M

.

.

Baekhyun cukup kebal mendengar dua jagoannya saling beradu mulut demi sebuah kartun abstrak bernama Pororo. Sungguh, tidak ada yang lebih memekakkan telinga dari pada suara Jesper dan Jackson yang saling berebut karakter utama. Jika saja mereka bukan anak di bawah umur terlebih anak yang susah payah Baekhyun perjuangkan di kamar bersalin, dengan hati dingin ia akan menendang pantat anak-anak itu. Sekali lagi karena Jesper dan Jackson adalah darah daging yang Baekhyun lahirkan penuh taruhan, dengan berbesar hati ia akan menyelesaikan konflik berkepanjangan dua buah hatinya itu. Sejujurnya Pororo tidak terlalu penting dari telinga Mommy kalian yang sudah memanas.

Tangan Baekhyun mengambil alih remot televisi dan menekan pucuk tombol berwarna merah di ujungnya.

Dua pasang mata malaikat yang sebelumnya penuh emosi khas anak-anak dengan terpaksa mengalihkan perhatian pada wanita mungil yang mereka panggil Mommy. Jangan lupakan dua bibir mungil yang mengerucut itu—Baekhyun hampir tidak tahan untuk tidak menciumnya.

"Pororo adalah pinguin baik yang tidak suka bertengkar. Kalian tau, kan?"

Dua kepala kecil itu mengangguk bersamaan—menyetujui ucapan Mommy-nya tentang karakter sang kartun pujaan hati.

"Pororo selalu akur dan baik pada semua temannya. Dia tidak pernah marah dan sangat menyayangi teman-temannya." Satu tarikan nafas lega Baekhyun keluarkan saat dua jagoan itu sepenuhnya telah tertarik dengan penjelasan Baekhyun. "Karena pororo baik, semua teman-temannya juga baik. Semua meniru perilaku baik pororo."

"Apa Chrong juga baik, Mom?" Tanya si kecil, Jackson.

"Ya. Kalian tidak tau?" Dua kepala itu menggeleng. "Dia juga sangat baik. Dia suka membantu Mommynya dan sayang dengan saudara-saudaranya."

"Chrong tidak punya Mommy juga tidak punya saudara, Mom." Ujar si sulung, Jesper. Si kecil mengangguk setuju dengan pendapat kakaknya.

Rona gelagap tak bisa di sembunyikan Baekhyun. Betapa bodohnya dia mengatakan hal itu sedangkan dua buah hatinya ini maniak Pororo. Mereka jelas lebih tau banyak tentang karakter serial kartun itu daripada Baekhyun yang hanya tau tentang urusan dapur, mengurus anak, dan melayani suami.

"Kalian mana tau? Keluarga Chrong bersembunyi saat Chrong tampil di televisi." Berbohong pada anak kecil sungguh tidak dianjurkan. Tapi demi menyelamatkan harga diri seorang ibu seperti Baekhyun, berbohong akan memberi keuntungan jika dilakukan. "Yang jelas, Chrong dan Pororo sama-sama baik." Kesimpulan yang sangat sederhana dari sebuah kebohongan kartun anak-anak. Sejujurnya itu pengertian terbaik yang bisa Baekhyun berikan. Lupakan bagaimana ketidaktahuannya tentang Pororo mengingat ada dua anak kecil yang harus segera ia damaikan sebelum bendera perang berkibar.

"Jesper tetap mau jadi pororo." Si sulung masih pada pendiriannya. Sedikit bercerita bahwa Jesper sungguh hasil copy sempurna dari Baekhyun. Dari segi fisik maupun sifat, Jesper jelas-jelas meniru gen Baekhyun dengan sangat kuat. Keras kepala, cuek, namun berhati lembut—setidaknya ada satu poin baik dari Baekhyun yang harus menurun pada Jesper. Lain hal dengan Jackson. Jackson adalah copy super dari Chanyeol—yang hingga saat ini masih belum menunjukkan eksistensi dirinya setelah jam kantor berakhir. Jackson lebih tenang, sedikit pemaksa, dan lebih manja. Katakan saja itu wajar mengingat posisi Jackson sebagai anak bungsu yang meminta banyak perhatian. Tapi disatu sisi, Baekhyun menyimpulkan itu diturunkan dari Chanyeol yang kadang tidak ingat usia untuk merengek layaknya bayi.

