nagisa sedikit gugup- Maehara datang mau kasih hukuman kah?-
"Ehm, Nggak ada apa-apa kok. Cuma, tadi aku nggak sengaja dengar kalian sedang ngobrolin Karma ya?" Kayano mengangguk-
"Iya, kami cuma heran. Kok Akabane-senpai nggak muncul. Apa dia kerja di ruang OSIS?" Ucap Kayano- Maehara menggeleng lalu menatap Nagisa. Ekspresinya berubah sendu seketika-
"Si Karma, dia di UKS. Saat tadi pagi datang- dia tiba-tiba jatuh pingsan, dan ternyata sedang demam hebat." Nagisa membulat kaget-
"S-serius senpai?" Maehara mengangguk-
"Yah gitu deh, makanya aku yang disuruh gantiin dia. Padahal dia sudah kami suruh pulang untuk istirahat, tapi ngotot mau di sekolah. Katanya ada sesuatu yang penting yang mau dia lakuin." Ucap Maehara panjang lebar- Nagisa khawatir. Dia mau melihat Karma-
"M-maehara-senpai.. a-aku izin ke t-toilet dulu. Permisi-" Nagisa pamit kemudian berlari keluar dari ruang olaraga dengan cepat. Kayano memandang punggung Nagisa yang makin menjauh- lalu memandang ke arah Maehara yang sedang tersenyum senang. Maehara memandang ke arah Kayano- kemudian tersenyum seperti biasa lalu melenggang pergi. Kayano melipat tangannya di depan dada- ada yang salah ini.
.
.
'sreeegggghhh!'
Nagisa membuka pintu UKS dengan pelan- kemudian menutupnya berlahan. Nagisa berbalik dan berjalan masuk ke dalam. Nagisa terus berjalan, melewati meja penjaga yang kosong dan beberapa ranjang yang juga kosong. Tapi, tidak semuanya. Satu ranjang yang paling ujung sana yang menjadi tujuan Nagisa, yang di isi oleh sosok yang sangat di kenalnya.
Nagisa menarik kursi, lalu duduk di samping ranjang Karma- lelaki berambut merah itu sedang tertidur dengan tenang. Nagisa mengangkat tangannya, menyentuh dahi Karma yang terasa hangat. Nagisa membandingkan panas tubuhnya dengan Karma- lalu mendesah lega saat merasa panas mereka tidak berbeda jauh. Sepertinya demam Karma sudah menurun.
Nagisa tersenyum- lalu beralih mengelus helaian rambut Karma lembut. Nagisa merasa lega- sungguh dia merasa lega sekarang setelah melihat sosok Karma.
Nagisa melirik jamnya, sebentar lagi jam masuk. Nagisa harus segera kembali, namun sebelum itu, Nagisa mendekatkan wajahnya lalu mengecup pelan dahi Karma.
'Semoga cepat sembuh, Karma-kun.' Nagisa menjauhkan wajahnya- dan menatap kembali wajah Karma yang sekarang menampilkan manik crimsomnya yang juga ikut menatapnya dan lengkap dengan senyum miringnya.
"Halo, Nagisa." Eh?
"Karma-, eh bukan. Akabane-senpai!? Kau pura-pura ya?" Nagisa berseru shok- Karma mendengus, lalu menarik Nagisa hingga lelaki itu menabrak dadanya. Karma memeluk Nagisa-
"Namaku sudah benar malah manggil Margaa. Baka- Aku seriusan sakit. Rencanaku yang ingin menembakmu hari ini gagal total, kau tau." Bisik Karma- Nagisa memerah.
"Bohong!" gumam Nagisa sambil memukul punggung Karma-
"Kalau tidak percaya tanya pada teman-temanku, sana. Ba~ka Na-gi-sa~" ucap Karma- Nagisa melepaskan wajah. Kemudian menyatukan dahi mereka- kini giliran Karma yang memerah.
"Tapi kok suhu kita nggak beda,-" Karma mendengus.