Pautan usia 2 tahun mulanya dirasa cukup untuk sekedar mengharap perdamaian diantara dua jagoannya jika sudah sedikit lebih besar. Namun ekspektasi memang tidak akan pernah sesuai realita. Dua bocah kesayangan Baekhyun itu justru membuat suasana seperti benteng sekutu yang siap meluncurkan amunisi perang. Dan sebagai ibu juga wasit yang mengatur jalannya seluruh urusan rumah tangga, peran Baekhyun sungguh besar. Lebih dari sekedar ibu yang baik, Baekhyun juga menunjukkan dirinya sebagai seorang istri yang pengertian untuk suaminya yang menyebalkan. Sebut saja dia Park Chanyeol.

"Jackson ingat paman Jongin? Teman Daddy yang kita temui di kantor waktu itu." Jackson mengangguk disela wajahnya yang siap meluncurkan tangis. "Paman Jongin bisa menirukan suara Chrong. Itu semua karena Chrong baik dan paman Jongin menirukan semua hal baik yang dilakukan Chrong." Satu lagi kebohongan yang diciptakan Baekhyun demi menahan tangis Jackson yang bahkan bisa terdengar hingga pluto. Besar harapan Baekhyun untuk Jongin memaafkannya atas penyalahgunaan nama baik Jongin sebagai teman baik sekaligus sekertaris pribadi Chanyeol. Sesungguhnya Jongin tidak lebih dari pria malang yang selalu menjadi objek inovasi kartun dari anak tunggalnya, Taeoh, yang juga sama maniaknya seperti Jackson dan Jesper. Selipkan sedikit perbedaan untuk pria yang menyebar ulat-ulat sperma pada rahim Baekhyun hingga datanglah Jesper dan Jackson—pria itu bahkan menyebut Pororo hanya seonggok manusia salju yang kebetulan bisa bicara.

"Benarkah?" Mata Jackson berbinar. "Kalau begitu Jackson jadi Chrong."

Pertengkaran itu berhasil dihentikan dengan sedikit bumbu-bumbu msg dusta yang menghasilkan aroma perdamaian lagi. Bersyukur rasanya saat dua jagoan itu kembali akur setelah keputusan menghasilkan Jesper tetap jadi Pororo dan Jackson beralih pada Chrong.

Jesper dan Jackson teratasi. Namun munculah bibit masalah baru yang seketika menguapkan emosi Baekhyun hingga ke ubun-ubun.

"Daddy datang!"

Suara seberat bass dan langkah kaki seringan daun kering musim semi.

Dua bocah tampan itu melompoat riang menyambut kedatangan pria yang mereka panggil Daddy. Berceloteh tentang segala sesuatu yang mereka lakukan hari ini, mulai dari pagi hingga beberapa menit lalu. Tentu saja kedua anak itu melupakan pertengkaran mereka karena kesepakatan yang mengatakan Jesper adalah pororo dan Jackson adalah chrong.

Wanita mungil yang masih mendengus kesal di atas karpet itu melirik jam dinding. Lewat 2 jam dari jam normal pulang kantor dan tidak ada penjelasan tentang itu karena lelakinya sibuk mendengarkan dendang ceriwis dari buah hatinya.

"Apalah daya seonggok daging bernama Baekhyun ini." gumam Baekhyun sambil berlalu kembali kedapur.

Semua urusan dapur telah ia lakukan. Hanya saja ia harus kembali menghangatkan beberapa kudapan yang akan ia suguhkan untuk Chanyeol. Terlepas dari kekesalannya karena si lelaki yang akhir-akhir ini pulang malam, Baekhyun tetaplah seorang istri yang tidak pernah lupa memberi kudapan untuk suaminya yang baru pulang bekerja.

"Hai, sweety." Rengkuhan tangan berotot itu melingkar sempurna di sekitar perut Baekhyun. Tidak ada tanggapan dari si wanita yang hanya menaruh perhatian penuh pada microwave.

"Ingatkan aku bahwa sweety adalah merk pampers yang pernah digunakan Jesper dan Jackson." Cukup dingin.

"Aku ada meeting dadakan." Chanyeol tau jika istrinya hanya butuh penjelasan. Dan dia menyampaikan sesingkat mungkin tanpa pernah menutupi fakta yang memang menggantung apa adanya. "Minggu depan proyek di Jeju akan berjalan dan Yunho hyung ingin semuanya menjadi sangat sempurna."

Wanita mungil itu hanya mendecih acuh.

"Merajuk ya?" aroma maskulin Chanyeol yang sedang menjelajahi sekitar leher Baekhyun menjalar perlahan di indera pencium hingga Baekhyun harus rela menahan efek samping dari itu semua. "Kau jadi lebih cantik saat merajuk." Sebait kata gombal yang nyatanya cukup membuat sedikit letupan dan senyum singkat di bibir si betina. Lebih dari itu wanita hanyalah manusia penuh keanggunan yang terkadang lebih memihak pada gengsi daripada hati.

"Ketahuilah bahwa keriput pada wanita bermula dari sebuah rajukan yang konyol, Tuan—yak! Tanganmu!"

Pukulan kecil itu harus diberikan mengingat ada dua tangan yang mencoba mencuri sentuhan pada dua daging sintal milik si wanita. Sudah sangat lama Chanyeol tidak menyentuh milik Baekhyun yang sudah menjadi hak patennya. Demi segenap rasa rindu pada seluruh kenikmatan yang pernah ia rasakan, Chanyeol ingin segera menyentuh dan menumpahkan segala hasratnya disana.

"Tidak, Chan." Tolak Baekhyun saat merasakan gesekan bulu tipis di sekitar mulut lelakinya mulai masuk pada zona terdalam. "Kudapanmu sudah ku hangatkan. Makanlah selagi aku menyiapkan air hangat untukmu mandi." Semangkuk bulgogi itu baru saja mengepulkan uap sedap saat semenit berada dalam microwave.

"Mandi berdua, ya?" lihatlah betapa lelaki itu sungguh tidak tau bagaimana kesalnya Baekhyun. Baekhyun jelas masih merajuk, alih-alih mendapat sedikit rayuan memabukkan Baekhyun malah mendapat ajakan mandi yang membuatnya begidik.

"Kumpulkan kewarasmu dan makanlah. Aku bersumpah akan mengutuk segala dewa nafsumu untuk berhenti merengek seperti itu. Perlu ku katakan jika Jackson dan Jesper bahkan tidak mau ku mandikan meski mereka anakku. Dan kau," seperti ada sebuah petir yang sengaja disambar dari mata Baekhyun ke mata Chanyeol, "bayi dewasa yang semakin membuatku ragu bertumbuh lebih dewasa."

Seperti itulah Baekhyun meloloskan diri dari Chanyeol yang memautkan bibir kesalnya. Ketahuilah bahwa hal itu sungguh sangat mirip dengan Jackson yang merajuk beberapa waktu lalu.

.

Malam saat waktu tidur menjemput adalah malam untuk melepas segala penat dan merengkuh rasa nyaman atas segala bentuk kenyamanan yang ada di dunia. Bukan sebuah punggung sempit yang membelalak seolah mengejek bahwa malam ini tidak ada pelukan apalagi ucapan selamat tidur.

"Perlukah ku ingatkan bahwa aku juga butuh nyanyian pengantar tidur seperti yang selalu kau lakukan pada Jesper dan Jackson?" Chanyeol buka suara, mencoba protes atas suguhan punggung Baekhyun yang hanya akan ditunjukkan saat merajuk.

Tidak ada sahutan meski sepasang mata lentik di sana jelas masih terbuka lebar. Sekali lagi wanita dengan segala sebentuk rajukannya tetaplah wanita yang menjaga benteng gengsinya. Menolak segala perlakuan halus dari Chanyeol adalah salah satu bentuk aksi demonya.

"Bee..." dan penganalogian tentang lebah cerewet yang manis memang pantas disematkan untuk Baekhyun dari Chanyeol. Namun nyatanya panggilan itu tak bisa menembus benteng Baekhyun.

"Kau tentu tau apa yang terjadi jika aku kehilangan proyek di Jeju? Yunho hyung tidak akan mentolerir segala bentuk kesalahan untuk proyek besar ini. Dan demi semua rasa tanggung jawabku pada keluarga kecil kita untuk kehidupan esok hari, aku hanya ingin mencoba mencari uang sebanyak yang ku bisa. Ku ingatkan sekali lagi itu untukmu, Jesper, dan Jackson." Permainan kata mulai dilakukan. Chanyeol sungguh pandai membalikkan situasi. Seharusnya ia meluncurkan aksi bujuk-rayu agar istrinya bisa memutar badan dan memberi kehangatan dalam tidurnya seperti yang selalu dilakukan di malam-malam sebelumnya. Nyatanya ia menjabarkan sesuatu yang memang fakta dan tidak ada senjata untuk mendebatnya. Karena keluarga akan menjadi segala-galanya.