"Sudah sembuh. Kan baru saja di beri obat kecupan dari kamu." Nagisa memerah- Karma tersenyum. Keduanya masih dalam pose berpelukan- syukur tak ada satu pun orang (selain mereka) di ruang itu.
"Ne, Nagisa. Jadilah pacarku." Ucap Karma- pembicaraan menjadi serius. Nagisa gagap seketika, Karma yang melihat gegagat Nagisa menghela nafas- Karma menjatuhkan kepalanya di bahu Nagisa.
"Ku tebak kau akan menolakku lagi, kan." Ucap Karma, Nagisa tersentak.
"Eh?" Karma melepas pelukannya- mendorong Nagisa menjauh.
"Lupakan. Sana pergi." Ucap Karma- mengusir Nagisa.
"eh?" Karma menatap Nagisa datar-
"Kau... tidak suka padaku kan?" Nagisa terdiam- tidak bisa menjawab. Tentu saja dia menyukai Karma. Sangat malah!
"Ti-"
"Aku heran denganmu. Menolakku tapi melakukan hal romantis padaku, kau menyakitiku asal kau tahu." Ucap Karma- Nagisa membulat tak percaya- Eh, apa?
"Aku jahat menjadikanmu bahan taruhan. Tapi- bukankah kau lebih jahat Nagisa? Menolak perasaanku dan mengangkat perasaanku?"
"-Tidak!"
"Apanya yang tidak? Sudah jelas itu yang terjadi kan?" Karma berujar sinis. Tidak! Nagisa tidak bermaksud begitu- ah, dia sengaja menolak Karma agar pemuda itu menjalani hukuman dari Nakamura-senpai saja. Tapi kenapa malah-
"Sudahlah, aku nyerah." Ucap Karma sambil memandang ke arah lain- Nagisa terdiam, terlalu kaget- apa? Menyerah? Setelah si Karma membuatnya jatuh hati?
"... Kejam!" Nagisa berseru dengan nada marah, membuat Karma berbalik ke arahnya.
"Hah?" Nagisa maju, lalu mencengkram kerah baju Karma.
"Sialan! Enak saja kau bilang menyerah, senpai! Setelah membuatku –eugh.. jatuh cinta padamu, kau bilang menyerah? Sia.. hiks.. sialan-" Karma membulat.. lagi-lagi, dia membuat Nagisa menangis. Karma mendengus- lalu menarik kepala biru langit itu ke dalam pelukannya.
"Terima aku apa susahnya sih. Apa cintaku kurang?" Karma berbisik (mesra) di telinga Nagisa. Nagisa menggeleng- masih terdengar sedikit isakan dari bibir pemuda imut itu. Karma menyinggung senyum.
Di raihnya wajah Nagisa untuk menatapnya. Karma menahan tawa melihat air mata lelaki imut itu- oh astaga, sungguh bangsat diriku ini ya?
"Jangan menangis." Ucap Karma sambil menghapus jejak air mata Nagisa- Nagisa mengangguk pelan, menahan isak tangisnya agar tidak keluar lebih dari ini lagi. Karma tersenyum.
"Ne, Katakan kau menyukaiku, Nagisa." Pinta Karma dengan wajah serius. Nagisa memerah- masih teringat perjanjiannya dengan Kayano saat teleponan kemarin yang dimana isinya akan menolak pernyataan cinta Karma selama sisa MOS hari ini. Tapi, Nagisa lebih tidak suka akan wajah Karma dan penolakan Karma- ini menyakitkan.
"Eumh.. s-suka.." gumam Nagisa.
"Apa? Aku tidak dengar." Ucap Karma- bohong ding, dia dengar. Tapi namanya Karma- mana mau mendengar pernyataan cinta yang cuma bisik-bisik.
Nagisa mengigit bibir bawahnya- sedikit malu. "A-aku menyukaimu, Akabane-senpai!" ucap Nagisa sedikit lebih keras.