Hembus nafas frustasi pria itu terdengar jelas dari balik punggung Baekhyun. Disaat seperti ini, ia tau lelakinya kehabisan kata dan akan membelakangi punggungnya juga. Terbukti dengan gerakan kecil yang seketika melenyapkan benteng itu dan membuat Baekhyun membalik tubuh.

"Berjanjilah aku akan mendapat bagian lebih banyak daripada seluruh harga koleksi jam tanganmu, Yeol."

Gotcha!

Tak butuh waktu lama hingga pelukan hangat pengantar itu kembali Chanyeol dapatkan. Direngkuhnya tubuh mungil sang istri dan menenggelamkannya di dada dalam pelukan yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh apapun.

"Koleksi tasmu melebihi harga susu Jackson dan Jesper, sayang. Tapi aku akan dengan senang hati memberikannya. Apapun untuk mantan kekasihku ini." cubitan kecil di ujung hidung Baekhyun adalah bumbu penyedap bahwa sepasang suami-istri ini masih cukup pantas untuk saling menunjukkan kemesraan layaknya anak muda yang kasmaran.

"Dan Rolex yang kau beli bulan lalu cukup mengkalkulasi 3 koleksi tasku, sayang. Sedikit berlebihan tapi aku tidak mau ambil pusing."

Itulah alasan mengapa Chanyeol akan bekerja sangat keras mengingat dirinya adalah penggila segala macam jam tangan modern dan istrinya adalah bag-maniac yang akan berteriak histeris saat Prada atau Christian Dior mengeluarkan produk terbaru. Jangan lupakan dua jagoan mereka yang masih terobsesi dengan mengkoleksi segala macam mainan dan barang bergambar kartun penguin.

"Tidak adakah yang bisa kau ceritakan tentang Jesper dan Jackson? Kurasa aku melewatkan banyak hal di masa pertumbuhan mereka."

"Jesper masih keras kepala dan Jackson masih suka merengek seperti bayi meski usianya hampir 3 tahun." Gestur jemari lentik itu membuat pola abstrak di atas dada bidang sang lelaki. Mencoba membentuk sesuatu yang tak kentara maksudnya. "Suatu hari aku berpikir, akan seperti apa mereka saat dewasa nanti. Apa Jesper akan tetap keras kepala? Apa Jackson akan terus manja seperti sekarang?"

"Tentu mereka akan menjadi lelaki tangguh sepertiku." Oh andaikan mereka memiliki satu anak perempuan maka dengan bangga Baekhyun akan bersombong diri bahwa putri cantiknya akan mewarisi segala macam keindahan dan kesempurnaan ibunya. Namun sayangnya yang dimiliki Baekhyun adalah dua jagoan kecil yang jelas lebih memilih bola daripada kuas kosmetik. Untuk itu setiap malam Baekhyun dengan senang hati akan berdoa untuk dua putranya agar tumbuh menjadi lelaki sejati.

"Sedikit menyedihkan aku tidak bisa berbagi hobi memasak dan berdandan pada mereka. Karena saat ku tunjukkan kuas untuk eye-shadow Jackson justru menggunakannya untuk melukis."

"Apa yang dia lukis?"

"Tentu bulatan aneh dengan degradasi warna yang kurasa kurang artistik." Mengingat hal itu membuat Baekhyun tersenyum kembali. Bagaimana putra bungsunya yang berusia 3 tahun itu berkreasi sesuai nalurinya yang masih natural dan akan tersenyum bangga jika mendapat pujian atas karya yang ia buat. Tercetuslah sebuah ide yang membuat Baekhyun sedikit mengangkat tubuh dan menatap ceria raut suaminya. "Bulan depan aku akan memasukkan Jackson ke kelas melukis. Bagaimana menurutmu? Dia akan menjadi pelukis handal yang terkenal di dunia." Salah satu impian Baekhyun adalah membuat anak-anaknya kelak akan menjadi orang hebat dan membanggakan—tentu impian semua orang tua pada anaknya.

"Lalu Jesper? Jangan lupakan si sulung yang sudah mulai mengenal dunia sekolah itu, sayang."

"Ah, ya. Anak itu." Baekhyun sedikit merengut sedih.

Chanyeol tertarik melihat ekspresi Baekhyun untuk si sulung. Merawat dua anak berbeda karakter tentu tidak mudah.

"Dia meminta pindah sekolah." Dua bola mata mengantuk Chanyeol sedikit melebar saat Baekhyun menjelaskan keinginan Jesper. Hanya tatapan 'ada masalah apa' yang bisa Chanyeol berikan. "Karena disekolahnya tidak ada pororo. Astaga Chanyeol, anak itu sungguh membuatku pusing. Dia selalu menginginkan hal-hal tidak mungkin. Kau tau, kemarin dia ingin dibelikan balon udara berbentuk pororo, rumah berbentuk pororo dan.."

"Dan?"

"..adik seperti pororo." Bahu Baekhyun merosot frustasi. Betapa imajinasi Jesper tentang penguin itu sungguh berlebihan. Namun hanya toleransi karena mereka adalah anak-anak dengan fantasi diluar nalar yang bisa meredakan segala bentuk denyut pusing di kepala Baekhyun.

"Aku bisa mengabulkannya."

Baekhyun hampir melupakan lelaki disampingnya ini yang terkadang kurang waras untuk hal-hal tertentu. Dan untuk kali ini, sebagai tambahan jika imajinasi aneh Jesper diturunkan dari ayahnya. Ingat itu!

"Mengabulkan semua keinginan Jesper tidak semudah itu, sayang." Biarkan Baekhyun mengalah kali ini. Biasanya ia akan dengan senang hati meneriaki lelakinya yang kehilangan keseimbangan untuk berpikir rasional. Maksudnya, jika yang diinginkan anak-anaknya adalah sesuatu yang dapat diraih tentu Baekhyun tidak akan keberatan akan niat Chanyeol memanjakan anaknya. Tapi ketahuilah, bersekolah dengan pororo, balon udara pororo, dan seorang adik berbentuk pororo adalah hal-hal mustahil yang hanya bisa diwujudkan dalam imajinasi Jesper saja.

"Untuk bersekolah dengan pororo dan balon udara pororo, akan ku pikirkan. Tapi..."

Baekhyun sungguh tidak tahan dengan suara Chanyeol yang menggantung dan sebersit senyum licik yang menandakan ada hal aneh setelah ini.

"...aku bisa mengabulkan permintaan Jesper yang terakhir." Sebuah senyum simpul dengan gerakan secepat pesawat jet—mengapit Baekhyun dibawah kuasanya.

"Rahimku tidak untuk mengandung pororo, sayang." Cubitan sayang di hidung mancung Chanyeol adalah senjata lemah dikeluarkan Baekhyun.

"Tapi rahimmu cukup kuat untuk mengandung the next J."

Kerutan halus dahi putih Baekhyun adalah bentuk ekspresi tentang 'the next J' yang dikatakan suaminya.

"Jessie."

"Selingkuhanmu?"

"Anak perempuanku yang akan menemani hobimu memasak dan berdandan."

"Anak perempuanku? Kurasa itu berlebihan mengingat selama ini aku berjuang sendiri mengandung dan melahirkan anak-anak. Dan kau? Seperti anak perawan yang putus cinta. Menangis di pojok lorong rumah sakit saat aku butuh rambut untuk dijambak, tangan untuk digigit, atau bahkan sekedar membagi teriakan."

"Maafkan aku, sayang. Untuk Jessie aku akan melakukan hal itu. Percayalah, kau bisa menjambak rambutku atau menggigit tanganku saat melahirkannya nanti."

Lalu hanya kecupan mesra yang terjadi setelah itu. Dua bibir yang saling mendamba itu memulai hal dasar sebelum mereka terhanyut pada hasrat masing-masing yang cukup meletup hebat. Dua insan yang saling mengulum bibir pasangannya yang dirasa lebih manis dari permen kapas yang selalu mereka beli saat berlibur ketaman hiburan.

Jemari Chanyeol mulai berani mengusik babydoll Baekhyun yang hanya sebatas 5cm diatas lututnya. Baekhyun masih tetap sehalus pertama kali Chanyeol menjamahnya. Wanita itu tidak ingin meninggalkan tumpukan lemak setelah dua kali melahirkan hanya untuk menunjukkan kecantikan tubuhnya untuk hasrat sang suami. Sebenarnya Chanyeol tidak memperdulikan lemak-lemak itu jika memang tetap bersarang ditubuh sang istri, namun jika istrinya lebih memilih menghilangkannya demi tubuh seksi yang memuaskan suami, why not?