"Apa? Yang lengkap dengan namaku dong." Geezzz, sialan!
"MOU! AKU MENYUKAIMU! SANGAT MENCINTAIMU, AKABANE KARMA-SENPAI!" fix, Nagisa sangat malu, segera saja dia menyembunyikan wajahnya di bahu Karma yang sekarang sedang tertawa- antara bahagia dan senang mengerjai Nagisa. Kedua tangannya mengelus helaian rambut Nagisa lembut.
"Senangnya!" gumam Karma lembut- lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Nagisa. Nagisa menyinggung senyum.
"Jadi kita sudah fix jadian nih ya." Ucap Karma- Nagisa tidak menjawab, hanya mengangguk kecil dalam pelukannya. Karma tersenyum- kemudian melepaskan pelukan mereka, keduanya berhadapan wajah.
"Arigatou, Nagisa." Ucap Karma.
"Terimakasih untuk apa? Apa karena menyelamatkanmu dari taruhan?" Karma tertawa-
"Ya, enggaklah. Aku rela kok jalani hukuman Nakamura, tapi aku lebih ngebet pengen macarin kamu." Ucap Karma- Nagisa memerah. Karma tersenyum miring- diraihnya tekuk pemuda yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu-
"Nagisa." Gumam Karma sambil memajukan wajah, Nagisa meremas bahu Karma- lalu ikut memajukan wajahnya sambil menutup kedua matanya.
Kedua bibir bersatu, Karma menggerakan bibirnya- mengulum bibir Nagisa yang selalu membuatnya tertarik- dan mungkin kedepannya akan menjadi candu. Nagisa dengan ragu mulai menggerakan bibirnya- dan Karma sungguh amat sangat pake banget rasa senangnya.
Karma memperdalamkan ciumannya- menarik kepala Nagisa semakin dekat dengannya. Nagisa mengalunkan tangannya di leher Karma- dia lupa segalanya, dan itu karena ciuman memabukan Karma. Keduanya semakin berani- lidah Karma mulai memasuki mulut Nagisa- dan Nagisa tentu saja dengan senang hati menerimanya.
"-eugh.." leguhan Nagisa tertahan- ciuman mereka semakin tidak kendali. Tangan Karma yang sebelumnya mangger di tekuk Nagisa- kini merajalela mulai meraba bahkan mencoba masuk kedalam baju.
"-eugh..Sh-shen.. um-phai.. dha—dame..uhmmm-" Karma tidak peduli- dia tidak akan membuat Nagisa bersuara la-
'SREEEEGGGHHH!'
"NAGISA/KARMA!" Kayano dan Rio melotot seketika melihat pemandangan 'nikmat' yang tersaji saat memasuki ruang UKS. Nagisa menyadarinya- segera mendorong bahu Karma, saat melihat kedua makhluk Fujo itu muncul- Karma mendecih.
"Pengganggu."
"K-kayano.. N-nakamura-senpai i-ini..." Nagisa panik- Karma yang melihat kekasihnya seperti itu segera menarik kepala biru itu kedalam pelukannya.
"Maaf, bisa pergi. Kalian menganggu pasangan yang baru saja jadian." Ucap Karma santai- sedangkan Nagisa sudah memerah sempurna. Rahang Kayano dan Rio seakan lepas dari engselnya- shok dengan apa yang terjadi.
Rio menghela nafas- dia kalah, tapi tak apa sih.
"J-jadi kalian s-sudah r-resmi? N-nagisa?" Kayano bertanya dengan nada terbata-bata, Nagisa memandang Kayano dengan rasa bersalah.
"I-iya. M-maaf, Kayano." Kayano tidak tahu bereaksi seperti apa segera saja dia meraih handphonenya- mencari aplikasi kamera, dan segera memotret pasangan yang sedang berpelukan itu. Nagisa melotot-
"Selamat kalau begitu." Ucap Kayano dengan senyum lebar- Rio juga ikut tersenyum.
"Selamat ya, Karuma-chan." Ucap Rio, Karma mendengus.
"Bagus kalau begitu- sekarang kalian berdua pergi sana." Kini gantian Rio yang mendengus-
"Sialan. Ayo, Kayano-" ucap Rio sambil menarik Kayano.
"EH- tapi, foto ciuman sekali dulu please." Ucap Kayano panik-
"TIDAK!" seru Nagisa dengan wajah memerah- Kayano memang parah dah.
"Nanti saja, pasti bakal dapat kok. Ne, Karuma-chan." Ucap Rio sambil berkedip jail pada Karma-
"Siapa bilang? Sana! Hus-hus." Ucap Karma- Rio tertawa lalu segera keluar dari ruang UKS sambil menarik Kayano yang mencak-mencak ngebet pengen foto Karma dan Nagisa sebagai koleksi BLnya.
Nagisa mendesah lega- eh, tunggu-
"KEGIATAN MOSKU! AKU SUDAH TERLAMBAT!" seru Nagisa dan segera turun dari ranjang- Karma panik dan segera saja menarik pergelangan Nagisa-
"Tunggu Nagisa! Masa kau tega meninggalkan pacarmu yang sedang sakit?" ucap Karma dengan nada memelas- Nagisa memutar bola matanya.
"Sakit apaan? Sudah sembuh kan tadi katamu?" Karma cuma cengengesan- Nagisa tersenyum, lalu mengecup dahi Karma.
"Ke ruang olaraga bareng yuk. Masa hari terakhir MOS ku harus berada di ruang UKS, yang lain juga sudah kangen pada sikap sadismu. iya kan- Senpai?" Nagisa berkedip membuat Karma terperangah seketika. Karma ikut turun dari ranjang-
"Astagah, kalian Masokis ternyata." Ucap Karma- Nagisa hanya tertawa kecil.
"Gara-gara kamu, senpai." Ucap Nagisa- Karma tertawa.
"Berlomba yuk." Kata Karma- Nagisa memandangnya bingung.
"Lomba?" Karma mengangguk-
"Siapa yang kalah sampai di ruang olaraga- harus menerima hukuman." Ucap Karma- lalu mengecup sebentar bibir Nagisa, lalu segera berlari menjauh dari Nagisa yang kini mematung. Nagisa memerah-
"s-SIALAN! AWAS KAU, AKABANE-SENPAI!" seru Nagisa dan segera berlari mengejar Karma. Sedikit menyesal dia mengajak Karma kembali- tapi .. ya sudahlah. MOSnya tak lengkap kalau nggak ada kejahilan dari Karma. Setelah MOS, dia yang akan membuat Karma menderita karena menjahilinya. Nantikan saja.
.
.
.
..
END!
..
*daebak (bahasa korea), kalo versi jepang sih 'Sugoii' /hahaha
YEEEEYYYY! END!
AKHIRNYA SELESAIII!
Bagaimana? Alay? Gantung? Jelek? Silakan komen xD
Sasha beneran pasrah dengan ending gaje ini *hiks
/ ending berbeda banget dari yang di pikirkan, tapi ya sudahalah. Yang penting selesai sebelum tahun baru.(aku update di wp sebelum tahun baru sih, di ffn baru bisa sekarang T_T )/
Bye the way, MAKASIH BANYAK BUAT KALIAN SEMUA /ahhh I LOVE YOU ALL SO MUCH!
Mudahan puas ya ama chapter ini, dan juga SELAMAT HARI NATAL bagi yang merayakan, dan SELAMAT TAHUN BARU BUAT KALIAN SEMUA!
Rencana mau bikin lanjutan Mos (bukan sekuel, kayak lanjutan tentang kisah Kohai-senpai pasangan KaruNagi kita selesai MOS! hehe), tapi itu masih rencana. Sasha masih sibuk dengan pekerjaan juga *hiks
So, Jangan lupa Review (kalau mau sih T_T)! Thankyou very Much! /tebar cium
Sasha Kakkoi Chan