Tali spagetti babydoll Baekhyun mulai meninggalkan tempatnya karena Chanyeol mulai menjamah bahu sempitnya. Bercak-bercak merah buah percintaan mereka sudah pasti akan tertinggal disepanjang bahu hingga lehernya. Hanya cukup ingatkan Baekhyun untuk memakai setelan sedikit tertutup demi menyembunyikannya.

Lenguhan hasil gelitikan nafsu yang membara itu dengan tololnya lolos dan membuat Chanyeol cukup puas akan kerja libidonya menganggu saraf nafsu istrinya. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Chanyeol berpindah pada dua gundukan yang cukup menggoyahkan jakun kelelakian Chanyeol. Betapa beruntungnya lelaki itu memiliki istri yang berpedoman jika menggunakan bra saat tidur sungguh tidak dianjurkan untuk kesehatan. Maka dengan mudahnya ia bisa segera menikmati dan menjamah area favoritnya itu.

Kencang. Putih. Mulus. Dan berwarna pink.

Digodanya ujung payudara itu dengan lidah nakalnya dan wanita dibawahnya akan menngelinjang nikmat. Jangan lupakan bagaimana Baekhyun mulai mengacak surai kecoklatan Chanyeol—bentuk pelampiasan karena sungguh ia membutuhkan sesuatu yang lebih. Chanyeol berlaku adil pada keduanya. Saat lidahnya mengitari ujung kiri, maka tangan kirinya akan senantiasa memanjakan sisi gundukan lain. Meremas dari gerakan halus hingga gerakan kasar ia lakukan hanya demi merasakan kepuasan istrinya. Setelah itu ia akan berganti posisi—melakukan hal yang sama pada gundukan yang lain.

Baekhyun menangkup pipi suaminya yang terlihat sangat lihai bermain di payudaranya. Wajahnya yang sendu menandakan ia sudah kehilangan kesadaran hanya karena permainan lidah Chanyeol.

"Kau selalu seperti itu. Mempermainkanku." Setelah itu lengan Baekhyun mulai menarik leher Chanyeol dan membelitnya disebuah ciuman panas yang dipenuhi kata gairah. Mereka saling membelit, menggoda langit-langit rahang yang merontokkan segala jenis rasa normal. Rasional mereka mulai tertinggal dan jatuh entah kemana, hanya gumulan panjang malam ini yang akan mereka nikmati. Menjelajah bagaimana Baekhyun sebagai istri yang telah melahirkan dua orang jagoan masih saja penuh gairah ketika Chanyeol menggagahinya dalam setiap malam panas mereka.

Tahap selanjutnya adalah meloloskan ikatan tali tipis celana dalam Baekhyun yang membelit pinggang rampingnya. Kain segitiga itu harus segera disingkirkan sebelum Chanyeol menunjukkan kebanggannya sebagai seorang lelaki.

Celana piyama Chanyeol akan tertanggal dan...

"Mom, Jesper mimpi buruk. Jesper takut."

...anak lelaki yang mengucek matanya di ujung pintu itu muncul.

"Jackson juga, Mom." Dan sesungguhnya Jesper dan Jackson bukanlah anak kembar yang memiliki ikatan batin. Bagaimana bisa dua anak lelaki Baekhyun-Chanyeol itu mimpi buruk bersamaan?

"A-apa yang kalian mimpikan?" Baekhyun segera menarik selimut untuk membungkus tubuh setengah telanjangnya dan menghamburkan pelukan untuk dua jagoannya.

"Mommy sedang di siksa monster. Jesper takut, Mom." Rengeknya.

Dan monster itu Daddy kalian.

Baekhyun hanya menunjukkan puppy-eye pada Chanyeol yang mengerang tertahan di atas ranjang. Semacam sinyal 'kita tidak bisa berbuat apa-apa'.

"Jessie, maafkan Daddy yang tidak bisa mengeluarkanmu di rahim Mommy. Dan Jessie, seandainya Mommy-mu tau jika Daddy sedang merasa tersakiti dengan keadaan keras dan kaku seperti ini. Arrrgghhhh!"

TBC

FINALLY Down Payment repost lagi setelah badai kemarin hehe

Tidak ada yang ditambahi atau dikurangi, cuma author note aja yang bakal saya hapus. Hehe..

Selamat membaca.. repostnya gabisa langsung sampe selesai soalnya yang kesimpen di hape cuma beberapa chap, sisanya di laptop dan belum sempet pindahin hehe..

Saranghaeyu yeorobun ^^